OLEH :
YUNITA SARI
NIM. 40219024
LEMBAR PENGESAHAN
(..................................................) (................................................)
KONSEP DASAR PERSALINAN DAN LAPORAN PARTUS
NORMAL DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA PASIEN POST PARTUM SPTB
DI RUANGAN CEMPAKA RSUD NGUDI WALUYO WLINGI
KABUPATEN BLITAR
A. DEFINISI PERSALINAN
Pengertian persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Rohani, dkk. (2011),
menyatakan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain dengan batuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). nor darah (Nurasiah, 2012). Persalinan adalah peristiwa yang penuh
dengan tekanan pada kebanyakan wanita melahirkan yang menyebabkan
bertambahnya rasa sakit, ketakutan dan ketaatan (Purwaningsih, dkk. 2014 ).
Sumber lain mengatakan bahwa persalinan merupakan proses normal,
berupa kontraksi uterus involunter yang efektif dan terkoordinasi, yang
menyebabkan penipisan dan dilatasi seviks secara progesif serta penurunan dan
pelahiran bayi dan plasenta. Mendekati akhir proses, persalinan dapat dipercepat
oleh upaya mengejan yang volunteer untuk membantu pelahiran hasil konsepsi
(Persoll, dkk. 2009).
B. ETIOLOGI PERSALINAN
Sebab-sebab mulainya persalinan menurut Wiknjosastro (2007),
antara lain :
1) Faktor-faktor hormonal
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron
merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormon ini
terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
2) Pengaruh prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm
meningkat.
3) Struktur uterus dan sirkulasi uterus
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu
sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
4) Pengaruh saraf dan nutrisi
Teori berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh hippocrates untuk
pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan.
C. KLASIFIKASI PERSALINAN
Menurut Bagus, I . G. M (2008), macam-macam persalinan, yaitu :
1) Persalinan biasa (normal /spontan ) : bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan : bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat
kekuatan untuk persalinan.
3) Persalinan anjuran : persalinan yang memerlukan bantuan dan mempunyai
trauma persalinan sehingga kualitas persalinan tidak terjamin.
Macam-macam persalinan sesuai umur kehamilan menurut Wiknjosastro (2007),
antara lain :
1) Partus immaturus kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat
janin 500-1000 gram.
2) Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000 sampai 2500 gram
atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu.
3) Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang diperkirakan.
D. TANDA-TANDA PERSALINAN
a. Tanda-tanda Persalinan Sudah Dekat
1) Lightening
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus karena
kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh :
i. Kontraksi Braxton Hicks
ii. Ketegangan otot perut
iii. Ketegangan ligamentum rotundum
iv. Gaya berat janin kepala ke arah bawah
2) Terjadinya His Permulaan
Makin tua usia kehamilan, pengeluaran progesterone dan estrogen
semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi,
yang lebih sering disebut his palsu. Sifat his palsu:
i. Rasa nyeri ringan dibagian bawah
ii. Datangnya tidak teratur
iii. Tidak ada perubahan serviks
iv. Durasinya pendek
v. Tidak bertambah jika beraktivitas
b. Tanda-tanda Persalinan
1) Terjadinya His Persalinan
His persalinan memiliki sifat:
i. Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan
ii. Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin
besar
iii. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus
2) Bloody Show
Pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina. Dengan his
permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat di kanalis servikalis
lepas, kapiler pembuluh darah pecah,yang menjadikan perdarahan
sedikit.
3) Pengeluaran Cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang
pecah pada pembukaan kecil. (Asrinah, 2010)
F. TAHAP-TAHAP PERSALINAN
a. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida sekitar 8 jam (Manuaba, 2010).
Pengkajian selama kala satu persalinan meliputi pemeriksaan vagina
dan pengkajian kontraksi, show, tanda-tanda vital dan DJJ (Reeder, 2011).
Kala I persalinan terbagi menjadi dua fase, yaitu:
1) Fase Laten
i. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm. Pada umumnya fase laten
berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
ii. Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan
peningkatan frekuensi, durasi, dan intensitas mulai terjadi setiap
10-20 menit, berlangsung 15-20 detik, dengan intensitas ringan
hingga intensitas sedang (rata-rata 400 mmHg pada puncak
kontraksi dari uterus dasar sebesar 10 mmHg) yang terjadi lima
sampai tujuh menit berlangsung 30 sampai 40 detik (Varney, et al.
2007).
Pada fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap
kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan
intervensi harus dicatat. Kondisi ibu dan janin harus dicatat secara
seksama, yaitu denyut jantung janin: setiap 30 menit, frekuensi dan
lamanya kontraksi uterus: setiap 30 menit, nadi: setiap 30 menit,
pembukaan serviks setiap 4 jam, tekanan darah dan temperature setiap
4 jam, produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
(Sukarni, dkk. 2013:214).
Lembar observasi adalah pendokumentasian asil observasi dan
mencatat pada lembar observasi dan dilakukan mulai kala I fase laten.
Pada lembar observasi harus mencantumkan nama jelas pasien pada
setiap lembaran observasi atau pemeriksaan, menulis tanggal masuk,
tanggal dan jam pemeriksaan, tindakan atau observasi sesuai dengan
temuan yang obyektif (kenyataan). Hasil temuan digambarkan dengan
jelas termasuk posisi, kondisi, tanda, gejala, warna, jumlah. Memakai
singkatan atau symbol yang sudah disepakati, missal KU, Ket +,
KPD, Let kep, Let su, S/N, TD, dan lain-lain (Setyaningrum, 2013)
2) Fase Aktif
Fase aktif dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:
i. Periode akselerasi : berlangsung selama dua jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
ii. Periode dilatasi maksimal (steady) : berlangsung selama dua jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
iii. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu dua jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
(Kumalasari, 2015)
Selain dari ketiga periode dari fase aktif tersebut di atas, terdapat
beberapa hal lain yaitu sebagai berikut:
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi 3
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung 40 detik atau
lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1cm hingga 2 cm (multigravida)
terjadi (Varney, et al. 2007).
b) Saat persalinan maju ke fase aktif, mood wanita akan berubah dan ia
“mulai sibuk”. Wanita mulai berkonsentrasi pada teknik
pernapasannya dan perlu bantuan dari orang pendukungnya.
c) Saat persalinan maju (yaitu, 8-10 cm), perawat harus terus
menguatkan teknik pernapasan yang benar dan membantu klien
untuk tidak mengejan lebih dini, yang dapat menyebabkan
pembengkakan serviks. Klien harus diyakinkan bahwa ia akan
segera mengalami pembukaan lengkap dan akan siap untuk
memulai persalinan (Reeder dkk, 2011).
Berbeda dengan fase laten, pada persalinan kala I fase aktif,
pendokumentasian umumnya menggunakan lembar partograf.
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf pada fase aktif
adalah:
i. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
ii. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
iii. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir
(Setyaningrum, 2014).
Kondisi ibu dan bayi yang harus dicatat dalam partograf:
a) Informasi pasien: isi nama, status gravid, status paritas, nomor
registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit, serta jam pecah
ketuban atau lama waktu ketuban pecah (apabila pecah ketuban
terjadi sebelum pencatatan pada partograf dibuat).
b) Denyut jantung janin. Catat setiap 30 menit (.).
c) Air ketuban. Catat warna ketuban setiap melakukan
pemeriksaan vagina. Menurut Sinclair tahun 2003 mengatakan
bahwa klasifikasi ketuban adalah sebagai berikut:
U : Ketuban utuh;
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih;
M : Ketuban sudah pecah dan terdapat mekonium;
D : Ketuban sudah pecah dan bercampur darah;
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
(Nurasiah, 2012).
d) Perubahan bentuk kepala janin (Moulage atau Molding):
(1) Sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat atau
bersesuaian.
(2) Sutura bertumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.
(3) Sutura bertumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
e) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai pada setiap
pemeriksaan vagina dan diberi tanda (x).
f) Penurunan mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang
teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) di atas simfisis pubis
dicatat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap pemeriksaan
dalam.
g) Waktu: menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani
sesudah pasien diterima.
h) Jam : Catat jam sesungguhnya.
i) Kontraksi. Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
masing-masing kontraksi dalam hitungan detik.
Kurang dari 20 detik :
Antara 20 dan 40 detik :
Lebih dari 40 detik :
j) Oksitosin. Bila memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin
pervolume cairan infuse dan dalam tetesan per menit.
k) Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.
l) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan ditandai dengan sebuah
titik besar (.).
m) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan ditandai dengan anak
panah.
n) Suhu badan. Catatlah setiap dua jam.
o) Protein. Aseton dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu
berkemih
Bila temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis
waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap
kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat
(Saifuddin, 2008).
Dalam persalinan, pendokumentasian partograf tidak boleh
dipergunakan pada kasus:
a) Wanita pendek, tinggi kurang dari 145 cc;
b) Perdarahan antepartum;
c) Pre-eklampsia – eklampsia;
d) Persalinan prematur;
e) Bekas sectio sesarea;
f) Kehamilan ganda;
g) Kelainan letak janin;
h) Fetal distress;
i) Dugaan distosia karena panggul sempit;
j) Kehamilan dengan hidramnion;
k) Ketuban pecah dini dan
l) Persalinan dengan induksi.
(Anonime, 2014)
b. Kala II
Kala dua persalinan dimulai dengan pembukaan serviks secara
lengkap dan berakhir dengan kelahiran. Pembukaan serviks lengkap dapat
dikonfirmasikan dengan pasti hanya melalui pemeriksaan pervaginam.
Namun, perawat yang berpengalaman sering kali mampu memperkirakan
pembukaan lengkap dengan mengobservasi perubahan perilaku klien,
kecepatan setiap persalinan sebelumnya dan persalinan saat ini, serta
perkiraan ukuran bayi baru lahir (Reeder, 2011).
Menurut Saifuddin (2002), persalinan kala II ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5 – 6 cm
(Utama dkk, 2011).
c. Kala III
Kala III persalinan terdiri atas dua fase, yaitu pelepasan plasenta dan
ekspulsi (pengeluaran) plasenta.
1) Pelepasan Plasenta
Saat uterus yang isinya telah berkurang berkontraksi pada interval
teratur, area tempat menempelnya plasenta menjadi sangat berkurang.
Perbedaan proporsi yang besar antara menurunnya ukuran tempat
penempelan plasenta dan ukuran plasenta menyebabkan pelipatan atau
penggantungan plasenta di permukaan maternal, dan pelepasan terjadi.
Tanda pelepasan plasenta biasanya terjadi 5 menit setelah kelahiran
bayi, tanda-tandanya meliputi:
i. Uterus berbentuk globular dan lebih keras
ii. Uterus naik di dalam abdomen
iii. Tali pusat memanjang keluar vagina
iv. Darah tersembur secara mendadak
2) Pengeluaran Plasenta
Plasenta dapat dikeluarkan dengan salah satu dari dua mekanisme.
Mekanisme Schultze, pada kurang lebih 80% pelahiran, menandakan
bahwa plasenta terlepas pertama kali pada bagian pusatnya dan
biasanya pengumpulan darah dan bekuan ditemukan pada selaput
amnion. Mekanisme Duncan terjadi sekitar 20% pelahiran dan
memberikan kesan bahwa plasenta terpisah pertama kali pada bagian
tepinya. Perdarahan biasanya terjadi pada mekanisme Duncan. Tidak
ada makna klinis yang dikaitkan dengan kedua mekanisme ini (Reeder,
dkk. 2011)
d. Kala IV
Pasien tetap dirawat di kamar bersalin selama 1 jam di bawah pengawasan
ketat. Diperiksa kalau ada perdarahan; tekanan darahnya diukur dan
nadinya dihitung. Kala III dan jam berikutnya lebih berbahaya untuk ibu
daripada waktu-waktu lainnya. Sebelum meninggalkan pasiennya, dokter
harus mengerjakan hal-hal berikut:
1) Meraba uterus melalui abdomen untuk meyakinkan bahwa
kontraksinya baik dan tidak terisi darah.
2) Melihat introitus untuk mengetahui bahwa tidak ada perdarahan.
3) Periksa bahwa vital signs ibu normal dan keadaan umumnya baik.
4) Periksa bayinya untuk memastikan bahwa ia bernafas dengan baik dan
warna serta tonusnya normal.
(Oxorn,dkk. 2010)
K: Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi cukup nyaman. Pastikan kendaraan cukup baik untuk sampai di
fasilitas rujukan.
U: Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan kesehatan lain
yang diperlukan selama ibu dan atau bayi tinggal di fasilitas rujukan.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian (data subyektif)
1. Identitas pasien
i. Nama : dinyatakan dengan tujuan agar dapat mengenal pasien
dan tidak keliru dengan nama pasien lain.
ii. Umur : untuk mengetahui faktor resiko dilihat dari umur
pasien. Terjadi pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun.
iii. Agama : untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan
agama yang dianut, agar petugas lebih mudah dalam
pendekatan dan pemberian dorongan moril pad pasien.
iv. Suku bangsa : mempermudah dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras.
v. Pendidikan :untuk mengetahui tingkat pendidikan yang
nantinya penting dalam memberikan pendidikan kesehatan
pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya agar motivasi
yang diberikan petugas dapat diterima sesuai
pengetahuannya.
vi. Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.
vii. Alamat : untuk mengetahui dimana lingkungan tempat
tinggalnya dan untuk mempermudah bila sewaktuwaktu
diperlukan.
2. Keluhan Utama Untuk mengetahui alasan atau keluhan utama
yang membuat pasien datang berhubungan dengan
kehamilannya. Pasien mengeluh dengan adanya pengeluaran
cairan dan merasakan kenceng-kenceng
3. Riwayat Menstruasi Adalah untuk mengetahui menarche, umur
berapa haid pertama, teratur atau tidak, siklus haid, lama haid,
banyaknya darah, dan sifat darah (cair atau ada gumpalan)
disminorhoe atau tidak, haid terakhir, pada kasus ini untuk
mentukan umur kehamilan yaitu umur kehamilan dari 28 sampai
36 minggu
4. Riwayat Sosial meliputi : (1) Kehamilan ini direncanakan atau
tidak, diterima atau tidak, jenis kelamin yang diharapkan : laki-
laki atau perempuan. (2) Perasaan ibu tentang kehamilan ini.
5. Riwayat kehamilan sekarang Riwayat kehamilan sekarang
i. Hari pertama dan haid terakhir dan tafsiran persalinan. Untuk
mengetahui umur kehamilan, perkiraan lahir. Pada partus
prematurus untuk menentukan umur kehamilan yaitu 28
sampai 36 minggu. (Nursalam, 2004).
ii. Keluhan-keluhan pada trimester I, II, III. Untuk mengetahui
ada gangguan seperti muntahmuntah, hipertensi, perdarahan
waktu hamil muda (Wheeler, 2004).
iii. Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada umur
kehamilan berapa. Untuk mengetahui gerakan janin aktif atau
tidak (Estiwidani, 2008).
iv. Dimana ibu memeriksakan kehamilannya. Untuk mengetahui
tempat ANC dan untuk mengetahi riwayat kehamilan
(Winkjosastro, 2006).
v. Sejak hamil berapa bulan ibu memeriksakan kehamilannya.
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sudah
hamil berapa minggu (Wiknjosastro, 2006).
vi. Sudah berapa kali ibu memeriksakan kehamilannya. Untuk
mengetahui imunisasi TT (Tetanus Toxoid) sudah atau
belum, kapan, berapa kali
6. Keadaan Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
terhadap bayinya, wanita banyak mengalami banyak perubahan
emosi/psikologi selama masa nifas sementara ia 22
menyesuaikan diri menghadapi menjadi seorang ibu
7. Riwayat Keluarga Berencana Untuk mengetahui apakah ibu
sebelum hamil pernah menggunakan KB atau belum, jika pernah
lamanya berapa tahun, dan jenis KB yang digunakan
8. Riwayat Kesehatan , meliputi : (1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui
adakah penyakit lain yang bisa memperberat keadaan klien. (2)
Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui apakah ibu pernah
menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM,
hipertensi, dan epilepsi. (3) Riwayat kesehatan keluarga Untuk
mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
menular, penyakit menurun maupun keturunan kembar. 24 (4)
Riwayat operasi Adakah riwayat operasi khususnya yang
berhubungan dengan struktur panggul yang sekiranya dapat
mengganggu dalam proses persalinan ini.
9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
i. Nutrisi Dikaji untuk mengetahui bagaimana nafsu makannya,
jumlah makanan, minuman atau cairan yang masuk
ii. Eliminasi Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu Bak dan
BAB dalam sehari, adakah kaitannya dengan obstipasi atau
tidak
iii. Pola istirahat Istirahat yang cukup untuk mencegah terjadinya
kelelahan yang berlebihan, tidur siang kurang lebih 1 jam,
tidur malam kurang lebih 7 jam
iv. Personal Hygiene Untuk mengetahui kebersihan diri pada ibu
bersalin dengan partus prematurus
v. Pola Aktifitas Hal ini dikaji untuk mengetahui aktifitas yang
dilakukan ibu sehari-hari, apabila aktifitas yang terlalu 25 berat
dapat menyebabkan kelelahan akan berdampak pada
perkembangan janin
b. Pengkajian (data subyektif)
1. Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik, sedang, jelek
2. Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis (kesadaran penuh dengan memberikan respon yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan), somnolen (kesadaran
yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri,
tetapi jatuh tidur lagi), koma (tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus atau rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya
tidak ada)
3. Pemeriksaan fisik
i. Tanda-tanda vital (a) Tekanan Darah Untuk mengetahui
faktor resiko hipertensi .Batas normal 110/60-140/90 mmHg
(Prawiroharjo, 2005). 26 (b) Suhu Untuk mengetahui suhu
badan apakah ada peningkatan atau tidak. Batas normal suhu
tubuh yaitu 35,8ºC - 37ºC (Mandriwati, 2008). (c) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit
(Saifuddin. 2006). Batas normal 60-100 kali per menit
(Prawirohardjo, 2005). (d) Respirasi Dinilai sifat pernafasan
dan bunyi nafas dalam 1 menit. Apakah pernafasan kurang
dari 40 kali permenit /lebih dari 60 kali per menit (Saifuddin,
2006).
ii. Tinggi badan Untuk mengetahui tinggi badan pasien
(Supriasa. 2002). Tinggi badan wanita normal 150 cm
(Wulandari, 2008).
iii. Berat badan Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan
pasien selama hamil, penambahan berat badan rata-rata 0,3 -
0,5 kg/minggu, tetapi nilai normal untuk penambahan berat
badan selama kehamilan 9-12 kg (Perry, 2005).
iv. Lila Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi
(Supriasa, 2004).
4. Inspeksi
i. Kepala Untuk mengetahui kebersihan rambut, rontok atau
tidak.
ii. Muka Untuk mengetahui tampak pucat atau tidak.
iii. Mata Untuk mengetahui konjungtiva pucat atau merah muda,
sklera kuning atau tidak.
iv. Mulut, gigi dan gusi Untuk mengetahui ada caries gigi atau
tidak, lidah bersih atau kotor, ada stomatitis atu tidak.
v. Kelenjar thyroid Untuk mengetahui ada pembesaran atau tidak.
vi. Kelenjar getah bening Untuk mengetahui ada pembesaran atau
tidak.
vii. Dada Apakah simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada
benjolan atau tidak. Hal ini untuk mengetahui apakah ada
tumor atau kanker.
viii. Payudara simetris atau tidak, areola hyperpigmentasi atau
tidak, puting susu menonjol atau tidak, colostrum sudah keluar
atau belum.
ix. Perut Ada bekas operasi atau tidak, ada strie atau tidak, ada
linea nigra atau ada linea alba atau tidak.
x. Vulva Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, ada varices
atau tidak, ada laserasi atau tidak.
xi. Anus Untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak.
xii. Ekstermitas Ada oedem atau tidak, varices atau tidak, hofman
sign (pengeluaran pervaginam) untuk mengetahui adanya tanda
trombophlebitis.
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)
a. Abdomen
1) Inspeksi
a) Pembesaran Perut : sesuai dengan umur kehamilan
b) Bentuk Perut : Memanjang
c) Linea alba / nigra : Nigra
d) Strie Albican / Livide : Livide
e) Kelainan : Tidak ada
f) Pergerakan janin : Terlihat
2) Palpasi
a) Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ada
b) Kontraksi : 3 - 4 kali dalam 10 menit lamanya 35 - 40
detik.
b) Leopold I : TFU : 3 jari dibawah px bagian fundus
teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).
c) Leopold II : bagian kiri ibu teraba bagian terkecil janin
(ekstermitas), dan bagian kanan teraba tahanan
memanjang, keras seperti papan (punggung).
d) Leopold III : bagian bawah teraba bulat, keras dan
melenting (kepala).
e) Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk
panggul 3/5 bagian.
f) TFU Mc Donald : 25 cm
g) TBJ : (25-11) x 155 = 2170 gram
3) Auskultasi
a) DJJ : Punctum maximum : kuadran kanan bawah pusat
b) Frekuensi : 134 x/menit.
c) Teratur / tidak : Teratur
b. Pemeriksaan Panggul
1) Kesan panggul : Tidak dilakukan
2) Distantia Spinarum : Tidak dilakukan
3) Distantia Kristarum : Tidak dilakukan
4) Conjungtiva Eksterna (Boudeloque) : Tidak dilakukan
5) Lingkar Panggul : Tidak dilakukan
c. Anogenital
1) Vulva Vagina
a) Varices : Tidak ada
b) Luka : Tidak ada
c) Kemerahan : Tidak ada
d) Nyeri : Tidak ada
e) Pengeluaran pervaginam : Lendir bercampur darah
2) Perinium
a) Bekas luka : Tidak ada
b) Lain-lain : Tidak ada
3) Anus
f) Haemorhoid : Tidak ada
g) Lain-lain : Tidak ada
4) Inspekulo
a) Vagina : Tidak dilakukan
b) Portio : Tidak dilakukan
5) Vaginal Toucher
a) Pembukaan : 8 cm
b) Porsio : Lunak
c) Ketuban : Utuh
d) Presentasi : Belakang kepala
e) Posisi : UUK jam 1
f) Penurunan : hodge III – IV
5. Data Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium
dengan sampel darah diperiksa untuk mengetahui golongan darah,
kadar darah, kadar haemoglobin (Hb) dan kadar pembekuan darah.
6. Data Pemeriksaan USG Untuk mengetahui keadaan janin sudah
terbentuk sempurna apa belum dan bagian organ tubuhnya luar
dan dalam.
c. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri melahirkan b.d dilatasi servikx;pengeluaran janin
2. Nyeri akut b.d agen pencidera fiaik
3. Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin
4. Ketidaknyamanan postpartum b.d trauma perineum selama
persalinan dan kelahiran
5. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
6. Risiko cidera pada ibu b.d besarnya ukuran janin; induksi
persalinan ; persalinan lama; ketuban pecah
7. Risiko cidera pada janin b.d besarnya ukuran janin; induksi
persalinan ; persalinan lama;
8. Risiko perdarahan b.d komplikasi pascapartum (atonia uteri,
retensi placenta)
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Nyeri melahirkan b.d dilatasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Observasi
servikx;pengeluaran janin diharapkan status intrapartum membaik Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frequensi kualitas
dengan kriteria hasil : dan intensitas nyeri
Koping terhadap ketidaknyamanan Identifikasi skala nyeri
peralinan meningkat Identifikasi respon nyeri non verbal
Memafaatkan tehnik untuk Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
memfasilitasi persalinan meningkat Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Dilatasi serviks meningkat Monitor penggunaan efek samping analgetik
Perdarahan vagina, sakit kepala, nyeri 2. Terapeutik
dg kontraksi , nyeri punggung Berikan tehnik non-farmakologis untuk mengurani rasa
menurun nyeri
Freq. Kontraksinuterus, periode Kontrol lingkungan yang dapat memperberat nyeri
kontraksi uterus, intensitas kontraksi Fasilitasi istirahat dan tidur
uterus , tekanan darah, nadi membaik Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
Ajarkan terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri
4. Kolaborasi : pemberian analgetik jika perlu
2 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Management nyeri
pencidera fiaik diharapkan tingkat nyeri menurun dengan 1. Observasi
luaran : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frequensi kualitas
tingkatan nyeri menurun dan intensitas nyeri
Kontrol nyeri meningkat Identifikasi skala nyeri
Kemampuan mengenali nyeri Identifikasi respon nyeri non verbal
meningkat Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
Status kenyamanan meningkat Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Monitor penggunaan efek samping analgetik
2. Terapeutik
Berikan tehnik non-farmakologis untuk mengurani rasa
nyeri
Kontrol lingkungan yang dapat memperberat nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
Ajarkan terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri
4. Kolaborasi : pemberian analgetik jika perlu
3 Kesiapan persalinan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Persalinan
status kesehatan ibu dan janin diharapkan atats antepartum membaik 1. Observasi
dengan kriteria hasil : Identifikasi tingkat pengetahuan
Kelekatan emosional dengan janin Identifikasi pemahaman ibu tentang persalinan
dan koping dengan 2. Terapeutik
ketidaknyamanan kehamilan Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
meningkat Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Nausea, muntah , edema,nyeri Beri kesempatan untuk ertanya
abdomen, perdarahan vagina, salit Beri reinforcement positif terhadap perubahan
kepala, kejang menurun perilakupada ibu
Berat badan membaik 4. Edukasi
Tekanan darah, Hb, freq. Nadi napas Jelaskan metode persalinan yang ibu inginkan
membaik Jelaskan persiapa dan tempat persalinan
Anjurkan ibu mengikuti kelas hamil pada usia kehamilan
lebih dari 38 minggu
Ajarkan ibu menggunakan tehnik management nyeri
persalinan tiap kala
Anjurkan ibu cukup nutrisi
Ajarkan ibu tehnik relaksasi untuk meredakan kecemasan
dan ketidaknyamanan persalinan
Ajarkan ibu mengenali tanda – tanda persalinan
Ajarkan ibu mengenai tanda bahaya persalinan
Perawatan Pascapersalinan
1. Observasi
Monitor TTv
Monitor keadaan lochea
Periksa perineum atau robekan
Monitor nyeri
Monitor status pencernaan
2. Terapeutik
Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
Massage fundus sampai kontraksi kat, jika perlu
Dukung ibu melakukan ambulasi dini
3. Edukasi
Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
Jelaskan pemeriksaan pada ibusecara rutin
Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
7 Risiko cidera pada janin b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan denyut janin
besarnya ukuran janin; diharapkan tingkat cedera menurun 1. Observasi
induksi persalinan ; dengan luaran : Identifikasi status obstetrik
persalinan lama; Kejadian cedera menurun Identifikasi riwayat obstetrik
Ekspresi wajah kesakitan menurun Identifikasi adanya penggunaan obat, diet dan merokok
Gangguan kognitif menurun Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya
Tekanan darah, freq, nadi dan freq. Periksa denyut jantung selama satu menit
Napas membaik Monitor denyut jantung janin
Monitor tanda vital ibu
2. Terapeutik
Atur posisi pasien
Atur manuver leopold untuk menentukan posisi janin
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informsikan hasil pemantauan jika perlu
Pemantauan Gerakan Janin
Dimulai ketika janin memasuki usia 28 minggu
2. Observasi
Identifikasipengetahuan dan kemampuan ibu menghitung
gerakan janin
Monitor gerakan janin
3. Terapeutik
Hitung dan catat gerakan janin (minimal 10 x gerakan dalam
12 jam )
Lakukan pemeriksaan CGT untuk mngetahui frekuensi dan
keteraturan denyut jantung janin dan kontraksi rahim ibu
Catat pergerakan janin dalam 12 jam per hari
Beri oksigen 2-3 lpm jika gerakan janin belum mencapai
10x dalam 12 jam
4. Edukasi
Jelaskan manfaat menghitung gerakan janin
Anjurkan inu memenuhi kebutuhan nutrisi sebelum
menghutung gerakan janin
Anjurkan posisi miring kiri saat menghitung gerakan janin,
agar janin dapat memperoleh oksgen dengan optimal
Anjurkan ibu memberitahu perawat ika gerakan janin tidak
mencapai 10 x dalam 12 jam
Ajarkan ibu menghitung gerakan janin
5. Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim medis jika ditemukan gawat janin
8 Risiko perdarahan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Pascapersalinan
komplikasi pascapartum diharapkan perdarahan dapat dicegah 1. Observasi
(atonia uteri, retensi placenta) dengan status pascapartum membaik dg Monitor TTv
kritesia hasil : Monitor keadaan lochea
Sirkulasi perifer , payudara penuh, Periksa perineum atau robekan
pemulihan perineum, pemulihan Monitor nyeri
insisi meningkat Monitor status pencernaan
Kenyamanan, infeksi, nyeri insisi,
perdarahan vagina, laserasi, keletihan 2. Terapeutik
dan depresi menurun Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
Jumlah lochea, warna lochea, tekanan Massage fundus sampai kontraksi kat, jika perlu
darah dan freq. Nadi membaik Dukung ibu melakukan ambulasi dini
3. Edukasi
Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
Jelaskan pemeriksaan pada ibusecara rutin
Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat