Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi listrik merupakan energi yang sangat dibutuhkan di era globalisasi saat

ini, sehingga energi listrik menjadi kebutuhan primer saat ini. Hampir semua

aktivitas manusia berhubungan dengan energi listrik. Sumber energi listrik banyak

berasal dari energi fosil seperti batu bara, minyak bumi dan lain sebagainya,

hanya saja sumber energi fosil saat ini semakin menipis untuk dijadikan sebagai

sumber energi listrik dan bahkan bisa habis. Salah satu alternatif untuk sumber

energi listrik saat ini yaitu Energi Terbarukan yang banyak dikembangkan antara

lain sumber energi tenaga air, sumber energi tenaga angin hingga sumber energi

tenaga matahari. Salah satu sumber energi terbarukan yang potensial adalah

sumber energi tenaga matahari menggunakan Panel Surya. Panel surya tidak

membutuhkan bahan bakar minyak, tidak menimbulkan polusi dan ramah

lingkungan. Panel surya sangat baik digunakan di daerah tropis seperti di

Indonesia.

Terletak pada garis khatulistiwa, Indonesia mempunyai energi surya yang

berlimpah dan berpotensi menjadi salah satu sumber energi utama penghasil

listrik di masa depan. Sulawesi Tengah khususnya kota Palu yang wilayahnya

terdiri dari lima dimensi yaitu wilayah pegunungan, lembah, sungai, teluk dan

lautan. Kota Palu memiliki letak geografis yang berada antara 0,36"-0°,56"

Lintang Selatan dan 119°,45"-121°,1" Bujur Timur, sehingga tepat berada digaris

1
2

Khatulistiwa. Oleh sebab itu kota Palu dapat memanfaatkan tenaga surya sebagai

sumber energi listrik. Potensi penerapan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)

yang cukup baik telah dilakukan beberapa pembangunan menggunakan sistem

photovoltaic diantaranya sebagai penerangan jalan dan sistem traffic light di

daerah perkotaan. Pemikiran untuk terus melanjutkan pembangunan sistem

photovoltaic di kota Palu terus berkembang seiring beberapa daerah pedesaan

yang minim mendapatkan pasokan energi listrik. Namun untuk terus

mengembangkan pembangunan sistem photovoltaic dengan mengacu pada faktor

kinerja photovoltaic perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan output dari

photovoltaic.

Photovoltaic adalah alat yang dapat mengkonversi secara langsung cahaya

matahari menjadi energi listrik. Ketinggian tempat dari permukaan laut, suhu

udara, kabut (berawan tebal), kadar polusi udara, dan intensitas cahaya matahari

adalah faktor-faktor yang banyak mempengaruhi nilai arus dan tegangan yang

dihasilkan oleh photovoltaic. Kelembaban, posisi sel surya serta kecepatan angin

juga mempengaruhi kinerja photovoltaic (Siahaan et al., 2010). Efisiensi konversi

energi menjadi energi listrik melalui sel Photovoltaic (PV) termasuk rendah,

maksimal 20% pada sel PV komersial. Salah satu bentuk upaya untuk

meningkatkan efisiensi konversi energi sel Photovoltaic adalah dengan

menggunakan metode Pelacakan Titik Daya Maksimum atau Maksimum Point

Tracker (MPPT).

MPPT adalah suatu metode untuk menjejak (track) titik kerja sebuah sumber

energi agar menghasilkan daya maksimum. Ketika kondisi beban atau atmosfer
3

yang berbeda maka daya output maksimum sel PV terjadi pada nilai arus dan

tegangan tentu berbeda. Dengan kendali MPPT diharapkan terjadi konversi energi

maksimal pada berbagai kondisi.

Dalam penerapan MPPT membutuhkan konverter DC-DC untuk mencapai

nilai tegangan dan arus output yang diinginkan. Konverter DC-DC pada

umumnya terdapat 3 jenis yaitu penurun tegangan (buck converter), penaik

tegangan (boost converter) dan penurun-penaik tegangan (buck-boost converter).

Dalam penelitian ini konverter yang akan digunakan ialah The Single-Ended

Primary-Inductance Converter (SEPIC) yang merupakan pengembangan dari

buck-boost converter. Sama seperti buck-boost converter, tegangan keluaran

SEPIC converter dapat bernilai lebih besar atau lebih kecil dari tegangan

masukannya, yang berbeda ialah polaritas tegangan output-nya tidak terbalik.

Ada berbagai metode untuk mewujudkan MPPT, antara lain Algoritma

Genetika (GA), Jaringan Saraf Tiruan (JST) dan Fuzzy Logic. Berbagai macam

metode ini mempunyai berbagai kekurangan, antara lain jumlah iterasi yang

banyak dan sulit untuk di implementasikan. Salah satu metode yang cukup handal

dan mudah di implementasikan adalah dengan menggunakan algoritma hill

climbing. Dengan metode ini diharapkan diperoleh kendali MPPT yang handal

serta mudah diterapkan, sehingga efisiensi sistem PV dapat meningkat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dilampirkan pada sub bab

sebelumnya, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:


4

1. Bagaimana bentuk karakteristik PV yang digunakan ?

2. Bagaimana mengatur duty cycle SEPIC converter menggunakan metode

algoritma modifikasi hill climbing agar konverter bekerja pada daya

maksimum ?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :

1. Photovoltaic yang digunakan pada penelitian ini adalah photovoltaic tipe

monocrystalline.

2. Parameter pengukuran pengambilan data adalah Isc (arus hubung singkat),

Voc (tegangan rangkaian terbuka), intensitas cahaya matahari, suhu

photovoltaic di Wilayah Jurusan Teknik Elektro Universitas Tadulako.

3. Desain MPPT pada PV menggunakan algoritma modifikasi hill climbing.

4. Mengabaikan konstan tegangan output.

5. Beban yang digunakan saat simulasi untuk konverter adalah resistansi murni.

6. Simulasi dilakukan pada software PSIM.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dan pembuatan alat ini adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan daya maksimum pada photovoltaic.

2. Merancang sebuah sistem MPPT pada photovoltaic menggunakan metode

algoritma modifikasi hill climbing dengan SEPIC converter.


5

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Akademis

1. Penerapan langsung ilmu pengetahuan secara teoritis yang didapat pada

perkuliahan dalam penelitian secara praktis.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

kelistrikan dalam bidang konsentrasi energi elektrik dan konsentrasi

elektronika dalam hal studi tentang sumber energi listrik terbarukan.

3. Menambah pengetahuan tentang pengaplikasian algoritma modifikasi hill

climbing dalam bidang energi terbarukan.

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Menambah referensi pengetahuan energi terbarukan yang bersumber dari

energi matahari sebagai pembangkit energi listrik untuk diterapkan di daerah

perkotaan maupun pedesaan di Kota Palu.

2. Untuk kelistrikan bidang PT. PLN, secara tidak langsung dapat membantu

berhemat listrik, sehingga krisis energi listrik dapat diminimalisir.

3. Untuk meningkatkan efisiensi dari Photovoltaic agar selalu bekerja pada titik

maksimum sehingga dapat menghasilkan daya maksimum dari Photovoltaic

tersebut.

4. Pengembangan DC-DC converter menggunakan SEPIC converter.


6

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat,

Batasan Masalah, serta Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

Bab ini berisi tentang Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, dimana Tinjauan

Pustaka berisi perbandingan antara tugas akhir ini dengan tugas akhir yang ada

sebelumnya. Sedangkan Landasan Teori berisi tentang penjelasan singkat tentang

hardware/ software yang digunakan pada pembuatan tugas akhir ini.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi uraian tentang tahapan dan metode yang dilakukan dalam

pelaksanaan penelitian, perancangan tugas akhir, serta hipotesis yang dibuat

berdasarkan rumusan masalah, batasan masalah, serta teori yang ada.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang telah dibuat berkaitan dengan

penelitian ini, beberapa penelitian tersebut diantaranya yaitu :

a. Makhloufi et all. (2013), penelitian dengan judul Maximum Power Point

Tracker for Photovoltaic System using on-line Learning Neural Networks

penelitian ini menyatakan bahwa MPPT pada Photovoltaic dengan sistem

kontrol DC-DC converter menggunakan Algoritma Perturb and Observe (P &

O) dan Pembelajaran on-line menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

sehingga ketika radiasi matahari bervariasi terlalu cepat maka Kontrol

Jaringan Syaraf Tiruan dengan cepat melacak MPP dan menyesuaikan siklus

tugas dari DC-DC Converter. Hasil simulasi pelatihan JST menunjukkan

bahwa efisiensi MPPT dan efektivitas metode kontrol ini lebih tinggi karena

memiliki komputansi dan pengimplementasiannya yang lebih rumit.

Perbedaannya dengan penelitian penulis adalah MPPT dikontrol oleh

algoritma modifikasi Hill Climbing yang jauh lebih sederhana dan sedikit

lebih mudah untuk di implementasikan.

b. Wibisono et all. (2014), penelitian dengan judul MPPT Menggunakan Metode

Hibrid JST dan Algoritma Genetika Untuk Sistem Photovoltaic penelitian ini

menghasilkan nilai MSE (Mean Squared Error) terbaik yang didapatkan

sebesar 0,000453. Kemudian setelah dilakukan pengujian menggunakan data

7
8

uji didapatkan error rata-rata = 0,00949509 dan MSE = 0,00012814.

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kendali berbasis fractional open

voltage dan mendapatkan nilai MSE terbaik. GA memiliki komputansi yang

kompleks dan sulit diterapkan dalam implementasi. Perbedaannya dengan

penelitian penulis adalah MPPT menggunakan algoritma modifikasi Hill

Climbing mudah untuk di terapkan.

Berdasarkan penelitian diatas untuk itu dilakukan penelitian Pelacakan Titik

Daya Maksimum Pada Photovoltaic Menggunakan Algoritma Modifikasi

Hill Climbing Dengan SEPIC Converter sebagai referensi dalam

memaksimalkan perancangan pembangkit listrik tenaga surya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Energi Terbarukan

Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber alami seperti

matahari, angin, dan air. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang

ramah lingkungan sehingga tidak memberikan konstribusi terhadap perubahan

iklim dan pemanasan global. Energi terbarukan apabila dikelola dengan baik,

maka energi tersebut tidak akan habis. Sebelum bahan bakar fosil akan habis,

maka sektor energi terbarukan sangat perlu dikembangkan agar bisa

menggantikan minyak bumi, batu bara, dan gas alam.

Energi terbarukan sering dianggap sebagai cara terbaik untuk mengatasi

terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global. Hal yang paling penting

sekarang adalah mengembangkan teknologi yang berbeda bagi energi terbarukan


9

guna memastikan bahwa saat datangnya hari dimana bahan bakar fosil habis,

dunia tidak perlu khawatir dan energi terbarukan siap untuk menggantikannya.

Tenaga surya, angin, biomassa dan air adalah teknologi yang paling sesuai untuk

menyediakan energi di daerah-daerah terpencil. Sementara itu energi panas bumi

dan energi pasang surut adalah teknologi yang tidak bisa digunakan disemua

tempat.

2.2.2. Energi Matahari

Matahari mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi bumi.

Energi pancaran matahari telah membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan,

membuat udara dan air di bumi bersirkulasi, dan banyak hal lainnya. Matahari

juga merupakan sumber energi (sinar panas) terbesar di bumi. Energi yang

terkandung dalam batu bara dan minyak bumi sebenarnya juga berasal dari

matahari.

Matahari mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga berarti mengontrol

terjadinya siang dan malam, serta mengontrol planet-planet lainnya, karena

berkat adanya sinar matahari dunia ini menjadi hidup karena sinar matahari

memberikan energi pada semua mahluk bumi. Panas Matahari biasa digunakan

untuk mengeringkan cucian, mengeringkan hasil bumi, pertanian dll. Energi

matahari sangat atraktif karena tidak bersifat polutif, tidak akan habis, dan gratis.

Ada dua kelemahan dari matahari yaitu sangat halus (dilute) dan tidak konstan.

Energi dari matahari tiba di bumi adalah dalam bentuk radiasi elektromagnetik

yang mirip dengan gelombang radio tetapi mempunyai kisaran frekuensi yang
10

berbeda. Energi dari matahari tersebut dikenal di Indonesia sebagai energi surya.

Energi surya diukur dengan satuan energi per waktu per luas area atau dapat

ditulis Watt/m2 dan dikatakan sebagai pancaran atau intensitas radiasi matahari

(irradiance).

Setiap tahunnya ada sekitar 3.9 x 1024 Joule = 1.08 x 1018 kWh energi matahari

yang mencapai permukaan bumi, ini berarti energi yang diterima bumi dari

matahari adalah 10000 kali lebih banyak dari permintaan energi primer secara

global tiap tahunnya dan lebih banyak dari cadangan ketersediaan keseluruhan

energi yang ada di bumi. Dengan kata lain, menggunakan 10000 kali energi yang

dihasilkan dari cahaya matahari yang datang secara optimal, dapat mencukupi

seluruh kebutuhan energi di masa yang akan datang.

2.2.3. Radiasi Matahari Pada Permukaan Bumi

Intensitas radiasi matahari di luar atmosfer bumi bergantung pada jarak antara

matahari dengan bumi. Tiap tahun, jarak ini bervariasi antara 1,47 x 10 8 km dan

1,52 x 108 km. Akibatnya irradiance Eo berfluktuasi antara 1325 W/m2 sampai

1412 W/m2. Nilai rata-ratanya disebut sebagai solar constant (konstanta surya)

dengan nilai Eo = 1367 W/m2.

Pancaran ini tidak dapat mencapai ke permukaan bumi secara keseluruhan,

karena beberapa faktor pengurangan oleh atmosfer bumi. Pada siang hari di cuaca

yang bagus, pancaran bisa mencapai 1000 W/m2. Ada tiga macam cara radiasi

matahari sampai ke permukaan bumi, yaitu:


11

a. Radiasi langsung (Direct Radiation)

Adalah radiasi yang mencapai bumi tanpa perubahan arah atau radiasi yang

diterima oleh bumi dalam arah sejajar sinar datang.

b. Radiasi hambur (Diffuse Radiation)

Adalah radiasi yang mengalami perubahan akibat pemantulan dan

penghamburan.

c. Radiasi total (Global Radiation)

Adalah penjumlahan radiasi langsung (Direct radiation) dan radiasi hambur

(Diffuse radiation).

Gambar 2.1. Distribusi Radiasi Matahari Sampai ke Permukaan Bumi

Cahaya matahari pada permukaan bumi terdiri dari bagian yang langsung dan

bagian yang baur. Radiasi langsung datang dari arah matahari dan memberikan

bayangan yang kuat pada benda. Sebaliknya radiasi baur yang tersebar dari atas

awan tidak memiliki arah yang jelas tergantung pada keadan awan dan hari
12

tersebut (ketinggian matahari), baik daya pancar maupun perbandingan antara

radiasi langsung dan baur.

Beberapa hal dapat mempengaruhi pengurangan intensitas radiasi matahari

(irradiance) pada atmosfer bumi. Pengaruh tersebut dapat berupa:

 Pengurangan intensitas karena refleksi (pemantulan) oleh atmosfer bumi

 Pengurangan intensitas oleh karena penyerapan zat-zat di dalam atmosfer

(terutama oleh O3 , H 2 O , O2 , dan CO2 )

 Pengurangan intensitas oleh karena Rayleigh scattering

 Pengurangan intensitas oleh karena Mie scattering

2.2.4. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

PLTS adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan sinar matahari

melalui photovoltaic untuk mengkonversi radiasi sinar foton matahari menjadi

energy listrik. Sel surya merupakan lapisan-lapisan tipis dari bahan

semikonduktor. PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan listrik

DC, yang dapat diubah menjadi listrik AC. Oleh karena itu meskipun cuaca

mendung, selama masih terdapat cahaya, maka PLTS tetap dapat menghasilkan

listrik. PLTS pada dasarnya, dan dapat dirancang umtuk mencatu kebutuhan listik

yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri maupun hybrid (dikombinasi

dengan sumber energi lain), baik dengan metode desetralisasi (satu rumah satu
13

pembangkit) maupun dengan metode sentralisasi (listrik distribusi dengan

jaringan kabel).

Gambar 2.2. Contoh Pembangkit Listrik Tenaga Surya

2.2.5. Photovoltaic (PV)

Photovoltaic adalah alat yang dapat mengkonversi langsung sinar matahari

menjadi energi listrik. Menurut bahasa, kata Photovoltaic berasal dari bahasa

Yunani photos yang berarti cahaya dan volta yang merupakan nama ahli fisika

dari Italia yang menemukan tegangan listrik. Efek photovoltaic pertama kali

berhasil diidentifikasi oleh seorang ahli Fisika berkebangsaan Prancis Alexandre

Edmond Becquerel pada tahun 1839. Pada tahun 1876, William Grylls Adams

bersama muridnya, Richard Evans Day menemukan bahwa material padat

selenium dapat menghasilkan listrik ketika terkena paparan sinar, dengan kata

lain, arti photovoltaic yaitu proses konversi cahaya matahari secara langsung

untuk diubah menjadi listrik. Photovoltaic biasa disingkat dengan PV, nama lain

untuk sel photovoltaic adalah solar cell, solar panel, solar array, dan
14

photovoltaic panel. Solar array adalah kelompok dari solar panel, dan solar

panel adalah kelompok dari solar cell.

Solar cell atau sel surya merupakan elemen aktif (semikonduktor) yang

memanfaatkan efek photovoltaic untuk mengubah energi surya menjadi energi

listrik. Apabila permukaan sel surya terkena cahaya matahari maka dihasilkan

pasangan elektron dan hole. Elektron akan meninggalkan sel surya dan akan

mengalir pada rangkaian luar sehingga timbul arus listrik. Arus listrik yang

dihasilkan oleh sel surya dapat dimanfaatkan langsung atau disimpan dulu dalam

baterai untuk digunakan kemudian.

Pada umumnya satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan

total menghasilkan tegangan DC sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar.

Modul surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk

memperbesar total tegangan dan arus output-nya sesuai dengan daya yang

dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.

Gambar 2.3 Susunan Modul photovoltaic

2.2.6. Prinsip Kerja Photovoltaic (PV)


15

Prinsip kerja photovoltaic (PV) adalah mengubah atau mengkonversi energi

dari radiasi matahari menjadi energi listrik. Sel surya konvensional yang tersusun

pada photovoltaic bekerja dengan menggunakan prinsip p-n junction yaitu seperti

junction antara semikonduktor tipe-p dan juga tipe-n. Semikonduktor ini berasal

dari ikatan atom yang memiliki elektron sebagai penyusun dasarnya. Setiap

semikonduktor memiliki kelebihan sendiri seperti semikonduktor tipe-n yang

memiliki kelebihan elektron muatan negatif, sedangkan untuk semikonduktor

tipe-p memiliki kelebihan hole muatan positif.

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik, sehinggan

eleltron dan juga hole dapat diekstrak oleh material kontak dalam menghasilkan

sebuah energi listrik. Oleh karena itu ketika semikonduktor tipe-p dan juga tipe-n

terkontak, kelebihan dari elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-n

menuju ke tipe-p. Dengan begitu terbentuklah kutub positif pada semikonduktor

tipe-n, dan begitu pula sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p.

Gambar 2.4. Proses Pembangkit Energi Listrik Pada Sebuah Photovoltaic


16

Akibat electron dan hole akan terbentuk medan listrik, ketika cahaya

matahari mengenai susunan dari p-n junction akan mendorong electron bergerak

dari semikonduktor menuju kontak negatif selanjutnya dimanfaatkan sebagai

energi listrik, dan begitu pula sebaliknya hole akan bergerak menuju kontak

positif menunggu datangnya sebuah electron.

2.2.7. Jenis-Jenis Photovoltaic (PV)

Photovoltaic atau yang biasa juga disebut panel surya memiliki jenis yang

berbeda tergantung dari bahan yang dipakai, ada kira-kira tiga jenis yang cukup

banyak terdapat di pasaran saat ini. Bahan yang dipakai panel surya membedakan

kualitas dari panel surya yaitu kualitas tegangan dan arus. Beberapa jenis panel

surya antara lain:

a. Polikristal (Poly-crystalline)

Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak. Tipe Polikristal

memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis

monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama, akan tetapi dapat

menghasilkan listrik pada saat mendung.


17

Gambar 2.5. Poly-crystalline

b. Monokristal (Mono-crystalline)

Merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan

luas yang paling tinggi. Memiliki efisiensi sampai dengan 15%. Kelemahan dari

panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya

kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.

Gambar 2.6. Mono-crystalline


18

c. Amorphous

Amorphous silicon (a-Si) telah digunakan sebagai bahan sel surya

photovoltaic pada kalkulator. Meskipun kemampuannya lebih rendah

dibandingkan sel surya jenis c-Si, hal ini tidak penting pada kalkulator, yang

memerlukan energi yang kecil.

Gambar 2.7. Amorphous

Harga maksimum dari efisiensi sel-sel surya dan modulnya, diringkas pada tabel

berikut:

Tabel 2.1. Perbandingan Efisiensi Material Bahan Pembuat Photovoltaic

Module efficiency,
Solar Cell efficiency, Cell efficiency,
ηmodule
cell ηcell ηcell
(series
material (laboratory) (production)
production)
Monocystalline
24.7% 18% 14%
silicon
Polycrystalline
19.8% 16% 13%
silicon
Ribbon silicon 19.7% 14% 13%
19

Crystalline thin
19.2% 9.5% 7.9%
film silicon
Amorphous silicon 13.0% 10.5% 7.5%

2.2.8. Karakteristik Tegangan-Arus Pada Sel Surya

Penggunaan tegangan dari photovoltaic bergantung dari bahan

semikonduktor yang dipakai. Jika menggunakan bahan silikon maka tegangan

yang dihasilkan dari setiap sel surya berkisar 0,5 V. Tegangan yang dihasilkan dari

photovoltaic bergantung dari radiasi cahaya matahari. Untuk arus yang dihasilkan

dari photovoltaic bergantung dari luminasi (kuat cahaya) matahari, seperti pada

saat cuaca cerah atau mendung. Sebagai contohnya suatu kristal silikon tunggal

photovoltaic dengan luas permukaan 100 cm2 akan menghasilkan sekitar 1,5 Watt

dengan tegangan sekitar 0,5 Volt tegangan searah dan arus sekitar 2 Amper jika

cahaya matahari dengan panas penuh (1000W/m2).


20

Gambar 2.8. Karakteristik Tegangan-Arus pada Sel Photovoltaic.

a) Tegangan Open Circuit (Voc)

Voc adalah tegangan yang dibaca pada saat arus tidak mengalir atau dengan

kata lain tegangan maksimum modul sel surya yang terjadi ketika arus hubung

singkat sama dengan nol. Cara untuk mencapai tegangan open circuit (Voc) yaitu

dengan cara menghubungkan kutub positif dan kutub negatif PV module pada

multimeter maka akan terlihat pembacaan nilai tegangan open circuit sel surya

pada multimeter.

b) Arus Short Circuit (Isc)

Isc merupakan arus maksimal yang dapat dihasilkan oleh modul sel surya.

Cara untuk mendapatkan nilai Isc yaitu dengan cara menge-short-kan kutub

positif dengan kutub negatif pada PV module, kemudian nilai Isc dibaca pada

multimeter sebagai pembaca arus sehingga didapatkan nilai pengukuran arus

maksimum pada sel surya.

Gambar 2.9. Short-Circuit Current Measurement


21

Hubungan arus pendek sumber terbaru, seperti kotak-kontak AC atau baterai,

sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan langsung ke komponen jika

tidak ada proteksi arus. karena pada dasarnya tidak ada perlawanan, arus sangat

tinggi dan dapat menyebabkan kejutan listrik berpotensi fatal dan suhu yang

sangat tinggi yang dapat menyebabkan luka bakar listrik atau kebakaran.

Selanjutnya, arus pendek baterai dapat menyebabkan meledak, hamburan asam

dan bahan beracun lainnya ke orang terdekat atau komponen.

Perangkat PV, dapat menjadi aman saat hubung pendek karena mereka secara

inheren terbatas. Pada kenyataannya, beberapa jenis pengendali baterai sirkuit

pendek array PV sebagai sarana untuk mengontrol arus charging ke dalam sistem

baterai perangkat PV hubung pendek akan mengalir arus hanya sampai titik

tertentu, karena elektron yang membentuk saat ini tidak bebas mengalir kecuali

mereka dirilis oleh foton. Jumlah foton mencolok perangkat PV terbatas dan

hanya beberapa dari mereka foton mentransfer energi yang cukup untuk

membebaskan elektron. Oleh karena itu, arus tidak dapat melebihi pasokan

elektron bebas, hanya radiasi yang lebih besar dapat meningkatkan arus hubung

singkat, dan yang layak hanya sampai titik tertentu.

2.2.9. Daya pada photovoltaic

Intensitas cahaya menentukan besarnya daya dari energi sumber cahaya yang

sampai pada seluruh permukaan sel surya. Jika permukaan sel surya (A) dengan

intensitas tertentu, maka daya input (Pin) sel surya, yaitu (Amalia et al., 2010):

Pin = E × A......................................................................................................(1)
22

Dimana:

Pin = Daya input akibat irradiance matahari (Watt)

E = Intensitas radiasi matahari (Watt/m2)

A = Luas area permukaan photovoltaic module (m2)

Sedangkan untuk besarnya daya pada solar cell (Pout) yaitu perkalian

tegangan rangkaian terbuka (Voc), arus hubung singkat (Isc) dan fill factor

Pout = Voc × Isc × FF..................................................................................(2)

Dimana:

Pout = Daya yang dibangkitkan oleh photovoltaic (Watt)

Voc = Tegangan rangkaian terbuka pada photovoltaic (Volt)

Isc = Arus hubung singkat pada photovoltaic (Ampere)

FF = Fill Factor

2.2.10. Fill Factor (FF)

Fill Factor merupakan parameter yang menentukan daya maksimum dari

photovoltaic dalam kaitannya dengan Isc dan Voc. Fill Factor didefinisikan sebagai

rasio daya maksimum photovoltaic terhadap hasil kali Voc dan Isc.

Pm
FF =
V oc × I sc

Pm
........................................................................................................(3)
V 0 c x I sc

2.2.11. Efisiensi pada photovoltaic

Energi cahaya yang diterima modul surya dapat diubah menjadi energi listrik.

Semakin besar energi listrik yang dihasilkan maka konversi energi ini pun
23

memiliki nilai efisiensi di dalamnya. Efisiensi keluaran maksimum (η)

didefinisikan sebagai persentase keluaran daya optimum terhadap energi cahaya

yang digunakan, yang dituliskan sebagai berikut :

η = (Vmax . Imax) / Pin

η = (Voc . Isc . FF) / Pin

η = (Pout/Pin) x 100%..............................................................................................(4)

Dimana :

η = Efisiensi photovoltaic (%)

Pout = Daya yang dibangkitkan oleh photovoltaic (Watt)

Pin = Daya yang diterima akibat irradiance matahari (Watt)

2.2.12. Faktor Pengoprasian Modul Surya (Photovoltaic)

a. Temperatur udara lingkungan

Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur sel tetap

normal pada 25ºC. Kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada

sel surya akan melemahkan tegangan Voc yang dihasilkan. Setiap kenaikan

temperatur panel surya 1ºC (dari 25ºC) akan mengakibatkan berkurang sekitar

0,4% total tenaga (daya) yang dihasilkan sel surya.


24

Gambar 2.10. Efek Temperatur Modul pada Tegangan photovoltaic

b. Radiasi matahari (insolation)

Apabila jumlah energi cahaya matahari yang diperoleh sel surya

(photovoltaic) berkurang atau intensitas cahayanya melemah, maka besar

tegangan dan arus listrik yang dihasilkan juga akan menurun. Penurunan tegangan

relatif lebih kecil dibandingkan penuruna arus listriknya.


25

Gambar 2.11. Kurva I-V dari Modul Surya untuk beberapa Iradiasi dan

Temperatur yang tetap

c. Kecepatan angin bertiup

Kecepatan angin disekitar lokasi modul PV dapat membantu mendinginkan

permukaan temperatur kaca-kaca modul PV.

d. Keadaan atmosfir bumi

Debu yang terdapat pada lingkungan berpengaruh pada pengurangan daya

dan pengurangan efisiensi pada modul PV.

e. Orientasi modul surya (photovoltaic)

Orientasi modul PV ke arah matahari secara optimum penting agar modul PV

dapat menghasilkan energi maksimum.


26

f. Posisi letak modul surya terhadap matahari (tilt angle)

Mempertahankan sinar matahari jatuh ke sebuah permukaan modul PV secara

tegak lurus akan mendapatkan energi maksimum ± 1000 W/m 2 atau 1 kw/m2.

Kalau tidak dapat mempertahankan ketegaklurusan antara sinar matahari dengan

PV, maka tambahan luasan bidang modul PV dibutuhkan.

2.2.13. Maximum Power Point Tracking

Maximum Power Point Tracking (MPPT) adalah teknik yang digunakan

untuk menjaga sistem photovoltaic bekerja dalam point Maximum Power Point.

Di bawah ini adalah grafik karakteristik dari panel surya menurut referensi

(Hecktheuer, Krenzinger & Prieb, 2002).


27

Gambar 2.12. Grafik Arus dan Daya Terhadap Tegangan

MPPT akan mempertahankan output pada daya tertingginya, yaitu pada Vmp

(voltage maximum power) dan Imp (current maximum power). Untuk

mempertahankan sistem dapat tetap bekerja pada MPP. Tegangan maximum

power point (Vmpp), bervariasi terhadap suhu dan intensitas cahaya matahari.

Sebuah konverter DC–DC dapat dipasang diantara panel surya dan beban.

Konverter ini digunakan untuk memaksimalkan transfer daya dari panel surya ke

beban. Konverter DC–DC yang digunakan tergantung dari spesifikasi panel surya

dan beban yang dipasang. Konverter DC-DC dikontrol dengan menggunakan


28

Algoritma Modifikasi Hill Climbing, sehingga tegangan optimal dari sel PV dapat

diperkirakan.

2.2.14. SEPIC Converter

The Single-Ended Primary-Inductance Converter (SEPIC) adalah converter

yang menghasilkan tegangan output yang lebih kecil ataupun lebih besar dari

tegangan input-nya. Tegangan output yang dihasilkan mempunyai polaritas yang

sama dengan tegangan input-nya. Berikut ini merupakan rangkaian dari SEPIC

converter:

Gambar 2.13 SEPIC Topology

Keterangan : VIN = Tegangan Input (V)

L1 & L2 = Induktor Berpasangan (H)

SW = Switch

Cp = Kapasitor Kopling AC (F)

D1 = Dioda Zener (V)

COUT = Kapasitor Keluaran (F)

RL = Tahanan ( Ω )

VOUT = Tegangan Output (V)


29

Ketika pulsa naik atau MOSFET dalam kondisi on, induktor 1 akan diisi oleh

tegangan input dan induktor 2 diisi oleh kapasitor 1. Dioda akan mati dan nilai

output dipertahankan oleh kapasitor 2. Ketika pulsa turun atau MOSFET dalam

kondisi off, output induktor melalui dioda menuju beban dan kapasitor akan terisi.

Semakin besar persentase waktu on (duty cycle), maka nilai tegangan output akan

semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin lama induktor diisi maka semakin

besar muatan yang tersimpan (Sharp, 2014). Namun jika kondisi on berlangsung

terlalu lama, maka kapasitor tidak akan mengisi. Kondisi on dan off pada SEPIC

ditunjukkan pada gambar 2.15 dan gambar 2.16.

Gambar 2.14 Aliran arus saat saklar On

Gambar 2.15 Aliran arus saat saklar Off


30

Tabel 2.2 Komputasi Konverter SEPIC

NO PARAMETER KOMPUTASI

.
V OUT +V FWD
1. Duty Cycle D=
V ¿ +V OUT + V FWD

I¿
2. Perubahan Arus ∆ I L =30 × =30 × I ¿
η

Riak Induktor

1 V × D(max)
3. Induktor L1 ( min ) =L2 ( min )= × ¿(min)
2 ∆ I L × f SW (min)

4. Arus Induktor ∆ IL 30
I L1 (Peak )=I ¿ +
2
=I ¿ 1+( 2 )
5. Kapasitor I OUT × D ( max )
COUT ≥
∆ V RPL × f SW ( min )

6. Arus Puncak I Q 1(Peak )=I L1 ( Peak ) + I L2 ( Peak )=I ¿ + I OUT + ∆ I L

MOSFET

7. Arus RMS I¿
I Q 1(RMS) =
√ D(max)
MOSFET

8. Daya FET tR
PD =I 2Q 1 (RMS) ×r DS (on) × D ( max )+ I Q 1 (Peak ) × [ V ¿(min) +V OUT + V FWD ] ×
Q1

2.2.15. Algoritma Modifikasi Hill Climbing

Metode Hill Climbing hampir sama dengan metode pembangkitan &

pengujian (Generate and Test), hanya saja proses pengujian dilakukan dengan
31

menggunakan fungsi heuristik. Pembangkitan keadaan berikutnya sangat

tergantung pada feedback dari prosedur pengetesan. Tes yang berupa fungsi

heuristik ini akan menunjukkan seberapa baiknya nilai terkaan yang diambil

terhadap keadaan-keadaan lainnya yang mungkin.

Hill Climbing adalah proses pengujian yang dilakukan dengan menggunakan

fungsi heuristik. Pembangkitan keadaan berikutnya sangat tergantung pada

feedback dari prosedur pengetesan. Tes yang berupa fungsi heuristik ini akan

menunjukkan seberapa baiknya nilai terkaan yang diambil terhadap keadaan-

keadaan lainnya yang mungkin.

Metode Hill climbing merupakan variasi dari depth-first search. Dengan

metode ini, eksplorasi terhadap keputusan dilakukan dengan cara depth-first

search dengan mencari path yang bertujuan menurunkan cost untuk menuju

kepada goal/ keputusan. Yaitu dengan selalu memilih nilai heuristik terkecil.

Dalam metode heuristik Hill Climbing, terdapat dua jenis Hill Climbing yang

sedikit berbeda, yakni Simple Hill Climbing (Hill Climbing sederhana) dan

Steepest-Ascent Hill Climbing (Hill Climbing dengan memilih kemiringan yang

paling tajam/ curam) (Maulida et al., 2014). Algoritma Hill Climbing bekerja

berdasarkan observasi pada daya keluaran PV dan memberi gangguan berupa

penambahan atau pengurangan daya dengan mengubah nilai duty cycle.


32

Gambar 2.16 Flowchart dari Algoritma Hill Climbing


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat Penelitian

Dalam penelitian mengenai Pelacakan Titik Daya Maksimum menggunakan

Algoritma Modifikasi Hill Climbing dengan SEPIC Converter, penulis

menggunakan beberapa macam bahan dan alat yang digunakan antara lain :

3.1.1. Bahan Penelitian

a. Intensitas Cahaya Matahari

Intensitas cahaya matahari merupakan salah satu sumber energi yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Pada aplikasinya semakin besar intesitas cahaya

matahari maka semakin besar daya output dari photovoltaic.

b. Suhu Matahari

Suhu matahari merupakan salah satu sumber energi yang akan digunakan

dalam penelitian ini. Daya output dari photovoltaic bergantung pada besarnya

suhu matahari dan intesitas cahaya matahari, semakin besar suhu matahari yang

diterima oleh photovoltaic maka semakin besar daya output dari photovoltaic.

3.1.2. Alat Penelitian

Alat penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu perangkat keras (hardware) dan

perangkat lunak (software).

a. Perangkat Keras (Hardware)

1. Photovoltaic (PV)

33
34

Photovoltaic merupakan alat untuk mengkonversi energi surya menjadi energi

listrik. Pada penelitian ini penulis menggunakan Photovoltaic modul jenis

Monocrystalline 75 Wp.

2. Pyranometer

Pyranometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur Intensitas

Radiasi Matahari, dengan satuan W/m2.

3. Thermocouple

Thermocouple merupakan Alat yang digunakan untuk mengukur suhu pada

photovoltaic, dengan satuan oC.

4. AVO meter

AVO meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur Tegangan (V) dan

Arus (I) pada output photovoltaic.

b. Perangkat Lunak (Software)

1. PSIM

Powersim (PSIM) adalah salah satu software untuk simulasi model

sistem dinamika. Jadi Powersim hanyalah merupakan alat (tool) untuk

mempermudah simulasi model sistem tersebut. Pada penelitian ini, software

ini berfungsi untuk implementasi Algoritma Modifikasi Hill Climbing.


35

Gambar 3.1. Tampilan PSIM

3.2. Cara Penelitian

Sebelum melakukan penelitian ini, sebaiknya membuat rancangan tahap-

tahap dari penelitian yang akan dilakukan agar terstruktur sesuai rencana. Adapun

bentuk rancangan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


36

Gambar 3.2 Flowchart Cara Penelitian


37

1. Mulai;

Mulai merupakan langkah awal dari penelitian dan pendesainan bahan

proposal ini.

2. Rumusan Masalah;

Rumusan masalah, yaitu menyangkut tentang masalah yang akan dicari

pemecahannya melalui penelitian ini.

3. Tujuan Penelitian;

Tujuan penelitian, yaitu bertujuan untuk menghasilkan daya maksimum dari

photovoltaic menggunakan Algoritma Modifikasi Hill Climbing dengan

SEPIC Converter.

4. Observasi;

Observasi, langkah ini bertujuan untuk memastikan apakah tujuan dari

penelitian diatas sudah dianggap layak atau tidak yang tentunya disesuaikan

dengan metode MPPT pada Photovoltaic tersebut apakah dapat diterapkan

atau tidak.

Gambar 3.3 Diagram Blok Validasi Data

5. Studi Pustaka;

Studi pustaka, langkah ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi

pendukung lainnya yang lebih akurat tentang penelitian dan pendesainan yang

akan dilakukan. Adapun sumber data yang bisa diperoleh yaitu dengan melalui
38

buku-buku, datasheet, maupun internet yang semuanya dapat membantu

dalam proses penelitian dan pembuatan alat ini.

6. Perhitungan Konverter SEPIC;

Perhitungan Konverter SEPIC, langkah ini bertujuan untuk menentukan

parameter rangkaian konverter SEPIC yang digunakan pada simulasi PSIM.

7. Pembuatan simulasi di PSIM;

Pembuatan simulasi di PSIM, langkah ini bertujuan untuk membuat rangkain

konverter SEPIC di PSIM dengan memasukan parameter yang telah dihitung.

8. Pengujian Konverter SEPIC di PSIM;

Pengujian konverter SEPIC di PSIM, langkah ini bertujuan untuk menguji

(me-running) simulasi yang telah dibuat, apabila berfungsi sesuai yang

diinginkan maka akan lanjut ke tahap selanjutnya.

9. Pengambilan Data;

Pengambilan data, langkah ini bertujuan untuk mendapatkan data awal dari

photovoltaic tersebut sehingga dapat dijadikan data referensi untuk sistem

MPPT yang akan digunakan.

10. Desain MPPT menggunakan Algoritma Modifikasi Hill Climbing;

Desain MPPT menggunakan Algoritma Modifikasi Hill Climbing, langkah ini

dilakukan apabila Modul Photovoltaic telah siap. Algoritma Modifikasi Hill

Climbing dibuat melalui aplikasi PSIM.

11. Pengujian MPPT menggunakan Algoritma Modifikasi Hill Climbing pada

Hardware;
39

Pengujian MPPT menggunakan Algoritma Modifikasi Hill Climbing, proses

ini dilakukan jika Desain MPPT menggunakan Algoritma Modifikasi Hill

Climbing pada Photovoltaic telah selesai dibuat, apabila MPPT menggunakan

Algoritma Modifikasi Hill Climbing dapat diterapkan dengan baik dan

berjalan sesuai fungsinya maka akan lanjut ketahap berikutnya.

12. Pengambilan Data;

Pengambilan data, langkah ini dilakukan untuk mendapatkan data hasil dari

intensitas cahaya, suhu pada panel PV, Tegangan Maksimum, Arus maksimum

dan daya maksimum, sehingga data ini akan jadi perbandingan pada hasil daya

PV tanpa MPPT.

13. Analisis Perbandingan dan Pembahasan;

Analisis perbandingan dan pembahasan, proses ini dilakukan apabila semua

data yang akan dianalisis telah terkumpul semua. Analisis ini meliputi

perbandingan data dari PV tanpa MPPT dan PV dengan MPPT tersebut.

Setelah dilakukan analisis, maka akan dilakukan lagi pembahasan yang sesuai

dengan hasil dari analisis dan hasil dari langkah-langkah diatas sebelumnya.

14. Kesimpulan dan Saran;

Kesimpulan dan saran, dari hasil analisis tersebut, dapat diambil beberapa

kesimpulan dan saran-saran yang bersifat produktif, konstruktif, dan edukatif.

15. Selesai;

Selesai, penelitian dianggap selesai apabila semua proses diatas telah

terlaksana dan dapat dipertanggungjawabkan.


40

3.3. Hipotesis

Berdasarkan dari landasan teori dan tinjauan pustaka maka dapat diambil

hipotesis sebagai berikut :

Gambar 3.4. Diagram Blok Rangkaian


41

Gambar 3.5 Diagram Blok Hipotesis

Data awal yang diambil adalah data tegangan dan arus output panel surya

pada berbagai kondisi suhu dan intensitas radiasi matahari. Data arus dan

tegangan ini kemudian diolah untuk mendapatkan daya puncak (Pmax dan

Tegangan maksimum (Vmpp)). Cara kerja sistem yang direncanakan ini adalah

sebagai berikut:

1. Keluaran tegangan dan arus dari PV akan masuk pada SEPIC Converter.

2. Keluaran tegangan dan arus dari PV akan masuk pada controller MPPT

(dalam bentuk data yang diambil dari voltage sensor dan current sensor).

3. Kontroler MPPT menggunakan metode Algoritma Modifikasi Hill Climbing

telah mencari Vmpp pada PV.

4. Keluaran dari kontroler MPPT (Vmpp) masuk pada pengendali duty cycle

yang akan memberikan umpan balik ke SEPIC Converter.


42

5. Umpan balik yang diterima oleh SEPIC Converter akan mengeluarkan Vmpp

dari PV sehingga daya maksimal dari PV dapat dicapai.


DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, A., Mujahidin, M., Nusyirwan, D. 2010. Implementasi Panel Surya

Yang Diterapkan Pada Daerah Terpencil Di Rumah Tinggal Di Desa

Sibuntuon, Kecamatan Habinsaran, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Makhloufi, M. T., Abdessemed, Y., Khireddine, M. S. 2013. Maximum Power

Point Tracker for Photovoltaic Systems using On-line Learning Neural

Networks, International Journal of Computer Applications (0975 – 8887)

Volume 72– No.10, Juni.

Wibisono, G., Pramono, S. H., Muslim, M. A. 2014. MPPT Menggunakan Metode

Hibrid JST dan Algoritma Genetika Untuk Sistem Photovoltaic, Jurnal

EECCIS Vol. 8, No. 2, Desember.

Amalia, Satwiko, S. 2010. Optimalisasi Output Modul Surya Polikristal Silikon

dengan Cermin Datar sebagai Reflektorpada Sudut 60o, Jurnal Prosiding

Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY, Universitas Negeri Jakarta.

Hecktheuer, L. A., Krenzinger, A., Prieb, C. W. M. 2002. Methodology for

photovoltaic modules characterization and shading effects analysis, J Braz

Soc Mech Sci.

Sharp, Gregory. 2014. SEPIC Converter Design and Operation, WPI.

Maulida, L., Fauziah, N., Susanti, A., Hamdani, S. B. 2014. Kecerdasan Buatan

Simple Hill Climbing, Universitas Airlangga.

43

Anda mungkin juga menyukai