Anda di halaman 1dari 4

Latar belakang

Indicator keberhasilan pembangunan suatu bangsa dinilai dengan

indeks pembangunan masyarakat (IPM) yang terdiri dari tiga aspek yaitu

pendidikan, ekonomi, dan kesehatan, indicator kesehatan meliputi angka

kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi dan usia harapan hidup,

menurut UNDP (2011),prioritas pembangunan di bidang kesehatan lebih

ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, masa kemamilan harus

mendapatkan perhatian khusus karena masa tersebut merupakan periode

yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan. Masalah gizi di

Indonesia dan Negara berkembang umumnya masih di dominasi oleh

masalah gizi kurang. Data Depkes menggambarkan masalah gizi di Indonesia

ternyata lebih serius dari perkiraan selama ini, gizi buruk di derita semua

kelompok usia bahkan masalah gizi pada kelompok umur tertentu

mempengaruhi status gizi pada periode siklus kehidupan tertentu

(intergenerational impact).

Menurut data WHO sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah

persalinan atau kelahiran di Negara-negara berkembang rasio kematian ibu

merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran

bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju

dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2011).

Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan

dengan Negara ASEAN lainya, resiko kematian ibu karena melahirkan di


Indonesia adalah 1 dari 65 kelahiran. Pada tahun 2002 angka kematian ibu

di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (yulia, 2009).

Kekurangan energy kronis (KEK) adalah suatu kondisi dimana ibu

menderita kekurangan makanan yang belangsung menahun atau kronik dan

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu hamil (Depkes

RI,2012).

Golongan paling rentan terhadap KEK yaitu bayi, balita dan ibu hamil

(Depkes RI,2012). Resiko kekurangan energy kronik (KEK) adalah keadaan

dimana remaja putrid atau wanita mempunyai kecenderungan menderita

KEK (Arisman, 2009).

Ibu yang mengalami KEK yaitu ibu yang ukuran lingkar lengan atas

(LILA) < 23,5cm dan dengan salah satu criteria berikut berat badan (BB)

sebelum kehamilan < 42 kg, tinggi badan (TB) ibu < 145 cm, BB ibu hamil

pada trimester ke III < 45 kg, indeks massa tubuh (IMT) sebelum kehamilan

< 1700, ibu menderita Anemia dengan HB < 11 gr % (Weni, 2010).

Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko

kesakitan yang lebih besar pada trimester ke III kehamilan dibandingkan

dengan ibu hamil normal dan beresiko melahirkan bayi dengan BBLR,

kematian saat persalinan, pendarahan saat persalinan (Depkes RI, 2012).

Factor utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil

ibu sudah mengalami kekurangan energy, sedangkan kebutuhan energy

bagi ibu hamil lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil,
kebutuhan energy yang tinggi disebabkan karena pada saat hamil

metabolisme tubuh meningkat, peningkatan energy dan zat gizi diperlukan

untuk perkembangan janin (Depkes RI, 2012).

Upaya yang dapat dilakukan dalam menanganan KEK antara lain adalah

dengan peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan

pada pemberdayaan keluarga untuk ketahanan pangan tingkat rumah

tangga (Almatsier, 2012), peningkatan variasi dan jumlah makanan,

menjaga jarak kehamilan paling tidak 2 tahun penundaan kehamilan

pertama dan bila memungkinkan sampai usia 25 tahun dan mempunyai

jumlah anak secukupnya (FKM UT, 2011).

1. Faktor jarak kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari
2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih
sehat dibandingkan anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang
terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin atau anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya
sendiri (ibu memerlukan energy yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan
anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin
atau bayi berikutnya yang dikandung (Baliwati, 2009). Berbagai penelitian membuktikan
bahwa status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh
karena itu belum siap untuk kehamilan berikutnya (FKM UI,2009). Selain itu kesehatan fisik
dan rahim ibu yang masih menyusui sehingga dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil. Ibu
hamil dengan persalinan terahir ≥ 10 tahun yang lalu seolah menghadapi kehamilan atau
persalinan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya menjadi lebih tua, apabila asupan gizi ibu
tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil. Criteria jarak kelahiran dibagi
menjadi 2 yaitu:

1. Resiko rendah ( ≥ 2 tahun sampai < 10 tahun)


2. Resiko tinggi (< 2 tahun lalu ≥ 10 tahun) (Rochjati P,2009)

3.

Anda mungkin juga menyukai