Askep Ca Servik
Askep Ca Servik
Cerviks
D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
kelompok
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Smear. Karena itu, pemeriksaan IVA ini memberikan harapan besar untuk
terlindung dari ganasnya efek kanker serviks. Pemeriksaan IVA ini bisa
dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan terlatih. Vagina dibuka dengan
cocor bebek kemudian leher rahim diolesi asam asetat 3-5% dengan memakai
lidi kapas. Hasilnya dapat dilihat satu menit kemudian (Rasjidi, 2008).
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada Pasien dengan
Kanker Cerviks
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
patofisiologi komplikasi,pemeriksaan penunjang,
2. Menjelasakan hasil konep asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien dengan Kanker Cerviks.
1.4 Manfaat
a. Bagi penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan di bidang
kesehatan mengenai Konsep Asuhan Keperawatan Ppda Pasien dengan
KANKER CERVIKS
b. Bagi pembaca
2
Memberikan wawasan tentang Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan KANKER CERVIKS serta menambah wawasan pengetahuan
khususnya di bidang keperawatan.
c. Institusi pendidikan
Dapat menjadi pertimbangan untuk di terapkan di dunia pendidikan pada
lembaga-lembaga di bidang kesehatan sebagai solusi terhadap
permasalahan pendidikan yang ada.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karsinoma Leher rahim adalah tumor yang timbul diantara epitel yang
melapisi ektoleher rahim portio dan endoleher rahim kanalis servikalis yang
disebut sebagai scuomosa columner junction (SCJ).(Nada, 2007 dalam
Kustiyati & Winarni, 2011).
4
2.2 Etiologi Kanker Serviks
Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa
gejala. Bila kanker sudah mengalami progresivitas atau stadium lanjut, maka
gejalanya berupa:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh,
terkadang bercampur darah
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala serviks 75-80%
c. Perdarahan spontan, perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lama semakin sering terjadi
d. Perdarahan pada wanita usia menopouse
e. Anemia
5
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Perdarahan vagina yang tidak normal
1. Perdarahan di antara periode reguler mensturasi
2. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
3. Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
h. Nyeri
1. Rasa sakit saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembekakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dsb (Rahayu,
2015:10-11).
6
b) Tes ini dilakukan pada saat tidak sedang haid, sebaiknya pada
hari ke-10 sampai 20 setelah hari pertama haid.
c) 2 hari sebelum tes pasien dilarang menggunakan obat-obatan
vagina, spermisida, krim ataupun jelly, kecuali dianjurkan oleh
dokter
d) Pasien juga harus menghindari hubungan seksual 1-2 hari
sebelum tes dilakukan. Hal tersebut harus dilakukan karena
dapat menyamarkan hasil tes.
2. Tes IVA (inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Tes IVA adalah pemeriksaan skrining alternatif Pap Smear karena
biaya murah, praktis, sangat mudah dilakukan oleh tenaga kesehatan
selain ginekologi. Tes IVA merpakan salah satu deteksi dini kanker
seviks dengan menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan
dilihat langsung dengan memnggunakan mata langsung. Serviks
(epitel) abnormal jika diolesi asam asetat 3-5% akan berwarna putih
(epitel putih) (Syafrudin dkk, 2011:248).
2.5 Patofisiologi Kanker Serviks
Kanker serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoleher
rahim dan endoleher rahim yang disebut scuomosa columner junction. Pada
masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel leher rahim
dimana epitel kolumner akan digantikan oleh epitel skuomosa yang diduga
berasal dari epitel kankerdangan kolumnar. Proses pergantian epitel kolumner
menjadi epitel skuomosa disebut proses metaplasia. Pada wanita muda, SCJ
berada diluar OUE sedangkan pada wanita berumur lebih dari 35 tahun SCJ
berada didalam uteri.
Pada awal perkembangan Kanker leher rahim tidak memberikan tanda-
tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan spekulum tampak sebagai portio yang
erosi atau metaplasia scuamosa yang fisiologik atau patologi. Tumor dapat
tumbuh secara : (a) Eksofilik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai
masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, (b) Endofitik,
mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma leher rahim dan cenderung
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus yang luas, (c) Ulseratif, mulai dari SCJ
7
dan cenderung merusak struktur jaringan leher rahim dengan melibatkan awal
fornises vagina menjadi ulkus yang luas.
Metaplasia skuomosa yang fisiologi dapat berubah menjadi patologi
displasia melalui tingkatan neoplasma insitu I, II, III dan karsinoma insitu
akhirnya menjadi karsinoma invasif sekali lalu menjadi makro invasif/invasif,
proses keganasan akan berjalan terus (Prawiroharjo, 2001: 382).
8
2.6 Pathway
psikologis
Penekanan Infeksi Pengobat Perdarah
Kurang an an
Vesika Eksternal
pengetahu Sel Keputih pervagina
urinaria saraf radiasi
an an hipovolemia
Hidroureter berlebih
Cemas Nyeri
hidronefrosi Kulit Depresi Mulut Resti
s Perdarahan merah sum-sum stoma
kering tulang titis
terjadin
Statis urin pada saat
ya syok
berhubung
HB turun Penurun
hipovol
an suami
an nafsu emik
istri Resti makan
Gangguan Anemia
kerusakan
pola
integritas Sel- sel Kelemahan,
seksual kurang
kulit keletihan
oksigen
9
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Serviks
a. Pengkajian
1. Identitas
Kanker serviks biasanya terjadi pada wanita yang berusia ± 31-60
tahun.Akan tetapi juga mampu menyerang wanita yang berusia 20-30
tahun. Ataupun wanita yangmulai melakukan hubungan seksual pada
usia< 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti
(Wulandari , 2011).
2. Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan perdarahan dan merasa
nyeri di daerah panggul (Rahayu ,2015).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Terjadi keputihan yang makin lama berbau busuk dan terkadang
terjadi perdarahan yang berlebih saat menstruasi ataupun pada
wanita menopause dan perdarahan saat koitus.Selain itu juga
pasien mengalami nyeri saat berhubungan seks dan nyeri di
sekitar panggul (Rahayu Sri,2015).
3. Status Kesehatan Dahulu
a) Riwayat Penyakit Dahulu
Multi paritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker serviks.Riwayat melahirkan > 3 kali dapat menjadi
salah satu faktor resiko terjadinya kanker serviks (Haryani ,
dkk, 2016).
b) Riwayat Penyakit Keluarga
Seseorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks
(Haryani , dkk, 2016).
10
c) Kebiasaan
wanita yangmempunyai pasangan seksualyang berganti-ganti,
wanita perokok baik aktif maupun pasif dapat mengalami kanker
serviks karena bahan rokok dapat menurunkan status imun lokal
sehingga dapatmenjadi kokarsinogen infeksi virus. Selain itu
kurangnya konsumsi makanan antioksidan dan hygiene yang
buruk juga dapat menjadi faktor resiko kanker serviks (Wulandari
, 2011).
d) Obat-obatan
Kontrasepsi oralyang dipakai dalam jangka panjang yaitulebih
dari 5 tahun dapat meningkatkan risikorelatif 1,53 (Wulandari ,
2011).
e) Riwayat Lingkungan
Penderita kanker serviks di Kota padang sedikit lebih banyak
dibandingkan di luar kota padang. Hal ini kemungkinan
disebabkan tidak seluruh masyarakat kota Padang mengetahui dan
memahami kesadaran mengenai faktor risiko dan keinginan
melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Penderita
kanker serviks di luar kota Padang yang lebih sedikit ditemukan
bukan berarti kasus kanker serviks rendah, hal ini kemungkinan
bisa disebabkan salah satunya pelayanan kesehatan yang kurang
terjangkau sehingga membuat penderita kanker serviks enggan
untuk berobat (Haryani , dkk, 2016).
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
1) Kesadaran
Tidak mengalami perubahan kesadaran, kecuali jika stadium
telah mencapai IV b sehingga kanker dapat bermetastasis
jauh, misalnya sampai ke otak (Mansjoer, dkk, 2000).
2) Tanda-Tanda Vital
Terjadi peningkatan suhu saat tumor tumbuh secara eksoflik
dan menginfeksi vagina (Prawiroharjo, 2001: 382).
11
Tidak mengalami perubahan pada tekanan darah, nadi dan
pernapasan kecuali jika kanker bermetastasis jauh ke organ-
organ tertentu (paru, jantung) (Mansjoer , dkk, 2000).
12
Gejala yang dapat timbul karena metastasis jauh, misalnya
cepat lelah (Mansjoer, 2005: 379).
Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan
terjadi pembekakan di berbagai anggota tubuh seperti betis,
paha, dsb (Rahayu ,2015).
7) Sistem Endokrin
Pengaruh hormon selama kehamilan menjadi lebih mudah
untuk berkembangnya sel kanker, hal ini dihubungkan
dengan proses metaplasia sel serviks uteri, rendahnya daya
imun perempuan saat hamil serta trauma yang disebabkan
oleh proses saat melahirkan (Haryani , dkk, 2016).
8) Sistem Hematologi
Terjadi penurunan kadar Hb karena pasien mengalami
perdarahan yang cukup banyak baik saat menstruasi maupun
pasien menepouse (Rahayu ,2015).
9) Sistem Reproduksi
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah
yang makin lama makin lebih sering terjadi, misalnya setelah
melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak,
atau bisa juga diluar senggama/spontan, biasanya terjadi pada
tingkat klinik lanjut stadium II-III (Yatim, 2005: 47).
Serviks dapat teraba membesar, irregular, teraba lunak, dan
bau terdapat bau busuk yang khas (Mansjoer , dkk, 2000).
10) Sistem Imunologi
umur merupakan salah satu faktor risiko yang dianggap
mempengaruhi prognosis penderita dan mempengaruhi
kematangan sistem imun. Insiden kanker serviks yang masih
tinggi pada umur lebih tua karena semakin tua usia pasien,
semakin lemah sistem imun yang dimiliki (Haryani, dkk,
2016).
11) Sistem Integumen
13
Tidak mengalami masalah pada kulit pasien, kecuali di
bagian vagina jika hygiene buruk maka dapat mengiritasi
kulit (Wulandari, 2011).
5. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis kanker adalah usaha untuk mengidentifikasi jenis kanker
yang diderita dengan cara pemeriksaan tertentu (Scoot, 2002: 474).
Pemeriksaan yang dilakukan pada kanker leher rahim meliputi :
a) Pemeriksaan Ginekologi
Dengan melakukan Vaginal tauche atau rectal tauche yang
berguna untuk mengetahui keadaan leher rahim serta sangat
penting untuk mengetahui stadium kanker leher rahim
(Prawirohardjo,2001: 150).
b) Pemeriksaan Pap smear
Pemeriksaan pap smear adalah pemeriksaan sitologi epitel porsio
dan leher rahim untuk menentukan tingkat praganas dan ganas
pada portio dan leher rahim serta diagnosa dini karsinoma leher
rahim (Kustiyati dan Winarni, 2011).
c) Pemeriksaan Kolposkopi
Kolposkopi adalah mikroskop teropong stereoskopis dengan
pembesaran yang rendah 10-40 X, dengan kolposkopi maka
metaplasia scuomosa infeksi HPV, neoplasma Intraepiteliel leher
rahim akan terlihat putih dengan asam asetat atau tanpa corak
pembuluh darah. Kelemahanya: hanya dapat memeriksa daerah
terlihat saja yaitu portio, sedangkan kelainan pada SCJ dan
intraepitel tidak bisa dilihat (Jones, 2002 dalam Kustiyati dan
Winarni, 2011).
d) Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan ini dikerjakan dengan mata telanjang pada beberapa
tempat di leher rahim yaitu dengan cara mengambil
sebagian/seluruh tumor dengan menggunakan tang oligator,
sampai jaringan lepas dari tempatnya (Manuaba, 2001).
6. Penatalaksanaan
14
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan
pengamatan lanjutan (tim kanker / tim onkologi) . Penatalaksanaan
yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada
stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:
histerektomi, radiasi dan kemoterapi pengamatan lanjutan (tim kanker
/ tim onkologi) (Wiknjosastro, 1997).
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut
Definisi:
Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional,dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (misal. inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (misal. terbakar,bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (Misal .abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Mengeluh nyeri
Objektif
a. Tampak meringis
b. Bersikap protetif
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif : (tida tersedia)
Objetif
15
a. Tekanan darah meningkat
b. Pola nafas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berfikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaforesis
Kondisi klinis terkait
a. Kondisi pembedahan
b. Cidera traumatis
c. Infeksi
d. Syndrome koroner akut
e. Glaukoma
(PPNI, 2017: 172)
2) Ketidakseimbangan nutrisi
definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
penyebab
a. ketidakmampuan menelan makanan
b. ketidakmampuan mecerna makanan
c. ketidakmampuan mengabsorbsi nutien
d. peningkatan kebutuhan metabolisme
e. faktor psikologis
objektif
subjektif
16
b. kram atau nyeri abdomen
c. napsu makan menurun
objektif
a. infeksi
3) Pola seksual tidak efektif
Definisi
Kekawatiran individu melakukan hubungan seksual yang beresiko
menyebabkan perubahan kesehatan.
Penyebab
a. Kurang privasi
b. Ketiadaan pasangan
c. Konflik orientasi seksual
d. Ketakutan hamil
e. Ketakutan terinfeksi penyakit menular seksual
f. Hambatan hubungan dengan pasangan
g. Kurang terpapar informasi tentang seksualitas
Subjektif
17
d. Orientasi seksual berubah
Subjektif
Objektif
a. Konflik nilai
a. Mastektomi
b. Histerektomi
c. Kanker
d. Kondisi yang menyebabkan paralisis
e. Penyakit menular seksual (mis, sifilis, gonore,AIDS)
4) Ansietas
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
f. Kekawatiran mengalami kegagalan
g. Disfungsi sistem keluarga
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Factor keturunan (temperamen mudah teragitasi ejak lahir)
j. Penyalahgunaan zat
18
k. Terpapar bahaya lingkungan (mis; toksin, polutan, dll)
l. Kurang terpapar informasi
Subjektif
a. Merasa bingung
b. Merasa kawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi
c. Sulit berkonsentrasi
Objektif
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
Subjektif
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya
Objektif
19
i. Sering berkemih
j. Berorientasi pada masa lalu
20
6) Resiko infeksi
Definisi
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Factor resiko
a. Penyakit kronis (mis, diabetes mellitus)
b. Efek prosedur invasive
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
e. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer:
1. Gangguan peristaltic
2. Kerusakan integritas kulit
3. Perubahan sekresi pH
4. Penurunan kerja siliaris
5. Ketuban pecah lama
6. Ketuban pecah sebelum waktunya
7. Merokok
8. Statis cairan tubuh
f. Ketidakadekuatan petahanan tubuh
1. Penurunan hemoglobin
2. Imununosupresi
3. Surpresi respon inflamasi
4. Vaksinasi tidak adekuat
a. AIDS
b. Luka bakar
c. Penyakit paru obstruksi kronis
d. Diabetes mellitus
e. Tindakan invansif
f. Kondisi penggunaan terapi steroid
g. Penyalahgunaan obat
h. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
21
i. Kanker
j. Gagal ginjal
k. Imunosupresi
l. Lymphedema
m. Leukositopenia
n. Gangguan fungsi hati
7) Resiko kerusakan integritas kulit
Definisi
Beresiko mengalami kerusakan kulit(dermis epidermis) atau
mengalami kerusakan jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi atau ligamen).
Faktor Risiko
a. Perubahan sirkulasi kekurangan)
b. Perubahan status nutrisi(kelebihan atau kekurangan)
c. Volume cairan ( Kelebihan/kekurangan)
d. Penurunan mobilitas
e. Bahan kimia iritatif
f. Suhu lingkungan yang ekstrem
g. Faktor mekanis(mis. penekanan, gesekan) atau faktor
elektris(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
h. Terapi radiasi
i. Kelembaban
j. Proses penuaan
k. Neuropati perifer
l. Perubahan pigmentasi
m. Perubahan hormonal
n. Penekanan pada tonjolan tulang
o. Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankanlmelindungi integritas jaringan
. Kondisi Klinis Terkait
a. Imobilisasi
b. Gagal jantung kongestif
22
c. Gagal ginjal
d. DM
e. Imunodefisiensi
f. Katerisasi jantung (SDKI,2016:300)
c. Intervensi keperawatan
1) Nyeri akut
Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
untuk mencapai kenyamanan
b. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
c. Melaporkan nyeri pada penyedia tenaga kesehatan
d. Mempertahankan pola tidur yang baik
e. Mempertahankan selera makan yang baik
Aktivitas keperawatan :
Pengkajian :
a. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai plihan pertama untuk
mengumpulkan informasi dalam pengkajian
b. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan
c. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata –kata yang sesuai
usia dan tingkat perkembangan pasien
d. Manajemen nyeri (NIC)
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik dan durasi
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga :
a. Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang
harus di minimum
b. Frekuensi pemberian
c. Kemungkinan efek samping, (misalnya pembatasan aktivitas
fisik, pembatasan diet )
Aktivitas kolaboratif :
a. Manajemen nyeri (NIC)
23
Gunakan tindakan pengendalian nyeri menjadi lebih berat
laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika
keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri sebelumnya
Aktivitas lain :
a. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian
nyeri dan efek samping
b. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas
c. bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan
pengalihan seperti melalui televisi, tape, dan interaksi dengan
pengunjung
d. Manajemen (NIC)
Libatkan pasien dalam modalitas peredaan nyeri, jika
memungkinkan kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak
nyamanan.(Wilkinson, 2016: 296-299)
2) Ketidakseimbangan nutrisi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria Hasil
a. Mempertahankan berat badan
b. Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
c. Menoleransi diet yang dianjurkan
d. Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
e. Melaporkan tingkat energi yang adekuat.(Judith &
Nancy,2011:506)
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
a. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah keseimbangan makan
b. Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan
eletrolit
24
c. Manajemen Nutrisi (NIC) :
1) Ketahui makanan kesukaan pasien
2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebuthan
nutrisi
3) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
4) Timbang pasien pada intervensii yang tepat.
25
b. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan
pasien dari rumah
c. Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan
tinggi
d. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
e. Hindari prosedur invasif sebelum makan
f. Suapi pasien jika perlu
g. Manajemen Nutrisi (NIC): berikan pasien minuman dan kudapan
bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi, bila
mumingkinkan ajarkan pasien tentang cara membuat catatan
harian makanan, jika perlu.(Judith & Nancy,2011:506-509)
3) Pola seksual tidak efektif
Tujuan/ Kriteria hasil
a. Berpartisipasi aktif dalam konseling
b. Meminta informasi yang dibutuhkan tentang seksualitas
c. Memahami pentingnya diskusi mengenai masalah seksual dengan
pasangan
d. Mendiskusikan keluhan tentang seksualitas
e. Mengungkapkan kepuasan seksualitas
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
a. Pantau adanya indikator resolusi disfungsi seksual (mis.
Peningkatan kapasitas keintiman)
b. Konseling seksual (NIC):
1) Awali pertanyaan tentang seksualitas dengan suatu
pernyataan pada pasien bahwa banyak orang mengalami
masalah seksual
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Beri informasi yang diperlukan untuk meningkatkan fungsi
seksual (mis. Bimbingan antisipasi, materi pendidikan kesehatan,)
Aktivitas kolaboratif
a. Dukung kelanjutan konseling setelah pemulangan
26
Aktivitas lain
a. Anjurkan pengungkapan keluhan seksual melalui peran pemberi
asuhan yang telah membina hubungan saling percaya dengan
pasien dan merasa nyaman mendiskusikan keluhan seksual
b. Beri waktu dan privasi untuk membahas permasalahan seksual
pasien
c. Konseling seksual (NIC)
1) Bantu pasien mengungkapkan kesedihan dan kemarahan
terhadap perubahan fungsi dan penampilan tubuh, jika
diperlukan.
2) Libatkan pasangan atau pasangan seksual dalam konseling
seoptimal mungkin, jika diperlukan
4) Ansietas
Tujuan/ Kriteria Hasil
a. Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami
kecemasan
b. Mengidetifikasi gejala yang merupakan indikator ansietas pasien
sendiri
c. Mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat
d. Memiliki tanda-tanda dalam batas normal.(Judith &
Nancy,2011:47-48)
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk
reaksi fisik
b. Kaji untuk faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi
penyebab ansietas
c. Reduksi Ansietas (NIC): menentukan kemampuan pengambilan
keputusan pasien
27
b. Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia,
seperti teman, tetangga, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan
pusat rekresi
c. Informasikan tentang gejala ansietas
d. Penurunan Ansietas (NIC): sediakan informasi faktual
menyangkut diagnosa, terapi, dan prognosis, instruksikan pasien
tentang penggunaan teknik relaksasi.
Aktivitas Kolaboratif
a. Penurunan Ansietas (NIC): berikan obat untuk menurunkam
ansietas, jika perlu
Aktivitas Lain
28
c. Asupan dan haluaran cairan seimbang
d. Kulit hangat dan kering
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a. Pantau kondisi yang dapat mengarah ke hipovolemia
b. Kaji kondisi jantung(infark jantung, disritmia,dll)
c. Kaji kondisi sirkulasi
d. Pantau asupan dan haluaran, termasuk luka, drain, muntah, dan
diare.
e. Pantau tanda-tanda vital
f. Pantau warna dan kelembapan kulit
Aktivitas kolaboratif
a. Berikan medikasi yang diprogramkan untuk menangani faktor
risiko
b. Berikan oksigen, jika gejala mengindikasikan perkembangan syok
aktual, atau jika diperlukan untuk pengobatan tanpa henti faktor
resiko
c. Rujuk ke dokter gizi jika diperlukan diet khusus untuk
meningkatkan kesehatan atau penyembuhan sistem imun
Penyuluhan untuk pasien
a. Anjurkan pasien/keluarga tentang mencegah infeksi
b. Ajarkan tanda dan gejala syok. (perdarahan, kehilangan cairan)
Aktivitas lain
a. Siapkan untuk memberikan cairan, elektrolit, koloid, atau
darah/produk darah untuk masalah volume yang bersikulasi
b. Gunakan metode aseptik ketat untuk mencegah infeksi
c. Berikan nutrisi oral, enteral, atau parenteral. (Wilkinson,
2016:395-396 )
6) Risiko infeksi
Tujuan/ Kriteria Hasil
a. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Memperlihatkan higiene personal yang adekuat
29
c. Menggambarkan faktor yang menunjang penuluran infeksi
d. Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur
skrining dan pemantauan.(Judith & Nancy,2011:425)
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
a. Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut
jantung, drainase, penampilan luka, sekresi, penampilan urine,
suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise
b. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
c. Pantau hasil laboratorium
d. Amati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan
terhadap infeksi
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
a. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi
meningkatkan risiko terhadap infeksi
b. Instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi
tubuh terhadap infeksi (misalnya, mencuci tangan
c. Pengendalian Infeksi (NIC) :
d. Ajarkan pasien teknik mencucui tangan yang benar
e. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu
masuk dan meninggalkan ruang pasien
i. Aktivitas Kolaboratif
f. Ikuti protokol instituti untuk melaporkan suspek infeksi atau
kultur positif
g. Pengendalian Infeksi (NIC): berikan terapi antibiotik, bila
diperlukan
Aktivitas Lain
a. Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak
menugaskan perawat yang sama untuk pasien lain yang
mengalami infeksi dan memisahkan ruang perawatan pasien
dengan pasien yang terinfeksi
30
b. Pengendalian Infeksi (NIC) :
1) Bersihkan lingkungan denganbenar setelah dipergunakan
masing-masing pasien
2) Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan
3) Terapkan kewaspadaan universal
4) Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan.(Judith &
Nancy,2011:426-427)
7) Risiko gangguaan integritas kulit.
Kriteria evaluasi
a. Mendemonstrasikan aktivitas perawatan kulit r ang efektif
b. Memiliki nadi kuat dan simetris
c. Memiliki warna kulit normal
d. Memiliki suhu tubuh normal
e. Tidak mengalami nyeri di ekstermitas
f. Mengonsumsi makanan secara adekuat untuk ningkatkan
integritas kkulit
Aktivitas Keperawatan
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina. ( Diananda,Rama, 2009 )
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3.2 Saran
a. Bagi penulis
Untuk penulis dapat mengimplementasikan sesuai dengan teori yang
sudah ada di dalam makalah ini.
b. Bagi pembaca
Untuk pembaca terutama mahasiswa keperawatan diharapkan dapat
menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada Pasien dengan penyakit
KANKER CERVIKS.
c. Bagi intstitusi
Agar bisa dijadikan referensi di bidang pendidikan terutama di bidang
kesehatan agar mahasiswanya juga bisa mendapatkan tambahan wawasan
untuk masalah asuhan keperawatan pada Pasien dengan penyakit
KANKER CERVIKS
32
DAFTAR PUSTAKA
Kustiyati & Winarni. (2011). Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode
IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta. Gaster, Vol. 8.
Haryani, dkk. (2016). Prevalensi Kanker Serviks Berdasarkan Paritas di RSUP Dr.
M. Djamil Padang Periode Januari 2011-Desember 2012. Jurnal Keehatan
Andalas, 648.
Rahayu, D.S. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.