“BRONKOPNEUMONIA”
Dokter Pembimbing :
Disusun Oleh :
2019
1
BAB I
LAPORAN KASUS
i. Identitas Pasien
Nama : An. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 6 Bulan
TTL : Sukabumi, 03 Juli 2019
No.CM : 901***
Alamat : Siliwangi gang mutholib no 4
Masuk RS : 07 September 2019, pukul 18.21 WIB via IGD anak
Nama Ayah : Tn. M
Usia Ayah : 30 tahun
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny. C
Usia Ibu : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
ii. Anamnesis
Dilakukan Alloanamnesis dengan Ibu pasien pada tanggal 11 November 2019 jam 13.30
WIB.
Keluhan Utama
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan sesak napas sejak 3
hari SMRS. Sesak disertai dengan keluhan demam sejak 1 hari yang lalu, demam
menurun apabila diberi obat penurun demam. Sesak diperberat apabila pasien
mengalami keluhan gejala pilek dan bila pasien sedang menyusu dan sesak
diperingan apabila pasien telah mendapat pengobatan dari dokter. Sebelumnya
pasien menderita batuk berdahak namun sulit untuk dikeluarkan dan pilek
berwarna kekuningan tidak berbau mudah untuk dikeluarkan sejak 2 minggu yang
lalu.
2
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan Tuberculosis, Bronkopneumonia, Bronkiolitis, dan
Penyakit Jantung tidak ada.
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien mengalami hiperemesis, anemia dan penurunan nafsu makan saat
hamil. Selama hamil tidak pernah mengalami perdarahan.
Riwayat Kelahiran
Pasien dilahirkan di bidan Sukabumi secara spontan dengan usia kehamilan 38
minggu. Saat lahir, pasien langsung menangis. BBL : 2600 gram.
Riwayat Perkembangan
o Motorik Kasar
2 bulan : mengangkat kepala
o Motorik Halus
2 bulan : mengikuti ke garis tengah
o Bahasa
2 bulan : oo/aaa
o Personal Sosial
2 bulan : Menatap muka
Kesan : Perkembangan sesuai dengan usia.
Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
3
Riwayat Imunisasi
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap obat, makanan, cuaca, dan debu.
Riwayat Psikososial
Ibu pasien mengatakan tinggal berempat dengan pasien, kakak pasien dan ayahnya.
Pasien tidur bertiga di kamar ukuran 5x4m bersama ayah dan ibunya. Ayah pasien
merokok 1 bungkus perharinya. Ayah pasien sering merokok dirumah.
Kesan: pasien perokok pasif
Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15
Tanda Vital
4
Nadi : 128 x/menit
Pernapasan : 48 x/menit
Suhu : 37,80 C
Saturasi O2 : 91%
Status Gizi
Panjang Badan : 52 Cm
5
KESIMPULAN
o BB/U : di antara 0 dan 1 SD normal
o PB/U : di antara 0 dan 1 SD normal
o BB/PB : di antara 0 dan 1 SD normal
o Kesan gizi : Baik
Status Generalisata
6
Abdomen
Inpeksi : Distensi abdomen (-), retraksi epigastric (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani di lapang abdomen.
Ekstremitas : Akral hangat(+/+), CRT< 2 detik, edema tungkai (-/-),
sianosis(-/-)
7
Neutrophil # 0.03 10^3ML 0.02 – 0.50
Eosinophil # 0.06 10^3ML 0.00 – 0.10
Basofil #
v. Resume
Pasien datang dengan keluhan dispneu (+) sejak 3 hari SMRS. Demam (+), batuk
berdahak (+). Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Nadi 128x/menit, pernapasan
48x/menit, suhu : 37,8 OC. Pada pemeriksaan Auskultasi didapatkan suara ronkhi basah
halus di kedua lapang paru. hasil pemeriksaan penunjang Hb 11.9 g/dL, leukosit 15,2
ribu/µL dan trombosit 375.000 /µL.
8
- Thorax AP
• Foto asimetris, Inspirasi cukup
• Soft tissue dan skeletal yang tervisualisasi dalam batas normal.
• Trakea ditengah.
• Mediastinum tidak melebar.
• Cor tidak tampak membesar. (CTR ± 48 %)
• Sinuses dan diafragma dalam batas normal.
• Pulmo:
- Hili normal.
- Corakan bronkovaskuler normal
9
- Tampak perbercakan di perihiler dan parakardial kanan..
KESAN :
- Bronkopneumonia kanan.
- Tidak tampak kardiomegali.
Bronkopneumonia
Bronkiolitis
Bronkopneumonia
ix. Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI
Cefotaxime 2x 200 mg IV
Gentamicin 2 x 15 mg IV
O2 1-2 liter/menit
Nebu combivent ½ ampul pagi dan sore
NON FARMAKOLOGI
10
• Imunisasi lengkap
x. Pencegahan
- Sesak nafas
- Usia dibawah < 8 bulan
- Saturasi oksigen <92%, Sianosis
- Pernafasan >60x/menit
- Distress pernapasan
- Tidak mau minum atau menetek
- Keluarga tidak bisa merawat dirumah
xiii. Edukasi
11
- Imunisasi lengkap
xiv. Follow Up
A Pneumonia Pneumonia
A Pneumonia Pneumonia
12
S Sesak(), batuk(+), demam(-)
O N = 124 x/m
RR = 40 x/m
S = 36,9 ºC
A Pneumonia
P IVFD D5 1:4
Inj. Cefotaxim 2 x 200 mg
Gentamicin 2x 15 mg
O2 1-2 liter/menit
Nebu combiven ½ amp (P-S)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan
suatu keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi tunggal
13
yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta
perjalanan penyakitnya. WHO mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan
penemuan klinis yang di dapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan.
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI
D. FAKTOR RISIKO
14
o Berat badan lahir rendah
o Tidak mendapat air susu ibu (ASI)
o Imunisasi tidak lengkap
o Adanya saudara serumah yang menderita batuk
o Kamar tidur yang terlalu padat penghuninya.
E. PATOGENESIS
F. DIAGNOSA
Anamnesis
15
Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus
dilakukan pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang
dapat menyebabkan anak gelisah atau rewel.
Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan
kemampuan makan/ minum
Gejala distress pernapasan seperti takipnea,retraksi subcostal, batuk,
krepitasi dan penurunan suara paru.
Demam dan sianosis
Anak di bawah 5 tahun mungkin tidak menunjukan gejala pneumonia
yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala
nyeri yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala
pernapasan tak teratur dan hypopnea.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Laboratorium
16
Pemeriksaan kultur dan pewarnaan gram sputum dengan kualitas yang
baik direkomendasikan dalam tatalaksana anak dengan pneumonia
berat.
Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien rawat
jalan, tetapi direkomendasikan pada pasien rawat inap dengan kondisi
berat dan pada setiap anak yang di curigai menderita pneumonia
bakterial
Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk
medeteksi antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika fasilitas
tersedia.
Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan
pemeriksaan mikroskopis, kultur, serta deteksi antigen bakteri (jika
fasilitas tersedia) untuk penegakkan diagnosis dan menentukan
mulainya pemebrian antibiotik.
Pemeriksaan C – reactive protein (CRP), LED, dan pemeriksaan fase
akut lain tidak dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak
direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin.
Pemeriksaan uji tuberculin selalu dipertimbangkan pada anak dengan
riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.
G. KLASIFIKASI
17
Anak umur 2 bulan – 5 tahun
o Pneumonia ringan : napas cepat
o Pneumonia berat : retraksi
o Pneumonia sangat berat : tidak dapat makan/ minum, kejang,
letargis, malnutrisi
H. TATALAKSANA
Bayi :
Pasien dengan saturasi oksigen 92% pada saat +bernapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%.
Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat
18
Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak di rekomendasikan untuk
anak dengan pneumonia
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk
Nebulisasi dengan 2 agonis dan/ atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
Pasien yang medapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya
setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
Pemberian Antibiotik
19
> 2 bulan :
o Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
o Lini kedua seftriakson
Bila klinis perbaikan, antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan
antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.
Nutrisi
Pada anak dengan distress pernapasan berat, pemberian makanan per oral
harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT)
atau intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat
menekan pernapasan, khususnya pada bayi/anak dengan ukuran lubang
hidung kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaliknya menggunakan ukuran
yang terkecil.
Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak
mengalami overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan
sekresi hormon antidiuretik.
Kriteria Pulang
I. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,
pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema
torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
Ilten et al (2004) melaporkan komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel
kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi
pada seri pneumoniae anak usia 2-24 bulan. oleh karena miokarditis merupakan
20
keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan noninvasif
seperti EKG, ekokardiografi dan pemeriksaan enzim
J. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada
anak terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan non imunisasi. Imunisasi
terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi
pencegahan spesifik. Pencegahan non-spesifik misalnya mengatasi berbagai faktor
risiko seperti polusi udara dalam ruang, merokok, kebiasaan perilaku tidak
sehat/bersih, perbaikan gizi dan lain-lain.
Imunisasi
Pencegahan pneumonia yang berkaitan dengan pertusis dan campak adalah
imunisasi DPT dan campak dengan angka cakupan yang menggembirakan; DPT
berkisar 89,6% - 94,6% dan campak 87,8% - 93,5%.
Dari beberapa studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin pneumokokus
dan vaksin Hib mencegah penyakit dan kematian 15-30% kasus pneumonia Hib.
Pada saat ini banyak negara berkembang merekomendasikan vaksin Hib untuk
diintegrasikan ke dalam program imunisasi rutin dan vaksin pneumokokus
konjugat direkomendasikan sebagai vaksin yang dianjurkan.
Non Imunisasi
Di samping imunisasi sebagai pencegahan spesifik pencegahan non imunisasi
sebagai upaya pencegahan non-spesifik merupakan komponen yang masih
strategis. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan
kepada berbagai komponen masyarakat, terutama pada ibu anak dan balita
tentang besarnya masalah pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak,
perilaku preventif sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup
bersih, perbaikan gizi dengan pola makanan sehat. Penurunan faktor risiko lain
seperti mencegah berat badan lahir rendah, menerapkan ASI Eksklusif,
mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga
dan perokok pasif di lingkungan rumah dan pencegahan serta tatalaksana infeksi
HIV.
Suplementasi zinc dan vitamin A juga merupakan salah satu metode strategis
untuk mencegah pneumonia. Zinc dan vitamin A merupakan mikronutrien
penting dan fungsi imunitas, defisiensi zinc dapat menyebabkan regenerasi dan
21
gangguan fungsi epitel. Penelitian menunjukkan bahwa suplmentasi zinc dan
vitamin A berhubungan dengan penurunan insidensi dan prevalensi pneumonia,
sehingga menurunkan angka kematian anak.
BAB III
KESIMPULAN
22
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di
negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di negara
maju adalah 2-4 kasus/100 anak/ tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/ 100
anak/ tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita
di negara berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Raharjoe. N.N dkk, 2010, Buku ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
2. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Keodkteran. Buku Kedokteran EGC. Jakarta :
1997. Hal 633.
3. Konsensus Pneumonia. Bagian Pulmonologi FKUI /RSUP Persahabatan. Jakarta :
2000.
4. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Unpad.Bandung : 2014.
5. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
24