Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

“BRONKOPNEUMONIA”

Dokter Pembimbing :

dr. Fetty Fatmawati, Sp. Rad

Disusun Oleh :

Ikhlima Pramista Janaria

Andri Dwi Putra Pasopati

STASE ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SYAMSUDIN SH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019

1
BAB I

LAPORAN KASUS

i. Identitas Pasien

Nama : An. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 6 Bulan
TTL : Sukabumi, 03 Juli 2019
No.CM : 901***
Alamat : Siliwangi gang mutholib no 4
Masuk RS : 07 September 2019, pukul 18.21 WIB via IGD anak
Nama Ayah : Tn. M
Usia Ayah : 30 tahun
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny. C
Usia Ibu : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

ii. Anamnesis
Dilakukan Alloanamnesis dengan Ibu pasien pada tanggal 11 November 2019 jam 13.30
WIB.
 Keluhan Utama
Sesak napas
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sayang Cianjur dengan keluhan sesak napas sejak 3
hari SMRS. Sesak disertai dengan keluhan demam sejak 1 hari yang lalu, demam
menurun apabila diberi obat penurun demam. Sesak diperberat apabila pasien
mengalami keluhan gejala pilek dan bila pasien sedang menyusu dan sesak
diperingan apabila pasien telah mendapat pengobatan dari dokter. Sebelumnya
pasien menderita batuk berdahak namun sulit untuk dikeluarkan dan pilek
berwarna kekuningan tidak berbau mudah untuk dikeluarkan sejak 2 minggu yang
lalu.

2
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dengan Tuberculosis, Bronkopneumonia, Bronkiolitis, dan
Penyakit Jantung tidak ada.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit Kencing Manis, Darah Tinggi, Penyakit Jantung tidak ada.

 Riwayat Kehamilan
Ibu pasien mengalami hiperemesis, anemia dan penurunan nafsu makan saat
hamil. Selama hamil tidak pernah mengalami perdarahan.

 Riwayat Kelahiran
Pasien dilahirkan di bidan Sukabumi secara spontan dengan usia kehamilan 38
minggu. Saat lahir, pasien langsung menangis. BBL : 2600 gram.

 Riwayat Perkembangan
o Motorik Kasar
2 bulan : mengangkat kepala
o Motorik Halus
2 bulan : mengikuti ke garis tengah
o Bahasa
2 bulan : oo/aaa
o Personal Sosial
2 bulan : Menatap muka
Kesan : Perkembangan sesuai dengan usia.

 Riwayat Pemberian Makanan


Pasien diberikan ASI eksklusif sejak lahir, belum makanan atau minuman
tambahan apapun.

 Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.

3
 Riwayat Imunisasi

pasien telah melakukan imuisasi BCG, Polio dan hepatitis B


Kesan: Imunisasi lengkap

 Riwayat Pengobatan
Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap obat, makanan, cuaca, dan debu.

 Riwayat Psikososial
Ibu pasien mengatakan tinggal berempat dengan pasien, kakak pasien dan ayahnya.
Pasien tidur bertiga di kamar ukuran 5x4m bersama ayah dan ibunya. Ayah pasien
merokok 1 bungkus perharinya. Ayah pasien sering merokok dirumah.
Kesan: pasien perokok pasif

iii. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Tampak : Sakit Sedang

Kesadaran : Composmentis

GCS : 15

Tanda Vital

4
Nadi : 128 x/menit

Pernapasan : 48 x/menit

Suhu : 37,80 C

Saturasi O2 : 91%

Status Gizi

Berat Badan : 3,6 Kg

Panjang Badan : 52 Cm

5
KESIMPULAN
o BB/U : di antara 0 dan 1 SD  normal
o PB/U : di antara 0 dan 1 SD  normal
o BB/PB : di antara 0 dan 1 SD  normal
o Kesan gizi : Baik

Status Generalisata

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Composmentis
 UUB : Datar
 Kepala : Normocephal (LK= 38 cm)
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
 Hidung : Sekret (+) mukopurulen, epistaksis (-), PCH (-)
 Telinga : Serumen -/-
 Mulut : Mukosa bibir kering, sianosis (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-), Retraksi suprasternal (-)
 Thorax
Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris, retraksi intercosta (-)
Palpasi : Vocal fremitus tidak dilakukan
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi :
o Cor : BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
o Pulmo : Vesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wheezing -/-

6
 Abdomen
Inpeksi : Distensi abdomen (-), retraksi epigastric (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani di lapang abdomen.
 Ekstremitas : Akral hangat(+/+), CRT< 2 detik, edema tungkai (-/-),
sianosis(-/-)

iv. Pemeriksaan Penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
 Hemoglobin 11,9 g/dL 11,5-13,5
 Leukosit 15,2 ribu/µL 6 - 15
 Hematokrit 40.0 % 32-42

 Eritrosit 5.17 Juta/µL 4,0-5,2

 Trombosit 375 ribu/µL 150-450

 MCV 86,2 fL 80-94


28,5 pg 27-31
 MCH
33.7 % 33-37
 MCHC
47,0 fL 37 - 54
 RDW-SD
13,3 fL 9 – 14
 PDW
8,2 fL 8 – 12
 MPV
Differential
30.2 % 26 – 36
Limfosit %
3,1 % 4–8
Monosit %
59.5 % 47 – 62
Neutrophil %
3,0 % 1–3
Eosinophil %
0.5 % <1
Basophil %
Absolut
1,50 10^3ML 1 – 1,51
Limfosit #
0.18 10^3ML 0,16 – 1.0
Monosit #
5.72 10^3ML 2.1 – 8,4

7
Neutrophil # 0.03 10^3ML 0.02 – 0.50
Eosinophil # 0.06 10^3ML 0.00 – 0.10
Basofil #

v. Resume

Pasien datang dengan keluhan dispneu (+) sejak 3 hari SMRS. Demam (+), batuk
berdahak (+). Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Nadi 128x/menit, pernapasan
48x/menit, suhu : 37,8 OC. Pada pemeriksaan Auskultasi didapatkan suara ronkhi basah
halus di kedua lapang paru. hasil pemeriksaan penunjang Hb 11.9 g/dL, leukosit 15,2
ribu/µL dan trombosit 375.000 /µL.

8
- Thorax AP
• Foto asimetris, Inspirasi cukup
• Soft tissue dan skeletal yang tervisualisasi dalam batas normal.
• Trakea ditengah.
• Mediastinum tidak melebar.
• Cor tidak tampak membesar. (CTR ± 48 %)
• Sinuses dan diafragma dalam batas normal.
• Pulmo:
- Hili normal.
- Corakan bronkovaskuler normal

9
- Tampak perbercakan di perihiler dan parakardial kanan..

KESAN :
- Bronkopneumonia kanan.
- Tidak tampak kardiomegali.

vi. Diagnosa Banding

Bronkopneumonia

Bronkiolitis

vii. Diagnosa Kerja

Bronkopneumonia

viii. Pemeriksaan Penunjang yang Disarankan

Foto rontgen thoraks

Hematologi lengkap analyzer ulang

ix. Penatalaksanaan

FARMAKOLOGI

 IVFD D5% 1-4 3 cc/kgBB

 Cefotaxime 2x 200 mg IV
Gentamicin 2 x 15 mg IV

 O2 1-2 liter/menit
 Nebu combivent ½ ampul pagi dan sore

NON FARMAKOLOGI

• Menghindarkan bayi dari paparan asap rokok dan polusi udara

10
• Imunisasi lengkap

• Pasien dipuasakan selama sesak

• Mengedukasi keluarga pasien untuk menjaga kebersihan

• Melakukan pemantauan kondisi pasien

• Terapi nutrisi dengan menggunakan OGT

x. Pencegahan

- Vaksinasi dengan vaksin pertusis, H. Influenza.


- Vaksin influenza pada bayi usia >6 bulan dan usia remaja.
- Untuk orang tua atau pengasuh bayi <6 bulan disarankan untuk diberikan vaksin
influenza dan pertusis

xi. Indikasi Rawat Inap

- Sesak nafas
- Usia dibawah < 8 bulan
- Saturasi oksigen <92%, Sianosis
- Pernafasan >60x/menit
- Distress pernapasan
- Tidak mau minum atau menetek
- Keluarga tidak bisa merawat dirumah

xii. Indikasi Pulang

- Gejala klinis sesak napas dan batuk telah teratasi


- Nafsu makan membaik,
- Bebas demam 12-24 jam,
- Stabil saturasi oksigen >92% dalam udara ruangan selama 12-24 jam (tanpa
oksigen),
- Orangtua sudah mengerti untuk melanjutkan pemberian antibiotik oral.

xiii. Edukasi

- Menghindari bayi dari paparan asap rokok dan polusi udara


- Pemberian ASI

11
- Imunisasi lengkap

xiv. Follow Up

Tanggal 9 September 2019 10 September 2019

S Sesak(+), batuk(+), demam(+) Sesak(+), batuk (+), demam(+)

O N = 132 x/m N = 128 x/m


RR = 56 x/m RR = 52 x/m
S = 37,8 ºC S = 37,7 ºC

Leher retraksi suprasternal + Leher retraksi suprasternal -


Thorax rh+/+, wh-/- Thorax rh+/+, wh-/-
Retraksi intercostal + Retraksi intercostal +

A Pneumonia Pneumonia

P IVFD D5 1:4 IVFD D5 1:4


Inj. Cefotaxim 2 x 200 mg Inj. Cefotaxim 2 x 200 mg
Gentamicin 2x 15 mg Gentamicin 2x 15 mg
O2 1-2 liter/menit O2 1-2 liter/menit
Nebu combiven ½ amp (P-S) Nebu combiven ½ amp (P-S)

Tanggal 11 September 2019 12 September 2019

S Sesak(+), batuk (+), demam(-) Sesak(+), batuk (+), demam(-)

O N = 124 x/m N = 132 x/m


RR = 48 x/m RR = 52 x/m
S = 36,8 ºC S = 36,8 ºC

Leher retraksi suprasternal - Leher retraksi suprasternal -


Thorax rh+/+, wh-/- Thorax rh+/+, wh-/-
Retraksi intercostal - Retraksi intercostal -

A Pneumonia Pneumonia

P IVFD D5 1:4 IVFD D5 1:4


Inj. Cefotaxim 2 x 200 mg Inj. Cefotaxim 2 x 200 mg
Gentamicin 2x 15 mg Gentamicin 2x 15 mg
O2 1-2 liter/menit O2 1-2 liter/menit
Nebu combiven ½ amp (P-S) Nebu combiven ½ amp (P-S)

Tanggal 13 September 2019

12
S Sesak(), batuk(+), demam(-)

O N = 124 x/m
RR = 40 x/m
S = 36,9 ºC
A Pneumonia

P IVFD D5 1:4
Inj. Cefotaxim 2 x 200 mg
Gentamicin 2x 15 mg
O2 1-2 liter/menit
Nebu combiven ½ amp (P-S)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan
suatu keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi tunggal

13
yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta
perjalanan penyakitnya. WHO mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan
penemuan klinis yang di dapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan.

B. EPIDEMIOLOGI

Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di


negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di
negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/ tahun, sedangkan di negara berkembang 10-
20 kasus/ 100 anak/ tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per
tahun pada anak balita di negara berkembang.

C. ETIOLOGI

Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur,


dan bakteri S. pneumonia merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada
semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
usia kurang dari 3 tahun. Pada umur lebih muda, adenovirus, parainfluenza virus, dan
influenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia,
lebih sering ditemukan pada anak – anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering
yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukan
bahwa Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri
yang paling sering ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59
bulan.

D. FAKTOR RISIKO

o Defek anatomi bawaan


o Defisit Imunologi
o Polusi
o GER ( gastroesophageal reflux)
o Aspirasi
o Gizi buruk

14
o Berat badan lahir rendah
o Tidak mendapat air susu ibu (ASI)
o Imunisasi tidak lengkap
o Adanya saudara serumah yang menderita batuk
o Kamar tidur yang terlalu padat penghuninya.

E. PATOGENESIS

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran


respiratori. Mula – mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema,
dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini
disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena
akan tetap normal.

F. DIAGNOSA

Anamnesis

 Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif dengan


dahak purulen bahkan bisa berdarah.
 Sesak napas
 Demam
 Kesulitan makan/ minum
 Tampak lemah
 Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus atau asma.
Pemeriksaan Fisik

15
 Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus
dilakukan pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang
dapat menyebabkan anak gelisah atau rewel.
 Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan
kemampuan makan/ minum
 Gejala distress pernapasan seperti takipnea,retraksi subcostal, batuk,
krepitasi dan penurunan suara paru.
 Demam dan sianosis
 Anak di bawah 5 tahun mungkin tidak menunjukan gejala pneumonia
yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala
nyeri yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala
pernapasan tak teratur dan hypopnea.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi

 Pemeriksaan foto dada tidak direkomendasikan secara rutin pada anak


dengan infeksi saluran napas bawah akut ringan tanpa komplikasi.
 Pemeriksaan foto dada direkomendasikan pada penderita pneumonia
yang dirawat inap atau bila tanda klinis yang di temukan
membingungkan
 Pemeriksaan foto dada follow uphanya dilakukan bila didapatkan
adanya kolaps lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi, pneumonia
berat, atau gejala yang menetap atau memburuk, atau tidak respons
terhadap antibiotik.
 Pemeriksaan foto dada tidak dapat mengidentifikasi agen penyebab.

Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan


untuk membantu menentukan pemberian antibiotik

16
 Pemeriksaan kultur dan pewarnaan gram sputum dengan kualitas yang
baik direkomendasikan dalam tatalaksana anak dengan pneumonia
berat.
 Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien rawat
jalan, tetapi direkomendasikan pada pasien rawat inap dengan kondisi
berat dan pada setiap anak yang di curigai menderita pneumonia
bakterial
 Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk
medeteksi antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika fasilitas
tersedia.
 Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan
pemeriksaan mikroskopis, kultur, serta deteksi antigen bakteri (jika
fasilitas tersedia) untuk penegakkan diagnosis dan menentukan
mulainya pemebrian antibiotik.
 Pemeriksaan C – reactive protein (CRP), LED, dan pemeriksaan fase
akut lain tidak dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak
direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin.
 Pemeriksaan uji tuberculin selalu dipertimbangkan pada anak dengan
riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.

G. KLASIFIKASI

WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan retraksi


subkosta untuk mengklarifikasikan pneumonia di negara berkembang. Namun
demikian, kriteria tersebut mempunyai sensitivitas yang buruk untuk anak malnutrisi
dan sering overlappingdengan gejala malaria.

Klasifikasi pneumonia ( berdasarkan WHO) :

 Bayi kurang dari 2 bulan


o Pneumonia berat : napas cepat atau retraksi yang berat
o Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek/ minum, kejang,
letargis, demam atau hipotermia, bradipnea atau pernapasan
ireguler.

17
 Anak umur 2 bulan – 5 tahun
o Pneumonia ringan : napas cepat
o Pneumonia berat : retraksi
o Pneumonia sangat berat : tidak dapat makan/ minum, kejang,
letargis, malnutrisi

H. TATALAKSANA

Kriteria Rawat Inap

Bayi :

 Saturasi oksigen  92%, sianosis


 Frekuensi napas > 60x/ menit
 Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
 Tidak mau minum/ menetek
 Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak :

 Saturasi oksigen <92%, sianosis


 Frekuensi napas >50x/ menit
 Distres pernapasan
 Grunting
 Terdapat tanda dehidrasi
 Keluarga tidak bisa merawat di rumah

Tata laksana umum

Pasien dengan saturasi oksigen 92% pada saat +bernapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%.

 Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat

18
 Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak di rekomendasikan untuk
anak dengan pneumonia
 Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk
 Nebulisasi dengan 2 agonis dan/ atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
 Pasien yang medapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya
setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.

Pemberian Antibiotik

 Amoksililin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada


anak < 5 tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang
menyebabkan pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik, dan
murah.
 M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka
antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara
empiris pada anak ≥ 5 tahun.
 Makrolid diberikan jika M. pneumonia atau C. pneumoniae dicurigai
sebagai penyebab
 Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumonia
sangat mungkin sebagai penyebab
 Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau
kombinasi flucloxacilin dengan amoksisilin
 Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral( misal karena muntah) atau termasuk dalam
derajat pneumonia berat
 Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat
perbaikan setelah mendapat antibiotik intravena.

Rekomendasi Unit Kerja Kordinasi (UKK) Respirologi :

Antibiotik untuk community acquired pneumonia :

 Neonatus – 2 bulan : Ampisilin + gentamisin

19
 > 2 bulan :
o Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
o Lini kedua seftriakson
Bila klinis perbaikan, antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan
antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.

Nutrisi

 Pada anak dengan distress pernapasan berat, pemberian makanan per oral
harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT)
atau intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat
menekan pernapasan, khususnya pada bayi/anak dengan ukuran lubang
hidung kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaliknya menggunakan ukuran
yang terkecil.
 Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak
mengalami overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan
sekresi hormon antidiuretik.

Kriteria Pulang

 Gejala dan tanda pneumonia menghilang


 Asupan per oral adekuat
 Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah ( per oral)
 Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol.
 Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,
pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema
torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
Ilten et al (2004) melaporkan komplikasi miokarditis (tekanan sistolik ventrikel
kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi
pada seri pneumoniae anak usia 2-24 bulan. oleh karena miokarditis merupakan

20
keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan noninvasif
seperti EKG, ekokardiografi dan pemeriksaan enzim

J. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada
anak terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan non imunisasi. Imunisasi
terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi
pencegahan spesifik. Pencegahan non-spesifik misalnya mengatasi berbagai faktor
risiko seperti polusi udara dalam ruang, merokok, kebiasaan perilaku tidak
sehat/bersih, perbaikan gizi dan lain-lain.
 Imunisasi
Pencegahan pneumonia yang berkaitan dengan pertusis dan campak adalah
imunisasi DPT dan campak dengan angka cakupan yang menggembirakan; DPT
berkisar 89,6% - 94,6% dan campak 87,8% - 93,5%.
Dari beberapa studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin pneumokokus
dan vaksin Hib mencegah penyakit dan kematian 15-30% kasus pneumonia Hib.
Pada saat ini banyak negara berkembang merekomendasikan vaksin Hib untuk
diintegrasikan ke dalam program imunisasi rutin dan vaksin pneumokokus
konjugat direkomendasikan sebagai vaksin yang dianjurkan.
 Non Imunisasi
Di samping imunisasi sebagai pencegahan spesifik pencegahan non imunisasi
sebagai upaya pencegahan non-spesifik merupakan komponen yang masih
strategis. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan
kepada berbagai komponen masyarakat, terutama pada ibu anak dan balita
tentang besarnya masalah pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak,
perilaku preventif sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup
bersih, perbaikan gizi dengan pola makanan sehat. Penurunan faktor risiko lain
seperti mencegah berat badan lahir rendah, menerapkan ASI Eksklusif,
mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga
dan perokok pasif di lingkungan rumah dan pencegahan serta tatalaksana infeksi
HIV.
Suplementasi zinc dan vitamin A juga merupakan salah satu metode strategis
untuk mencegah pneumonia. Zinc dan vitamin A merupakan mikronutrien
penting dan fungsi imunitas, defisiensi zinc dapat menyebabkan regenerasi dan

21
gangguan fungsi epitel. Penelitian menunjukkan bahwa suplmentasi zinc dan
vitamin A berhubungan dengan penurunan insidensi dan prevalensi pneumonia,
sehingga menurunkan angka kematian anak.

BAB III
KESIMPULAN

22
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di
negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di negara
maju adalah 2-4 kasus/100 anak/ tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/ 100
anak/ tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita
di negara berkembang.

Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur,


dan bakteri S. pneumonia merupakan penyebab tersering pneumonia bacterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Respiratory
Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering.

Untuk menegakkan diagnosis pneumonia di butuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan berbagai pemeriksaan penunjang. Antibiotik yang di berikan menurut UKK respirologi
yaitu,:
 Neonatus – 2 bulan : Ampisilin + gentamisin
 > 2 bulan :
o Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
o Lini kedua seftriakson

DAFTAR PUSTAKA

23
1. Raharjoe. N.N dkk, 2010, Buku ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
2. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Keodkteran. Buku Kedokteran EGC. Jakarta :
1997. Hal 633.
3. Konsensus Pneumonia. Bagian Pulmonologi FKUI /RSUP Persahabatan. Jakarta :
2000.
4. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Unpad.Bandung : 2014.
5. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai