Anda di halaman 1dari 25

MODUL

PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLID

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
TATA TERTIB
1. Praktikan harus datang 5 menit sebelum praktikum dimulai, jika terlambat lebih dari 10
menit dengan alasan apapun tidak diijinkan mengikuti praktikum dan harus mengganti
pada hari lain.
2. Praktikan masuk ruangan praktikum tanpa menunggu perintah dari asisten maupun
dosen.
3. Praktikan diwajibkan mempersiapkan cara kerja sistematik yang akan dipraktikumkan.
4. Praktikan wajib mengikuti pre-test tiap satuan acara praktikum.
5. Ketika akan mengikuti praktikum, praktikan wajib mengumpulkan laporan resmi
praktikum sebelumnya.
6. Praktikan dilarang berpakaian yang melanggar batas kesopanan dan yang dapat
mengganggu berjalannya kegiatan praktikum.
a. Praktikan tidak diperkenankan berpakaian ketat, mengenakan kaos, dan memakai
sepatu jalan.
b. Sanksi pelanggaran tata tertib ini berupa skorsing dikeluarkan dari ruang praktikum.
7. Setiap praktikan wajib memakai jas laboratorium bersih, masker, sarung tangan (hand
gloves), co card, dan membawa lap bersih.
8. Praktikan dilarang makan, bersenda gurau atau membuat kegaduhan selama praktikum
berlangsung.
9. Hasil praktikum harus disahkan oleh asisten atau dosen jaga sambil menunjukkan hasil
percobaan.
10. Praktikan wajib membersihkan dan merapikan meja dan kursi laboratorium.
11. Praktikan wajib mengembalikan reagen, peralatan, dan bahan yang diambil ke tempat
semula dengan rapi dalam keadaan bersih dan kering.
12. Praktikan yang merusak atau memecahkan alat praktikum wajib mengganti dengan alat
yang jumlah dan spesifikasinya sama.
13. Ijin ketidakhadiran hanya berlaku jika sakit (disertai surat keterangan dari dokter),
keluarga dekat ada yang meninggal dunia (bapak, ibu, kakak atau adik), dan sebab
keadaan darurat yang berkaitan dengan jiwa praktikan. Dan praktikan harus mengganti
praktikum pada hari lain (sesuai dengan kesepakatan antara praktikan dan asisten
praktikum).
14. Praktikan harus aktif dan berinisiasif sendiri mencari pengumuman yang berkaitan
dengan praktikum Farmakognosi (jadwal, pembagian kelompok, korektor, dan lain-lain).
Kesalahan menerima informasi tidak dapat digunakan sebagai alasan dan menjadi
tanggungjawab mahasiswa.

1
MODUL I
KURVA LAJU PENGERINGAN

A. Tujuan
Untuk mengetahui proses perubahan kandungan air dalam granul akibat perlakuan
panas selama proses pengeringan.
B. Teori
Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan zat cair yang volatil yang
terkandung di dalam solid (non volatil) dengan pemanasan. Dalam bidang farmasi pada
umumnya yang dimaksud zat yang volatil adalah AIR. Macam - macam air dalam kaitan
dengan formulasi sediaan farmasi dibagi menjadi:
1. Air kristal
- Air yang terikat kuat pada struktur molekul secara kimia, misal: CuSO 4X H2O,
dll.
- Sukar dihilangkan tanpa merusak molekul
2. Air adsorbsi
- Air di udara yag terserap dipermukaan solid, misal air terserap oleh amilum
- Relatif mudah dihilangkan
3. Air bebas
- Relatif / paling mudah dihilangkan dengan pemanasan

Manfaat pengeringan adalah sebagai berikut:

a. Melindungi obat dari pengaruh mikroorganisme (m.o)


b. Melindungi obat dari pengaruh degradasi
c. Menaikkan sifat alir (flowabilitas)
d. Memudahkan pulverasi
e. Penting dalam pengemasan
f. Memperkecil volume obat

Sistem yang dipakai untuk melihat mekanisme pengeringan dibagi menjadi dua:
1. Single particulate system
2. Multiple particulate system

Metode pembuatan sediaan tablet dibagi menjadi tiga macam:


1. Granulasi basah (wet granulation)
2. Granulasi kering (dry granulation), dan
3. Cetak langsung (direct compression)

Metode granulasi basah dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur bahan obat
dengan bahan pengisi, kemudian ditambah bahan pengikat sampai terjadi massa granul

2
yang baik. Massa granul kemudian dikeringkan dalam almari pengering dengan maksud
untuk menghilangkan air yang terkandung dalam granul dengan cara pemanasan.

Pada saat proses pengeringan berlangsung terjadi perpindahan panas dan


perpindahan massa. Panas berasal dari ruangan almari pengering dan masuk ke dalam
partikel granul. Sedangkan perpindahan massa berupa difusi air dari dalam granul ke
permukaan, untuk kemudian berubah menjadi uap dan lepas mengikuti aliran udara
kering.

Laju penguapan air dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

= laju penguapan air (g/waktu)

q= laju perpindahan panas (BTU/waktu)

= panas laten penguapan air (BTU/g)

Di lain pihak, laju difusi air dari permukaan granul diungkapkan dalam persamaan
sebagai berikut:

= k' A (Hs – Hg)

Keterangan:

= laju difus air (g / waktu)

k’= koefisien perpindahan massa

A= luas permukaan serbuk

Hs =kelembapan mutlak

Hg= kelembapan mutlak pada daerah aliran udara

k’ bukan suatu tetapan yang konstan, melainkan harganya bervariasi tergantung pada
kecepatan aliran udara dalam almari pengering. Besarnya harga tetapan tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut:

k' = c.Gn

3
Keterangan:

c = tetapan proposrsional

G = laju aliran udara, dan

n = pangkat fraksi yang umumnya berharga sekitar 0,82

Proses pengeringan berlangsung dalam lima tahap. Tahap pertama disebut Tahap
awal, tahap kedua disebut Tahap laju konstan, tahap ketiga disebut Tahap laju
penurunan pertama, tahap keempat disebut Tahap laju penurunan kedua dan tahap
kelima disebut Tahap kandungan lembab seimbang.

Pada tahap laju konstan, laju penguapan sama dengan laju perpindahan panas.
Dengan demikian, persamaan berubah menjadi:

k' A (Hs – Hg)

Laju perpindahan panas q, merupakan harga jumlah dari laju perpindahan panas
pancaran (qc), panas radiasi (qr), dan panas rambatan (qk). Dengan demikian,
persamaan berubah menjadi:

= k' A (Hs – Hg)

Laju perpindahan panas pancaran (qc) meningkat dengan naiknya laju aliran
udara masuk atau temperatur udara yang masuk. Sedangkan laju perpindahan panas
radiasi (qr) bertambah besar dengan semakin tingginya radiasi temperature tinggi pada
almari pengering. Di lain pihak harga (qk) meningkat dengan menipiskan lapisan
serbuk/granul yang dikeringkan. Harga (Hs-Hg) akan bertambah besar dengan cara
dehumidifikasi ruangan.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengeringan:

- Kecepatan evaporasi air di permukaan solid


- Kecepatan difusi air dari dalam ke permukaan solid
- Kelembapan relatif ruangan
- Luas permukaan solid
- Tekanan udara
- Jumlah kalori yang digunakan

4
Gambar 1. Hubungan antara kelembaban relative (RH) dengan uap air

Laju pengeringan suatu serbuk/granul dapat diketahui dengan meletakkan bahan


yang akan dikeringkan di atas nampan neraca dalam almari pengering, kemudian
mengamati perubahan berat serbuk/granul yang terjadi selama proses pengeringan
berlangsung. Parameter derajat kekeringan granul dapat dihitung dengan nilai LOSS ON
DRYING (LOD) dan MOISTURE CONTENT (MC). Kelembaban suatu zat padat dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat keringnya. Bila dihitung berdasarkan berat
basah atau berat keringnya. Bila dihitung berdasarkan berat basah, kandungan air
dihitung sebagai persen berat dari bobot basahnya (LOD). Sedang, bila dihitung berdasar
berat keringnya, kandungan air dinyatakan sebagai persen dari bobot kering (MC),
persamaan MC dan LOD sbb:

MC = x 100 %

LOD = x 100 %

Secara teoritis gambaran laju pengeringan tampak dalam kurva gambar 2 dan
gambar 3 .

5
Kurva laju pengeringan dapat dibagi dalam lima bagian, sesuai dengan tahap
proses yang terjadi selama pengeringan (gambar 2 dan 3), yaitu:
1. Tahap awal
2. Tahap laju konstan
3. Tahap laju penurunan pertama
4. Tahap laju penurunan kedua
5. Tahap kandungan lembab seimbang

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 Piring petri 6 (enam) pasang
 Almari pengering
 Ayakan
 Neraca
2. Bahan (formula granulatum simpleks)
 Laktosa……………………………100 gram
 Amilum manihot…………………..100 gram
 Mucilago amilum (7,5 %)…………qs

Batasan kondisi percobaan:

1. Diameter piring petri sama besar


2. Berat granul yang dimasukkan ke dalam setiap piring petri sama
3. Berat sampel kering diperoleh dengan mengeringkan granul selama satu minggu
4. Tebal granul pada setiap piring petri harus sama

Pertanyaan:

Mengapa perlu batasan percobaan seperti di atas, dan terangkan alasannya!

6
Cara kerja:

1. Timbang piring petri kosong (wadah dan tutupnya)


2. Timbang laktosa dan amilum manihot masing-masing seberat 100 gram, masukkan ke
dalam mikser dan campur sampai homogeny (5 menit)
3. Buat mucilago amilum 7,5% sebanyak 100 ml dan tambahkan pada campuran (2)
sedikit demi sedikit sebanyak 30 ml, campur homogeny sampai terbentuk massa
granul, kemudian ayak dengan ayakan no.12 mesh. Catat volume mucilago amilum
yang digunakan.
4. Timbang granul basah 25 gram, sebanyak 6 kali dan masukkan masing-masing ke
dalam piring petri. (setiap piring petri mengandung 25 gram).
5. Masukkan 6 piring petri ke dalam almari pengering, buka tutupnya dan keringkan
pada suhu 60ºC.
6. Setelah waktu tertentu, keluarkan sebuah piring peri dari almari pengering dalam
keadaan tertutup, dinginkan dan timbang. Waktu pengeringan: 30, 60, 90, 120, 150,
180 menit, sehari dan tiga (3) hari.
7. Biarkan satu piring petri dalam almari pengering dan lanjutkan pengeringan sampai 3
hari.
8. Timbang berat granul setelah pengeringan selama 3 hari (bobot konstan), dan catat
sebagai berat granul kering.

D. Evaluasi
1. Pada setiap pengamatan, hitung:
a. Berat piring petri kosong
b. Berat piring petri dan granul mula-mula
c. Berat piring petri + berat granul setelah pengeringan selama waktu tertentu
d. Berat piring petri + berat granul setelah pengeringan selama tiga (3) hari
2. Hitung kandungan lembab (MC) untuk setiap waktu pengeringan!
3. Buat kurva laju pengeringan, dengan mem-plot-kan antara lama waktu pengeringan
vs MC, dan antara MC vs laju pengeringan sebagaimana gambar 2 dan 3.
Contoh perhitungan kandungan lembab setelah waktu pengeringan selama 30
menit (MC30):
a. Sebelum pengeringan:
(t = 0 menit) Berat petri + granul basah……….= 225,000 g
Berat petri………………………..= 200,000 g -
Berat granul basah……………….= 25,000 g

7
b. Setelah pengeringan 30 menit:
(t = 30 menit) Berat petri + granul basah……….= 223,750 g
Berat petri………………………..= 200,000 g -
Berat granul basah (t30) ………… = 23,750 g
c. Setelah pengeringan 3 hari (diasumsikan berat telah konstan):
(t = 3 hari) Berat petri + granul basah……….= 219,000 g
Berat petri………………………..= 200,000 g -
Berat granul basah (t3hari)………..= 19,000 g

Jadi, kandungan lembab granul setelah pengeringan 30 menit:

MC 30 = x 100 %

MC 30 = x 100 % = 25 %

8
MODUL II
SIFAT ALIR (FLOWABILITAS)

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh kandungan lembab yang terdapat dalam granul terhadap
waktu alirnya.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel pada flowabilitas granul

B. Teori
Sifat alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet/Tablet.
Apabila granul mudah mengalir, maka tablet/Tablet yang dihasilkan mempunyai
keseragaman bobot yang baik. Serbuk terdiri dari sekumpulan partikel, dalam
kesatuannya tiap partikel cenderung untuk bergulir ke bawah sesuai dengan gaya
beratnya (F1). Gerakan partikel dihambat oleh friksi antara partikel atau friksi antara
partikel dengan dinding hopper (F2)
Keterangan:
o F1 : gaya tarik
o F2 : gaya berat

Gambar 4. Gaya tarik dan gaya berat antar partikel


Semakin besar gaya tariknya maka serbuk semakin sukar mengalir. Gaya tarik ini
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: kerapatan jenis, porositas, bentuk partikel,
ukuran partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab.
Faktor – faktor yang menentukan sifat alir serbuk/granul adalah:
1. Ukuran partikel dan distribus ukuran partikel (particle size and size distribution)
2. Bentuk partikel (particle shape) dan tekstur (texture)
3. Kerapatan jenis (bulk density)
4. Porositas (porosity)
5. Kandungan lembab (MC)

9
6. Kondisi percobaan (handling and processing conditions), dll.

Secara umum, untuk partikel yang ekidimensional (teratur = bulat, kubus)


semakin besar diameter maka sifat alir semakin baik. Sedang, untuk partikel yang
anisometric maka hasilnya bisa lain. Sifat alir terbaik terjadi pada diameter optimum
partikel (bukan diameter maksimum).

Gambar 5. Kurva hubungan antara diameter (d) partikel dengan kecepatan alit (v)

Ukuran dan distribusi ukuran partikel. Pada umumnta semakin bulat (massif =
peluru) maka sifat alir semakin baik. Semakin tidak beraturan maka sifat alir semakin
jelek. Tekstur semakin halus maka semakin kecil gaya gesek/friksi antar partikel (F2)
sehingga semakin mudah mengalir. Sebaliknya, semakin kasar permukaan partikel maka
semakin besar friksi antar partikel (F2) semakin sulit mengalir.

Kerapatan. Kerapatan/densitas dari suatu serbuk akan berpengaruh pada sifat alir,
proses pencampuran, segregasi dan pemilihan metode pembuatan. Kerapatan bulk (g/ml)
dari suatu zat sangat bervariasi. Untuk partikel dengan ukuran dan bentuk yang sama,
maka semakin besar kerapatan jenis (ρ)-nya sifat alir serbuk semakin baik.

Porositas. Semakin besar porositas maka semakin kecil kontak antar partikel
maka kecepatan alir akan semakin baik.

Kandungan lembab. Gaya tarik (F2) ini dipengaruhi oleh banyak factor antara
lain: kandungan lembab = moisture content (MC). Pada kondisi kandungan lembab yang
tinggi ikatan antar partikel akan lebih kuat (F2), karena luas kontak antar permukaan
serbuk naik. Apabila gaya tarik antar partikel (F2) serbuk semakin kuat, maka serbuk
akan semakin sukar mengalir.

10
Kondisi percobaan. Ada beberapa kondisi percobaan yang dapat mempengeruhi
sifat alir:

 Diameter lubang alat uji (orifice diameter)


 Lebar hopper (Hopper width)
 Ukuran hopper (Head size)
 Sudut dinding hopper (Hopper wall angle)

Dalam keadaan normal ikatan antar partikel dapat terjadi karena adanya gaya
elektrostatika. Pada kondisi kandungan lembab yang tinggi ikatan antar partikel akan
lebih kuat, karena luas kontak antar permukaan serbuk naik. Apabila gaya tarik antar
partikel serbuk semakin kuat, maka serbuk akan semakin mengalir.

Selain itu, gaya tarik antar partikel dapat pula terjadi karena pembentukan
jembatan cair, sebagai akibat dari:

a. Tegangan interfasial pada permukaan partikel padat yang terbasahi cairan


b. Tegangan interfasial cairan di dalam partikel
c. Tegangan kapiler antar partikel

Contohnya: pada saat proses penambahan bahan pengikat di waktu granulasi


berlangsung.

Pemeriksaan terhadap sifat serbuk/granul yang akan dikempa perlu dilakukan, hal
ini untuk menjamin bahwa serbuk/granul tersebut telah memenuhi kualitas/persyaratan
seperti yang ditetapkan. Hal ini tentunya secara langsung akan mempengerahi proses
pengempaan dan tablet/Tablet yang akan dihasilkan.

Pemeriksaan yang umumnya dilakukan meliputi:


1. Sifat alir
2. Kompaktibilitas dan kompresibilitas
3. Ukuran dan distribusi ukuran partikel/granul
4. Luas permukaan
5. Daya serap air
6. Keregasan granul

11
7. LOD dan MC
Catatan: dalam praktek tidak semua jenis pemeriksaan yang disebutkan di atas
dilakukan semua, tergantung pada kepentingan/kebutuhan.

Sifat alir dari material yang akan dikempa sangat penting karena berhubungan
dengan keseragaman pengisian ruang cetakan (die) yang akan mempengaruhi
keseragaman bobot tablet/Tablet dan akhirnya akan mempengaruhi keseragaman zat
aktif.

Sifat alir serbuk dapat ditetapkan dengan dua macam cara:


1. Metode langsung
Yaitu dengan mengukur secara langsung kecepatan alir sejumlah serbuk. Misalya,
metode corong dan metode timbang.
2. Metode tidak langsung
Yaitu dengan mengukur parameter sudut diam atau dengan metode pengetapan.
Pengukuran sifat alir granul dengan metode corong dipengaruhi oleh beberapa
kondisi pengamatan seperti:
 Berat granul
 Diameter corong (bagian atas dan bawah)
 Ukuran partikel granul
 Panjang tangkai corong
 Cara penuangan sampel
 Pengaruh getaran luar

Untuk sejumlah berat granul yang sama, makin cepat waku alirnya maka sifat alir
serbuk semakin baik.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 Alat pengukur sudut diam
 Corong pengukur sifat alir, lengkap dengan penutupannya
 Volumenometer
 Jangka sorong

12
2. Bahan
 Granul yang dipakai dalam percobaan I
 Lima macam granulatum simpleks dengan ukuran yang berbeda: 12/16; 16/20;
20/40; dan 60/80 mesh atau sesuai yang diinginkan.
D. Cara Kerja
1. Uji pengaruh kandungan lembab yang terdapat dalam granul terhadap waktu
alirnya.
a. Timbang 20 gr granul basah dalam percobaan (1) yang sudah diayak dengan
ayakan mesh 12. Tuangkan secara perlahan-lahan ke dalam corong pengukur.
(Penuangan lewat tepi corong dan jangan langsung ke bagian tengah corong).
Mengapa demikian?
b. Buka penutup corong secara perlahan-lahan, biarkan granul mengalir keluar.
Catat berapa lama waktu yang diperlukan agar semua granul keluar lewat mulut
corong dengan menggunakan alat pencatat waktu (stopwatch).
c. Kerjakan dengan cara yang sama seperti pada butir 1, untuk granul yang telah
dikeringkan selama 30,60,90, 120, 150, 180 menit, sehari dan 3 hari.

Catatan:
 Pengamatan waktu alir setiap granul dilakukan tiga kali
 Selama pengamatan hindarkan adanya pengaruh getaran dari luar. Mengapa
demikian?
 Apabila granul tidak mengalur, catat dengan kode negatif (-)
2. Uji pengaruh ukuran partikel pada flowabilitas granul
Pengamatan kecepatan alir
a. Timbang masing-masing 100 g granul sesuai ukuran (ayak granul sendiri)
b. Tuangkan secara perlahan-lahan ke dalam corong pengukur. (Penuangan
lewat tepi corong, dan jangan langsung ke bagian tengah corong).
Mengapa demikian?
c. Buka penutup corong secara pelan-pelan, biarkan granul mengalir keluar.
Catat berapa lama waktu yang diperlukan agar semua granul keluar lewat
mulut corong dengan menggunakan alat pencatat waktu (stopwatch).

13
Pengamatan sudut diam
a. Percobaan ini sama dengan percobaan pengamatan kecepatan alir di atas
b. Ukur tinggi kerucut (h) yang terbentuk
c. Ukur diameter serbuk yang terbentuk dengan jangka sorong (minimal 2
arah pengukuran)
d. Ulangi percobaan sebanyak tiga kali

Catatan:
 Selama percobaan alat dijepit dengan klem dan hindarkan dari pengaruh
getaran
 Pengamatan waktu alir setiap granul dilakukan tiga kali
 Apabila granul tidak mengalir, catat dengan kode negatif (-)
 Ayakan 12/16 yang dimaksud adalah granul yang lolos semua dari ayakan no
12 mesh dan yang tertampung pada ayakan no 16 mesh yang digunakan dalam
percobaan.
3. Uji pengetapan
a. Volunometer kosong ditimbang /ditara, kemudian tuangkan granul secara
perlahan-lahan ke dalam gelas ukur sampai volume 100 ml. Catat sebagai Vo.
b. Pasang gelas ukur pada alat dan hidupkan motor
c. Catat perubahan volume setelah pengetapan (Vt) pada tap=5; 10; 20; 50; 80; 110
dam 130. Teruskan pengetapan sampai permukaan serbuk tidak turun lagi
(volume sudah konstan dan catat sebagai Vk)
d. Catat berat granul (sebagai harga M)
E. Evaluasi
1. Uji pengaruh kandungan lembab yang terdapat dalam granul terhadap waktu
alirnya
a. Catat waktu alir untuk setiap granul yang diamati (dalam satuan detik)
b. Hitung kecepatan alirmya (g/dt), dengan cara sbb:
Keterangan:
G15 adalah granul yang telah dikeringkan selama 15 menit
Pada umumnya serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100 gram
serbuk diuji mempunyai waktu alir 10 g/detik (Fudholi, 1983).

14
c. Buat kurva hubungan antara kandungan lembab (MC) granul dengan kecepatan
alirnya

Gambar 6. Grafik hubungan antara MC vs kecepatan alir


2. Uji pengaruh ukuran partikel pada flowabilitas granul
1. Buat grafik hubungan antara ukuran granul vs kecepatan alir
2. Buat grafik hubungan antara ukuran granul vs sudut diam
Sudut diam (β) dapat diukur dengan mengamati tinggi kerucut yang terbentuk,
besarnya tg β.

tg β =

pada umunya serbuk/granul dikatakan mengalir baik (free flowing) apabila sudut
diamnya seperti yang tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Indeks sudut diam hubungannya dengan sifat alir.
Sudut Diam (β) Sifat Alir
< 25 Sangat baik
25 - 30 Baik
30 - 40 Sedang
>40 Sangat jelek

3. Hitung harga Tap T (%) untuk masing-masing fraksi dari data pengetapan.
Hasil pengukuran metode pengetapan dapat dinyatakan dengan harga Tap T (%).

T (%) = x 100%

Keterangan:
Vo: volume awal granul
Vt : volume setelah pengetapan

15
Semakin tinggi harga T (%), maka sifat alirnya semakin jelek dan sebaliknya.
Serbuk dikatakan memiliki sifat alir baik jika indeks pemampatannya kurang dari
20%.
Data dari pengetapan juga dapat digunakan untuk menghitung Housner
Ratio, yang juga dapat digunakan untuk evaluasi sifat alir.
Ratio Housner dihitung dengan persamaan :

Ratio Hausner =

Tabel 2. Indeks rasio Hausner vs sifat alir


Rasio Hausner Sifat alir
<1.25 Baik
1.25 – 1.50 Sedang
>1.50 Jelek

Selain itu data pengetapan juga dapat digunakan untuk menghitung Indeks
Carr’s (atau yang menyebutkan % kompresiblitas).

C= x 100 %

rk =

ro =

keterangan:
M = berat granul
Vo= volume granul mula-mula
Vk= volume setelah konstan
Tabel 3. Indeks Carr’s untuk evaluasi sifat alir

Indeks Carr’s (%) Sifat alir


5 – 15 Sangat baik
12 – 16 Baik
18 - 21 Sedang

16
23 - 28 Jelek
28 – 35 Lebih jelek
35 – 38 Sangat jelek
>40 Ekstrim jelek

4. Buat kurva log Vs banyaknya pengetapan

5. Hitung nilai kompresibilitasnya C (%)!

17
MODUL III
PENGARUH KADAR BAHAN PENGIKAT PADA MIGRASI
OBAT SELAMA WAKTU PENGERINGAN
A. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh kadar bahan pengikat pada migrasi obat selama
waktu pengeringan granul
B. Teori
Pada saat pengeringan granul terjadi peristiwa perpindahan panas dan
perpindahan massa yang berlangsung secara bersamaan. Perpindahan massa, berupa
perginya air dari dalam granul ke permukaan granul dan menguapnya air dari permukaan
granul mengikuti aliran udara kering di ruang pengeringan.
Perginya air dari dalam granul ke permukaan granul disebut migrasi. Apabila ada
bahan obat atau zat warna yang larut dalam air di dalam granul, maka pada saat migrasi
akan ikut bersama perpindahan air ke permukaan. Migrasi obat atau zat warna selama
proses pengeringan dapat mengakibatkan dehomogenisasi, artinya distribusi kadar obat
dan atau zat warna di dalam granul sehabis pencampuran dengan bahan pengikat yang
semula telah merata di semua bagian, menjadi tidak merata lagi.
Faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses migrasi ini adalah:
 Suhu pengeringan
 Ukuran partikel bahan pengisi
 Kekentalan bahan pengikat, dan
 Cara pengeringan

Pengatasan adanya migrasi dari sediaan farmasi:


 Digunakan zat aktif/zat warna yang tidak larut dalam solvent
 Mengganti solvent (pelarut)
 Menaikkan konsentrasi bahan pengikat
 Pengeringan dengan T (suhu) rendah
 Lapisan solid setipis mungkin
 Digunakan Fluidizied Bed Dryer (FBD)

18
Contoh: Phenobarbital Na, larut dalam air, pengatasannya adalah dengan cara:
 Mengganti Phenobarbital Na dengan Phenobarbital yang tidak larut dalam air
 Mengganti pelarut air dengan alcohol
 Pembuatan dengan metode FBD (Fluidizied Bed Dryer, pembuatan granul
dengan penyemburan udara panas)
Untuk mengamati adanya proses migrasi granul, digunakan sel pengering (drying
cell) yang terdiri dari N lapis kaca yang berlobang di tengah, yang disusun bertumpukan
satu dengan yang lain.

Gambar 10. Drying Cell

Untuk mengungkapkan besarnya migrasi dinyatakan dengan harga koefisien


migrasi yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dj – jl = koefisien migrasi =

Keterangan:
Lj = Harga purata kadar obat dalam lapisan j
Lj1 = Harga purata kadar obat dalam lapisan j1
∑ = Jumlah purata kadar obat N lapis
N = Jumlah lapis sel pengering/(drying cell)
Contoh perhitungan:

1. Kadar bahan obat dalam granul sehabis pengeringan ditemukan sebagai berikut:
Lapisan 1: 64 mg/0,5 gram cuplikan
Lapisan 2: 0 mg/0,5 gram cuplikan
Lapisan 3: 0 mg/0,5 gram cuplikan
Lapisan 4: 64 mg/0,5 gram cuplikan

19
Migrasi berlangsung sempurna (ditunjukkan dengan kadar pada lapisan 2 dan 3 =
0), dan kecepatan penguapan air ke atas dan ke bawah sama besar (terlihat kadar pada
lapisan 1 dan ke 4 sama besar). Maka:

D1-2 = = 1 ; D2-3 = =0 ; D1-3 = ; D2-4 = =1

D1-4 = = 0 ; D3-4 = =1

Koefisien migrasi = = =1

Kadar obat purata pada masing-masing lapis dari 1 gram granul adalah
sebagai berikut:

Lapisan 1 = 0,8869 mg
Lapisan 2 = 0,7039 mg
Lapisan 3 = 0,6923 mg
Lapisan 4 = 0,8276 mg +
Jumlah = 3,1107 mg

Maka:

D1-2 = = 0,1177 D2-3 = = 0,0075

D1-3 = = 0,1251 D4-2 = = 0,0795

D1-4 = = 0,0381 D4-3 = = 0,0876

Jumlah = 0,1177 + 0,1251 + 0,0381 + 0,0075 + 0,0795 + 0,0867 = 0,4546

Koefisien migrasi = 0,4546/4 = 0,1137

20
C. Alat dan Bahan
1. Alat
 sel pengering dan almari pengering
2. Bahan
 Vitamin B12
 Laktosa
 Gelatin

Gambar 11. Fluidized bed dryer

Tabel 4. Variasi formula dengan perbedaan kadar bahan pengikat pada migrasi:

Bahan Formula I Formula II


Vitamin B12 1 1
Laktosa 99 99
Lart. Gelatin 5% qs 15% qs

D. Cara kerja
1. Buat larutan gelatin 5% dan 15% masing-masing sebanyak 50 ml
2. Timbang bahan-bahan sesuai dengan formula, dan campur sampai homogen
3. Untuk vitamin B12, timbang sesuai dengan formula, larutkan dengan sedikit air (5
ml), dan keringkan dengan sedikit laktosa (jika vitamin B12 dalam bentuk larutan
berikan 1 ml ke dalam larutan gelatin), kemudian campur dengan sisa laktosa

21
4. Buat massa granul untuk masing-masing formula dengan larutan gelatin, kemudian
ayak dengan ayakan no. 12 mesh
5. Masukkan granul dalam sel pengering. Panaskan dalam almari pengering selama 2
jam, pada suhu 60ºC
6. Amati homogenitas distribusi warna vitamin B12 (secara visual) pada tiap-tiap lapisan
sel pengering. Diambil sample 1 gram terus dilarutkan ad 20 ml aquadest.
7. Dibaca dengan spektrofotometer pada λ = 525 nm
8. Penandaan intensitas warna dari + sampai + + + + +

E. Evaluasi
1. Hitung masing-masing kadar obat pada tiap sel, replikasi pengukuran minimal 3 kali
2. Hitung koefisien migrasi masing-masing kadar bahan pengikat
3. Bandingkan pengaruh kadar bahan pengikat terhadap perbedaan homogenitas warna
vitamin B12 pada masing-masing sel pengering.

Catatan: Volume larutan gelatin yang ditambahkan untuk formula I dan II disamakan.

22
TUGAS AKHIR
PEMBUATAN FORMULA SEDIAAN SOLID
A. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu membuat sebuah rancangan formula sediaan solid
B. Mekanisme
1. Tugas berupa pembuatan rancangan formula sediaan tablet/Tablet (sesuai
pembagian tugas – diumumkan kemudian, silahkan tunggu dan dicek!)
2. Tugas dikerjakan berdasarkan kelompok
3. Masing – masing kelompok mendapatkan satu jenis sediaan solid dan khasiat zat
aktifnya
4. Perlu diketahui bahwa dalam formulasi dibutuhkan bahan-bahan eksipien
5. Dibebaskan untuk berkreasi terhadap jenis zat aktif, eksipien, bobot per tablet
Maupun jumlah masing – masing bahan yang diformulasikan dengan tetap
mempertimbangkan pada sifat fisika-kimia, farmakologi, farmakoterapi &
karakteristik masing-msing bahan serta dosis pemberian sediaan jadi
6. Tugas dibuat dalam bentuk makalah yang akan dipresentasikan setelah kegiatan
praktikum terakhir untuk masing-masing kelompok.
7. Format Makalah:
a. Pendahuluan, berisikan:
1. Alasan pembuatan sediaan bentuk tertentu
2. Pemilihan jenis zat aktif bedasar sifat fisika-kimia, farmakologi,
farmakoterapi & karakteristik masing-masing bahan serta dosis pemberian
3. Pemilihan bahan eksipien dan fungsinya berdasar sifat fisika-kimia,
farmakologi, farmakoterapi & karakteristik masing-masing bahan
b. Formula, berisikan formula yang akan diproduksi (dihitung sebagai formula
per tablet)
c. Metode & Cara pembuatan, berisikan:
1. Pemilihan metode dan cara pembuatan
2. Keuntungan dan kelemahan pilihan metode yang digunakan
3. Alasan mengenai pilihan metode yang digunakan

23
d. Evaluasi sediaan, berisikan:
1. Cara untuk mengevaluasi sediaan jadi selengkap mungkin (contoh: sifat
alir, waktu hancur, uji kekerasan, dsb)
2. Alasan mengenai cara evaluasi sediaan yang dilakukan
e. Kesimpulan
f. Daftar Pustaka, minimal 5
8. Makalah diketik dengan huruf Tines New Roman 12, spasi 1,5 pada kertas A4
9. Makalah dipresentasikan dalam waktu 15 menit dalam format ppt.

24

Anda mungkin juga menyukai