Anda di halaman 1dari 89

Formulasi & Teknologi

Sediaan Non Solid

Supositoria (Suppositories) (1)


G. Setiyadi
Definisi
Etimologi
• Supponere (latin): ditaruh di bawah (to place
under)
– sub (bawah/under)
– ponere (meletakkan/menaruh/to place)
– Dg dmk, arti supositoria scr linguistik maupun
terapetik adalah “diletakkan di bawah (di rektum)”
DEFINISI

FI ed IV adalah
adalahsdiaan
sdiaanpadat
padatdalam
dalamberbagai
berbagaibobot
bobotdan dan
bentuk,
bentuk, yang
yang diberikan
diberikan melalui
melalui rektal,
rektal, vagina
vagina
atau
atauuretra.
uretra.Umumnya
Umumnyameleleh,
meleleh,melunak,
melunak,atauatau
melarut
melarut pada
pada suhu
suhu tubuh.
tubuh. Suppositoria
Suppositoria dapat
dapat
bertindak
bertindak sebagai
sebagai pelindung
pelindung jaringan
jaringan
setempat,
setempat,sebagai
sebagaipembawa
pembawazat zatterapetik
terapetikyang
yang
bersifat
bersifatlokal
lokalatau
atausistemik.
sistemik.
DEFINISI

USP 29/NF are


aresolid
solidbodies
bodiesof ofvarious
variousweights
weightsandandshapes,
shapes,
adapted
adaptedfor
forintroduction
introductionintointorectal,
rectal,vaginal,
vaginal,oror
urethral
urethral orifice
orifice ofof the
the human
human body.body. They
They
usually
usually melt,
melt, soften,
soften, oror dissolve
dissolve at at body
body
temperature.
temperature. AA suppository
suppository may may actact asas aa
protectant
protectant or
or palliative
palliative to
to the
the local
local tissues
tissues at
at
the
the point
point of
of introduction
introduction or or as
as aa carrier
carrier of
of
therapeutic
therapeuticagents
agentsforforsystemic
systemicor orlocal
localaction.
action.
DEFINISI
ANSEL are
are solid
solid dosage
dosage forms
forms intended
intendedforfor insertion
insertion into
into
body
body orifices
orifices where
where they
they melt,
melt, soften,
soften, or
or dissolve
dissolve
and
andexert
exertlocal
localor
orsystemic
systemiceffects.
effects.
DEFINISI

Lachman Medicated
Medicated solidsolid dosage
dosage form
form generally
generally
intended
intended for
for use
use inin the
the rectum,
rectum, vagina,
vagina, and
and to
to
aalesser
lesserextent,
extent,the
theurethra.
urethra.
Istilah atau nama lain
• Supositoria rektal (rectal suppository)
• Supositoria vaginal (vaginal suppository)
– Ovula (ovulae)
– Pessaries
• Supositoria uretral (urethral suppository)
– Bougies
• Supositoria nasal, aural
• Bougies
Suppositoria berdasarkan bahan dasar (basis)
-- FI edisi IV
• Supositoria lemak coklat
• Supositoria dengan dasar lemak pengganti
lemak coklat (minyak nabati terhidrogenasi
dan lemak padat). (Lokal: Lemak tengkawang).
• Supositoria gelatin tergliserinasi
• Supositoria dengan bahan dasar polietilen
glikol (PEG)
• Supositoria dengan bahan dasar surfaktan
Penggunaan Terapetis
• Efek lokal (via vagina, rektum atau uretra):
emolien, astringen, antibakteri, hormon,
steroid, anestesi lokal, mengobati konstipasi,
hemoroid (wasir/ambeien).

Rocket Suppository
For Haemorrhoid
Penggunaan Terapetis
• Efek lokal
• Antihemorrhoid bisa mengandung sejumlah
komponen, spt: anestetik lokal, vasokonstriktor,
astringen, analgesik, emolien, zat protektif.
• Supositoria vaginal, efek lokal spt: antiseptik
(feminine hygiene), kontraseptif (nonoxynol-9),
antipatogen spt trikhomonasida utk vaginitis krn
Trichomonas vaginalis, antifungi utk Candida
albicans.
Penggunaan Terapetis
• Efek sistemik : absorpsi obat melalui membran
mukosa rektum atau vagina (jarang).
Penggunaan Terapetis
• Efek sistemik : analgetika, antispasmodik, sedatif,
tranquilizer, antibakteri.
• Prochlorperazine dan chlorpromazine utk mual,
muntah (nausea, vomiting) dan tranquilizer.
• Oxymorphone HCl utk analgesia opioid.
• Ergotamin tartrat utk migrain.
• Indometasin, NSAID, analgesik antipiretik
• Ondansetron utk mual muntah (nausea, vomiting)
Keuntungan Rute Rektal untuk Penghantaran
Obat Sistemik
Berguna pada situasi ketika absorpsi oral tidak
memungkinkan, misal:
• Pasien dlm keadaan tidak sadar, spt: dlm perawatan
intensif (intensive care, spt di ICU), kondisi pasca
operasi (postoperative)
• Pasien muntah-muntah (spt pd infeksi saluran GI)
• Obat (zat aktif) mengiritasi saluran cerna
(gastroirritant drugs), spt. Obat-obat AINS (NSAID),
terutama pd penggunaan kronik.
• Obat rentan terdegradasi di lambung.
Keuntungan Rute Rektal untuk Penghantaran
Obat Sistemik
• Absorpsi obat di saluran cerna bagian atas (upper
gastrointestinal tract) tidak menentu (erratic).
• Obat (zat aktif) mengalami metabolisme lintas
pertama (first-pass metabolism) yang ekstensif.
Rute oral
tidak bisa
Obat yg bs Pasien – GIT
disalahgunak problems,
an, spt pd Mual atau
bunuh diri. pasca operasi

Anak kecil,
Obat dg rasa Keun- usia lanjut,
yg tdk enak. tungan gangguan
mental

Zat aktif Zat aktif


mengalami memberi efek
first pass samping di
effect Zat aktif GIT
rusak olah
asam
lambung atau
enzim GI
Iritasi
mukosa
Kondisi GI Traditional
mempenga Issues-
ruhi feeling of
absorpsi aversion

Umur
pakai/Shelf
life Bocor/
(kondisi rembes
simpan
ketat). Kerugian

Produksi
Absorpsi
skala besar
tdk
sukar dan
sempurna
mahal

Variasi
inter- dan
Proctitis.
intra
subyek
BENTUK DAN UKURAN
• BENTUK: seperti peluru, terpedo atau jari-jari
kecil
• UKURAN:
– USP: Basis oleum cacao dewasa 2 g
anak ½ dewasa
– FI : Basis oleum cacao dewasa 3 g
anak 2 g
Types of suppositories
Rectal • Cone or torpedo shaped weighing 1 – 2 g

• Globular, oviform, cone or wedge shaped weighing


Vaginal 2–8g
(pessaries) • Made from glycero-gelatin or macrogol base

• Thin pencil shaped pointed at one end


Urethral bougies • Male bougies – 4 g and 100-150 mm
• Female bougies – 2 g and 60 – 75 mm

• Thin pencil shaped with pointed ends


Nasal bougies • 1.2 g and 9 – 10 mm long

Ear cones • Pencil shaped


Examples of the different shapes and sizes of suppositories. Taken
from Allen L V Jr (2008) Suppositories. London: Pharmaceutical
Press.
Rocket Suppositories
Faktor–faktor yang mempengaruhi
absorpsi obat dari suppo rektal:
1. Faktor-faktor fisiologis
a. Kandungan kolon:
• Absorbsi meningkat jika rektum/kolon pada kondisi
kosong (terutama untuk sistemik).
• Yang mengganggu absorbsi rectum: diare, colonic
obstruction (tumor), dehidrasi jaringan
b. Jalur/rute sirkulasi:
• Obat didistribusikan ke seluruh tubuh tidak melalui hati,
sehingga obat tidak dimetabolisme oleh hati (tergantung
penempatan supo).
Faktor–faktor yang mempengaruhi
absorpsi obat dari suppo rektal:
Fisiologi Rektum
• Ujung 15-19 cm dari usus besar (large intestine/LI)
• Cairan rektal -> tdk punya kapasitas dapar
– 1, 2 - 3 mL
– pH 6.8
– Lingkungan yg mild;
– pH obat menentukan pH lingkungan anorektal
• Fungsi LI untuk mengabsorpsi H2O dan elektrolit
• Luas permukaan kecil -> absorpsi jelek, dibanding SI
Sirkulasi Darah Rektal
• Main blood supply
superior rectal
artery
• Blood return 3
blood veins
• – Superior
hemorrhoidal vein
• – Middle
hemorrhoidal vein
• – Inferior
hemorrhoidal vein
Sirkulasi Darah Rektal
• Superior hemorrhoidal vein
– Inferior mesenteric -> Hepatic portal -> Liver
• Middle and inferior
– Obat langsung ke sirkulasi sistemik
– Tidak mengalami first pass metabolism di liver
• Konseling pasien -> don't place too high in
rectum
Penempatan Supositoria di Rektum
Faktor–faktor yang mempengaruhi absorpsi
obat dari suppositoria rektal

c. pH dan tidak adanya kemampuan mendapar dari cairan


rektum
– pH cairan rektum 6,8 (agak asam)
– pH mukosa rektum sangat berperan dalam mengontrol
kecepatan absorbsi obat
– Shankes: Obat-obat yang bersifat asam & basa lemah
lebih cepat diabsorbsi daripada asam & basa kuat yang
mudah terionkan
– Kesimpulan penilitian: “Barier pemisah lumen kolon dg
darah bersifat permeabel terhadap bentuk obat yang
tak-terionkan”.
– Absorbsi obat akan meningkat dengan mengubah pH
mukosa rectum yang akan menaikkan jumlah obat tak-
terionkan.
Tabel pengaruh pH intralumen terhadap
absorbsi obat:

Obat pKa pH-larutan


6,8 - 7,2 3,6 – 4,0
Asam: % diabsorbsi % diabsorbsi
Salisilat 3,0 12 42 ± 3
Benzoat 4,2 19 50 ± 7
Fenol 9,9 36 37 ± 1
Basa:
Anilin 4,6 44 32 ± 5
Quinin 8,4 20 9±1

Catatan: phenol (asam lemah) yang hampir tak terionisasi pada pH 7


dan 4, perubahan absorbsi hanya sedikit dengan turunnya pH
Faktor–faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
dari suppositoria rektal
Pengaruh pH intralumen terhadap absorbsi obat:
• Riegelman & Crowell mendemonstrasikan
bahwa langkah pembatas kecepatan absorbsi
adalah difusi obat ke tempat pada mukosa
rektal tempat terjadinya absorbsi
• Difusifitas tersebut dipengaruhi oleh:
– Sifat obat (adanya surfaktan, kelarutan obat dalam
air-lipid)
– Keadaan fisiologis kolon (jumlah dan sifat kimia
dari cairan & zat padat yang ada)
Faktor–faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
dari suppositoria rektal
• Membran dinding lumen rektum dilapisi oleh
mukosa yg bertindak sbg penghalang mekanis
(mechanical barrier) bagi perjalanan obat
menuju pori pd lumen, tempat terjadinya
absorpsi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
dari suppositoria rektal
• Obat yg dpt diabsorpsi di usus halus dan usus
besar dpt pula diabsorpsi di daerah anorektal.
• Kemiripan pola absorpsi dari usus halus dan
usus besar tsb membuat obat yg lewat (dan
tidak terabsorpsi) di usus halus absorpsinya juga
jelek di kolon.
• Sebaliknya, obat yg baik absorpsinya di kolon
kemungkinan besar akan baik pula absorpsinya
di usus halus, jika diberikan p.o.
2. Karateristik Fisiko-kimia obat:
a. Kelarutan obat dalam lemak-air
– Obat lipofilik dalam basis suppositoria berlemak dg
konsentrasi rendah sulit untuk lepas dari basis.

Allawa dan Riegelman melaporkan:


“Obat yang sangat larut (mudah larut) dalam basis oleum cacao dan
terdapat dalam jumlah sedikit (dosis kecil) tidak/sukar terlepas ke
cairan sekitar dibandingkan dengan obat yang sukar (sedikit) larut
dan terdapat dalam jumlah banyak (mendekati jenuh)”
• Maka, untuk supositoria dg dasar (basis)
lemak, obat dlm bentuk garam yg larut dlm air
dan tdk larut dlm lemak lebih
menguntungkan.
• Utk supositoria dg dasar larut-air, yg
pelepasan obatnya tjd dg melarutnya dasar
supo (basis), obat dlm btk garam larut-air
mempercepat absorpsi.
Misal:
Utk meningkatkan laju absorpsi dari supositoria,
bentuk
• Efedrin sulfat
• Quinin HCl
• Na barbital
• Na salisilat
lebih disukai daripada bentuk basa dan asamnya
• Pembatas kecepatan (rate limiting step)
absorpsi obat dari supositoria adalah
partitioning dari obat yg terlarut dari basis yg
meleleh dan bukan laju pelarutan dari obat
dlm cairan tubuh.
• Riegelman dan Crowell menunjukkan bhw laju
difusi obat ke permukaan supositoria, ukuran
partikel obat, dan adanya surfaktan adl faktor
yg berpengaruh pd pelepasan obat dari
supositoria.
• Larutnya obat dlm padatan PEG dan basis
lemak memperlama absorpsi, krn obat lambat
keluar ke cairan sekitar.
b. Ukuran partikel
– Ukuran partikel kecil  kelarutan besar 
absorbsi meningkat.
– Ukuran partikel yg besar memperlambat
pelarutan, shg juga memperlambat
absorpsi.
• Surfaktan bisa meningkatkan dan juga bisa
menurunkan laju absorpsi obat.
– Pd NaI, absorpsi dipercepat dg adanya surfaktan
dan berbanding lurus dg turunnya tegangan
permukaan pembawa (vehicle). Surfaktan yang
larut dlm cairan rektum juga membantu melepas
(mencuci) lapisan mukosa rektum sbg penghalang
mekanis (fisis) absorpsi.
– Pd fenol, absorpsi obat menurun dg adanya
surfaktan, kemungkinan krn terbentuknya
kompleks obat-surfaktan.
Lanjutan …..
• Karateristik fisiko-kimia dari basis dan
adjuvan (bahan pembantu):
– Basis harus dapat mencair, melunak atau
melarut  melepaskan obat
– Tidak boleh ada interaksi antara basis dan obat,
jika terjadi interaksi obat-basis maka dapat
mengganggu absorbsi dan pelepasannya
– Basis tidak boleh mengiritasi membran mukosa
rektum, shg tidak sakit saat BAB.
– Bentuk garam efedrin HCl, Na-barbital & Na-
salisilat diabsorbsi lebih baik dibanding dalam
bentuk asam/basanya
Lanjutan …..
• Karateristik fisiko-kimia dari basis dan
adjuvan (bahan pembantu):
– Basis harus dapat mencair, melunak atau
melarut  melepaskan obat
– Tidak boleh ada interaksi antara basis dan obat,
jika terjadi interaksi obat-basis maka dapat
mengganggu absorbsi dan pelepasannya
– Basis tidak boleh mengiritasi membran mukosa
rektum, shg tidak sakit saat BAB.
– Bentuk garam efedrin HCl, Na-barbital & Na-
salisilat diabsorbsi lebih baik dibanding dalam
bentuk asam/basanya
Komponen Suppo:

Basis

Zat
aktif

Adjuva
nt
Zat aktif

• Zat aktif dipilih sesuai dengan maksud


terapi (lokal or sistemik)
• Pemilihan ZA atas pertimbangan dari sifat
fisiko-kimiawi (physical state, bulk density,
solubility, dll.) juga farmakokologi
Basis (bahan dasar) suppo yang ideal
mempunyai sifat:

1. Dapat meleleh pada suhu tubuh atau dapat


larut atau terdispersi dalam cairan tubuh.
2. Dapat melepaskan obatnya
3. Dapat mempertahankan bentuknya setelah
dicetak & tidak mudah patah
4. Tidak toksis, tidak mengiritasi selaput lendir
5. Stabil dalam penyimpanan
6. Dapat bercampur dengan bahan aktifnya
Basis (bahan dasar) suppo yang ideal
mempunyai sifat:
7. Mempunyai jarak peleburan pendek
8. Massa yang melebur harus dapat segera
memadat kembali
9. Tidak menimbulkan sensitisasi
10. Kemampuan mendukung air tinggi
11. Mudah dicetak dan tidak melekat pada
cetakan
12. Dapat dicetak dengan cara penuangan.
Spesifikasi Basis Suppositoria
• Asal dan komposisi kimia:
– Sumber asal (alami, sintetis, produk alami yg disintetis)
– Susunan kimia (senyawa, atau suatu campuran yang terurai baik
atau buruk)

• Kisaran titik leleh:


– Basis suppo lemak mrpk campuran komplek trigliserida, maka
basis suppo tsb tdk mpy titik leleh yg tajam.
• Solid-Fat Index (SFI):
– Dari grafik persentase zat padat terhadap temperatur, orang dapat
menentukkan kisaran pemadatan dan kisaran leleh basa-basa
Spesifikasi Basis Suppositoria:
• Angka Hidroksil:
– Merupakan suatu ukuran posisi yang tidak diesterifikasi
pada molekul-molekul gliserida, dan mencerminkan
kandungan monogliserida dan digliserida suatu basis
lemak.
• Titik Memadat:
– Harga ini meramalkan waktu yang dibutuhkan
oleh basis untuk menjadi padat bila basis
tersebut didinginkan dalam cetakan
Lanjutan …
• Angka Penyabunan:
– Jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam-asam bebas dan saponifikasi
ester-ester yang dikandung dalam 1 gram lemak.
• Angka Iod:
– Angka ini menyatakan banyaknya gram iod yang
bereaksi dengan 100 g lemak atau bahan lain yang
tidak jenuh.
– Peruraian mungkin disebabkan oleh lembab, asam-
asam, dan oksigen (yang mengakibatkan
ketengikan dalam lemak) meningkat dengan harga
iod yang tinggi.
Lanjutan …
• Angka Air:
– Jumlah gram air yang dapat dimasukkan dalam 100 g lemak
dinyatakan dengan harga ini.
– “angka air” meningkat dengan adanya penambahan zat aktif
permukaan, monogliserida, dan pengemulsi-pengemulsi lain.
• Angka Asam:
– Banyaknya milligram KOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam bebas dalam 1 g zat dinyatakan dengan
harga ini.
– Asam–asam bebas menyebabkan pengerjaan formulasi lebih
rumit, karena asam-asam bebas bereaksi dengan bahan-
bahan lain dan juga menyebabkan iritasi bila bersentuhan
dengan membran mukosa.
Pemilihan basis Suppo:
1. Pertimbangan umum:
a. Selama produksi (during production):
• Contraction : dengan alat pencetak
• Inertness : tidak berinteraksi antara basis dg ZA
• Solidification : waktu pemadatan
• Viscosity : saat pencampuran (blending)
b. Selama penyimpanan (during storage):
• Impurity : tidak terkontaminasi mikrobial
• Softening : tidak lunak, penting dalam storage
• Stability : tidak mudah teroksidasi, hidrolisis, dll.
Pemilihan basis Suppo:
c. Selama penggunaan (during use):
• Release : dipilih yang bisa melepaskan sampai
ke tempat aksi (target site)
• Tolerance: minimal toxixity dan tidak
mengiritasi mucosa rektal
Macam-macam basis Suppo
1. Natural bases (basis dari alam) = basis berlemak
Contoh :
– Oleum Cacao
– Macam-macam asam lemak yang dihidrogenisasi dari
minyak nabati (minyak palem dan minyak biji kapas)
– Gabungan gliserin dg asam lemak BM tinggi (asam
palmitat & asam stearat)
2. Synthetic bases = basis larut air
Contoh :
– Polietilen glikol (PEG)
– Gliserin gelatin
3. Semisynthetic bases
Contoh :
• Novata, Suppocire, Wecobee dan Witepsol
Macam-macam basis yang bisa digunakan:
Oleum Cacao (Minyak Cokelat):
Struktur kimia Trigliserida (Oleo palmito stearin & oleo
disterin)
Organoleptis Bentuk : lemak padat rapuh
Warna : putih kekuningan
Bau & rasa : seperti coklat
Titik leleh 30oC – 35oC (86oF – 95oF)
Angka Iod 34 – 38
Angka asam Tidak lebih dari 4
Penyimpanan Dingin, kering, terlindung dari cahaya
Oleum Cacao (Minyak Cokelat)
Keuntungan: Kerugian:
– Tidak berbahaya – Mudah menjadi tengik
– Lunak/lembut – Meleleh pd udara panas
– Tidak reaktif (inert) – Menjadi cair bila dicampur
– Meleleh pada suhu dengan obat-obat ttt dan
tubuh pemanasan yang terlalu lama
– Terisomerisasi (polimorfi)
dgn titik leleh yang lebih
rendah karena dipanaskan
Oleum Cacao (minyak coklat):
• Merupakan basis suppositoria yang paling banyak
digunakan.
• Memenuhi sebagian syarat basis yang ideal
• Harus disimpan ditempat dingin, kering & terlindung dari
cahaya
• Kejelekannya: mempunyai bentuk polimorphy.
• Komposisi ol cacao:
– Asam palmitat 24%
– Asam sterat 35%
– Asam oleat 39%
– Asam tak jenuh 2%
Bentuk Polimorphy Oleum Cacao:
1. Bentuk α:
 Titik leleh 240C
 Diperoleh dari lelehan minyak coklat yang didinginkan segera sampai
suhu 00C .
2. Bentuk β’ metastabil = beta prima
 Titik leleh 28-310C
 Terjadi bila lemak coklat yang cair diaduk pada suhu 18-23 0C
3. Bentuk β stabil:
 Titik leleh 34-350C
 Diperoleh dari bentuk β metastabil yang perlahan-lahan berubah
bentuk. Perubahan ini disertai penyusutan volume.
4. Bentuk γ:
 Titik leleh 180C
 Diperoleh dari minyak coklat yang sebelum memadat (200C) dituang
ke dalam wadah yang telah didinginkan pada suhu sangat dingin.
Bentuk kristal & sifat ol. cacao
Sifat-sifat Bentuk γ Bentuk α Bentuk β
Stabilitas Kurang Sedang Paling stabil
(relatif)
Titik lebur Rendah Sedang Tinggi
(leleh)
Rupa Seperti gelas - Seperti
(bening) tepung
Sifat-sifat Oleum Cacao:
– Pada pemanasan yang berlebihan, dapat merubah
titik leburnya menjadi lebih rendah dari suhu kamar
sehingga sukar membeku.
– Pemanasan yang tinggi lemak coklat akan mencair
sempurna seperti minyak dan kehilangan semua inti
kristal stabil, yang berguna untuk memadat.
– Bila didinginkan dibawah 150C akan mengkristal
dalam bentuk kristal metastabil
Sifat-sifat Oleum Cacao:
– Pemanasan oleum cacao sebaiknya dilakukan
sampai cukup meleleh dan dapat dituang.
– Penambahan beberapa bahan obat akan
menurunkan titik leleh minyak cokelat:
• Minyak menguap
• Kreosot
• Fenol
• Kloralhidrat
• Champor
Cara mencegah bentuk yang tak stabil ol
cacao:
• Massa dilelehkan sempurna  kristal yang
tersisa dapat mencegah bentuk yang tak stabil
• Dengan menambah sedikit kristal stabil ke
dalam ol. cacao yang sudah dilelehkan 
mempercepat perubahan bentuk tak stabil ke
bentuk yang stabil (seeding)
• Lelehan yang memadat didiamkan pada suhu
antara 28-32oC untuk beberapa jam/hari
Penambahan eksipien dalam Sediaan suppo
basis ol. cacao:
• Cera flava
– Meningkatkan titik lebur oleum cacao:
• + < 3% TL<TL oleum cacao
• + > 6% TL> 37oC
• Cetaceum 18-28%
– Meningkatkan daya serap terhadap air
• Tween 60:
– Meningkatkan absorbsi air
– Membuat zat-zat yang tidak larut tetap tersuspensi dalam lemak
• Aluminium stearat, silika:
– Meningkatkan kestabilan
Basis Yang Larut Air
(water soluble)
Yang termasuk basis yang larut air:
a. Gelatin-Gliserin (glicero gelatin)
b. Polietilen glikol
• Basis sering digunakan untuk suppo vagina dimana
dikehendaki efek obat yang lebih lama.
• Sifat basis suppo glicero gelatin:
1. Higroskopis
2. Mengakibatkan dehidrasi dan iritasi jaringan.
3. Adanya air dalam formula suppositoria dapat
mengurangi kerjanya.
Basis Gelatin-Gliserin (glicero gelatin)
USP
Gelatin tipe A Gelatin tipe B
(Pharmagel A) (Pharmagel B)

• Bereaksi asam • Bereaksi sedikit asam


• pH 3 - 4,5 • pH 5 – 7
• Ichtamol & protagol tidak • Boric acid tidak boleh
boleh pakai tipe A pakai tipe B

CTM boleh pakai basis tipe A dan B


Contoh formula basis gelatin-gliserin

Komponen Formula I Formula II Formula III


Obat + air 10 10 37
Gelatin 20 25 25
Gliserin 70 65 20
PEG - - 18

Hasil: Formula II paling keras. Penggantian gliserin oleh PEG


lebih baik karena menjadi lebih mudah larut, shg lebih mudah
diabsorbsi. Gelatin + 5% baik untuk rectal

Berat suppo dengan basis glicero gelatin untuk dewasa 4 g, untuk anak 2,5 g.
Polietilen glikol (PEG):
Pertama kali dikembangkan di Jerman dan negara
Eropa lain selama perang dunia II

Nama lain PEG :


• Postonal (Jerman)
• Carbowax (USA) dan
• Scurol (Prancis)

• PEG terbentuk dari polimerisasi etilen oksida rantai


panjang dan air.
Sifat-sifat basis PEG:
• Stabil (tidak terhidrolisa/terurai)
• Melarut dalam cairan tubuh
• Higroskopis
• Tidak membantu tumbuhnya bakteri
• Dapat merangsang membran mukosa
jikakandungan air kurang dari 20 %
Daftar TL dan kelarutan dari PEG

BM rata-rata Titik lebur (oC) Kelarutan dalam


air (%)
400 4–8 100
600 20 – 25 100
1000 37 – 40 70
1500 38 – 41 73
1540 43 – 46 70
4000 53 – 56 62
6000 60 – 63 50
BM Semakin tinggi maka semakin tinggi titik lebur, semakin
rendah kelarutan dan semakin higroskopis
Basis PEG
Dapat digunakan untuk Titik lebur akan turun jika
obat: dicampur dg obat:
• Aminophylin • Asam tanat
• Benzokain • Balsam peruvianum
• Yodoform • Chloral hidrat
• Sulfonamid • Ichtamol
• Zinci okside
Contoh formula basis PEG
BM PEG FI F II F III F IV
1000 96% 75% - -
4000 4% 25% - -
1540 - - 70% 30%
6000 - - 30% 50%
Obat + air - - - 20%
Total 100% 100% 100% 100%
Keterangan formula:
FI : TL rendah jika diinginkan efek yang cepat
FII : TL lebih tinggi dan lebih stabil daripada FI
FIII: untuk suppo yang mengandung zat-zat yang
dapat menurunkan TL basis
FIV : mengandung air untuk membuat suppo dengan
zat larut dalam air tidak larut dalam PEG
Misal : Luminal Na, Protargol.

Suppo dengan basis FI-FIII tidak mengandung air sebelum


dipakai dicelupkan dalam air untuk mencegah iritasi
Emulsifying Bases

• Merupakan campuran basis


• Merupakan kombinasi dari zat-zat yang
hidrophilik dan lipofilik yang dapat
membentuk emulsi.
• contoh : polioksil 40 stearat
Basis campuran suppo:
• Merupakan campuran basis (basis emulsi = e mulsifying
bases)
• Merupakan kombinasi dari zat-zat yang hidrophilik dan
lipofilik yang dapat membentuk emulsi atau terdispersi
dalam cairan berair.
• Contoh :
1. Polioksil 40 stearat (SAA)
– Larut dalam air
– Titik lebur 39 – 45 oC
2. Sabun
3. Gliserin suppo USP, mengandung sodium stearat
Gliserin suppo USP
R/Gliserin 91
Sodium stearat 9
Akuadest 5

Cara pembuatan:
• Gliserin dipanaskan pada 120oC ditambah sodium stearat
hingga larut, aduk-aduk lalu ditambah akua.
• Campuran panas dituang ke cetakan (setelah dicampur
obatnya)
Cara Penggunaan Suppo:
Suppo dengan basis oleum cacao sebelum
dipakai dibasahi dulu dengan minyak, sedangkan
yang basisnya PEG sebelum dipakai dibasahi dulu
dengan air.
Macam suppo berdasar cara penggunaannya:

1. Suppositoria Analia (lewat Anus)


Untuk efek lokal dan sistemik, bentuk terpedo.
Untuk efek lokal contoh: obat hemorrhoid, Untuk
efek sistemik contoh: sedativ, analgesik,
transquilizer.
Contoh: anusol HC, Dulcolax
2. Suppo Vaginalia (lewat V)
Terutama untuk efek lokal selaput lendir, bentuk
bulat atau bulat telur, beratnya 5 gram.
contoh : albothyl vaginal suppo
Penggunaan Suppo
Adjuvants dipilih dengan tujuan untuk:
• To improve incorporation of powdered actives
(memperbaiki penyatuan dengan zat aktif)
Contoh: Mg karbonat, neutral oil dan air
• To improve hydrophilicity (memperbaiki hidopilisitas)
• To improve viscosity (memperbaiki viscositas)
• To alter melting temperature (mengubah suhu lebur)
• To improve mechanical strength (memperbaiki tekanan
mekanik = kekerasan)
• To change appearance (mengubah penampilan)
• To protect againts degradation (melindungi dari
degradasi)
• To modify absorption (memodifikasi absorbsi)
To improve incorporation of powdered actives

Contoh:
• Mg karbonat,
• Neutral oil (viskositas rendah mengandung C8
– C12)
• Water (1-2%), tergantung kapsitas absorbsi
dari basis
To improve hydrophilicity
• Jika digunakan konsentrasi rendah dapat meningkatkan
absorbsi, namun jika lebih banyak justru menurunkan
absorbsi
Contoh:
• Surfaktan anionik: garam empedu, calsium oleat, cetil
stearil alkohol 10%, SLS (1%), Na stearat (1%),
trietanolamin stearat (3-5%)
• Surfaktan nonionik dan amfoterik: tween, span, PEG 400
miristat, PEG 400 stearat (Myrj), dll.
• Partial gliserides: gliserin mono stearat, gliserin mono
oleat, asam mono-di gliserid palmitat, dll.
To improve viscosity
• Fatty acids & derivatives: aluminium mono
stearat, gliserii mono staerat, asam stearat
• Fatty alkohol: cetil, myristil, dan stearyl alkohol
• Serbuk inert: bentonit, coloidal silica
To alter melting temperature
Misal :
• Asam-asaam lemak & derivatnya (gliserol
stearat dan asam staerat)
• Lemak alkohol: cetil alkohol, cetil stearil
alkohol
• Hidrokarbon: parafin
• Waxes/malam: beeswax dan carnauba wax)
To improve mechanical strength
Bahan-bahan:
• Polisorbat
• Castol oil
• Fatty acid monogliserides
• Gliserin, dan
• PEG
To change appearance

Bahan-bahan yang bisa digunakan:


• Colorants baik yang hidrosoluble, liposoluble
dan insoluble material
To protect againts degradation
Antioksidan
• BHT
• BHA
• Ascorbic acid
• Propil galat, dll.
To modify absorption
• Enzim depolimerisasi : mucopolisakaridase
• Dapat meningkatkan kecepatan pentrasi zat
aktif

Anda mungkin juga menyukai