OLEH :
I. Pengertian
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 20
minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi
140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016)
Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
(Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai
dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan
proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012).
II. Etiologi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya, tetapi ada yang
menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu
ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya
usia juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi
risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan,
keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Menurut Angsar (2009)
beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia meliputi riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35
tahun), riwayat preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.
Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan akibat dari
keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti bahwa preeklampsi diawali
oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang mengakibatkan pelepasan substansi
plasenta sehingga menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk,
2016).
V. Klasifikasi
Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
dengan kriteria sebagai berikut:
Menurut Icemi dan Wahyu (2013) yang pertama Hipertensi gestasional, Hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengam tanda-tanda
preeklamsia namun tanpa proteinuria. TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90
mmHg ditemukan pertama kali sewaktu hamil dan memiliki gejala atau tanda lain
preeklamsia seperti dispepsia atau trombositopenia. Kedua, Sindrom preeklamsia dan
eklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
proteinuria, sedangkan eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai dengan
kejangkejang dan/atau koma. TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg
dengan proteinuria ≥300 mg/24 jam. Ketiga, hipertensi kronik dengan superimposed
preeklamsia Preeklamsia yang terjadi pada ibu hamil yang telah menderita hipertensi
sebelum hamil. Keempat, Hipertensi kronik Hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul
sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
VI. Komplikasi
I.PENGKAJIAN
A.DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Identitas Istri / Pasien Penanggung jawab
Nama
Agama
Pendidikan
Umur 30 tahun
Pekerjaan
Alamat
B.DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum : compos mentis
2. TTV:-TD 160/100 mmHg,
3. Reflek lutut
4. Pemeriksaan Obstetri
a. Muka : pucat / tidak, chloasma gravidarum
b. Mata : konjungtiva, sklera
c. Dada : pembesaran mammae, bentuk palilla, hiperpigmentasi, kebersihan
d. Abdomen :
- Bentuk pembesaran
- Strie gravidarum
- Hiperpigmentasi, linea nigra
- Leopold (menyesuaikan usia kehamilan)
- DJJ : frekuensi 160x/menit
e. Pemeriksaan Panggul Luar
f. Genetalia
g. Ekstrimitas : edema tungaki bawah +2
5. Pemeriksaan penunjang : proteinuria +1
II.ANALISA DATA
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
Sakit Volume plasma menurun Resiko tinggi
kepala,Pandangan cedera pada ibu
kabur dan janin b/d
Peningkatan hipoksia jaringan
hematokrit
maternal
Perfusi organ
maternal
Menurun
hipoksia jaringan
edema
IV. INTERVENSI
Tujuan : Ibu tidak mengalami risiko cedera karena mengalami edema
Kriteria Hasil :
a. Berpartisipasi dalam tindakan atau modifikasi lingkungan untuk melindungi
diri dan meningkatkan keamanan.
b. Bebas dari tanda2 iskemia serebral( gangguan penglihatan, sakit kepala,
perubahan pada mental)
c. Menunjukan kadar faktorpembekuan dan kadar enzim hepar normal.
Intervensi :
a. Kaji adanya masalah SSP ( mis; sakit kepala, peka rangsang ,gangguan
penglihatan atau perubahan pada pemeriksaan funduskopi )
R/: Edema serebral dan vasokontriksi dapat diev aluasi dari masa perubahan
gejala, prilaku atau retina.
b. Tekankan pentingnya klient melaporkan tanda2 dan gejala yang berhubungan
dengan SSP.
R/: Keterlambatan tindakan atau awitan progresif gejala-gejala yang dapat
menga kibatkan kejang tonik-klonik atau eklamsia.
c. Perhatikan purubahan pada tingkat kesadaran.
R/: Pada kemajuan HKK vasokonstriksi dan vasospasme pembuluh darah
serebral menurunkan konsumsi ogsigen 20% dan mengakibatkan iskemia
serebral
d. Kajia tanda2 eklamsia yang akan datang; hiperaktivitas (3+sampai 4+) dari
reflek tendon dalam, klonus pergelangan kaki, penurunan nadi dan oernafasan
, nyeri epegastrik, dan oliguria (kurang dari 50ml/jam ) .
R/: Edema / vasokonstiksi umum, dimanifestasikan oleh masalah SSP berat
dan masalah ginjal hepar ,kardiovaskular dan pernapasan mendahului kejang .
e. Implementasi tindakan pencegahan kejang perprotokol.
R/: Menurunkan resiko cidera bila kejang terjadi.
f. Pada kejadian kejang , miringkan klient; pasng jalan nafas/blok gigitan bila
mulut rileks; berikan oksigen lepaskan pakaian yang ketat ; jangan membatasi
gerakan ; dan dokumentasikan masalah motorik , durasi kejang , dan pereilaku
pascakejang.
R/: Mempertahankan jalan nafas menurunkan resiko aspirasi dan mencegah
lidah menyumbat jalan nafas . memaksimalkan oksigenasi .(catatan ; waspada
dengan penggunaan jalan nafas / blok gigitan ; jangan mencoba bila rahang
keras karena dapat terjadi cidera).
V. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakan.
VI. EVALUSI
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau gejala sesuai
dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian dari
kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala s esuai
dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.