Idiopathic Trombocytopenic Purpura ITP Dan Hemofilia Pada Anak
Idiopathic Trombocytopenic Purpura ITP Dan Hemofilia Pada Anak
Disusun oleh
Kelompok V :
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pembentukan penyakit dan
Hemofilia, farmakologi dan berbagai hal yang mendasarinya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan dan penghancuran
trombosit
3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi trombosit dalam tubuh
4. Mahasisswa mengetahui mekanisme hemostasis
5. Mahasiswa dapat mengetahui pathway dari ITP dan Hemofilia
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic yang menegakkan
diagnose ITP dan Hemofilia
7. Mahasiswa mengetaui penatalaksanaan medis, farmakologi dan gizi yang
tepat bagi pasien ITP dan Hemofilia
8. Mahasiswa dapat menganalisa askep klien dengan ITP dan Hemofilia
BAB II
ISI
d. Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.
e. O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut
dalam plasma.
- Membran eritrosit.
- Sistem enzim: enzim G6PD (Glukose 6
Phosphatedehydrogenase).
- Hemoglobin, komponennya terdiri atas:
Heme yang merupakan gabungan
protoporfirin dengan besi;
Globin: bagian protein yang terdiri atas 2
rantai alfa dan 2 rantai beta.
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin
dalam setiap sel darah merah. Hemoglobin
berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram
hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml
oksigen.
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin
yang berkombinasi/berikatan dengan oksigen.
Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap
karbondioksida dan ion hidrogen serta
membawanya ke paru-paru tempat zat-zat
tersebut dilepaskan dari hemolobin.
2.1.1 Agranulosit
Memiliki granula kecil didalam
protoplasmanya, memiliki diameter sekitar 10-12
mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit
terbagi menjadi tigta kelompok berikut:
3.3.1.1 Neutrofil
Granula yang tidak bewarna mempunyai
inti sel yang terangkai, kadang seperti terpisah-
pisah, proto plasmanya banyak berbintik-bintik
halus/ granula, serta banyaknya sekitar 60-70%.
3.3.1.2 Eosinofil
Granula bewarna merah dengan
pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya hampir
sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam
sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira
24%.
3.3.1.3 Basofil
Granula bewarna biru dengan pewarnaan
basa, sel ini lebih kecil daripada eusinifil, tetapi
mempunyai inti dan bentuknya teratur, didalam
protoplasmanya terdapat granula-granula yang
besar, banyaknya kira-kira 0,5% di sum-sum
merah.
Neutofil, eosinofil dan basofil, berfungsi sebagai fagosit
untuk mencerna dan meghancurkan mikroorganisme dan sisa-
sisa sel. Selain itu, basofil bekerja sebagai sel mast dan
mengeluarkan peptida vasoaktif.
3.3.2 Granulosit
Granulosit terdiri atas limfosit dan monosit:
3.3.2.1 Limfosit
Limfosit memiliki nukleus besar bulat dengan
menempati sebagian besar sel limfosit berkembang
dalam jaringan limfe. Ukuran berfariasi dari 7-15
mikron. Banyaknya 20-25%, dan fungsinya
membunuh dan memakan bakteri yang masuk kedalam
jaringan tubuh.
- Limfosit B:
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersikulasi
dalam darah sampai menjumpai antigen dimana
mereka telah di program untuk mengenalinya.
Pada tahap ini, limfosit B mengalami pematangan
lebiha lanjut dan menjadi sel plasma serta
menghaslkan antibodi.
3.3.2.2 Monosit
Ukuran lebih besar dari limfosit, protoplasmanya
besar,warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-
bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang.
Monosit dibentuk didalam sumsumtulang, masuk kedalam
sirkulasi dalam bentuk imatur dan mengalami proses
pemetangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan.
Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total
komponen yang ada di sel darah putih.
2.6 Jumlah Sel Darah Putih
Bayi atau anak : 9.000-12.000/µL
Bayi baru lahir : 9.000-30.000/µL
3. Trombosit
a. Struktur Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar
dalam sumsum tulang yang bebentuk cakram bulat,oval,
bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.
b. Jumlah Trombosit
Normalnya, trombosit pada anak antara 150-400 ribu unit per
mikroliter.
c. Fungsi Trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan
bekuan darah. Trombosit normal bersirkulasi keseluruh
tubuh melalui aliran darah. Namun, setelah beberapa detik
setelah kerusakan suatu pembuluh trombosit tertarik
kedaerah tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang
terpajan di lapisan sobendotel pembuluh. Trombosit
melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan
beberapa zat( serotonin dan hiatamin) yang menyebabkan
terjadinya vasokontriksipembuluh. Fungsi lain dari
trombosit yaitu untuk mengubah beentuk dan kualitas
setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. trombosit
akan menjadi lengket dan menggumpal bersama
membentuk sumbat trombosit yang secara efektif
menambal daerah yang luka.
Masa tromboplastin
detik 30,3 – 41,1
P detik 30,3 – 41,1
K
Fibrinogen
mg/dL 200-400
P mg/dL 200-400
K
Hemoglobin (Hb)
Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL,
neonatus 14-27 gram/dL. Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-
16 gram/dL, wanita hamil 10-15 gram/dL
Interpretasi Hasil
Hematokrit
Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, bayi kurang 1 bulan
atau neonatus 40-68% Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita
hamil 30-46%
Interpretasi Hasil
Interpretasi Hasil
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit,
dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
Anemia hemolitik
Sirosis hati dengan nekrosis
Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
Keracunan berbagai macam zat
Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan
sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis,
anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue),
keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain
antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis),
dan beberapa antibiotik lainnya.
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit
alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
Interpretasi Hasil
shift to the left. Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen)
relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the
left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri
dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left
antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia
perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
Shift to the right. Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif
dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the
right biasanya merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat
menyebabkan shift to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan
aspirin.
Trombosit
Interpretasi Hasil
Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam
berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang
bahaya pada <30.000 sel/mm3.
Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit
keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit
imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.
Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam pertama Nilai
normal lansia pria <20 mm/jam pertama, wanita <30-40 mm/jam pertama Nilai
normal wanita hamil 18-70 mm/jam pertama
Interpretasi Hasil
Hitung eritrosit
Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak 3.6-4.8 juta sel/mm3. Nilai normal
dewasa wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3, pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.
Interpretasi Hasil
VITAMIN C
Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh
fibrobblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intasel.
Vitamin C diperlukan juga pada proses pematangan eritrosit dan pada
pembentukan tulang dan dentin. Selain itu juga berperan dalam respirasi
jaringan.
Kelainan radiologis
VITAMIN B1 (TIAMIN)
Faktor etiologis.
Gejala antiaminosis.
1. Beri-beri infantil.
Pada kasus yang lebih menahun terdapat edema yang jelas, sering
ditemukan efusi perikardial dan kadang-kadang asites. Muntah merupakan
gejala yang sering ditemukan. Sistem urat saraf tidak mengalami banyak
perubahan, hanya mungkin ditemukan atonia, refleks lutut mungkin negatif,
meninggi atau berubah. Kadang-kadang terdapat kejang.
2. Kasus menahun sering ditemukan pada anak yang lebih besar (late
infancy childhood).
Pencegahan.
Pengobatan.
VITAMIN B2 (Riboflavin)
Faktor etiologis.
Stomatitis angularis.
Glositis.
Lidah akan tampak merah jambu dan licin karena struktur papil
hilang.
Kelainan kulit.
Kelainan mata.
Dapat timbul fotofobia, lakrimasi, perasaan panas. Pada
pemeriksaan dengan slitlamp akan tampak vaskularisasi kornea
dan keratitis interstitialis.
Gejala
Pengobatan
Defisiensi vitamin B6
Gejala
Fisiologi
Patologi
Kebutuhan: 1 – 2 gama/hari.
Pengobatan
1. Iodine
2. Zink
3. Kalsium
4. Fosfor
5. Magnesium
6. Krom (Chromium)
7. Tembaga (Copper)
8. Selenium
Anemia
Adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar Hb, Ht
dan jumlah eritrosit kurang dari normal sesuai dengan
umur dan jenis kelamin.
Menurut WHO (1972) : kadar Hb normal adalah sbb. :
- Umur 6 bulan – 6 tahun = 11 gr %
- Umur 6 tahun – 14 tahun = 12 gr %
- Laki-laki dewasa = 13 gr %
- Wanita dewasa tdk hamil = 12 gr %
- Wanita dewasa hamil = 11 gr %
Gejala :
1. Pucat 4. Mata berkunang setelah jongkok
2. Pusing 5. Mudah lelah
3. Palpitasi 6. Penurunan aktivitas
Pembagian anemia berdasarkan etiologi dan fisiologi :
1. Anemia defisiensi 3. Anemia hemolitik
2. Anemia aplasia 4. Anemia post hemorrhagic
Penyakit darah lain :
5. Leukemia
6. Trombasitopenia / Idiopatik trombositopenia purpura
(ITP)
Pembagian anemia berdasarkan morfologi :
1. Makrositik anemia 3. Mikrositik ringan
2. Normositik anemia 4. Hipokromik mikrositer
Pembagian anemia berdasarkan indeks sel darah
merah:
MCV = Ht x 10
Jumlah RBC (juta/ml)
= N
40 + 7 m3
MCH = Hb x 10
Jumlah RBC (juta/ml)
= 30 + 3
MCHC = Hb x 100 %
Ht
= 33 + 2
Je
ni
s
A
n M
e M C
m C H
ia V V
M
ak > >
ro
sit 9 3
ik 4 0
8
N 0
or
m – >
os
iti 9 3
k 4 0
M
ik
ro
sit
ik
ri < >
n
ga 8 3
n 0 0
H < <
ip
o 8 3
kr 0 0
o
m
m
ik
ro
sit
ik
A. Anemia Defisiensi
Ada 2 jenis :
1. Anemia defisiensi besi (Fe)
2. Anemia defisiensi vitamin B12 (asam folat)
Gambaran klinis :
Gejala klinis:
1. Anemia umumnya
2. Perubahan pada jaringan dan epitel dan atropi papilla lidah
3. Gangguan sistim neuromuscular
4. Cardiomegali
Kriteria diagnosa anemia defisiensi besi menurut WHO :
1. Hb kurang dari normal sesuai umur
2. Serum Fe < 50 mirogram (N=80-100)
3. Konsentrasi Hb-eritrosit < 31 % (N=32-35)
4. Jenuh transperin < 15 % (N=20-50)
5. Hipokrom mikrositer
Therapi :
1. Sulfosteroid, 30 mg/KgBB/hari
2. Transfusi PRC bila HB < 3 gr %
2. Anemia defisiensi Vitamin B12
- Gambaran klinis sama seperti anemia defisiensi Fe.
- Pd pem. lab. : Gambaran darah tepi : Normokrom
makrositer.
- Kadar vitamin B12 menurun , Th/ Vit. B12 = 3 x 10 mg
B. Anemia Aplastik
Adalah anemia kekurangan RBC akibat sumsum tulang
yang tidak dapat bekerja untuk membentuk sel darah
merah.
Gambaran klinis :
Bila penyakit berlangsung cepat, gejala utama yang
menonjol adalah demam, dan jika penyakit berlangsung
lambat maka gejala yang menonjol adalah kelemahan dan
kelelahan.
Bila timbul trombositopenia, terjadi perdarahan pada
hidung, mulut, dsb.
Diagnosa :
Ditegakkan dengan adanya trias (anemia, lekopeni,
trombositopeni) disertai gejala klinis panas, pucat,
perdarahan, yang penting adalah tanpa
hepatosplenomegali.
Diagnosa pasti :
Bone marrow dari lumbal, akan didapatkan sel-sel
sangat kurang dan banyak jaringan ikat dan jaringan
lemak.
Therapi :
1. Mencari dan menghindarkan obat-obat atau bahan kimia
sebagai penyebab
2. Obat-obatan terhadap anemia
3. Pengobatan perdarahan suspensi trombosit
4. Mencegah dan mengatasi infeksi
5. Stimulasi dan regenerasi sumsum tulang. Ex: Prednison 20
mg/hari.
6. Transplantasi sumsum tulang
C. Anemia Hemolitik
Etiologi :
1. Dari sel RBC sendiri / intra corpuscular
2. Didapat dari luar
THALASEMIA
Secara molekuler dibagi 2 :
1. Thalasemia aova
Biasanya bayi dilahirkan sudah dalam keadaaan meninggal
oleh karena hidropfoetalis.
2. Thalasemia tipe B
Thalasemia mayor dan minor
Secara genetis, thalasemia minor=heterozigot, dan
mayor=homozigot.
Secara klinis, thalasemia minor tidak memberikan gejala
klinis
Pemeriksaan laboratorium :
1. Darah tepi : Hb , retikulosit , jumlah trombosit normal.
2. Apus : banyak normoblast (sel darah merah yang
berinti), anisostosis, piokilositosis, sel target pear drop.
3. Sumsum tulang : Hb F = 30-50 % (N = < 7 %)
G. ITP
1. Proses Pembentukan dan Penghancuran Thrombosit dan Faktor-
faktor Yang Mempengaruhinya
Proses Pembentukan Thrombosit
2. Anatomi Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum
tulang yang berbentuk cakram bula, ovale, bikonkaf, tidak berinti, dan
hidup sekitar 10 hari. Trombosit ( platelet ) berdiameter kurang lebih 2 - 4
µm, jumlah normal 150.000-450.000/mm³. Tempatnya 1/3 di dalam limpa
sebagai cadangan, sisanya disirkulasi.
Trombosit memiliki area permukaan besar di mana faktor koagulasi
diabsorpsi. Glikoprotein GP Ib dan IIb/IIIa memungkinkan pelekatan
trombosit ke faktor von Willebrand (vWF) dan tentunya ke endotel
(Sanders dan Scanlon, 1999). Dalam trombosit ditemukan 3 jenis granula
penyimpanan (alfa, densa, dan glikogen) yang masing-masing memiliki isi
yang spesifik. Granula trombosit umumnya menyimpan faktor-faktor
koagulasi yang sewaktu-waktu dapat disekresikan untuk membantu
koagulasi darah.
Membran plasma trombosit tersusun dari fosfolipid bilayer dan
bermacam protein yang dapat menyatu dengan glukosa atau lipid (Sanders
dan Scanlon, 1999). Fosfolipid memiliki peran penting pembekuan darah
yaitu sebagai tempat melekatnya bermacam faktor koagulasi dan sebagai
tempat yang memperantarai kontak kolagen dengan GP Ib-IX (Sanders
dan Scanlon, 1999).
3. Fisiologi Trombosit
Trombopoiesis
Trombosit adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4
mm yang berasal dari megakariosit. Hitung trombosit normal di
dalam darah tepi adalah 150.000 – 400.000/uL dengan proses
pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit
dihasilkan oleh sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi
menjadi megakariosit (Candrasoma,2005). Megakariosit ini
melakukan replikasi inti endomitotiknya kemudian volume
sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus inti
menjadi kelipatannya. Kemudian sitoplasma menjadi granular dan
trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet/keping-keping. Enzim
pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin yang
dihasilkan di hati dan ginjal, dengan reseptor C-MPL serta suatu
reseptor lain, yaitu interleukin-11 (A.V Hoffbrand et al, 2005).
Trombosit berperan penting dalam hemostasis, penghentian
perdarahan dari cedera pembuluh darah (Guyton,1997;
Sherwood,2001).
Struktur
Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang
berisi organel-organel sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor
glikoprotein yang digunakan untuk reaksi adhesi & agregasi yang
mengawali pembentukan sumbat hemostasis. Membran plasma
dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami invaginasi membentuk
sistem kanalikuler. Membran plasma ini memberikan permukaan
reaktif luas sehingga protein koagulasi dapat diabsorpsi secara
selektif. Area submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem
skeleton, yaitu protein kontraktil yang bersifat lentur dan berubah
bentuk. Sitoplasma mengandung beberapa granula, yaitu: granula
densa, granula a, lisosome yang berperan selama reaksi pelepasan
yang kemudian isi granula disekresikan melalui sistem kanalikuler.
Energi yang diperoleh trombosit untuk kelangsungan hidupnya
berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam mitokondria) dan glikolisis
anaerob (Aster,2007; A.V Hoffbrand et al, 2005;
Candrasoma,2005).
4. Jumlah Trombosit
Hitung trombosit normal di dalam darah tepi adalah 150.000-
400.000/uL. Apabila dari kurang 150.000/ mikro L disebut
trombositopeniaq. Sedangkan apabila lebih dari 450.000/mikro L
trombosit.
5. Definisi ITP
Purpura Trombositopenia Idiopatik (ITP) adalah suatu gangguan
autoimun yang ditandai daengan trombositopenia yang menetap (angka
trombosit darah perifer kurang dari 150.000/µL) akibat autoantibodi yang
mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit
dalam sistem retikuloendotel terutama di limpa.
Insiden ITP pada anak antara 4,0- 5,3 per 100.000, ITP akut umumnya
terjadi pada anak-anak usia antara 2-6tahun. 7-28% anak-anak dengan ITP
akut berkembang menjadi kronik 15-20%. Purpura Trombositopenia
Idiopatik pada anak berkambang menjadi bentuk ITP kronik pada
beberapa kasus menyerupai ITP dewasa yang khas. Insiden ITP kronis
pada anak diperkirakan 0,46 per 100.000 anak per tahun.
ITP adalah singkatan dari Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui
penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak
cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti
seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan).
Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).
Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura
(ITP/ATP) merupakan kelainan autoimun dimana autoanti
body Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit.
Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit
dibentuk. Meskipun antibodi antitrombosit dapat mengikat
komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis langsung. Insident
tersering pada usia 20-50 tahum dan lebi serig pada wanita
dibanding laki-laki (2:1). (Arief mansoer, dkk).
ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura) juga bisa
dikatakan merupakan suatu kelainan pada sel pembekuan darah
yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga
menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya
pada kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. (Imran,
2008)
Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel
darahnya kecuali keping darah berada dalam jumlah yang
normal. Keping darah (Platelets) adalah sel-sel sangat kecil
yang menutupi area tubuh paska luka atau akibat
teriris/terpotong dan kemudian membentuk bekuan darah.
Seseorang dengan keping darah yang terlalu sedikit dalam
tubuhnya akan sangat mudah mengalami luka memar dan
bahkan mengalami perdarahan dalam periode cukup lama
setelah mengalami trauma luka. Kadang bintik-bintik kecil
merah (disebut Petechiae) muncul pula pada permukaan
kulitnya. Jika jumlah keping darah atau trombosit ini sangat
rendah, penderita ITP bisa juga mengalami mimisan yang sukar
berhenti, atau mengalami perdarahan dalam organ ususnya.
(Family Doctor, 2006)
Idiopatik trombositopeni purpura disebut sebagai suatu
gangguan autoimun yang ditandai dengan trombositopenia
yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari
15.000/μL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen
trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam
sistem retikuloendotel terutama di limpa. Atau dapat diartikan
bahwa idiopatik trombositopeni purpura adalah kondisi
perdarahan dimana darah tidak keluar dengan semestinya.
Terjadi karena jumlah platelet atau trombosit rendah. Sirkulasi
platelet melalui pembuluh darah dan membantu penghentian
perdarahan dengan cara menggumpal. Idiopatik sendiri berarti
bahawa penyebab penyakit tidak diketahui. Trombositopeni
adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal.
Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan
dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi
pendarahan di pembuluh darah kecil dibawah kulit. (ana
information center, 2008).
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval
dengan diameter 2-4µm. Trombosit dibentuk di sumsum tulang
dari megakariosit, sel yang sangat besar dalam susunan
hemopoietik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi
trombosit, baik dalam sumsum tulang atau segera setelah
memasuki kapiler darah, khususnya ketika mencoba untuk
memasuki kapiler paru. Tiap megakariosit menghasilkan
kurang lebih 4000 trombosit (Ilmu Penyakit Dalam Jilid II).
Megakariosit tidak meninggalkan sumsum tulang untuk
memasuki darah. Konsentrasi normal trombosit ialah antara
150.000 sampai 350.000 per mikroliter. Volume rata-ratanya 5-
8fl. Dalam keadaan normal, sepertiga dari jumlah trombosit itu
ada di limpa. Jumlah trombosit dalam keadaan normal di darah
tepi selalu kurang lebih konstan. Hal ini disebabkan mekanisme
kontrol oleh bahan humoral yang disebut trombopoietin. Bila
jumlah trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan
trombopoietin lebih banyak yang merangsang trombopoiesis.
Idiopathic thrombocytopenic Purpura mempengaruhi
anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak sering mengalami
idiopathic thrombocytopenic Purpura setelah infeksi virus dan
biasanya sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan. Pada orang
dewasa yang menderita penyakit ITP sering lebih kronis. ITP
diperkirakan merupakan salah satu penyebab kelainan
perdarahan didapat yang banyak ditemukan oleh dokter anak,
dengan insiden penyakit simtomatik berkisar 3 sampai 8 per
100000 anak per tahun. Di bagian ilmu kesehatan Anak RSU
Dr. Soetomo terdapat 22 pasien baru pada tahun 2000.
3) Epistaksis.
5) Menoragia.
6) Memar.
8) Hematuria.
9) Melena.
8. Patofisiologi ITP
Sindrom ITP disebabkan oleh autoantibodi trombosit yang spesifik yang
berikatan dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan
dari sirkulasi oleh sistem fagosit mononuklir melalui reseptor Fc
makrofag. Pada tahun 1982 Van Leeuwen pertama mengidentifikasi
membran trombosit glikoprotein IIb/IIIa (CD41) sebagai antigen yang
dominan dengan mendomontrasikan bahwa elusi autoantibodi dari
trombosit pasien ITP berikatan dengan trombosit normal.
Diperkirakan bahwa ITP diperantarai oleh suatu autoantiodi,
mengingat kejadian transient trombositopeni pada neonatus yang lahir dari
ibu yang menderita ITP, dan perkiraan ini didukung oleh kejadian
transient trombositopeni pada orang sehat yang menerima transfusi plasma
kaya IgG, dari seorang pasien ITP. Trombosit yang diselimuti oleh
autoantibodi IgG akan mengalami percepatan pembersihan dilien dan di
hati setelah berkaitan dengan reseptor Fcg yang diekspresikan oleh
makrofag jaringan. Pada sebagian besar pasien, akan terjadi mekanisme
kompensasi dengan peningkatan prroduksi trombosit. Pada sebagian kecil
yang lain, produksi trombosit tetap terganggu, sebagian akibat destruksi
trombosit yang diselimuti autoantibodi oleh makrofag di dalam sumsum
tulang, atau karena hambatan pembentukan megakariosit, kadar
trombopoetin tidak meningkat, menunjukkan adanya masa megakariosit
normal.
Antigen pertama yang berhasil diidentifikasi berasal dari kegagalan
antibodi ITP untuk berkaitan dengan trombosit yang secara genetik
kekurangan kompleks glikoprotein IIb/IIIa. Kemudian berhasil dan V dan
determinan trombosit yang lain. Juga dijumpai antibodi yang bereaksi
terhadap berbagai antigen yang berbeda. Destruksi trombosit dalam sel
penyaji antigen yang diperkirakan dipicu oleh antibodi, akan menimbulkan
pacuan pembentukan neoantigen, yang berakibat produksi antibodi yang
cukup untuk menimbulkan trombositopeni.
Secara alamiah, antibodi terhadap kompleks glikoprotein IIb/IIIa
memerlihatkan retriksi penggunaan rantai ringan, sedangkan antibodi yang
berasal dari displai phage menunjukkan penggunaan gen V. Palacakkan
pada daerah yang berkaitan dengan antigen dari antibodi-antibodi ini
menunjukkan bahwa antibodi tersebut berasal dari klon sel B yang
mengalami seleksi afinitas yang diperantarai antigen dan melalui mutasi
sonatik. Pasien ITP dewasa sering menunjukkan peningkatan jumlah
HLA-DR + T cells, peningkatan jumlah reseptor interleukin 2 dan
peningkata profil sitokin yang menunjukkan aktivasi prekursor sel T
helper dan selT helper tipe 1. Pada pasien-pasien ini sel T akan
merangsang sintesis antibodi setelah terpapar oleh protein alami.
Penurunan epitop kriptik ini secara in vivo dan alasan sel T yang bertahan
lama tidak diketahui dengan pasti.
Kebanyakan pasien mempunyai antibodi terhadap glikoprotein pada
permukaan trombosit pada saat penyakit terdiagnosis secara klinis. Pada
awalnya glikoprotein IIb/IIIa dikenali oleh autoantibodi, sedangkan
antibodi yang glikoprotein Ib/IX belum terbentuk pada tahap ini.
9. Pathway ITP
a. Trombositopenia
b. Retikulositosis ringan
1. ITP akut .
2. ITP menahun
Kortikosteroid diberikan selama 6 bulan: prednison 2-5
mg/kgBB/hari perorat.
Imunosupresan: 6-merkaptopurin 2,5-5 mg/kgBB/hari
peroral; azatioprin 2-4 mg/ kg/BB/hari peroral;
siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari peroral.
Pencegahan
Prednison
Terapi awal prednison atau prednison dosis 0,5-1,2 mg/kgBB/hari
s e l a m a 2 minggu. respon terapi prednison terjadi dalam 2 minggu
dan pada umumnya terjadi dalam minggu pertama,bila respon baik
dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian tapering munoglobulin
intravena (IgIV) Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selama 2-3
hari berturut- turut digunakan bila terjadi pendarahan internal, saat
AT (antibodi trombosit) <5000/ml meskipun telah mendapat
t erapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang
progresif. Pendekatan terapi konvensional lini kedua, untuk pasien
yang dengan terapi s tandar kortikosteroid tidak membaik, ada
beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan .Luasnya variasi terapi
lini kedua menggambarkan relatif kurangnya efikasi dan terapi
bersifat individual.
4. Anti-D iv
Dosis anti-D 50-75 mg/ka/hr IV. Mekanisme kerja anti-D
yakni d estruksi sel darah merah rhesusD- positif yang secara
khusus diberikan oleh RES terutama di lien, jadi bersaing dengan
autoantibodi yang menyelimuti trombosit melalui Fc reseptor
blockade.
5. Alkaloid vinka
Misalnya vinkristin 1 mg atau 2 mgiv, vinblastin 5-10 mg,
setiap minggu selama 4-6 minggu.
6. Danazol
Dosis 200 mg p.o 4x sehari s elama sedikitnya 6 bulan
karena respon sering lambat. Bila respon terjadi, dosis diteruskan
sampai dosis maksimal sekurang-kurangnya hr 1tahun dan
kemudian diturunkan 200mg/hr setiap 4 bulan.
7. Immunosupresif dan kemoterapi kombinasi
Imunosupresif diperlukan pada pasien yang gagal berespons
dengan terapi lainya. Terapi dengan azatioprin (2 mg kg max 150
mg/hr) atau siklofosfamid dengan sebagai obat t unggal dapat
dipertimbangkan dan responnya bertahap dengan tertahan sampai
5%.
8. Dapsone
Dosis 75 mg p.o per hari, respon terjadi dalam 2 bulan. Pasien
harus diperiksa G6PD, karena pasien dengan kabar G6PD yang
rendah mempunyai risiko hemolisis yang serius
13. Gizi Yang Tepat Pada Bayi dan Anak Dengan ITP dan Implikasi
Keperawatannya
Vitamin D
Fungsi : Berperan penting dalam pembentukan tulang dan gigi,
membantu pembekuan darah. Sumber : Ikan salmon dan sardin,
udang, susu. Takaran yang dianjurkan : 400 IU/hari
Vitamin K
Fungsi : Membantu pembekuan darah pada luka Sumber : Brokoli,
bayam, daun bayam, minyak zaitun, minyak kacang kedelai. Takaran
yang dianjurkan : 120 mcg/hari.
Lemak
Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya.
Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah menghasilkan kalori terbesar
dalam tubuuh manusia (1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori),
sebagai pelarut vitamin A,D,E,K, sebagai pelindung terhadap bagian-
bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur
rendah.
14. Diagnosa keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Bayi dan Anak
Dengan ITP (Secara Umum)
- Resiko kekurangan Volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
cairan melalui rute abnormal (gusi berdarah) dan kurangnya
pengetahuan.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
- Hidung : inspeksi : epistaksis
- Mulut : inspeksi : gusi berdarah
Ekstremitas
- Ekstermitas atas dan bawah terdapat hematoma (inspeksi)
- Terdapat purpura di seluruh tubuh (inspeksi)
Pemeriksaan Diagnostik
- Trombosit : 18.000 mm3
- PT : 20 detik
- PTT : 55 detik
Terapi
- Methylprednisolon 3x15mg via intravena
- IVFD Ringer Laktat 18 tetes per menit
Analisa data
DO:
- terdapat purpura
diseluruh tubuh,
tampak adanya
hematoma di area
ekstremitas atas dan
bawah
- klien juga
mengalami
epistaksis serta gusi
berdarah
- trombosit
18.000/mm3, PT 20
detik, PTT 55
4. Sikat gigi
yang halus
dapat
4. Gunakan sikat gigi mengurangi
yang halus risko
pendarahan
di gusi
5. Benda tajam
dapat
mengakibatk
5. Jauhkan klien dari an
benda yang pendarahan
mempunyai risko
melukai klien 6. Meminimalk
an pasien
agar tidak
6. Pasang bed strain jatuh dan
terjadi
pendarahan
yang hebat
7. Trombosit,
PT dan PTT
yang turun
7. Monitor hasil lab merupakan
(trombosit, PT, tanda
PTT) kekurangan
cairan
8. Kurangnya
informasi
8. Berikan penkes tentang
tentang penyakit penyakit ITP
ITP kepada dapat
keluarga memperburu
k kondisi
klien
9. Pendarahan
pada klien
9. Lanjutkan terapi juga
methylprednisolon mengakibatk
3x15mg via an
intravena (08.00 ; peradangan
16.00 ; 24.00)
10. Ringer laktat
berfungsi
untuk
10. Lanjutkan terapi menggantika
IVFD Ringer n cairan
Laktat 18 tetes per elektrolit
menit yang hilang
karena
pasien
mengalami
pendarahan
PERSIAPAN ALAT
1. Larutan IV / cairan infuse IV
2. Intravena set/infuse set
3. abbocath sesuai ukuran
4. standart atau tiang infuse
5. pengalas
6. tourniquet
7. sarung tangan
8. kapas alcohol 70%
9. bengkok
10. plester sesuai kebutuhan
11. gunting plester
12. kassa
13. betadhine
14. spuit sesuai ukuran
15. bak spuit
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Memasukkan cairan dan elektrolit ke dalam tubuh melalui
intravena
TUJUAN 1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh
yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan melalui oral.
2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan
elektrolit
3. Memperbaiki keseimbangan asam basa
4. Memberikan tranfusi darah
5. Menyediakan medium untuk pemberian obat
intravena
6. Membantu pemberian nutrisi parenteral
KEBIJAKAN 1. Keadaan emergency
2. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat
terhadap pemberian obat
3. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis
besar secara terus-menerus melalui IV
4. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa
diberikan melalui oral atau intramuskuler
5. Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan
gangguan cairan dan elektrolit
6. Klien yang sakit akut atau kronis yang
membutuhkan terapi cairan
7. Klien yang mendapatkan tranfusi darah
8. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan)
PETUGAS PERAWAT
H. HEMOFILIA
1. Faktor-faktor Pembekuan Darah
a. Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein
plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan
faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia
atau hypofibrinogenemia.
b. Faktor II
c. Faktor III
d. Faktor IV
e. Faktor V
f. Faktor VI
g. Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relative
stabil dan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik.
Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan
mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin,
yang mungkin herediter (autosomal resesif) ataud iperoleh (yang
berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi
fakto rakselerator dan stabil.
h. Faktor VIII
i. Faktor IX
j. Faktor X
k. Faktor XI
l. Faktor XII
m. Faktor XIII
2. Peran Vitamin K
Mengkonsumsi vitamin K karena dapat mempercepat proses
pembekuan darah (koagulan). Sumber yang mengandung vitamin K =
tomat, susu, kuning telur, sayuran segar, dll. Vitamin K juga dapat
menbantu mengubah protrombin menjadi trombin untuk pembekuan
darah. Selain itu sumber terbesar dari vitamin K (vitamin K1 atau
phylloquinone) berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti sayur-sayuran
hijau, seperti kangkung dan lobak Swiss, memiliki kandungan vitamin K1
yang berlimpah. Selain itu sejumlah besar makanan seperti brokoli, taoge,
bayam, dan kembang kol juga mengandung vitamin K. Apabila sumber
makanan di atas dikonsumsi dengan jumlah mencukupi, maka tidak perlu
mengonsumsi suplemen vitamin K tambahan.
- Fungsi vitamin K antara lain
a. memelihara kadar normal faktor-faktor pembeku darah, yaitu
faktor II, VII, IX, dan X, yang disintesis di hati;
b. berperan dalam sintesis faktor II, yaitu protrombin
c. sebagai komponen koenzim dalam proses fosforilasi.
Vitamin K ditemukan oleh Dam dan Schondeyder. Escherichia coli
merupakan bakteri yang dapat membentuk vitamin K di dalam usus besar
manusia. Vitamin K berfungsi untuk membentuk protrombin di dalam
hati. Protrombin merupakan zat yang penting untuk proses pembekuan
darah. Oleh karena itu, jika tubuh kekurangan vitamin K, maka akan
menyebabkan terganggunya proses pembekuan darah.
3000
Kandungan air pada saat bayi lahir adalah sekitar 75% BB dan pada
saat berusia 1 bulan sekitar 65% BB. Komposisi cairan pada tubuh dewasa
pria adalah sekitar 60% BB, sedangkan pada dewasa wanita 50% BB.
Sisanya adalah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat. Air dalam
tubuh berada di beberapa ruangan, yaitu intraseluler sebesar 40% dan
ekstraseluler sebesar 20%. Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang
terdapat di ruang antarsel (interstitial) sebesar 15% dan plasma sebesar
5%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler misalnya cairan
serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum.
Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Empat puluh persen
tubuh manusia merupakan zat padat seperti protein, lemak, mineral,
karbohidrat, material organik dan non organic. Enam puluh persen sisanya
adalah cairan. Dari 60% komposisi cairan, 20 % merupakan cairan
ekstraseluler dan 40% merupakan cairan intraselluler. Empat persen cairan
ekstraseluler berada dalam pembuluh darah berupa plasma darah dan 16%
terdapat di interstisial.
Komplikasi :
- Komplikasi yang sering ditemukan adalah artropati hemofilia
yaitu penimbunan darah intra artikular yang menetap dengan
akibat degenerasi kartilago dan tulang sendi secara progresif , hal
ini menyebabkan penurunan sampai rusak nya fungsi sendi ,
sendi yang sering mengalami komplikasi adalh sendi lutut ,
pergelangan kaki dan siku.
- Perdarahan yang berkepanjangan akibat tindakan medis sering
ditemukan jika tidak dilakukan terapi pencegahan dengam
memberikan faktor pembekuan darah bagi hemofilia sedang dan
berat sesuai dengan tindakan medis yang dilakukan sedangkan
perdarahan akibat trauma sehari-hari yang tersering berupa
hemartosis , perdarahan intramuskular dan hematom . perdarahan
intrakranial jarang terjadi namun jika terjadi berakibat fatal .
9. Patofisiologi Hemofilia
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada
jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat
terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini
hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama
tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang
terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia,
dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang
berusia ± 3 bulan atau saat akan mulai merangkak maka akan terjadi
perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya.
Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat
fatal.Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka
pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh
tubuh).Darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil
kemudian Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh
apabila kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan
anyaman ( Benang Fibrin) penutup luka tidak terbentuk sempurna,
akibatnya darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh. Sehingga
terjadilah perdarahan.
a. Terapi suportif
- Kriopresipitat AHF
d. Antifibrinolitik
e. Terapi Gen
DANOCHROM
KOMPOSISI : tiap tablet mengandung :
karbazokrom sulfonat........................10 mg
INDIKASI : mencegah dan menghentikan perdarahan yang terjadi
akibat pembuluh
darah kapiler yang pecah maupun perdarahan yang terjadi sesudah
operasi.
KONTRA-INDIKASI : Hoersensitivas terhadap karbazokrom
DOSIS : menurut petunjuk dokter
HEMOSTATIK - ANTIHEMORHAGIK
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PERDARAHAN
KOMPOSISI :
SESUDAH OPERASI :
Selama 4 harl sesudah operasi, 2 ampul I.V. atau I.V. pagi dan
petang, atau 3 tablet sehari dibagi dalam 3 dosis.
KALNEX
Tranexamic acid
KOMPOSISI :
Tranexamic acid kapsul:
Tiap kapsul mengandung Tranexamic acid....................................
250 mg
Tranexamic acid tablet:
Tiap tablet mengandung Tranexamic acid....................................
500 mg
Tranexamicacid inieksi:
Tiap mL injeksi ( 5% W/v ) mengandung Tranexamic
acid..................... 50 mg
Tranexamicacid inieksi:
Tiap mL injeksi ( 10% M/v ) mengandung Tranexamicacid
.................... 100 mg
Struktur kimia : Tranexamic acid merupakan zat hablur atau serbuk
hablur putih,tidak berbau dengan rasa pahit,serta mempunyai
struktur kimia sebagai berikut:
Tranexamic acid larut dalam air pada 25 derajat C dengan
konsentrasi kira-kira 11%,sedikit larut dalam metanol,etanol dan
benzene dan sangat sedikit larut dalam eter dan aseton.
Farmakologi :
AKivitas antiolasminik
KALNEX menghambat aktivitas dari aktivator plasminogen dan
plasmin.
Aktivitas anti plasminik dari KALNEX telah dibuktikan dengan
berbagai percobaan "invilro" penentuan aktivitas plasmin
dalam darah dan aktivitas plasma setempat,setelah diberikan pada
tubuh manusia.
Aktivitas hemostatis KALNEX mencegah degradasi
fibrin,pemecahan trombosit,peningkatan kerapuhan vascular dan
pemecahan faktor koagulasi.Efek ini terlihat secara klinis dengan
berkurangnya jumlah perdarahan,berkurangnya waktu
perdarahan dan lama perdarahan.
Indikasi :
Untuk fibrinolisis lokal seperti
epistaksis,prostatektomi,konisasiserviks.
Edemaangioneurotikherediter.
Perdarahan abnormal sesudah operasi.
Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita
hemofilia.
Dosis dan cara pemberian
KALNEX 250 mg kapsul:
Dosis lazim secara oral untuk dewasa : sehari 3-4 kali 1-2
kapsul.
KALNEX@ 500 mg tablet:
Dosis lazim secara oral untuk dewasa : sehari 3-4 kali 1 tablet.
KATNEX 50 mg injeksi
Sehari 1-2 ampul (5-10 mL) disuntikkan secara intravena atau
intramuskular,dibagi dalam 1-2 dosis.Pada waktu atau setelah
operasi,bila diperlukan dapat diberikan sebanyak 2-10 ampul (10-
50 mL) dengan cara infus intravena.
KALNEX 100mg injeksi:
2,5-5 mL per hari disuntikkan secara inlravena atau
intramuskular,dibagi dalam 1-2 dosis.Pada waktu atau sesudah
operasi,bila perlu,5-25 mL diberikan dengan cara infus intravena.
Dosis KALNEx harus disesuaikan dengan keadaan pasien masing-
masing sesuai dengan umur atau kondisi klinisnya.
Peringatan dan perhatian
Bila diberikan secara intravena,dianjurkan untuk menyuntikkan
nya perlahan-lahan seperti halnya pemberian/penyuntikan
sediaan kalsium (10 mL/1-2 menit).
Hati hati digunakan pada penderita insufisiensi ginjal karena resiko
akumulasi.
Pedoman untuk pasien/penderita insufisiensi ginjal berat.
Tranexamic acid tidak diindikasikan pada hematuria yang
disebabkan oleh parenkim renal,pada kondisi ini sering terjadi
presipitasi fibrin dan mungkin memperburuk
penyakit.
Tranexamic acid digunakan pada wanita hamil hanya jika secara
jelas diperlukan.
Hati-hati diberikan pada ibu menyusui untuk menghindari resiko
bayi.
Efek samping :
Gangguan-gangguan gastrointestinal,mual,muntah-
muntah,anoreksia,pusing,eksanlema dan sakit kepala dapat
timbul pada pemberian secara oral.
Gejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau
penghentian pengobatannya.
Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing
dan hipotensi.
Interaksi
obat
Larutan injeksi Tanexamic acid jangan ditambahkan pada tranfusi
atau injeksi yang mengandung penisillin.
Kemasan KALNEX Kapsul (250) : Dos berisi 10 strip x
10 kapsul
Reg.No.DKL9111614301A1
KALNEX Tablet (500) : Dos berisi 10 strip x 10
tablet
Reg.No.DKL9111614217A1 KALNEX Injeksi (5% w/v) 5
mL
Dos berisi 10
ampul
Reg.No.DKL9]11614143A1
KALNEX Injeksi (10% w/v)5 mL : Dos berisi 10
ampul
KALNEX
Tranexamic acid
Komposisi
Tranexamicacid infeksi:
Tranexamicacid inieksi:
- Edemaangioneurotikherediter.
KATNEX 50 mg injeksi
Efek samping
Gangguan-gangguan gastrointestinal,mual,muntah-
muntah,anoreksia,pusing,eksanlema dan sakit kepala dapat timbul
pada pemberian secara oral.
Interaksi obat
Larutan injeksi Tanexamic acid jangan ditambahkan pada tranfusi
atau injeksi yang mengandung penisillin.
KALNEX
Tranexamic acid
Komposisi
Tranexamicacid inieksi:
Tranexamicacid inieksi:
Farmakologi
AKivitas antiolasminik KALNEX menghambat aktivitas dari
aktivator plasminogen dan plasmin.Aktivitas anti plasminik dari
KALNEX telah dibuktikan dengan berbagai percobaan "invilro"
penentuan aktivitas plasmin dalam darah dan aktivitas plasma
setempat,setelah diberikan pada tubuh manusia.
Aktivitas hemostatis KALNEX mencegah degradasi
fibrin,pemecahan trombosit,peningkatan kerapuhan vascular dan
pemecahan faktor koagulasi.Efek ini terlihat secara klinis dengan
berkurangnya jumlah perdarahan,berkurangnya waktu
perdarahan dan lama perdarahan.
Indikasi
Edemaangioneurotikherediter.
Dosis lazim secara oral untuk dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 kapsul.
Dosis lazim secara oral untuk dewasa : sehari 3-4 kali 1 tablet.
KATNEX 50 mg injeksi
Tranexamic acid digunakan pada wanita hamil hanya jika secara jelas
diperlukan.
Efek samping
Gangguan-gangguan gastrointestinal,mual,muntah-
muntah,anoreksia,pusing,eksanlema dan sakit kepala dapat timbul
pada pemberian secara oral.
Gejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau
penghentian pengobatannya.
Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing
dan hipotensi.
Interaksi obat
Larutan injeksi Tanexamic acid jangan ditambahkan pada tranfusi
atau injeksi yang mengandung penisillin.
Nexa
Zat Aktif
Asam Traneksamat 500 mg/250 mg, 100 mg/ml atau 50 mg/ml
Kemasan
• NEXA™ 10% w/v inj (1 box berisi 10 ampul @ 5 ml) No. Reg.
DKL0104418243B1
Farmakologi
• Aktivitas antiplasminik :
• Aktivitas hemostatis :
Indikasi
• Untuk fibrinolisis lokal seperti : epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks.
Kontra Indikasi
Dosis
Fibrinolisis lokal :
Segera sebelum
: 10 mg/kg BB (iv)
operasi
Efek Samping
PLASMINEX
- Lakukan pemeriksaan mata dan tes fungsi ginjal pada pasien dengan
edema ngioneurotik herediter (jangka panjang).
PYTRAMIC
GOLONGAN : GENERIK
Tranexamic acid.
INDIKASI
THERANEX
15. Diagnosa keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Bayi dan Anak
Dengan Hemofilia (Secara Umum)
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Ekstremitas
- Terdapat Hematoma dan hematrosis (inspeksi)
- Capillary refill seluruh ekstremitas 4 detik (palpasi)
- Akral teraba dingin (palpasi)
- Turgor kulit non elastic (palpasi)
TTV
- TD : 60/40 mmHg
- HR : 120 kali/menit pulsasi lemah
- RR : 26 kali/menit reguler
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa keperawatan
INTERVENSI
Golongan darah yaitu Ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Golongan darah yang sering dipakai yaitu golongan darah sistem
ABO dan Rhesus
Penggolongan
Antigen Antibodi Golongan
darah
A Anti B A
B Anti A B
A-B - AB
- Anti AB O
Golongan darah O adalah golongan darah yang paling banyak di dunia. Sedangkan
golongan darah AB adalah golongan darah yang paling langka .
Pemeriksaan
2. Cara tabung
Cara ini akan terlihat lebih jelas hasilnya .
caranya :
a. Buat suspensi sel darah dalam larutan garam ( hemetokrit 2% )
b. Masukkan 1 tetes serum anti A, anti B, anti AB, dan anti D pada masing-
masing tabung
c. Tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah pada masing-masing tabung,
campur
d. Pusing 1 menit 1000 rpm
e. Goyang dan perhatikan adanya aglutinasi
Interprestasi hasil
( + ) : terjadi aglutinasi
( - ) : tidak terjadi aglutinasi
Golongan Genotipe
darah ABO
A IAIA IAIO
B IBIB IBIO
AB IAIB
O IoIo
Jadi dari tabel diatas dapt dikatakan bahwa seorang laki-laki A hetero
(IAIO ) menikah dengan wanita golongan darah B hetero (IBIO ) , keturunannya
bisa memiliki genotipe :
25 % : IAIB
25 % : IAIO
25 % : IBIO
25 % : IOIO
Jadi seseorang dapat memiliki golongan yang berbeda dengan kedua orang
tuanya . Ada beberapa fenomena yang menyebabkan golongan darah
seseorang berubah . kejadian perubahan golongan darah diduga karena terjadi
perubahan dalam sumsum tulang yang memproduksi sel darah merah.
1. Tujuan pemeriksaan
Untuk mengetahui golongan darah seseorang
2. Alat yang diperlukan
Kaca objek
Lancet (jarum)
Kapas alcohol (Alcohol swap)
3. Reagen
1 set anti sera yang berisi:
1. serum anti A
2.serum anti B
3.Serum anti AB
4.Anti Rh factor
4. Cara pemeriksaan
1) Taruhlah pada sebuah kaca objek:
1 tetes serum anti A
1 tetes serum anti B
1 tetes serum anti AB
1 tetes RH factor
2) Setetes kecil darah kapiler atau vena diteteskan pada serum serum
diatas,campur dengan ujung
lidi satu lidi untuk satu macam campuran
3) Goyangkan kaca objek dengan membuat gerakan melingkar selama 4
menit
4) Liat bagian mana yang ada aglutinasinya
5) Pelaporan
a. Anti A aglitinasi positip
Anti B aglutinasi negatip Golongan darah A
Anti AB aglutinasi positip
b. Anti A aglitinasi negatip
Anti B aglutinasi positip Golongan darah B
Anti AB aglutinasi positip
c. Anti A aglitinasi positip
Anti B aglutinasi positip Golongan darah AB
Anti AB aglutinasi positip
d. Anti A aglitinasi negatip
Anti B aglutinasi negatip Golongan darah O
Anti AB aglutinasi negatip
e. Anti Rh factor aglutinasi positip Rh +
Anti RH factor aglutinasi negatip Rh -
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
http://www.farmasiku.com/index.php?target=pages&page_id=Makna_Hasil_Lab_An
da
http://www.scribd.com/doc/77528349/askep-DIC
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan System Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Watson, Roger. 2002. Anatomi Fisiologi Untuk Perawat Edisi 10. Jakarta: EGC
Gibson, John. 2003. Fisiologi Dan Anatomi Untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC