Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

INTERPRETASI SEISMIK

LAPORAN RESMI COVER


LABORATORIUM MINERAL OPTIK & PETROGRAFI
Disusun Oleh:
Rachmat Fauzi Viarso
111.160.149
PLUG 8

LABORATORIUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Metode seismik merupakan cabang geofisika yang dapat digunakan untuk
memperoleh informasi tentang sifat fisik batuan yang membentuk kulit bumi
sampai pada analisa struktur dan keadaan stratigrafi bawah permukaan.
Suatu sumber getar akan menghasilkan gelombang seismik, yang bila
mengenai suatu permukaan akan dipantulkan atau dibiaskan atau sebagian
dipantulkan dan sebagian dibiaskan. Suatu alat penerima akan merekam waktu
yang dibutuhkan gelombang tersebut untuk merambat dari sumber getar ke
penerima. Berdasarkan travel time (waktu tempuh) tersebut dapat ditentukan
kecepatan gelombang ketika melalui lapisan batuan. Kecepatan ini tergantung
pada litologi, umur, kedalaman, densitas, porositas, kandungan fluida dan lain-
lain.

I.2. Maksud dan Tujuan


Interpretasi seismik dalam eksplorasi minyak dan gas bumi adalah untuk
mengidentifikasi gejala struktur (ketebalan suatu lapisan batuan, struktur geologi),
dan gejala stratigrafi (penyebaran lapisan batuan, pola perlapisan), yang akhirnya
dipergunakan untuk menggambarkan struktur bawah permukaan dalam bentuk
peta struktur kedalaman (depth structure map).

Nama : Rachmat Fauzi Viarso


NIM : 111.160.149
Plug : 8 1
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB II
METODOLOGI
II.1. Dasar Teori

II.1.1 Jenis Seismik


Jenis seismik ada dua macam, yaitu seismik bias dan seismik pantul.
 Seismik bias digunakan untuk penelitian yang dangkal.
 Seismik pantul digunakan untuk penelitian geologi / geofisika yang dalam.

II.1.2 Metode Seismik Refleksi


Secara umum, tujuan utama dari pengukuran seismik adalah untuk
memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman ini dapat dinilai
dari perbandingan sinyal refleksi terhadap sinyal noise, yaitu perbandingan antara
banyaknya sinyal refleksi yang direkam dibandingkan dengan sinyal noise-nya
dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time).
Menurut Telford dkk (1976), tujuan metode seismik refleksi adalah untuk
mengetahui informasi tentang batuan, terutama tentang perlapisannya, dan (dalam
penggunaan yang terbatas) dari variasi amplitudo dan frekuensi.
Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Eksplorasi prospek dangkal (shallow seismic reflection)
Eksplorasi ini biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan
tambang lainnya.
2. Eksplorasi prospek dalam (deep seismic reflection)
Eksplorasi ini digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon
(minyak dan gas bumi).

II.2. Langkah Kerja


Langkah kerja yang dilakukan dalam interpretasi seismik pantul
(reflection) adalah:

1. Mengetahui kondisi geologi bawah permukaan dengan memperhatikan


well summary dari sumur yang berperan sebagai sumur pengikat. Pada

Nama : Rachmat Fauzi Viarso


NIM : 111.160.149
Plug : 8 2
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

well summary tersebut, Formasi Batucinta yang litologinya berupa


batupasir berperan sebagai batuan reservoar migas.
2. Korelasi dengan sumur pengikat (tie well)
 Untuk membandingkan horison / garis pada penampang seismik
dengan formasi yang telah diketahui kedalamannya dari sumur
pemboran.
 Harga kedalaman yang diukur, dari sea level sebagai datum.
3. Penentuan horison yang dipetakan
 Horison seismik yang ditentukan, sebaiknya pada atau berdekatan
dengan lapisan yang diperkirakan produktif atau mewakili
parameter marker stratigrafi, dan horison tersebut menerus
sepanjang lintasan.
 Bila horison hanya bersifat lokal (setempat), harus dicarikan
horison lainnya, yang penyebarannya menerus.
4. Picking horizon atau mengikuti lapisan yang dipetakan sepanjang
penampang seismik dan diberi warna tertentu serta picking gejala struktur
geologi yang ada pada penampang seismik.
5. Menentukan nilai TWT (Two Way Time) dari horison Top Batucinta
Formation yang telah dilakukan picking sebelumnya dari tiap-tiap
geophone pada tiap line (Inline 1, Inline 2, Xline 1, Xline 2, dan Xline 3).
6. Mengonversikan nilai TWT ke nilai Depth dalam satuan meter.
7. Nilai depth yang didapatkan dari tiap-tiap geophone diplotkan pada
basemap.
8. Melakukan interpolasi garis kontur menggunakan software ArcMap.
9. Mengeplotkan garis – garis yang diperkirakan berupa struktur geologi
seperti sesar.
10. Melakukan overlay pada kalkir untuk membuat peta depth structure.

Nama : Rachmat Fauzi Viarso


NIM : 111.160.149
Plug : 8 3
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Interpretasi Peta Depth Structure

Gambar 1. Peta Depth Structure Lapangan Green

Gambar di atas merupakan Peta Depth Structure Lapangan Green dari Top
Batucinta Formation. Peta tersebut menggambarkan garis kontur dari kedalaman
Top Batucinta Formation. Pada peta tersebut, terdapat closure (atau bentukan
daerah tertutup yang diindikasikan sebagai tempat akumulasi hidrokarbon.
Closure tersebut memiliki struktur antiklin sebagai perangkap hidrokarbon dalam
reservoar.
Selain adanya closure, terdapat pula struktur geologi pada peta tersebut.
Interpretasi seismik pada Xline menunjukkan adanya sesar. Sesar tersebut
diinterpretasikan merupakan jenis sesar turun dengan strike relatif barat laut -
tenggara.

Nama : Rachmat Fauzi Viarso


NIM : 111.160.149
Plug : 8 4
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

III.2. Sejarah Geologi


Sejarah geologi dari Lapangan Green berdasarkan interpretasi seismik dan
well summary adalah sebagai berikut.
1. Awalnya terdapat batuan granit berumur Cretaceous. Batuan ini
tersingkap ke permukaan, tererosi dan terlapukkan. Kemudian, terjadi
penurunan sehingga batuan granit tersebut berperan sebagai basement atau
dasar cekungan.
2. Secara tidak selaras, terendapkan di atas basement tersebut berupa
batupasir dari Formasi Batucinta.
3. Secara selaras, terendapkan di atas Formasi Batucinta berupa batugamping
dari Formasi Batusayang.
4. Secara selaras, terendapkan di atas Formasi Batusayang berupa
batulempung gampingan dari Formasi Baturindu.
5. Secara selaras, terendapkan di atas Formasi Baturindu berupa
batulempung pasiran dari Formasi Batukasih.
6. Secara selaras, terendapakan di atas Formasi Batukasi berupa batupasir
dari Formasi Batukangen.
7. Umur geologi pembentukan Formasi Batucinta hingga Formasi
Batukangen adalah Eosen - Miosen.
8. Setelah pembentukan formasi - formasi tersebut, terdapat kejadian struktur
geologi (tektonisme) yang menghasilkan pengkekaran, perlipatan, dan
pensesaran yang terlihat pada penampang seismik Lapangan Green.

Dari sejarah geologi tersebut, diinterpretasikan bahwa formasi yang


berpotensi sebagai batuan induk pada Lapangan Green adalah Formasi Baturindu
dengan litologi berupa batulempung gampingan dan formasi yang berpotensi
sebagai batuan reservoar adalah Formasi Batucinta dengan litologi berupa
batupasir. Akumulasi hidrokarbon diperkirakan terdapat pada closure atau
perangkap pada batupasir Formasi Batucinta. Pembentukan perangkap ini tidak
lepas dari peran tektonisme yang membentuk struktur – struktur geologi berupa
sesar, kekar, dan lipatan sehingga hidrokarbon dapat bermigrasi dan terakumulasi
dalam reservoar.

Nama : Rachmat Fauzi Viarso


NIM : 111.160.149
Plug : 8 5
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi seismik Lapangan Green (Yogyakarta Basin),


didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

 Berdasarkan peta depth structure, terdapat closure atau bentukan daerah


tertutup yang diindikasikan sebagai tempat terakumulasinya hidrokarbon.
Closure tersebut memiliki struktur antiklin sebagai perangkap hidrokarbon
dalam reservoar.
 Berdasarkan interpretasi penampang seismik, terdapat struktur geologi
pada Lapangan Green. Interpretasi seismic pada Xline menunjukkan
adanya sesar. Sesar tersebut diinterpretasikan merupakan jenis sesar turun
dengan strike relative barat laut - tenggara.
 Berdasarkan sejarah geologi daerah Lapangan Green, diinterpretasikan
bahwa formasi yang berpotensi sebagai batuan induk adalah Formasi
Baturindu dengan litologi berupa batu lempung gampingan dan formasi
yang berpotensi sebagai batuan reservoir adalah Formasi Batucinta dengan
litologi berupa batupasir.
 Akumulasi hidrokarbon diperkirakan terdapat pada closure atau perangkap
pada batupasir Formasi Batucinta. Pembentukan perangkap ini tidak lepas
dari peran tektonisme yang membentuk struktur – struktur geologi berupa
sesar, kekar, dan lipatan sehingga hidrokarbon dapat bermigrasi dan
terakumulasi dalam reservoar.

Nama : Rachmat Fauzi Viarso


NIM : 111.160.149
Plug : 8 6

Anda mungkin juga menyukai