Anda di halaman 1dari 25

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Minyak bumi merupakan salah satu sumber kekayaan yang sangat penting,
yang berpengaruh ataupun yang merupakan salah satu faktor peradaban manusia.
Minyak dan gas bumi, seperti bahan galian lainnya, tak dapat tumbuh kembali,
atau dengan kata lain, ‘bahan pakai-habis’, sekali kita ambil, habislah bahan itu.
Minyak bumi mempunyai peranan khusus karena bukan semata-mata bersifat
bahan galian, tetapi juga berupa bahan bakar. Jadi, minyak dan gas bumi
merupakan sumber energi yang sangat penting.
Dalam mencari minyak dan gas bumi diperlukannya suatu eksplorasi. Eksplorasi
merupakan kegiatan mencari dan menemukan sumberdaya hidrokarbon dan
memperkirakan potensi hidrokarbon di dalam sebuah basin atau cekungan.
Kegiatan eksplorasi salah satu tahapnya dilakukan logging pada sumur-sumur
eksplorasi yang tersedia untuk mengetauhi karakteristik fisik batuan bawah
permukaan. Data log dari tiap-tiap sumur tersebut selnjautnya dilakukan korelasi
stratigrafi & struktur untuk mengetahui persebaran lateral dan vertikal dari
reservoar minyak dan gas bumi. Selain itu, dilakukan pula perhitungan cadangan
hidrokarbon untuk mengetahui potensi dari kandungan hidrokarbon di bawah
permukaan bumi sehingga menentukan keekonomian dari cadangan tersebut.

I.2. Maksud dan Tujuan


 Korelasi stratigrafi antara log sumur
 Korelasi struktur antara log sumur
 Membuat peta fluid contact
 Membuat peta netsand
 Membuat peta netpay
 Mendapatkan besar cadangan berdasarkan perhitungan

I.3 Dasar Teori


A. Korelasi Log

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 1
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Log adalah suatu terminologi yang secara original mengacu pada


hubungan nilai dengan kedalaman, yang diambil dari pengamatan
kembali (mudlog).
Secara prinsip pengunaan dari well logs adalah untuk:
1. Penentuan litologi
2. Korelasi stratigrafi
3. Evaluasi fluida dalam formasi
4. Penentuan porositas
5. Korelasi dengan data seismik
6. Lokasi dari faults and fractures
7. Penentuan dip dari strata
Syarat untuk dapat dilakukannya korelasi well logs antara lain adalah :
1. Deepest
2. Thickest
3. Sedikit gangguan struktur (unfaulted)
4. Minimal ada 2 data well log pada daerah pengamatan
Pada sikeun sand-shale yang tebal, itu mungkin menjadi petunjuk kecil
dari bentuk kurva untuk zona batuan untuk korelasi zona. Regional dip
superimposed pada cross section sumur akan membantu. Unit pasir yang
individual mungkin akan tidak menerus sepanjang lintasan, tetapi garis korelasi
memberikan petunjuk tentang possible time sikuen stratigrafi (Crain, 2008).

Gambar I.1.1 Korelasi Batupasir

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 2
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Sequence Boundary (SB) merupakan batas atas dan bawah satuan sikuen
stratigrafi adalah bidang ketidak selarasan atau bidang-bidang keselarasan
padanannya (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Maximum flooding
surface teridentifikasi oleh adanya maximum landward onlap dari lapiasan marine
pada batas basin dan mencerminkan kenaikan maksimum secara relatif dari sea
level (Armentout, 1991).

Gambar I.1.2 Kandidat Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MSF)
(Possamentier & Allen 1999)

Untuk sikeun stratigrafi, biasanya dipakai Sequence Boundary (SB) dan


Maximum Flooding Surface (MSF) untuk korelasi. Hal ini dikarenakan
pelamparan SB dan MSF yang luas. Sequence Boundary (SB) dan Maximum
Flooding Surface (MFS) ini menandakan suatu proses perubahan muka air laut
yang terjadi secara global. Sehingga Sequence Boundary (SB) dan Maximum
Flooding Surface (MFS) ini sering digunakan untuk korelasi antar sumur. Dari
data Well logs, adanya Sequence Boundary (SB) biasanya ditandai dengan adanya
perubahan secara tiba-tiba dari Coarsening Upward menjadi Fineing Upward atau
sebalikknya. Sedangkan Maximum Flooding Surface (MFS) dari data log
ditunjukkan dari adanya akumulasi shale yang banyak, dan MSF merupakan
amplitude dari log yang daerah shale.

B. Pemetaan Geologi Bawah Permukaan

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 3
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Yang dimaksud dengan pemetaan geologi bawah permukaan adalah peta


yang dibuat khusus berdasarkan data hasil pemboran eksplorasi minyak bumi.
Namun dewasa ini dengan majunya metode-metode processing geofisik terutama
metode seismic, banyak pula peta-peta bawah permukaan yang dibuat berdasarkan
data seismik.

Prinsip-Prinsip Garis Kontur

Penggambaran garis kontur merupakan suatu operasi teknik mekanistik


yang harus dibimbing oleh pemikiran geologi dan apresiasi estetika. Dengan
demikian tidak ada rumus-rumus untuk garis kontur, akan tetapi ada prinsip-
prinsip tertentu yang harus diikuti dalam menggambarkan garis kontur.

Garis Kontur

Sebagaimana telah diuraikan garis kontur adalah garis iso, atau persamaan
nilai dari suatu sifat/keadaan yang dinyatakan dalam angka numeris dan bersifat
kuantitatif.

Garis Bentuk(formline)

Adalah semacam garis kontur yang tidak bersifat kuantitatif (tidak


numeris), tetapi kualitatif.

Antara (Spacing)

Jarak antara dua garis kontur yang berdekatan secara horizontal/lateral


dinyatakan dalam ukuran skala.

Interval Kontur

Perbedaan antara dua garis kontur yang berdekatan. Interval selalu


merupakan angka konstan untuk seluruh peta.

Nilai Kontur

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 4
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Nilai kontur harus selalu merupakan angka bulat atau angka yang
mudah/simple. Pemilihan nilai kontur dan interval kontur sangat erat
hubungannya dengan :

1. Ketelitian data dalam titik control, misalnya pembacaan kedalaman


tidak dapat lebih teliti dari 0,5 m maka interval kontur harus paling
sedikit 1m.

2. Kecepatan perubahan nilai secara lateral atau antara (spacing)

3. Jika perubahan terlalu cepat maka interval harus besar sehingga


spacing tidak terlalu rapat.

4. Dalam pemilihan nilai kontur harus dipergunakan angka-angka mudah,


puluhan, ratusan, tengahan, limapuluhan, angka-angka genap atau
fraksi.

C. Perhitungan luas sebenarnya


Setelah menggambarkan kontur-kontur pada peta top dan bottom
struktur, fluid contact, netsand dan netpay, maka dapat dihitungan besaran
cadangan hidrokarbon, dengan metode dibawah ini :
Luas An = Luas bidang kontur n (cm2) x (skala peta (cm))2 = .... m2
= .... m2 x 0,000247 (konstanta konversi acre)
= .... acre
Keterangan: skala peta 1cm = 250 m atau 1 : 25000
Jadi 2502 = 62500 m2
Perbandingan luas
Perbandingan luas = An+1 / An
Jika hasil >0,5 maka Trapezoidal
Jika hasil <0,5 maka Pyramidal

Volume reservoir

Trapezoidal Vb = h/2 x (An + An+1)


Pyramidal Vb = h/3 x [(An + An+1) + √An x An+1]
Keterangan:
Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi
Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 5
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Vb = Volume Bulk
h = selang interval kontur

Metode volumetris untuk gas bumi


IGIP = 43560 x Vb x фe x Sh (SCF)

BGI

Keterangan:

Vb = Volume Bulk total

Фe = porositas efektif (21% = 0,21)

Sh = saturasi hidrokarbon (1 - 0,22 = 0,78)

BGI = faktor volume formasi gas mula-mula (0,0119)

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 6
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

II.1 Fisiografi Sumsel

Secarah umum Fisiografi Pulau Sumatra dibagi menjadi beberapa bagian


antara lain :
 Zona Kepulauan Busur muka : Merupakan kepulauan yang terangkat
akibat adanya interaksi lempeng india australia dan lempeng euarasia.
Memanjang mulai dari pulau nias, simelue dan tanimbar.
 Zona Semangko : Merupakan daerah yang memnjang dari utara – selatan
akibat dari terbentuknya sesar sumatar / sesar semangko.
 Zona Jajaran Barisan : Zona Ini memanjang sepanjang sesar semangko
 Zona dataran Rendah dan berbukit : Fisiografi daerah ini berupa dataran
lembah dan terdiri dari cekungan sedimen
 Zona Pegunungan Tiga Puluh
 Zona Paparan Sunda

Gambar II.1.1 Fisiografi regional sumatera

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 7
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

II. Geomorfologi Sumsel


Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :
A. Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat membentuk
monoklinal dengan kemiringan 5 – 10 derajat ke arah Laut India (Indian Ocean)
dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu
adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk
Semangko di Selat Sunda.Sedangkan panjang Graben Semangko yang
membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko adalah 45 Km
dan lebarnya 10 Km.
B. Blok Semangko (Semangko Central Blok) Terletak diantara Zone Semangko
Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko terbagi
menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh
dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok
Semangko (Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40 Km).
C. Blok Sekampung (The The Sekampung Blok) Blok Sekampung merupakan
sayap Timur Laut Bukit Barisan di sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang
Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan makan Zone Barisan bagian
Selatan (di daerah Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di
mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian
Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak
geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km.
Zone Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan di daerah Padang memiliki
lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang Sidempuan.
Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai
pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang,
sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a volcano
tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi. Zone Semangko
membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh
Tobler disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949) membentang memanjang
searah dengan Sistem Barisan baik di sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan.
Sayap Timur Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara. Di

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 8
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben
dengan posisi memanjang.

III. Tektonik Sumsel


Cekungan Sumatra Selatan terbentuk sejak akhir Pra Tersier sampai awal
Pra Tersier. Orogenesa pada akhir Kapur-Eosen membagi Cekungan Sumatra
Selatan menjadi 4 sub cekungan, yaitu sub-Cekungan Palembang Tengah dan
Sub-Cekungan Palembang Selatan. Pola Struktur di Cekungan Sumatra Selatan
merupakan hasil dari 4 periode Tektonik Utama yaitu:

1.Upper Jurassic – Lower Cretaceous


Rezim tektonik yang terjadi adalah rezim tektonik kompresi, dimana
intrusi, magmatisme, dan proses metamorfosa pembentuk batuan dasar masih
berlangsung. Tegasan utama pada periode ini berarah N 0300 W ( WNW-ESE)
yang mengakibatkan terbentuknya Sesar Lematang yang berarah N0600 E.

2. Late Cretaceous – Oligocene


Fase yang berkembang pada periode ini adalah rezim tektonik regangan /
tarikan dimana tegasan utamanya berarah N-S. Struktur geologi yang terbentuk
adalah sesar-sesar normal dan pematahan bongkah batuan dasar yang
menghasilkan bentukan Horst (tinggian), Graben (depresi) dan Half Graben.
Periode ini merupakan awal terbentuknya Cekungan Sumatra Selatan dan
mulainya pengendapan sedimen Formasi Lahat dan Talang Akar.

3. Oligocene – Pliocene Basin Fill


Fase tektonik yang terjadi pada daerah ini adalah fase tenang, tidak ada
pergerakan pada dasar cekungan dan sedimen yang terendapkan lebih dulu
(Formasi Lahat). Pengisian cekungan selama fase tenang berlangsung selama awal
Oligosen-Pliosen. Sedimen yang mengisi cekungan selama fase tenang adalah
Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai (Telisa), Formasi Lower
Palembang (Air Benakat), Middle Palembang Muara Enim) dan Upper Palembang
(Kasai).

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 9
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

4. Pliocene -Pleistocene Orogeny


Fase Tektonik yang terjadi pada periode ini adalah fase kompresi, sesar-
sesar bongkah dasar cekungan mengalami reaktifasi yang mengakibatkan
pengangkatan dan pembentukan antiklinorium utama di Cekungan sumatra
Selatan. Antiklinorium tersebut antara lain Antiklinorium Muara enim,
Antiklinorium Pendopo-Benakat, dan Antiklinorium Palembang (De Coster
1974).
Antiklinorium Palembang Utara, merupakan antiklinorium yang besar
terdiri dari beberapa antiklin. Batuan tertua yang tersingkap adalah Formasi
Talang Akar dan Batuan dasar Pra-Tersier. Sisi selatan cenderung menjadi lebih
curam daripada sisi utara atau timur laut (Pulonggono, 1984).
Antiklinorium Pendopo-Limau, terdiri dari dua antiklin paralel, yang
merupakan daerah lapangan minyak terbesar di Sumatra Selatan. Pada sisi
baratdaya antiklin kemiringan lebih curam dan dibatasi oleh sesar, dan ada bagian
yang tertutup oleh batas half-graben. Formasi tertua yang tersingkap di puncak
adalah Formasi Gumai.
Antiklinorium Gumai, terdiri dari enam atau lebih antiklin kecil yang
saling berhubungan, kebanyakan jurusnya berarah Timur-Barat, sangat tidak
simetri dengan keemiringan curam, sisi sebelah utara secara lokal mengalami
pembalikan (overturned). Formasi tertua yang ada di permukaan adalah Formasi
Lower Palembang atau Air Benakat. Antiklin tersebut sebagai hasil longsoran
gravitasi dari antiklin Pegunungan Gumai. Pulonggono (1984) menggambarkan
antiklinorium Gumai sebagai lapangan minyak kecil yang saling berhubungan,
dihasilkan dari Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim.
Antiklinorium Muara enim, merupakan antiklin yang besar dengan
ekspresi permukaan kuat dan dengan singkapan batuan dasar Pra-Tersier. Di dekat
daerah Lahat menunjam ke arah timur, sisi utara banyak lapisan batubara dengan
kemiringan curam dan juga lebih banyak yang tersesarkan daripada di sisi selatan.
Kebalikannya di bagian barat pegunungan Gumai dapat diamati kemiringan lebih
curam di sisi selatan dan sisi utara dengan kemiringan relatif landai.

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

II. 4 Stratigrafi Sumsel


Stratigrafi daerah cekungan Sumatra Selatan secara umum dapat dikenal
satu megacycle (daur besar) yang terdiri dari suatu transgresi dan diikuti regresi.
Formasi yang terbentuk selama fase transgresi dikelompokkan menjadi Kelompok
Telisa (Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi Gumai). Kelompok
Palembang diendapkan selama fase regresi (Formasi Air Benakat, Formasi Muara
Enim, dan Formasi Kasai), sedangkan Formasi Lemat dan older Lemat
diendapkan sebelum fase transgresi utama. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
menurut De Coster 1974 adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Pra Tersier


Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari Cekungan
Sumatra Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum, batuan metamorf
Paleozoikum Mesozoikum, dan batuan karbonat yang termetamorfosa. Hasil
dating di beberapa tempat menunjukkan bahwa beberapa batuan berumur Kapur
Akhir sampai Eosen Awal. Batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum dan
batuan sedimen mengalami perlipatan dan pensesaran akibat intrusi batuan beku
selama episode orogenesa Mesozoikum Tengah (Mid-Mesozoikum).

2. Formasi Kikim Tuff dan older Lemat atau Lahat


Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera Selatan adalah
batuan yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang ada pada Formasi ini terdiri
dari batupasir tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung. Batuan-batuan tersebut
kemungkinan merupakan bagian dari siklus sedimentasi yang berasal dari
Continental, akibat aktivitas vulkanik, dan proses erosi dan disertai aktivitas
tektonik pada akhir Kapur-awal Tersier di Cekungan Sumatera Selatan.

3. Formasi Lemat Muda atau Lahat Muda


Formasi Lemat tersusun atas klastika kasar berupa batupasir, batulempung,
fragmen batuan, breksi, “Granit Wash”, terdapat lapisan tipis batubara, dan tuf.
Semuanya diendapkan pada lingkungan kontinen. Sedangkan Anggota Benakat
dari Formasi Lemat terbentuk pada bagian tengah cekungan dan tersusun atas

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 11
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

serpih berwarna coklat abu-abu yang berlapis dengan serpih tuffaan (tuffaceous
shales), batulanau, batupsir, terdapat lapisan tipis batubara dan batugamping
(stringer), Glauconit; diendapkan pada lingkungan fresh-brackish. Formasi Lemat
secara normal dibatasi oleh bidang ketidakselarasan (unconformity) pada bagian
atas dan bawah formasi. Kontak antara Formasi Lemat dengan Formasi Talang
Akar yang diintepretasikan sebagai paraconformable. Formasi Lemat berumur
Paleosen-Oligosen, dan Anggota Benakat berumur Eosen Akhir-Oligosen, yang
ditentukan dari spora dan pollen, juga dengandating K-Ar. Ketebalan formasi ini
bervariasi, lebih dari 2500 kaki (+- 760 M). Pada Cekungan Sumatra Selatan dan
lebih dari 3500 kaki (1070 M) pada zona depresi sesar di bagian tengah cekungan
(didapat dari data seismik).

4. Formasi Talang Akar


Formasi Talang Akar terdapat di Cekungan Sumatra Selatan, formasi ini
terletak di atas Formasi Lemat dan di bawah Formasi Telisa atau Anggota Basal
Batugamping Telisa. Formasi Talang Akar terdiri dari batupasir yang berasal dari
delta plain, serpih, lanau, batupasir kuarsa, dengan sisipan batulempung karbonan,
batubara dan di beberapa tempat konglomerat. Kontak antara Formasi Talang
Akar dengan Formasi Lemat tidak selaras pada bagian tengah dan pada bagian
pinggir dari cekungan kemungkinan paraconformable, sedangkan kontak antara
Formasi Talang Akar dengan Telisa dan Anggota Basal Batugamping Telisa
adalah conformable. Kontak antara Talang Akar dan Telisa sulit di pick dari
sumur di daerah palung disebabkan litologi dari dua formasi ini secara umum
sama. Ketebalan dari Formasi Talang Akar bervariasi 1500-2000 feet (sekitar 460-
610m).
Umur dari Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen Atas-Miosen Bawah
dan kemungkinan meliputi N 3 (P22), N7 dan bagian N5 berdasarkan zona
Foraminifera plangtonik yang ada pada sumur yang dibor pada formasi ini
berhubungan dengan delta plain dan daerah shelf

.5. Formasi Baturaja

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 12
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Anggota ini dikenal dengan Formasi Baturaja. Diendapkan pada bagian


intermediate-shelfal dari Cekungan Sumatera Selatan, di atas dan di sekitar
platform dan tinggian.Kontak pada bagian bawah dengan Formasi Talang Akar
atau dengan batuan Pra Tersier. Komposisi dari Formasi Baturaja ini terdiri dari
Batugamping Bank (Bank Limestone) atau platform dan reefal. Ketebalan bagian
bawah dari formasi ini bervariasi, namun rata-ratta 200-250 feet (sekitar 60-75 m).
Singkapan dari Formasi Baturaja di Pegunungan Garba tebalnya sekitar 1700 feet
(sekitar 520 m). Formasi ini sangat fossiliferous dan dari analisis umur anggota ini
berumur Miosen. Fauna yang ada pada Formasi Baturaja umurnya N6-N7.

6. Formasi Telisa (Gumai)


Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman Tersier,
formasi ini terendapkan selama fase transgresif laut maksimum, (maximum
marine transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan yang ada di formasi ini terdiri
dari napal yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak mengandung foram
plankton. Sisipan batugamping dijumpai pada bagian bawah.
Formasi Gumai beda fasies dengan Formasi Talang Akar dan sebagian
berada di atas Formasi Baturaja. Ketebalan dari formasi ini bervariasi tergantung
pada posisi dari cekungan, namun variasi ketebalan untuk Formasi Gumai ini
berkisar dari 6000 – 9000 feet ( 1800-2700 m).
Penentuan umur Formasi Gumai dapat ditentukan dari dating dengan
menggunakan foraminifera planktonik. Pemeriksaan mikropaleontologi terhadap
contoh batuan dari beberapa sumur menunjukkan bahwa fosil foraminifera
planktonik yang dijumpai dapat digolongkan ke dalam zona Globigerinoides
sicanus, Globogerinotella insueta, dan bagian bawah zona Orbulina Satiralis
Globorotalia peripheroranda, umurnya disimpulkan Miosen Awal-Miosen
Tengah. Lingkungan pengendapan Laut Terbuka, Neritik.

7. Formasi Lower Palembang (Air Benakat)


Formasi Lower Palembang diendapkan selama awal fase siklus regresi.
Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir glaukonitan, batulempung,
batulanau, dan batupasir yang mengandung unsur karbonatan. Pada bagian bawah

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 13
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

dari Formasi Lower Palembang kontak dengan Formasi Telisa. Ketebalan dari
formasi ini bervariasi dari 3300 – 5000 kaki (sekitar 1000 – 1500 m ). Fauna-
fauna yang dijumpai pada Formasi Lower Palembang ini antara lain Orbulina
Universa d’Orbigny, Orbulina Suturalis Bronimann, Globigerinoides
Subquadratus Bronimann, Globigerina Venezuelana Hedberg,Globorotalia
Peripronda Blow & Banner, Globorotalia Venezuelana Hedberg, Globorotalia
Peripronda Blow & Banner,Globorotalia mayeri Cushman & Ellisor, yang
menunjukkan umur Miosen Tengah N12-N13. Formasi ini diendapkan di
lingkungan laut dangkal.

8. Formasi Middle Palembang (Muara Enim)


Batuan penyusun yang ada pada formasi ini berupa batupasir,
batulempung, dan lapisan batubara. Batas bawah dari Formasi Middle Palembnag
di bagian selatan cekungan berupa lapisan batubara yang biasanya digunakan
sebgai marker. Jumlah serta ketebalan lapisan-lapisan batubara menurun dari
selatan ke utara pada cekungan ini. Ketebalan formasi berkisar antara 1500 – 2500
kaki (sekitar 450-750 m). De Coster (1974) menafsirkan formasi ini berumur
Miosen Akhir sampai Pliosen, berdasarkan kedudukan stratigrafinya. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan laut dangkal sampaibrackist (pada bagian dasar),
delta plain dan lingkungan non marine.

9. Formasi Upper Palembang (Kasai)


Formasi ini merupakan formasi yang paling muda di Cekungan Sumatra
Selatan. Formasi ini diendapkan selama orogenesa pada Plio-Pleistosen dan
dihasilkan dari proses erosi Pegunungan Barisan dan Tigapuluh. Komposisi dari
formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, lempung, dan kerakal dan lapisan tipis
batubara. Umur dari formasi ini tidak dapat dipastikan, tetapi diduga Plio-
Pleistosen. Lingkungan pengendapannya darat.

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 14
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

II. 5 Petroleum system Sumsel

Gambar II.5 Stratigrafi cekungan sumatra selatan

1. Batuan induk (Source rock)


Terdapat beberapa source rock pada cekungan ini, diantaranya :
 Endapan lakustrin pada formasi Lahar
 Endapan fluvio deltaik pada formasi Talang Akar
 Endapan batugamping pada formasi Baturaja
 Endapan batulempung pada formasi Gumai
2. Reservoar rock
Batuan reservoar yang cocok sebagai reservoar pada cekungan ini adalah
talang akar dan muara enim dengan batupasirnya dan baturaja dengan
batugampingnya.
3. Seal rock
Batuan penyekat yang berpotensi terletak pada formasi air bekanat dan
gumai, dilihat dari kehadiran batulempung yang mampu menahan migrasi
hidrokarbon

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 15
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

4. Migration route
Rute migrasi terbentuk dari sesar-sesar pada tiap formasi
5. Trap
Trap yang berpotensi menjebak hidrokarbon pada cekungan ini adalah
kehadiran antiklinorium dan lipatan serta trap stratigrafi yang terdapat pada
formasi baturaja berupa reef.

II. 6 Petroleum play


Formasi Lahat, secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum system
dari formasi lahat.
• TOC 1.7 – 8.5 wt% à Excellent potential
• HI 130-290 mg
• Derajat kematangan 0.64 – 1.4 %Ro.
• Kerogen Tipe I dan II, III
• Mature T-max 436-441 0C
Formasi Baturaja, secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum
system dari formasi Batu Raja.
• TOC 0.5 – 1.5 wt% à Fair - Good
• Kerogen Tipe I, II, III
• Mature T-max 436-4500C
• Kerogen Tipe I, II, III
• Mature T-max 436-4500C
Formasi Gumai, secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum system
dari formasi Gumai.
• TOC 0.5-11.5 wt% àfair - excellent
• Kerogen Tipe III
• Early mature T-max 400-4300C
Formasi Air Benakat, secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum
system dari Air Benakat.
• TOC 0.5 – 1.7 wt% Fair – Good
• Imature T-max < 4300C
• 0.29-0.30 %Ro

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 16
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Formasi Muara Enim, secara lebih rinci berikut adalah data mengenai petroleum
system dari Air Benakat.
• TOC 0.5-52.7 wt% àFair - Excellent
• Imature T-max < 4300C
• 0.29-0.30 %Ro

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 17
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

BAB III
PEMETAAN GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

III. 1 Korelasi Stratigrafi


Korelasi stratigrafi bertujuan untuk mengetahui besaran geometri lapisan
target dan melihat kemenerusan lapisan dengan menghubungkan lapisan-lapisan
yang mempunyai bentuk log resistensi yang sama dan kandungan fluida yang
sama dalam satu sikuen. Datum yang digunakan adalah MFS yaitu Maximum
Flood Surface, yaitu keadaan dimana dalam satu sikuen terjadi peristiwa kenaikan
permukaan air laut paling tinggi. MFS yang digunakan sebagai datum disini
adalah MFS pada bagian log teratas. Setelah semua log ditandai MFSnya, log-log
tersebut disejajarkan sesuai dengan datum MFS tersebut, dan perhatikan apakah
ada pembajian atau tidak.
III. 2 Korelasi Struktur
Korelasi struktur bertujuan untuk mengetahui batas kontak fluida yang ada
pada suatu lapisan target. Sama dengan korelasi stratigrafi, lapisan yang
dihubungkan merupakan lapisan yang mempunyai bentuk log resistensi yang
sama dan kandungan fluida yang sama dalam satu sikuen. Perbedaannya adalah
korelasi struktur menggunakan datum kedalaman. Dimana titik kedalaman disini
kita tentukan sendiri, untuk kemudian ditandai di setiap log. Setelah ditandai,
disejajarkan semua log dan perhatikan keberadaan kontak fluida pada lapisan
target.
III. 3 Deskripsi Zona Target
Zona target yang terdapat pada log merupakan lapisan reservoar yang
terdapat pada log-log tertentu dengan melihat basemap dari daerah tujuan.
1. Reservoar 1 (Batugamping)
Lapisan reservoar target ini terdapat pada kedalaman 1109 – 1246 m di
bawah permukaan dengan kandungan fluida berupa gas. Lapisan ini
memiliki persebaran lateral dan vertikal yang ditembus oleh seluruh sumur
pada Lapangan Berbah.
2. Reservoar 2 (Batupasir)
Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi
Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 18
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Lapisan reservoar target ini terdapat pada kedalaman 1252 – 1287 m di


bawah permukaan dengan kandungan fluida berupa gas. Lapisan ini memiliki
persebaran lateral dan vertikal yang ditembus oleh sumur GMB 34, GMB 26,
GMB 23, dan GM 49.
3. Reservoar 3 (Batupasir)
Lapisan reservoar target ini terdapat pada kedalaman 1255 – 1320 m di
bawah permukaan dengan kandungan fluida berupa gas. Lapisan ini memiliki
persebaran lateral dan vertikal yang ditembus oleh sumur GMB 35, GMB 6,
GMB 54, dan GM 27.

III. 4 Pemetaan Geologi Bawah Permukaan


Tabel 3.1 Tabulasi data lapisan target reservoar 1 (batugamping) tiap sumur
Top Depth Bottom Depth Fluida Contact
Sumur Netres (m)
(m) (m) (m)
GMB 34 1109 1147 38
GMB 47 1122 1161 39
GMB 35 1136 1173 37
GMB 26 1188 1221 33
GMB 23 1147 1182 35
GMB 49 1155 1188 33 1205
GMB 6 1170 1205 35
GMB 46 1173 1205 32
GMB 54 1181 1215 34
GMB 27 1196 1226 30
GMB 45 1207 1246 39

Tabel 3.2 Tabulasi data lapisan target reservoar 2 (batupasir) tiap sumur
Top Depth Bottom Depth Fluida Contact
Sumur Netres (m)
(m) (m) (m)
GMB 34 1280 1285 5
GMB 26 1252 1274 19
1277
GMB 23 1270 1278 8
GMB 49 1272 1287 15

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 19
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Tabel 3.3 Tabulasi data lapisan target reservoar 3 (batupasir) tiap sumur
Top Depth Bottom Depth Fluida Contact
Sumur Netres (m)
(m) (m) (m)
GMB 35 1255 1260 5
GMB 6 1288 1296 8
1292
GMB 54 1297 1306 9
GMB 27 1312 1320 8

Data diatas digunakan untuk membuat peta bawah permukaan, yaitu:


A. Peta top dan bottom lapisan
Peta top dan bottom dibuat dengan menghubungkan tiap-tiap sumur yang
memiliki lapisan target. Titik-titik sumur diberi tanda ketinggian lalu buat interval
kontur yang diinginkan. Setelah interval kontur terbentuk, hubungkan titik-titik
ketinggian yang sama untuk membuat suatu bentuk kontur. Tandai dalam peta top
dan bottom letak kontur terdapatnya lapisan kontak fluida yang akan digunakan
pada peta kontak fluida.
B. Peta kontak fluida
Peta kontak fluida dibentuk berdasarkan letak kontur kontak fluida pada
peta top dan bottom. Kontur kontak fluida di-overlay pada kalkir dan kemudian
akan terlihat bentuk kontak fluida pada lapisan target. Kontak fluida dapat terdiri
dari 1 kontak atau 2 kontak, tergantung hasil interpretasi dari seorang geologist.
C. Peta Net Sand / Net Res
Peta net sand dibentuk dari data tabulasi net sand di atas. Sama dengan
peta top dan bottom, tiap-tiap sumur diberi nilai net sand lalu bentuk interval
kontur dan buat kontur hingga ketinggian 0 m.
D. Peta Net Pay
Peta Net pay dibentuk dari hasil overlay antara peta net sand dengan peta
kontak fluida. Peta net pay bertujuan untuk melihat sebaran dan ketebalan lapisan
target yang memiliki kandungan fluida, dimana hasil ini akan digunakan untuk
menghitung besar cadangan hidrokarbon pada lapisan target.

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 20
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

III. 5 Perhitungan Cadangan

Gambar 3.1 Tabulasi data perhitungan cadangan hidrokarbon reservoar 1

Gambar 3.2 Tabulasi data perhitungan cadangan hidrokarbon reservoar 2

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 21
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Gambar 3.3 Tabulasi data perhitungan cadangan hidrokarbon reservoar 3

Perhitungan cadangan dilakukan setelah peta net pay dibuat, kemudian


menghitung luas dari tiap lapisan. Dimana cara yang digunakan adalah :
1) Menghitung luas asli
Luas An = Luas bidang kontur n (cm2) x (skala peta (m))2 = .... m2 x 0,000247
(konstanta konversi acre)
= .... acre
Keterangan: skala peta 1cm = 250m
Jadi 2502 = 62500
2) Menghitung perbandingan luas
Perbandingan luas = An+1 / An
Jika hasil >0,5 maka Trapezoidal
Jika hasil <0,5 maka Pyramidal
3) Menghitung volume reservoir
a. Cara Pyramidal
Metode ini digunakan bila harga perbandingan antara kontur yang berurutan
kurang atau sama dengan 0,5 atau An+1/An<0,5 (Sylvan, J. Pirson,1985).
Dimana persamaan yang digunakan:
Vb = h/3 x (An + An+1 + √An x An+1)

b. Cara Trapezoidal
Metode ini digunakan bila harga perbandingan antara kontur yang
berurutan lebih dari 0,5 atau An+1/An>0,5 (Sylvan, J. Pirson,1985).
Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi
Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 22
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

Dimana persamaan yang digunakan:

Vb = h/2 x (An + An+1)


Dimana:
Vb = Volume Bulk, (m³)
H = Interval garis-garis net pay area (m)
An = Luas daerah yang dibatasi oleh garis net pay terendah (m²)
An+1 = Luas daerah yang dibatasi oleh garis net pay diatasnya (m²)

4) Menghitung volumetris untuk gas bumi


IGIP = 43560 x Vb x фe x Sh (SCF)
BGI
Keterangan:
Vb = Volume Bulk total
Фe = porositas efektif
Sh = saturasi hidrokarbon
BGI = faktor volume formasi gas mula-mula

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 23
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa log dan pembuatan peta bawah permukaan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 3 lapisan reservoar target pada Lapangan Berbah yang berupa 1
reservoar batugamping dan 2 reservoar batupasir.
2. Kedalaman reservoar 1 (batugamping) 1109 – 1246 meter, reservoar 2
(batupasir) antara 1252 – 1274 meter, reservoar 3 (batupasir) antara 1255 –
1320 meter.
3. Kontak fluida gas & air terdapat pada kedalaman 1205 meter (reservoar 1),
1277 meter (reservoar 2), dan 1292 meter (reservoar 3).
4. Volume bulk yang terdapat pada lapisan target reservoar 1 sebesar
183.598,280137 acre.ft, reservoar 2 sebesar 12.680,372312 acre.ft,
reservoar 3 sebesar 8.397,298756 acre.ft.
5. IGIP (Initial Gas In Place) untuk reservoar 1 sebesar 78,82 bbl, reservoar
2 sebesar 12,20 bbl, dan reservoar 3 sebesar 8,08 bbl.

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 24
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2018

LAMPIRAN

Nama : Agrippin Lamaz F dan Rahadian Refinaldi


Nim : 111.150.112 dan 111.150.008
Plug : 3 25

Anda mungkin juga menyukai