Anda di halaman 1dari 8

LOG BOOK

REFLEKSI HARIAN

DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh :

OVI ANDINI

P1337420919040

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020
Senin, 27 Januari 2020
Pada hari pertama saya mengedukasi ibu An. M untuk memasukkan nutrisi
melalui NGT yang awalnya ibunya mengeluh jika selangnya mampet dan tidak
bisa mengalir, sehingga ibu klien meminta spuit untuk mendorong makanan.
Namun pada saat saya mendatangi bed klien, dan saya melakukan pemberian
nutrisi melalui NGT dengan pengaturan posisi ujung selang NGT dan ternyata
bisa mengalir, ibu klien sangat terkejut kalau ternyata susunya dapat mengalir
tanpa harus didorong.
NGT diposisikan 10-15 cm di atas tubuh klien dan usahakan tidak ada
udara yang masuk agar klien tidak kembung. Setelah itu, ibu klien langsung ingin
mencobanya sendiri dan ternyata bisa. Setelah saya mengevaluasi tindakan ibu,
saya bertanya apakah sudah jelas dan adakah yang ditanyakan lagi? Dan ibunya
mengatakan sudah paham dan mengerti.

Rabu, 29 Januari 2020


Nebulasi pada pasien An. T dengan Bronkopneumonia : ventolin dan
flixotide. Pada awal pemberian terapi nebul saya melakukan interaksi untuk
menenangkan klien tampak tenang dengan dipegangi oleh ibunya dalam posisi
duduk. Namun pada akhir tindakan klien mulai menangis. An. T berusia 2 tahun
diberikan obat melalui inhalasi karena untuk mengurangi batuk dengan
mengencerkan sputum yang ada di jalan nafas.
Ibu klien mengatakan setelah dinebul batuk anaknya masih sama saja tidak
ada bedanya. Namun untuk meyakinkan perkataan sang ibu, saya melakukan
auskultasi dada yaitu didapatkan suara ronchi yang sudah mereda di seluruh
lapang dada.
Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara
hirupan/inhalasi dalam bentuk aerosol ke dalam saluran napas. Terapi inhalasi
masih menjadi pilihan utama pemberian obat yang bekerja langsung pada saluran
napas terutama pada kasus asma dan PPOK. Prinsip alat nebulizer adalah
mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol sehingga dapat dihirup
penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker. Dengan nebulizer dapat
dihasilkan partikel aerosol berukuran antara 2-5 µ. Alat nebulizer terdiri dari
beberapa bagian yang terpisah yang terdiri dari generator aerosol, alat bantu
inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece) dan cup (tempat obat cair).
Model nebulizer terdiri dari 3 yaitu :
a. Nebulizer jet-aerosol dengan penekan udara (compressor nebulizer) =
memberikan tekanan udara dari pipa ke cup yang berisi obat cair untuk
memecah airan ke dalam bentuk partikelpartikel uap kecil yang dapat
dihirup ke dalam saluran napas.
b. Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer) = menggunakan gelombang
ultrasounik (vibrator dengan frekuensi tinggi) untuk secara perlahan
merubah obat dari bentuk cair ke bentuk aerosol basah
c. Nebulizer mini portable (portable nebulizer) = bentuknya kecil, dapat
dioperasikan dengan menggunakan baterai dan tidak berisik sehingga
nyaman digunakan.

Kamis, 30 Januari 2020


Pada hari ini, saya sedang dinas pagi pukul 08.00 WIB. Disini saya
mengelola pasien An.K berumur 3 tahun dengan diagnose medis suspect
Thalasemia. Saya fokus pada pemeriksaan penunjang HbA untuk mempertegas
diagnose medis dengan melakukan pengambilan sampel darah. Sebelumnya, saya
melakukappn pengkajian terhadap An.K. Klien mengeluh lemas. Saya melakukan
alloanamnesa kepada ibu An.K. Ibu An.K mengeluh anaknya sering lemas, pucat,
berat badan menurun dan perkembangan anaknya lambat. An.K terlihat pucat
pada konjunctiva , mulut dan bibir terlihat kehitaman dan warna kulit terlihat
kekuningan. Sehingga perku dilakukan pemeriksaan pengambilan sampel darah
untuk mengetahui Hb.A. Pada normalnya, terdapat 3 jenis Hb. Yaitu Hb A
(merupakan >96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai dan 2 rantai Hb dan HbA2.
Kelainan produksi dapat terjadi pada rantai thalasemia maupun kombinasi
kelainan rantai thalasemia. Pada pasien dengan thalasemia, kekurangan produksi
rantai beta menyebabkan kekurangan pembentukan Hb A. Kelebihan rantai akan
berikatan dengan rantai yang secara kompensator HbF meningkat, sisanya dalam
jumlah besar diendapkan pada membrane eritrosit sebagai Heinz bodies dengan
akibat eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis). Pada hasil pemeriksaan
Hb.A pada An.K yaitu 98,3 % dan HbA2 1,7%. Sehingga didapatkan kesan pada
Hb elektroforesis dalam batas normal.

Jum’at, 31 Januari 2020


Hari ini saya melakukan ganti balut pada An. A yang terpasang WSD di
pinggang kiri. Saya mengganti balutan karena pasien mengeluh luka di sekitar
luka insisi WSDnya rembes. Pasien awalnya sangat ketakutan dengan tindakan
yang akan dilakukan, namun saya berusaha meyakinkan klien jika tindakan ini
tidak akan menyakitkan. Pada saat saya melepaskan hypafix yang menempel di
badannya klien meraung-raung seperti kesakitan, saya berusaha menenangkan
klien dan melakukan tindakan dengan sangat hati-hati dengan menginstruksikkan
sang anak untuk nafas dalam saat terasa sakit.
Selama tindakan klien mulai percaya dengan saya sebagai mahasiswa
perawat yang menggantikan balutan lukanya dengan tetap memperhatikan teknik
aseptik.
Orang tua klien juga sangat memotivasi sang anak untuk tetap tenang.
OFF WSD An. A bersama dokter residen bedah. Pada saat off WSD saya
menyiapkan alat-alatnya terlebih dahulu. Karena klien merupakan klien anak-anak
yang tidak tahan akan rasa sakit, maka menyediakan obat anestesi IM yaitu
lidocain. Alat-alat yang lain yaitu set GB, lidocain, spuit 3cc, jarum dan benang
jahit vicryl 1.0 non absorbed. Saya juga membantu klien untuk tetap tenang dan
mengikuti instruksi dari dokter dengan memperhatikan psikologis klien.

Sabtu, 1 Februari 2020


Pada hari ini, Sabtu tanggal 01 Februari 2019. Saya sedang dinas sore
pukul 14.00 – 21.00 WIB. Disini saya mengelola pasien An.A berumur 14 tahun
dengan diagnose medis myelodysplastic syndrome. Myelodysplastic syndrome
atau praleukimia adalah kelainan yang disebabkan oleh sel darah yang terbentuk
tidak sempurna alias disfungsional. Praleukimia terjadi saat sumsum tulang
mengalami gangguan. Pada pukul 16.30 An.A tiba-tiba mengeluh kejang, kurang
lebih 5 menit, ditandai dengan hentakan pada tungkai dan lengan yang berulang,
mata mendelik keatas dan kehilangan kesadaran. kemudian dokter dan perawat
menuju ruangan. An.A langsung diberikan diazepam melalui rectal untuk
melemaskan otot karena kejang, An.P kejang karena adanya suhu yang tinggi >
390C. An.A langsung diberikan oksigen 3 liter/menit. Setelah itu An.A. Hal ini
terjadi adanya infeksi yang ada didalam tubuh klien sehingga suhu tubuh
meningkat dan terjadi kejang. Penatalaksanaan kejang demam dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
2. Dekatkan anak dengan pendingin / AC
3. Semua pakaian ketat dibuka
4. Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi lambung
5. Monitor suhu tubuh
6. Berikan obat penurun panas
7. Berikan kompres hangat
8. Bawa ke RS atau tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Senin, 3 Februari 2020


Saya pada saat itu belajar tentang pemberian tranfusi berdasarkan
perhitungan alfa targer Hb – Hb sekarang x 4,8 x BB. Rumus tersebut saya dapat
dari senior. Pada pasien saya memiliki BB 19 Kg, Hb sebelumnya 6,8 g/dl dan
target Hb yang direncanakan adalah 10, sehingga perhitungan yang diperoleh
adalah 10 – 6,8 x 4,8 x 19 = 291,84. Sedian 1 kantong darah yaitu 250 ml,
sehingga darah yang dibutuhkan yaitu 1 kantong lebih seperempat. Pada saat ini
akan masuk 1 kantong terlebih dahulu lalu di evaluasi.

Selasa, 4 Februari 2020


Pada hari ini, saya sedang dinas malam pukul 21.00 WIB. Disini saya
mengelola pasien An.N berumur 10 tahun dengan diagnose medis Limfoma,
massa naso faring, Herpes zoster. Disini klien mengalami sesak nafas sehingga
sering minta untuk disuction pada lubang tracheostomy. Sehingga dokter
menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan BGA. Pemeriksaan BGA sangat
penting untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa
(pH) di dalam darah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui status oksigenasi pasien,
status keseimbangan asam basa, fungsi paru dan status metabolisme pasien.
Nilai Normal Analisa Gas Darah

Hasil normal. Hasil analisa gas darah dikatakan normal jika:


o pH darah arteri: 7,38-7,42.
o Tingkat penyerapan oksigen (SaO2) : 94-100%.
o Tekanan parsial oksigen (PaO2) : 75-100 mmHg.
o Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) : 38-42 mmHg.
o Bikarbonat (HCO3) : 22-28 mEq/L.
Hasil abnormal dapat menjadi indikator dari kondisi medis tertentu.

Kamis, 6 Februari 2020


Pada hari ini saya melakukan pemasangan NGT pada An. R dengan
diagnose medis AML. Pasien tidak mau makan beberapa hari sehingga dokter
menyarankan untuk di pasangNGT, yang saya lakukan saat itu mencari ukuran
NGT yang sesuai dengan pasien yaitu no.10 untuk anak-anak. Saya melakukan
pemasangan NGT sesuai dengan prosedur yang telah di ajarkan, tidak ada kendala
selama proses pemasangan NGT, hanya saja pasien rewel.
Jum’at, 7 Februari 2020
Asisten suction pada By. A dan BGA dengan KU buruk post transfusi
yang dicurigai efek dari alergi terhadap transfusi PRC. Maka dari itu klien
dilakukan pemeriksaan BGA. Pada saat dilakukan pemeriksaan BGA klien,
perawat di ruangan dan dokter spesialis sangat kesusahan menemukan pembuluh
darah arteri karena kondisi klien yang sudah melemah dan juga brakipnea. Dari
tangan kiri 2 kali dilakukan insersi needle BGA dan kanan 2 kali insersi juga tidak
menemukan hasil. Akhirnya klien gagal dilakukan pemeriksaan BGA. Klien tetap
terpasang NRM sebanyak 8 lpm dan tetap dimonitor saturasi oksigennya setiap 1
jam sekali.
BGA (blood gas analyze) merupakan pemeriksaan laboratorium yang
sangat penting untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam
basa (pH) di dalam darah.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui status oksigenasi pasien, status keseimbangan
asam basa, fungsi paru dan status metabolisme pasien. Sampel untuk pemeriksaan
analisa gas darah adalah darah arteri yang diambil dari arteri brachialis atau arteri
radialis atau arteri femoralis (pergelangan tangan, lengan atau pangkal paha).
Analisa gas darah umumnya dilakukan untuk
1. Memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah merah
mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh.
2. Memeriksa kondisi organ jantung dan ginjal, serta gejala yang disebabkan
oleh gangguan distribusi oksigen, karbon dioksida atau keseimbangan pH
dalam darah.
3. Pada pasien penurunan kesadaran, gagal nafas, gangguan metabolik berat.
4. Tes ini juga dilakukan pada pasien yang sedang menggunakan alat bantu
napas untuk memonitor efektivitasnya.
5. Sampel darah dianalisa oleh alat analisa gas darah yang ada di
laboratorium. Sampel darah harus dianalisis dalam waktu 10 menit dari
waktu pengambilan untuk memastikan hasil tes yang akurat.
6. Analisa gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, PH, HCO3, dan
saturasi O2.

Sabtu, 8 Februari 2020


Pada hari ini, saya sedang dinas pagi pukul 10.00 WIB. Disini saya
mengelola pasien An.M berumur 10 tahun dengan diagnose medis Limfoma,
massa naso faring, Herpes zoster. Disini klien terdapat massa pada nasofaring
yang membesar disertai terdapat herpes pada luka dan klien terpasang
tracheostomy. Klien merasakan sesak pada hidung dan lubang tracheostomy.
Sehingga klien selalu minta untuk disuction dan merasakan panas pada luka yang
ada di wajah klien dan gatal, terdapat luka yang merembas. Sehingga klien perlu
dilakukan ganti balut. Terdapat 4 kategori stadium penyakit limfoma. Stadium
1: kanker hanya ditemukan di satu daerah kelenjar getah bening atau organ
limfoid seperti timus. Kanker ditemukan hanya di satu daerah di luar organ
kelenjar getah bening . Stadium 2: kanker menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, bisa pada bagian atas atau bawah diafragma. Misalnya pada
nodus di area ketiak dan leher tapi bukan kombinasi nodus ketiak dan pangkal
paha. Kanker berada dalam kelompok kelenjar getah bening dan di satu area organ
terdekat. Hal ini juga dapat mempengaruhi kelompok kelenjar getah bening
lainnya di sisi yang sama dengan diafragma. Stadium 3: kanker telah menyerang
jaringan di sekitarnya atau organ lain, misalnya limpa. Pada kondisi ini, kanker
juga telah menyebar dari lokasi kemunculan pertama kemudian ke kumpulan
kelenjar di atas dan bawah dari diafragma. Stadium 4: kanker telah menyebar ke
paling sedikit satu organ di luar sistem getah bening, seperti paru-paru, tulang,
hati, limpa, kulit, dan tulang sumsum.

Anda mungkin juga menyukai