Seminar Anak Paling Okeeeee Bana Baruuuu
Seminar Anak Paling Okeeeee Bana Baruuuu
OLEH
KELOMPOK II
FITRI MARDIANA
MUSTIKA MAYANG SARI
SEKAR ANAK AMPUN
SYAKITA PUTRI
VIRLIA PUTRI KHAIRAMI
Assalamualaikum, wr. Wb
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat
rahmat dan ridho-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah seminar yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Demam Typoid Diruang
Anak RSUD Acmad Mochtar Bukittinggi”. Penyusunan makalah ini untuk
memenuhi tugas Siklus Keperawatan Anak Program Studi Profesi Ners Stikes
Yarsi Sumbar Bukittinggi Tahun Ajaran 2019/2020.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dukungan dari berbagai pihak sehingga
dengan segala kesederhanaan hati dan penuh rasa hormat penyusun mengucapkan
terimakasih pada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun
materil secara langsung maupun tidak langsung. Kepada yang terhormat :
1. Ibu Ns. Liza Merianti, S.Kep, M.Kep dan Ns. Yossi Fitrina, S.Kep, M.Kep
selaku pembimbing akademik
2. Ibu Ns. Betriyulis, S.Kep selaku pembimbing klinik
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dari seluruh segi yang
masyarakat.
C. penularan demam tifoid melalui fecal dan oral yang masuk ke dalam tubuh
menjalani rawat inap. Demam typoid atau typhoid fever yang biasa disebut
dengan typus atau types oleh orang awam, merupakan penyakit yang
waktu yang pendek pada mereka yang mendapatkan infeksi yang ringan
1
dengan demikian juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah. Demam
thypoid yang berulang akan terjadi bila pengobatan sebelumnya tidak adekuat
atau sebetulnya bukan berulang tetapi terkena infeksi baru. Demam thypoid
yang berulang dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat
dari demam thypoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya demam
akan masuk ke organ- organ terutama hati dan sumsum tulang yang
2
Sebagian bakteri lainnya akan dikeluarkan bersama feses (Bula-Rudas, et
al., 2015).
sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang meninggalkarena penyakit ini
Asia. Salah satu negaradi Asia Tenggara dengan kasus demam thypoid yang
anak. Prevalensi kasus demam thypoid dari 11,36 per 1.000penduduk, terjadi
WHO angka penderita demam typhoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000
(Depkes RI, 2013). Distribusi prevalensi tertinggi adalah pada usia 5 -14 tahun
(1,9%), usia 1 – 4 tahun (1,6%), usia 15 -24 tahun (1,5%) dan usia <1 tahun
Berdasarkan data awal dari RSUD dr. Achmad Mchtar diruangan Anak
seminar kasus yang berjudul “asuhan keperawatan typoid diruangan rawat inap
3
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam seminar ini adalah
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
pasien dengan typoid diruangan di ruang rawat inap Anak RSUD dr.Achmad
tahun 2020.
4
e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan typoid
tahun 2020.
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil yang diperoleh dapat menjadi data dasar yang mendukung penelitian dan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/ minggu pada suhu
6
kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja.
Salmonela mati pada suhu 54.4º C dalam 1 jam, atau 60º C dalam 15 menit.
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen H (flagelum)
adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin
1. Hasil gram negatif yang bergerarak dengan bulu getar dan tidak
berspora.
tersebut.
Gejala- gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai
dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai
dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik
7
hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat
perlahan – lahan terutama pada sore hari hingga malam hari. (Perhimpunan
ritmen, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan
ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa
8
D. Anatomi fisiolgi
1. Mulut
saliva (Sodikin,2011).
2. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya
dilapisi dengan mukosa, lidah pada neonates relative pendek dan lebar.
9
3. Gigi
memiliki tiga bagian yaitu mahkota yang terlihat di atas gusi, leher
yang ditutupi oleh gusi dan akar yang ditahan oleh soket tulang.
4. Esofagus/kerongkongan
5. Lambung
tekanan dari organ lain, dan postur tubuh. Posisi dan bentuk
6. Usus kecil
jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
11
akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
7. Pankreas
12
dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus
8. Usus Besar
a. Kolon asen
13
terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
(Budiyono, 2011).
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
besar. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
2011).
14
E. Patofisiologi
akan di telan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh
mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf pusat,
ginjal, dan jaringan limpa (Curtis, 2006 dalam Muttaqin & Sari, 2011)
tukak.Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan
dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik
pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang
terjadi pada masa ini di sebut demam interminten (suhu yang tinggi, naik
suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas
suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dpat pula terjadi sebalinya.
tinggi dan tanda-tanda infeksi pada ERS seperti nyeri perut kanan atas,
2011).
dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih
gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan
pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus,
16
F. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Pemeriksaan Leukosit.
c. Tes Widal.
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti
dalam serum pasien demam typhoid, juga pada orang yang pernah
demam typhoid. Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi
widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang
flagela
17
simpai kuman).
titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan
d. Biakan Darah.
e. Komplikasi
pada seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus
a. Perdarahan usus
dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda-
18
atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.
c. Peritonitis
bronkopneumonia.
f. Penatalaksanaan
2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan),
3. Obat-obat :
Antimikroba :
sehari oral
19
b. Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol
demam.
Antipiretik seperlunya
20
g. Diagnosa keperawatan
nutrisi.
mencukupi.
sekitar.
misinterpretasi informasi.
belajar.
21
h. Rencana keperawatan
Intervensi :
diperlukan
Intervensi :
presipitasi.
22
3. Berikan lingkungan yang kondusif.
Intervensi :
Intervensi :
23
dan nutrisi yang di butuhkan pasien.
gizi.
butuhkan.
Intervensi :
kegunaannya
makanan.
mencukupi.
24
Intervensi :
2. Manajemen kontipasi/inpakasi
sekitar.
Intervensi :
stasi informasi.
25
Intervensi :
kecemasan.
persepsi.
mengurangu takut.
Intervensi :
yang tepat.
penyakit.
26
5. Berikan pada pasien dan keluarga tentang informasi yang
tepat.
Intervensi :
dilakukan.
dalam beraktifitas
27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Biodata
A. Identitas Klien
Nama : An. A
Tempat tanggal lahir : Palupuh, 15-01-2013
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Palupuh, Agam, Sumatera Barat
Tanggal Masuk : 16 Januari 2020
Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2020
Diagnosa Medik : Demam Tipoid
2. Ibu
Nama : Ny. R
Usia : 27 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Palupuh, Agam, Sumatera Barat
28
C. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Jenis kelamin Keadaan sekarang
1 An. A 2,5 tahun Perempuan Sehat
29
3. Post Natal
Kondisi bayi : Normal, putih kemerahan
Anak saat lahir :Tidak ada kesulitan saat
lahir, anak langsung menangis
Berat Badan Lahir : 2700 gr
Tinggi Badan Lahir : 50 cm
4. Riwayat alergi : Tidak ada
5. Riwayat penyakit : Tidak ada
6. Riwayat Kecelakaan : Tidak ada
Keterangan :
: Perempuan : An. A
: Laki-laki :Tinggal serumah
: Hubungan pernikahan
30
III. Riwayat Imunisasi
No Jenis Immunisasi Waktu Pemberian Reaksi setelah
pemberian
1 BCG 1 bulan Demam
2 DPT I, II, III 2,3,4 bulan, - , - Demam
3 Polio I, II, III, IV 5,6,7,8 bulan, - , - Tidak ada
4 Campak 8 bulan Tidak ada
5 Hb 0, Hb 1, Hb 2 hari, - , - , -
Tidak ada
II, Hb III
32
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan BAB pasien normal dan
tidak berdarah, konsistensi lembek frekuensi BAB pasien sebanyak 1
kali/ hari, BAK 5-6 kali/ hari. Selama di rawat di rumah sakit
frekuensi BAK pasien selama sakit ± 800 cc/hari dan berwarna
kuning dan pasien BAB ±5x/hari dengan konsistensi encer, berwarna
kuing semenjak masuk rumah sakit.
4. Aktivitas dan Pola Latihan
Ibu mengatakan sebelum sakit anak merupakan anak yang aktif dan
lincah , tetapi selama di rawat di rumah sakit pasien hanya berbaring
sepanjang hari di tempat tidur. Selama di rumah sakit, aktivitas anak
dibantu oleh keluarga.
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit pasien tidur lebih kurang 8-9 jam / hari, sedangkan
selama sakit pasien pada siang hari sering tidur siang dan pada malam
hari waktu tidur pasien sekitar 4-5 jam/hari.
6. Pola Kognitif – Persepsi
Pasien sudah bisa berbicara dan menjawab pertanyaan dengan
kalimat panjang, pasien juga sudah mampu mengerti setiap diajak
berbicara oleh orang tua.
7. Persepsi diri – pola konsep diri
Pasien sudah dapat mengenal nama sendiri, pasien juga sudah bisa
bergaul dengan teman-temannya..
8. Pola Peran – Hubungan
Interaksi antara orangtua dan anak baik, orangtua ada memeluk,
menyentuh, memanggil nama, berbicara dan kontak mata dengan
anak. Anak akan menangis jika ibu/ayahnya pergi dari sisinya.
9. Koping – pola toleransi stress
Pasien akan menangis jika ayahnya pergi dari sisinya. Anak merasa
cemas jika tidak ada ayah disampingnya.
33
10. Nilai – Pola Keyakinan
Pasien beragama islam, orangtua mengatakan anaknya ada
diajarkan ayat-ayat pendek dan doa-doa seperti doa mau makan, doa
sebelum tidur.
VII.Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 120 x / menit
Suhu : 38.1 oc
Pernapasan : 48 x/ menit
4. SpO2 : 96
5. Berat Badan : 19 kg
6. Tinggi Badan : 136 cm
7. Kepala
Inspeksi :Simetris , distribusi rambut merata, rambut
tampak hitam dan kepala tampak bersih.
Palpasi :Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
tekstur rambut halus.
8. Muka
Inspeksi : Pasien tampak tidak ada oedema, tidak ada
sianosis
9. Mata
Inspeksi :Sklera putih, bentuk simetris, pupil isokor,
mata cekung (+), bereaksi terhadap cahaya,
konjungtiva anemis.
10. Hidung
Inspeksi : Tidak ada deformitas, tidak ada
pembengkakan tidak ada polip, tidak ada
34
perdarahan, tidak ada secret, pernapasan
cuping hidung
11. Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada
peradangan, tidak ada perdarahan, fungsi
pendengaran baik.
12. Mulut
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, membrane
mukosa bibir kering, tidak ada perdarahan
gusi, tidak ada stomatitis, tidak ada karies
gigi, lidah bersih
13. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
trakea simetris.
14. Thorax
Paru-paru
Inspeksi :Bentuk dada normal, gerakan dinding dada
simetris, retraksi dinding dada (+),
frekuensi nafas 48x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi : redup
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicularis dextra
Perkusi : Bunyi dullness
Batas atas : ICS II, batas bawah ICS V,
Batas kiri : ICS V midklavikula sinistra,
Batas kanan : ICS IV midsternalis dextra
Auskultasi : Reguler
Bunyi Jantung 1 tunggal (lup)
35
Bunyi Jantung II tunggal (dup)
Tidak ada bunyi tambahan .
15. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka, tidak ada distensi
Auskultasi : Bising Usus (+) ; 12 x/menit
Palpasi : Nyeri tekan di kuadaran kiri atas
Perkusi : Thympani
Genitalia dan Anus : Tidak ada peradangan, tidak ada iritasi
16. Ekstremitas : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada
pembengkakan, akral hangat, CRT 3 detik,
turgor kulit sedang
VIII. Test Diagnostik
Pemeriksaan darah tanggal 16-01-2020
HGB : 10,8 g/dL Nilai normal : 12.0 – 14.0
RBC : 4.07 106/Ul : 4.0 – 5.0
HCT : 27,9 % : 37.0 – 43.0
WBC : 43,23 103/Ul : 5.0 – 10.0
PLT : 363 103/uL : 150 - 400
Analisis pemeriksaan Serologi – imunologi tanggal 20-01-2020
Salmonella IgM : (+) 6, rentang (4-10)
Pemeriksaan Urinalisa tanggal 30-12-2019
Warna : kuning tua
Kekeruhan : (+)
Epitel : (+)
Kristal : Amorf Urat (+)
Bilirubin : (+)
Urobilinogen : normal
Ph : 5,5
Bj : 1.025
36
IX. Pemeriksaan penunjang
- Rontgen Thorax PA dan LAT
Kesan : Pleuropneumonia dextra susp efusi pleura
37
DATA FOCUS
38
XI. Analisa Data
Analisa Data Etiologi Masalah
Do : Permeabilitas
membrane pleura
Pasien tampak
sesak
Pasien tampak Akumulasi cairan
batuk dalam pleura
Retraksi dinding
dada (+)
Napas cuping Penurunan
hidung (+) ekspansi paru
Nadi :120x/ menit
Suhu : 38.9 oc
Pernapasan : 48 x/ Pola napas tidak
menit efektif
40
Nadi :120x/ menit
Suhu : 38.9 oc
WBC : 43,23
3
10 /Ul
42
XIII. Intervensi Keperawatan
45
Ketidakseimbangan Kriteria Hasil Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Observasi
- Asupan gizi
kebutuhan tubuh Monitor terjadinya
cukup kecenderungan
penurunan dan
- Asupan cairan
kenaikan berat
terpenuhi badan
- Asupan Monitor kalori dan
asupan makanan
makanan Tentukan status gizi
terpenuhi pasien dan
kemampuan pasien
untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
Tentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan.
Monitor intake atau
asupan cairan secara
tepat
Monitor berat badan
sesuai secara rutin
Terapeutik
Berikan dukungan
terhadap
peningkatan berat
badan dan perilaku
yang meningkatkan
berat badan
Edukasi
Ajarkan
pasien/keluarga
tentang konsep
nutrisi yang baik
Kolaborasi
Kolaborasi untuk
mengembangkan
rencana perawatan
dengan melibatkan
klien dan orang-
orang terdekat
dengan tepat.
46
XIV. Implementasi Keperawatan
Hari/Tang Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
gal
Hari ke I DX 1 1. Memonitor Sift Sore
Selasa, Pola napas pola napas
21-01- tidak 2. Memonitor S:
2020 efektif
kemampuan Keluarga mengatakan
batuk efektif napas anaknya sesak
3. Memonitor Keluarga mengatakan
adanya anaknya batuk kering
produksi
sputum O:
4. Memonitor
adanya Pasien tampak sesak
sumbatan jalan Pasien tampak batuk
napas Retraksi dinding dada
5. Menjelaskan (+)
tujuan dan Nafas cuping hidung
prosedur (+)
pemantauan Nadi :120x/ menit
6. Memposisikan Suhu : 38.9 oc
semi-Fowler Pernapasan : 48 x/
atau Fowler menit
7. Memberikan
oksigen, bila A: Masalah pola napas tidak
perlu efektif belum teratasi
DX IV 1. Memonitor S:
Hipertermi tanda-tanda
Keluarga mengatakan
vital
anaknya demam
2. Memonitor
sudah sejak 2 minggu
intake dan
sebelum masuk
output cairan
rumah sakit.
3. Menutupi
Keluarga mengatakan
badan dengan
anaknya deman naik
selimut atau
turun.
pakaian tipis
4. Menganjurkan Keluarga mengatakan
memperbanya anaknya berkeringat
k minum O:
5. Mengkolabora Klien tampak gelisah
sikan Akral teraba hangat
pemberian Pasien tampak
cairan dan berkeringat
elektrolit Kulit pasien teraba
intravena, jika panas
perlu Tubuh pasien tampak
6. Mengkolabora kemerahan
sikan Nadi :120x/ menit
48
pemberian Suhu : 38.9 oc
antipiretik dan
antibiotic A : Masalah hipertermi
belum teratasi
A: Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
49
belum teratasi
DX III 1. Memonitor S:
tanda-tanda
Hiperter Keluarga mengatakan
vital
mi anaknya masih
2. Memonitor
demam.
intake dan
Keluarga mengatakan
output cairan
demam anaknya naik
3. Menutupi
turun.
badan dengan
selimut atau Keluarga mengatakan
pakaian tipis anaknya masih sering
4. Menganjurkan berkeringat
memperbanya O:
k minum Klien tampak gelisah
5. Mengkolabora Akral teraba hangat
sikan Pasien tampak
pemberian berkeringat
cairan dan Kulit pasien teraba
elektrolit panas
intravena, jika Tubuh pasien tampak
perlu kemerahan
6. Mengkolabora Nadi :95x/ menit
sikan Suhu : 38.3 oc
pemberian
antipiretik dan A : Masalah hipertermi
antibiotic belum teratasi
51
P : intervensi dilanjutkan 1-6
DX IV 1. Memonitor S:
intake atau
Ketidakse asupan cairan Keluarga mengatakan
imbangan secara tepat nafsu makan anak
nutrisi 2. Memonitor masih kurang
kurang berat badan
Keluarga mengatakan
dari sesuai secara
kebutuha rutin anaknya mual.
n tubuh 3. Memberikan Keluarga mengatakan
dukungan anaknya masih
terhadap muntah
peningkatan Keluarga mengatakan
berat badan
anaknya muntah berisi
dan perilaku
yang apa yang dimakan.
meningkatkan Keluarga mengatakan
berat badan anaknya dalam 1 hari
4. Mengajarkan muntah ada 2x
pasien/keluarg O :
a tentang
Pasien tampak lemah
konsep nutrisi
yang baik dan letih
5. Mengkolabora Pasien tampak pucat
si untuk Konjungtiva
mengembangk subanemis
an rencana
Mukosa bibir kering
perawatan
dengan Porsi makan habis 2
melibatkan sendok
klien dan BB sekarang : 18,5 kg
orang-orang
terdekat A: Ketidakseimbangan nutrisi
dengan tepat. kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
52
4. Memonitor kering
adanya
sumbatan jalan O :
napas
5. Menjelaskan Pasien tampak sesak
tujuan dan Pasien tampak batuk
prosedur
pemantauan Retraksi dinding dada
6. Memposisikan (+)
semi-Fowler Nadi :90 x/ menit
atau Fowler Suhu : 37.8 oc
Memberikan Pernapasan : 40 x/
oksigen, bila menit
perlu
A:Masalah pola napas tidak
efektif belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1-6
DX II 1. Mengidentifik S:
asikan lokasi,
Nyeri karakteristik, Keluarga mengatakan
Akut durasi, bahwa anaknya masih
frekuensi, mengeluh sakit perut
kualitas,
intensitas nyeri
O:
2. Memberikan
teknik non Pasien tampak
farmakologis meringis
untuk Pasien tampak
mengurangi memegang area yang
rasa nyeri : sakit
teknik napas
dalam P : proses penyakit
3. Mengontrol Q : nyeri seperti
lingkungan ditusuk-tusuk
yang R : perut bagian kiri
memperberat atas
rasa nyeri S : skala nyeri 5
4. Memfasilitasi
T : nyeri terus-
istirahat tidur
5. Mengkolabora menerus
sikan TD : 90/60 mmHg
pemberian N: 90 x / menit
analgetik, jika RR : 40 x/ menit
perlu
Skala nyeri : 5
53
A:
DX III 1. Memonitor S:
tanda-tanda
Hiperter Keluarga mengatakan
vital
mi badan anak maih
2. Memonitor
terasa hangat
intake dan
Keluarga mengatakan
output cairan
anaknya masih sering
3. Menutupi
berkeringat
badan dengan
O:
selimut atau
pakaian tipis Klien tampak gelisah
4. Menganjurkan Akral teraba hangat
memperbanya Pasien tampak
k minum berkeringat
5. Mengkolabora Kulit pasien teraba
sikan panas
pemberian Nadi :90x/ menit
cairan dan Suhu : 37.8 oc
elektrolit
intravena, jika A : Masalah hipertermi
perlu teratasi sebagian
6. Mengkolabora
sikan P : intervensi dilanjutkan 1-6
pemberian
antipiretik dan
antibiotic
DX IV 1. Memonitor S:
intake atau
Ketidakse asupan cairan Keluarga mengatakan
imbangan secara tepat nafsu makan anak
nutrisi 2. Memonitor masih kurang
kurang berat badan
Keluarga mengatakan
dari sesuai secara
kebutuha rutin anaknya mual.
n tubuh 3. Memberikan Keluarga mengatakan
dukungan anaknya masih
terhadap
54
peningkatan muntah
berat badan Keluarga mengatakan
dan perilaku anaknya muntah berisi
yang
apa yang dimakan.
meningkatkan
berat badan Keluarga mengatakan
4. Mengajarkan anaknya dalam 1 hari
pasien/keluarg muntah ada 2x
a tentang O:
konsep nutrisi Pasien tampak lemah
yang baik
dan letih
5. Mengkolabora
si untuk Pasien tampak pucat
mengembangk Konjungtiva
an rencana subanemis
perawatan Mukosa bibir kering
dengan
Porsi makan habis 2
melibatkan
klien dan sendok
orang-orang BB sekarang : 19 kg
terdekat
dengan tepat. A: Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
DX II 1. Mengidentifik S :
asikan lokasi,
Nyeri karakteristik, Keluarga mengatakan
Akut durasi, perut anaknya masih
frekuensi, sakit
kualitas,
intensitas nyeri O:
2. Memberikan
teknik non Pasien tampak
farmakologis meringis
untuk Pasien tampak
mengurangi
rasa nyeri : memegang area yang
teknik napas sakit
dalam P : proses penyakit
3. Mengontrol Q : nyeri seperti
lingkungan ditusuk-tusuk
yang R : perut bagian kiri
memperberat
atas
rasa nyeri
4. Memfasilitasi S : skala nyeri 5
istirahat tidur T : nyeri terus-
5. Mengkolabora menerus
sikan TD : 100/60 mmHg
pemberian N: 110 x / menit
analgetik, jika
perlu RR : 36 x/ menit
DX III 1. Memonitor S:
tanda-tanda
Hiperter Keluarga mengatakan
vital
mi anaknya demam
2. Memonitor
sudah sejak 2 minggu
intake dan
sebelum masuk
56
output cairan rumah sakit.
3. Menutupi Keluarga mengatakan
badan dengan anaknya deman naik
selimut atau turun.
pakaian tipis Keluarga mengatakan
4. Menganjurkan anaknya berkeringat
memperbanya O:
k minum
Klien tampak gelisah
5. Mengkolabora
Akral teraba hangat
sikan
Pasien tampak
pemberian
berkeringat
cairan dan
elektrolit Kulit pasien teraba
intravena, jika panas
perlu Tubuh pasien tampak
6. Mengkolabora kemerahan
sikan Nadi :110x/ menit
pemberian Suhu : 37.9 oc
antipiretik dan
antibiotic A : Masalah hipertermi
teratasi sebagian
DX IV 1. Memonitor S:
Ketidakse intake atau
imbangan asupan cairan Keluarga mengatakan
nutrisi secara tepat nafsu makan anak
kurang 2. Memonitor masih kurang
dari berat badan
Keluarga mengatakan
kebutuha sesuai secara
n tubuh rutin anaknya mual.
3. Memberikan Keluarga mengatakan
dukungan anaknya masih
terhadap muntah
peningkatan Keluarga mengatakan
berat badan
anaknya muntah berisi
dan perilaku
yang apa yang dimakan.
meningkatkan Keluarga mengatakan
berat badan anaknya dalam 1 hari
4. Mengajarkan muntah ada 2x
pasien/keluarg O:
a tentang
Pasien tampak lemah
konsep nutrisi
57
yang baik dan letih
5. Mengkolabora Pasien tampak pucat
si untuk Konjungtiva
mengembangk
an rencana subanemis
perawatan Mukosa bibir kering
dengan Porsi makan habis 2
melibatkan sendok
klien dan BB sekarang : 19 kg
orang-orang
terdekat
dengan tepat. A: Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
58
DX II 1. Mengidentifik S :
asikan lokasi,
Nyeri karakteristik, Keluarga mengatakan
Akut durasi, perut anaknya sakit
frekuensi, dan kembung
kualitas,
Keluarga mengatakan
intensitas nyeri
2. Memberikan persendian dan
teknik non tenggorakan anak
farmakologis sakit terutama saat
untuk menelan
mengurangi O:
rasa nyeri : Pasien tampak
teknik napas
dalam meringis
3. Mengontrol Pasien tampak
lingkungan memegang area yang
yang sakit
memperberat P : proses penyakit
rasa nyeri
Q : nyeri seperti
4. Memfasilitasi
istirahat tidur ditusuk-tusuk
5. Mengkolabora R : perut bagian kiri
sikan atas
pemberian S : skala nyeri 4
analgetik, jika T : nyeri terus-
perlu menerus
TD : 100/60 mmHg
N: 122 x / menit
RR : 35 x/ menit
DX III 1. Memonitor S:
tanda-tanda
Hiperter Keluarga mengatakan
vital
mi anaknya demam
2. Memonitor
sudah sejak 2 minggu
intake dan
sebelum masuk
output cairan
rumah sakit.
3. Menutupi
Keluarga mengatakan
badan dengan
anaknya deman naik
selimut atau
turun.
pakaian tipis
59
4. Menganjurkan Keluarga mengatakan
memperbanya anaknya berkeringat
k minum O:
5. Mengkolabora
Klien tampak gelisah
sikan
Akral teraba hangat
pemberian
Pasien tampak
cairan dan
berkeringat
elektrolit
Kulit pasien teraba
intravena, jika
panas
perlu
6. Mengkolabora Tubuh pasien tampak
sikan kemerahan
pemberian Nadi :122x/ menit
antipiretik dan Suhu : 37.7 oc
antibiotic
A : Masalah hipertermi
belum teratasi
DX IV 1. Memonitor S:
intake atau
Ketidakse asupan cairan Keluarga mengatakan
imbangan secara tepat nafsu makan anak
nutrisi 2. Memonitor masih kurang
kurang berat badan
Keluarga mengatakan
dari sesuai secara
kebutuha rutin anaknya mual.
n tubuh 3. Memberikan Keluarga mengatakan
dukungan anaknya masih
terhadap muntah
peningkatan Keluarga mengatakan
berat badan
anaknya muntah berisi
dan perilaku
yang apa yang dimakan.
meningkatkan Keluarga mengatakan
berat badan anaknya dalam 1 hari
4. Mengajarkan muntah ada 2x
pasien/keluarg O:
a tentang
Pasien tampak lemah
konsep nutrisi
yang baik dan letih
5. Mengkolabora Pasien tampak pucat
si untuk Konjungtiva
mengembangk subanemis
60
an rencana Mukosa bibir kering
perawatan Porsi makan habis 2
dengan sendok
melibatkan
klien dan BB sekarang : 19 kg
orang-orang
terdekat A: Ketidakseimbangan nutrisi
dengan tepat. kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
61
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An.A di ruangan
Anak RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi didapatkan pembahasan sebagai
berikut :
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 21 januari 2020
hari selalsa pada An.A berusia 7 tahun masuk keruangan anak dengan ibu
mengatakan demam naik turun semenjak 2 minggu sebelum masuk kerumah
sakit , nafsu makan menurun sejak sakit , mual dan muntah , BAB pasien encer
, An. Juga mengeluh nyeri yang dirasakan ditenggorokan saat menelan. Hasil
pemeriksaan tanda –tanda vital menunjukkan tekanan darah 90/60 mmHg Nadi
: 110x /i , RR : 40x/i dan suhu : : 38,1oC.
Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan
dan dapat menurunkan tingkat kesadaran. Demam tifoid adalah suatu penyakit
infeksi sistemik yang bersifat akut. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella
typhi. Gejala klinis dari demam tifoid yaitu demam berkepanjangan,
bakterimia, serta invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel-sel fagosit
mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe, usus dan peyer’s patch (Martha
Ardiria, 2019)
Demam tifoid dan paratifoid adalah infeksi enterik yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella enterica serovar Typhi (S. Typhi) dan Paratyphi A, B, dan
C (S. Paratyphi A, B, dan C), masing-masing, secara kolektif disebut sebagai
Salmonella tifoid, dan penyebab demam enterik. Manusia adalah satu-satunya
reservoir untuk Salmonella Typhi dengan penularan penyakit yang terjadi
melalui rute fecal-oral, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi oleh kotoran manusia. Diperkirakan 17 juta kasus penyakit
demam tifoid dan paratifoid terjadi secara global pada tahun 2015 terutama di
Asia Selatan, Asia
62
Tenggara, dan Afrika sub-Sahara, dengan beban dan insiden terbesar yang
terjadi di Asia Selatan. Tanpa diobati, baik demam tifoid maupun paratifoid
mungkin fatal dengan 178.000 kematian diperkirakan di seluruh dunia pada
tahun 2015.
Hasil pemeriksan laboratorium pada tanggal 16-01-2020 didapatkan hasil
pemeriksaan HGB : 10,8 g/dL ,RBC : 4.07 106/UI, HCT : 27,9%, WBC : 43,23
103/UI, PLT : 363 10/uL.
Manifestasi klinis yang dialami yang dialami Penyakit Typhoid Fever (TF)
atau masyarakat awam mengenalnya dengan tifus ialah penyakit demam karena
adanya infeksi bakteri Salmonella typhi yang menyebar ke seluruh tubuh.
Salmonella typhi (S. typhi) merupakan kuman pathogen penyebab demam
tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran demam yang
berlangsung lama, adanya bacteremia disertai inflamasi yang dapat merusak
usus dan organ-organ hati. Gejala penyakit ini berkembang selama satu sampai
dua minggu setelah seorang pasien terinfeksi oleh bakteri tersebut. Gejala
umum yang terjadi pada penyakit tifoid adalah Demam naik secara bertangga
pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau remiten pada
minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. Demam merupakan keluhan dan
gejala klinis terpenting yang timbul pada semua penderita demam tifoid.
Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan
gejala yang menyerupai septisemia oleh karena Streptococcus atau
Pneumococcus daripada S. typhi. Sakit kepala hebat yang menyertai demam
tinggi dapat menyerupai gejala meningitis,di sisi lain S. Typhi juga dapat
menembus sawar darah otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala
mental kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik
atau koma. Nyeri perut kadang tak dapat dibedakan dengan apendisitis.
63
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agens cidera biologi.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella
thypii.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual muntah
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh.
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan menelan makanan ditandai klien dengan
klien mengatakan tidak nafsu makan, lemas, dan penurunan berat
badan
6. Konstipasi berhubungan dengan factor fisiologis (perubahan pola
makan)
7. Nausea berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak
di lidah.
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
informasi.
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2015)
64
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan dalam teori yaitu berdasarkan NIC-NOC tahun
2015 . sedangkan rencana keperawatan dalam kasus yaitu juga berdasarkan
SDKI . Dalam hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan teori yang
didapat dan diterima secara logis serta sesuai dengan kondisi klien.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan juga dilakukan sesuai
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan
kondisi An.A pada masalah sindrom nefrotik yaitu masalah pola nafas tidak
efektif telah dilakukan memonitor pola nafas ,memonitor kemampuan batuk
efektif, memonitor adanya sputum, Memonitor adanya sumbatan jalan nafas,
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan , Memposisikan semi-Fowler
atau fowler, Memberikan oksigen, bila perlu.
Masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan proses
inflamasi telah dilakukan tindakan memonitor tanda-tanda vital, memonitor
intake dan output cairan, menutupi badan dengan selimut atau pakaian tipis,
menganjurkan memperbanyak minum, mengkolaborasikan pemberian
cairan,fasilitasi istirahat tidur, control lingkungan.
Masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
telah dilakukan tindakan monitor ttv, monitor intake dan output, tutupi badan
dengan kain yang tipis , anjurkan tirah baring,kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena jika perlu
Masalah keperawatan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh telah dilakukan , monitor ketidak seimbangan penurunan
dan kenaikan berat badan, monitor kalori dan asupan makanan, tentukan
status gizi An, monitor intake atau asupan cairan secara tepa, monitor berat
badan secara rutin.
E. EVALUASI
Setelah dilakukan intervensi keperawatan dari tanggal 21 – 23
Januari 2020. An.A telah mengalami kemajuan. Keadaan umum An.A
65
menunjukkan keadaan umum sedang dengan tingkat kesadaran Compos
Mentis. Masalah pola nafas tidak efektif,nyeri akut,hipertermi dan ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.
66
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit demam thypoid merupakan infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan
pencernaan dan dapat menurunkan tingkat kesadaran. Demam tifoid adalah
suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut. Penyakit ini disebabkan
oleh Salmonella typhi. Gejala klinis dari demam tifoid yaitu demam
berkepanjangan, bakterimia, serta invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel-sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe, usus
(Martha Ardiaria 2019)
Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Salmonella enterica khususnya turunannya, Salmonella typhi
(Alba, et al., 2016). Namun dapat pula disebabkan oleh Salmonella paratyphi
A, Salmonella typhi B, dan Salmonella paratyphi C. dari uraia diatas penulis
dapat mengambil kesimpulan :
1. Pengkajian Asuhan Keperawatan pada pasien An dengan Demam thypoid
diruang anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2020 dapat
dilakukan dengan baik. Dan tidak mengalami kesulitan dalam
mengumpulkan data
2. Pada diagnose Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Thipoid Demam
thypoid diruang anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2020
dapat dirumuskan 3 diagnosa pada tinjauan kasus
3. Pada perencanaan asuhan keperawatan pasda pasien dengan Demam
thypoid diruang anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2020
semua perencaan dapat direncanakan pada tinjauan kasus.
4. Pada implementasi asuhan keperawatan pasien dengan Demam Thipoid
Demam thypoid diruang anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2020 hampir semua dapat dilakukan, namun ada beberapa rencana
tindakan yang penulis tidak lakukan tetapi dilakukan pada perawat
ruangan tersebut.
67
5. Evaluasi pasien dengan Demam thypoid diruang anak RSUD Achmad
Mochtar Bukittinggi tahun 2020 dapat dilakukan dan 3 diagnosa hamper
semua masalah teratasi dank lien boleh pulang.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dapat mencari informasi dan memperluan
wawasan mengenai demam thypoid karena dengan adanya pengetahuan
dan wawasan yang luas mahasiswa akan mmampu mengembangkan diri
dalam masyarakat dan memberikan pendisiskan kesehatan bagi
masyarakat mengenai demam Thypoid dan faktor faktor penvetusnya
serat bagaimana pencegahan pada kasus tersebut
2. Bagi Rumah Sakit
Untuk mencegah meningkatnya Demam Thypoid diberi informasi yang
memadai mengenai Demam Thypoid sendir dan aspek-aspeknya dengan
diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahanpun dapat
dilakukan dengan segera. Dan adapun untuk pasien yang mengalami atau
menderita Demam Thypoid maka harus dilakukan TTV dan pemantauan
keadaan umum.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi
kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara komperhensif
68
DAFTAR PUSTAKA
Andra, Saferi, Wijaya, dan Yessie, Mariza, Putri. 2013. KMB 1 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) Teori dan Contoh ASKEP.
Yogyakarta: Nuha Medika
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin H. dan Kusuma, Hadi. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC (Edisi Revisi Jilid 1). Jogjakarta:
Mediaction
Suratun, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Medika
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
World Health Organization. 2013. Background Document: The Diagnosis
Treatment and Prevention of Typhoid Fever, WHO/V&B/03.07, Geneva:
World Health Organization
Widoyono, 2011, Penyakit Tropis, Jakarta:Widodo, Djoko. 2009.
Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga
Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Aheren. 2013. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC
(Edisi 9). Jakarta: EGC