PENDAHULUAN
1
berbahaya dan serius dengan resiko tinggi karena dapat menimbulkan
kematian ibu dan janin.2
Pada trimester kedua kehamilan pendarahan sering disebabkan
partus prematurus, solusio plasenta, mola dan inkompetensi serviks. Pada
trimester ketiga (pendarahan antepartum) adalah pendarahan setelah 29
minggu atau lebih yang dapat menyebabkan terjadinya solusio plasenta atau
plasenta previa. Pendarahan ini lebih berbahaya dibandingkan umur
kehamilan kurang dari 28 minggu, sebab faktor pelasenta dimana
pendarahan plasenta biasanya hebat. Sehingga menggangu sirkulasi 02 dan
CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin.2
Plasenta previa merupakan plasenta yang terletak pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. bila usia kehamilan 37 minggu, pendarahan sedikit sedangkan
keadaan ibu dan anak baik maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila
pendarahan banyak hendaknya segera mengakhiri kehamilan misalnya
sectio caesaria.2
Plasenta previa lebih sering pada wanita multipara, mungkin
karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini
menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta menjadi lebih
tipis dan mencakup daerah uterus yang lebih luas. Konsekuensi perlekatan
plasenta yang luas ini adalah meningkatnya resiko penutupuan osteum
uteri internum. Paritas tinggi lebih beresiko mengalami plasenta previa
daripada paritas rendah.2
1.2. Tujuan
2
1.3. MANFAAT LAPORAN KASUS
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Meningkatkan ketajaman pemahaman mengenai definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, terapi, komplikasi, dan prognosis
Plasenta Previa.
2. Mampu mengaplikasikan landasan teori Plasenta Previa dengan kasus yang
terjadi pada pasien di lapangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PLASENTA PREVIA
2.1 Definisi
1) Plasenta previa totalis atau komplit: plasenta yang menutupi seluruh ostium
arteri internum.
4
2) Plasenta previa parsialis: plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3) Plasenta previa marginalis: plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
daripada kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah
dilaporkan insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara maju
insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya
perempuan hamil paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi
dalam obstetrik yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa
bisa lebih tinggi.3
5
2.4 Etiologi Plasenta Previa
Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa,
diantaranya:4
7) Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada
primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang
berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa lampau.
Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya
sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.1
8) Ibu merokok, risiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat
akibat merokok. Ini terjadi karena timbulnya hipoksemia akibat
karbonmonoksida menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatorik.
9) Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih
besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di
bawah usia 20 tahun.4
10) Riwayat sectio caesaria. Peningkatan insiden plasenta previa lima kali lipat
pada wanita dengan riwayat sectio caesaria.5
6
2.5 Patofisiologi Plasenta Previa
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar
lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.7
7
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu. Tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah.8
Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester
kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk
hal ini dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan USG. Beberapa wanita mungkin
bahkan tetap tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus-kasus
plasenta previa parsial.9
1) Anamnesis
8
2) Pemeriksaan luar
Inspeksi
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah. Sering
dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun. Apabila letak
kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di
atas pintu atas panggul.4
3) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang paling
ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh
namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perdarahan yang lebih hebat,
infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan mengakibatkan partus yang
prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum yaitu jika
terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang berulang, his telah
mulai dan janin sudah dapat hidup di luar janin.9
4) Ultrasonografi
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta
terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah.
9
Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk
melihat sumber perdarahan lain.10
5) Pemeriksaan inspekulo
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
Penanganan berupa:12
10
Pemberian antibiotik profilaksis
Pemberian tokolitik bila ada kontraksi:
MgSO4 4 gram IV dosis awal, dilanjutkan 4 gram tiap 6 jam
Nifedipin 3 x 20 mg/ hari
Bila janin preterm, diberikan Betametason 24 mg IV dosis tunggal atau
dexamethason 15 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
Uji pematangan paru dengan tes kocok dari hasil amniosintesis.
Awasi vital sign dan denyut jantung janin
Bila tidak ada perdarahan dalam 3 hari perawatan, dan waktu untuk
mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan
(kecuali apabila rumah pasien diluar kota atau jarak untuk mencapai rumah
sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit jika
terjadi perdarahan ulang. Sebelum dipulangkan, pasien diajurkan untuk
berjalan jalan disekitar tempat tidur. Bila tidak ada perdarahan, pasien dapat
dipulangkan.
2) Terapi aktif
a. Sectio caesaria
11
(3) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak
berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.
(4) Plasenta previa paada pasien dengan panggul sempit, atau pada
kejadian letak lintang.12
b. Melahirkan pervaginam.
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya
sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki
dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100 gr. Versi
Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.12
12
Gambar 2.3. Versi Braxton Hicks
2) Anemia janin.
13
8) Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan
yang dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak
terpengaruh. Penyebab saat ini tidak diketahui.7
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak
invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah
ada di hampir semua rumah sakit. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan
terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan sectio caesaria atau
bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil
dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program keluarga
berendana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian
banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan.2
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari
apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan sectio caesaria. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh karena
kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui
proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.
Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi
kematian perinatal.7
14
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
No. MR : 19.81.30
Nama : Nurul Hidayah
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Minang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 01 Januari 2019 (pukul 04.30 WIB)
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke ponek IGD RSUD M. Natsir Solok dengan keluhan
keluar darah dari kemaluan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
- Keluar darah dari kemaluan sejak ± 7 jam yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Volume darah 2-3 kali ganti doek. Warna darah kehitaman,
bergumpal, dan tidak disertai nyeri.
- Riwayat dipijat-pijat (-), riwayat trauma (-), riwayat minum jamu-jamuan
(-).
- Mulas-mulas ingin melahirkan tidak dirasakan pasien
- Keluar lendir darah (+)
- Keluar air-air dari kemaluan (-)
- BAB (+) Normal, dan BAK (+) Normal
- HPHT : 04-03-2019
- TTP : 11-12-2019
- ANC : 3x Bidan
15
Riwayat Persalinan
1. Perempuan, Aterm, 3000 gr, Spontan, Bidan, 7 tahun, hidup
2. Perempuan, Aterm, 3200 gr, spontan, Bidan, 3 tahun, hidup
3. Sekarang.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Kesadaran : Compos Mentis Anemia (-)
Tek. Darah : 110/70 mmHg Ikterik (-)
Frek. Nadi : 96 x/min Sianosis (-)
Frek. Napas : 22 x/min Dyspnea (-)
Suhu Tubuh : 37 ºC Oedem (-)
Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : Perut membesar sesuai usia kehamilan aterm
Palpasi :
L1 : 3 jari dibawah px, Teraba massa besar lunak nodular
L2 : Teraba tahanan terbesar disebelah kanan, bagian kecil-kecil
janin disebelah kiri
L3 : Teraba massa bulat keras terfiksir
L4 : Divergen
Status Ginekologi
Vagina : v/u tenang, PPV (+)
VT : Tidak dilakukan pemeriksaan
16
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 1 Desember 2020
Jenis Pemerisaan Hasil
Hb 12.4 gr%
Leu 11.000/mm3
Tromb 202.000/mm3
Ht 32.10%
Tindakan : SCTPP
17
15. KU ibu post SC baik.
Terapi : IVFD RL + Oksitosin 10-10-5-5 » 20 gtt/i
Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
ANALISIS KASUS
TEORI KASUS
Faktor risiko yang berhubungan dengan Pada pasien ini terdapat faktor risiko
plasenta previa, diantaranya: berupa:
1) Ovum yang dibuahi tertanam sangat 1) multiparitas (G3P2A0)
rendah di dalam rahim. 2) Kawin dan hamil pada umur muda
2) Riwayat P. Previa sebelumnya,
riwayat pembedahan, riwayat
section caesarea, abortus.
3) kawin dan hamil pada umur muda.
4) Korpus luteum bereaksi lambat,
dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri
dan polip endometrium.
6) Plasenta terbentuk secara tidak
normal.
7) Kejadian plasenta previa tiga kali
lebih sering pada wanita multipara
daripada primipara.
8) Ibu merokok, risiko relatif untuk
plasenta previa meningkat dua kali
lipat akibat merokok.
18
9) Ibu dengan usia lebih tua, di atas 35
tahun.
10) Riwayat sectio caesaria.
Gejala utama plasenta previa adalah Keluhan utama pada pasien berupa
perdarahan dari kemaluan tanpa sebab, keluar darah dari kemaluan. Volume
tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang. darah 2-3 kali ganti doek/hari. Warna
Gejala perdarahan awal plasenta previa darah kehitaman, bergumpal, dan tidak
biasanya berupa bercak atau perdarahan disertai nyeri.
ringan dan umumnya berhenti spontan.
Terjadi pada trimester 3 kehamilan.
Dengan USG dapat ditentukan -
implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium. Bila jarak
tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta
letak rendah.
Dengan menggunakan spekulum secara
hati-hati dilihat dari mana sumber
perdarahan, apakah dari uterus, ataupun
terdapat kelainan pada serviks, vagina,
varises pecah, dll. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks
dan vagina. Apabila perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum, maka
dapat dicurigai ini kejadian plasenta
previa.
Terapi pada pasien plasenta previa Pada pasien ini, dilakukan terapi aktif
dikarenakan:
terdiri dari terapi ekspektatif dan terapi
Plasenta Previa Totalis
aktif.
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a. Kehamilan preterm dengan
19
perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik
(kadar hemoglobin dalam batas
normal).
d. Janin masih hidup.12
Penanganan berupa:12
Bed rest total
Pemeriksaan USG untuk
mengetahui implantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik,
letak dan presentasi janin.
Pemberian antibiotik profilaksis
Pemberian tokolitik bila ada
kontraksi:
MgSO4 4 gram IV dosis awal,
dilanjutkan 4 gram tiap 6 jam
Nifedipin 3 x 20 mg/ hari
Bila janin preterm, diberikan
Betametason 24 mg IV dosis
tunggal atau dexamethason 15 mg
IV dosis tunggal untuk pematangan
paru janin.
Uji pematangan paru dengan tes
kocok dari hasil amniosintesis.
Awasi vital sign dan denyut
jantung janin
Bila tidak ada perdarahan dalam 3
hari perawatan, dan waktu untuk
20
mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk
rawat jalan.
21
BAB IV
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
12. Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology, 10th ed. New York: McGraw-Hill, pp: 328-341.
24