Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap
tahun saat hamil atau bersalin. Artinya setiap menit ada 1 perempuan yang
meninggal di Indonesia menurut survey demografi kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2009 angka kematian ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu
390 per 100.000 kelahiran hidup. Tinggi nya angka kematian ibu itu
menempatkan Indonesia pada urutan teratas di Asean dalam hal tersebut.2

Survey kesehatan rumah tangga 2001 menyebutkan angka


kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu
meningkat dibandingkan hasil survey 1995, yaitu 373 per 100.000 kelahiran
hidup. Departemen kesehatan menargetkan tahun 2010 angka kematian ibu
turun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, namun target tersebut masih
jauh untuk dicapai.2
Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah
pendarahan (40– 60%) infeksi (20–30 %) keracunan kehamilan (20-30%)
sisanya sekitar 5 % disebabkan penyakit lain yang memburuk saat
kehamilan atau persalinan. Pendarahan sebagai penyebab kematian ibu
terdiri atas pendarahan antepartum dan pendarahan post partum. Pendarahan
antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3 %
dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio
plasenta dan pendarahan yang belum jelas sumbernya.2
Pendarahan sebenarnya dapat terjadi bukan saja pada masa
kehamilan tetapi dapat juga pada masa persalinan maupun pada masa nifas.
Setiap pendarahan dalam kehamilan harus dianggap sebagai keadaan akut

1
berbahaya dan serius dengan resiko tinggi karena dapat menimbulkan
kematian ibu dan janin.2
Pada trimester kedua kehamilan pendarahan sering disebabkan
partus prematurus, solusio plasenta, mola dan inkompetensi serviks. Pada
trimester ketiga (pendarahan antepartum) adalah pendarahan setelah 29
minggu atau lebih yang dapat menyebabkan terjadinya solusio plasenta atau
plasenta previa. Pendarahan ini lebih berbahaya dibandingkan umur
kehamilan kurang dari 28 minggu, sebab faktor pelasenta dimana
pendarahan plasenta biasanya hebat. Sehingga menggangu sirkulasi 02 dan
CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin.2
Plasenta previa merupakan plasenta yang terletak pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. bila usia kehamilan 37 minggu, pendarahan sedikit sedangkan
keadaan ibu dan anak baik maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila
pendarahan banyak hendaknya segera mengakhiri kehamilan misalnya
sectio caesaria.2
Plasenta previa lebih sering pada wanita multipara, mungkin
karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini
menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta menjadi lebih
tipis dan mencakup daerah uterus yang lebih luas. Konsekuensi perlekatan
plasenta yang luas ini adalah meningkatnya resiko penutupuan osteum
uteri internum. Paritas tinggi lebih beresiko mengalami plasenta previa
daripada paritas rendah.2

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:


1. Melengkapi tugas laporan kasus pada departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Natsir Solok.
2. Memperdalam pengetahuan mengenai Plasenta Previa.
3. Memperdalam pemahaman mengenai penanganan Plasenta Previa.

2
1.3. MANFAAT LAPORAN KASUS
Manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Meningkatkan ketajaman pemahaman mengenai definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, terapi, komplikasi, dan prognosis
Plasenta Previa.
2. Mampu mengaplikasikan landasan teori Plasenta Previa dengan kasus yang
terjadi pada pasien di lapangan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PLASENTA PREVIA

2.1 Definisi

Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada


segmen bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada
usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup di luar rahim.1

Gambar 2.1. Plasenta Previa

2.2 Klasifikasi Plasenta Previa

Klasifikasi plasenta previa sebagian besar akan bergantung pada pembukaan


serviks saat diperiksa, menurut Prawirohardjo (2008) plasenta previa dapat
diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:2

1) Plasenta previa totalis atau komplit: plasenta yang menutupi seluruh ostium
arteri internum.

4
2) Plasenta previa parsialis: plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.

3) Plasenta previa marginalis: plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum.

4) Plasenta previa letak rendah : plasenta yang berimplantasi pada segmen


bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap
plasenta letak normal.

Gambar 2.2. Klasifikasi Plasenta Previa

2.3 Insiden Plasenta Previa

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
daripada kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah
dilaporkan insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara maju
insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya
perempuan hamil paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi
dalam obstetrik yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa
bisa lebih tinggi.3

5
2.4 Etiologi Plasenta Previa

Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa,
diantaranya:4

1) Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan


plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.

2) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan


parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah sesar atau aborsi).

3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.

4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima


hasil konsepsi.

5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri dan polip endometrium.

6) Plasenta terbentuk secara tidak normal.

7) Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada
primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang
berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa lampau.
Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya
sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.1

8) Ibu merokok, risiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat
akibat merokok. Ini terjadi karena timbulnya hipoksemia akibat
karbonmonoksida menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatorik.

9) Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih
besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di
bawah usia 20 tahun.4

10) Riwayat sectio caesaria. Peningkatan insiden plasenta previa lima kali lipat
pada wanita dengan riwayat sectio caesaria.5

6
2.5 Patofisiologi Plasenta Previa

Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding


uterus, sedikit ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat
untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat
vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir
plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada
kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.
Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan
berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah
akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang. Dan hanya ditemukan
sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan
lebih mendekati lapisan tropoblast.3

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya


terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan. Implantasi plasenta di
segmen bawah rahim dapat disebabkan :6

a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.


b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi janin.
c. Villi korealis pada korion leave yang persisten.

Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar
lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.7

7
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu. Tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah.8

2.6 Gambaran Klinis Plasenta Previa

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan dari kemaluan tanpa


sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang. Gejala perdarahan awal plasenta
previa biasanya berupa bercak atau perdarahan ringan dan umumnya berhenti
spontan. Terjadi pada trimester 3 kehamilan. Tidak jarang pula, perdarahan per
vaginam baru terjadi saat inpartu. Perdarahan ini terjadi karena adanya disrupsi
pembuluh darah plasenta terkait perkembangan dan penipisan segmen bawah
rahim.7

2.7 Diagnosis Plasenta Previa

Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester
kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk
hal ini dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan USG. Beberapa wanita mungkin
bahkan tetap tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus-kasus
plasenta previa parsial.9

1) Anamnesis

Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan


perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan, apakah
ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi serta
banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.1

8
2) Pemeriksaan luar

Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,


darah beku dan sebagainya. Jika terjadi banyak perdarahan maka kemungkinan
ibu telah mengalami anemi dan harus segera dilakukan koreksi setelah konfirmasi
melalui pemeriksaan darah dilakukan.

Palpasi

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah. Sering
dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun. Apabila letak
kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di
atas pintu atas panggul.4

3) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang paling
ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh
namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perdarahan yang lebih hebat,
infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan mengakibatkan partus yang
prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum yaitu jika
terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc, perdarahan yang berulang, his telah
mulai dan janin sudah dapat hidup di luar janin.9

4) Ultrasonografi

Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukan dengan


pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini memiliki
kelebihan yaitu tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan
tidak rasa nyeri.9

Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta
terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah.

9
Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk
melihat sumber perdarahan lain.10

5) Pemeriksaan inspekulo

Dengan menggunakan spekulum secara hati-hati dilihat dari mana sumber


perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat kelainan pada serviks, vagina,
varises pecah, dll. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan
vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, maka dapat
dicurigai ini kejadian plasenta previa.11

2.8 Penatalaksanaan Plasenta Previa

Penatalaksanaan plasenta previa terbagi atas 2, yaitu:

1) Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita


dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat
dan baik.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).

d. Janin masih hidup.12

Penanganan berupa:12

 Bed rest total


 Pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak dan presentasi janin.

10
 Pemberian antibiotik profilaksis
 Pemberian tokolitik bila ada kontraksi:
 MgSO4 4 gram IV dosis awal, dilanjutkan 4 gram tiap 6 jam
 Nifedipin 3 x 20 mg/ hari
 Bila janin preterm, diberikan Betametason 24 mg IV dosis tunggal atau
dexamethason 15 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
 Uji pematangan paru dengan tes kocok dari hasil amniosintesis.
 Awasi vital sign dan denyut jantung janin
 Bila tidak ada perdarahan dalam 3 hari perawatan, dan waktu untuk
mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan
(kecuali apabila rumah pasien diluar kota atau jarak untuk mencapai rumah
sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit jika
terjadi perdarahan ulang. Sebelum dipulangkan, pasien diajurkan untuk
berjalan jalan disekitar tempat tidur. Bila tidak ada perdarahan, pasien dapat
dipulangkan.

2) Terapi aktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif


dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa:

a. Sectio caesaria

Prinsip utama dalam melakukan sectio caesaria adalah untuk


menyelamatkan ibu. Tujuan sectio caesaria adalah melahirkan janin dengan
segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
dan menghindarkan terjadinya robekan serviks uteri jika janin dilahirkan. Indikasi
sectio caesaria pada plasenta previa antara lain:

(1) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal.

(2) Semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit di


kontrol.

11
(3) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak
berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.

(4) Plasenta previa paada pasien dengan panggul sempit, atau pada
kejadian letak lintang.12

b. Melahirkan pervaginam.

Melakukan tekanan pada plasenta supaya pembuluh-pembuluh darah yang


terbuka dapat tertutup kembali (tamponade pada plasenta).

Penekanan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

1. Amniotomi (pemecahan selaput ketuban)

Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan


pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta
previa marginalis atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan pada
primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan
pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal.12

2. Versi Braxton Hicks

Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya
sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki
dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100 gr. Versi
Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.12

12
Gambar 2.3. Versi Braxton Hicks

3. Memasang cunam Willet Gausz


Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem kulit
kepala janin dengan cunam Willet Gausz. Kemudian cunam diikat dengan
menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-
100 gr atau sebuah batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya
dilakukan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif
karena seringkali menimbulkan perdarahan pada kulit kepala janin.12

2.9 Komplikasi Plasenta Previa

1) Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak


mencukupi.

2) Anemia janin.

4) Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan.

5) Infeksi dan pembentukan bekuan darah.

6) Kehilangan darah yang membutuhkan transfusi.

7) Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang


biasanya menimbulkan risiko terbesar pada janin.

13
8) Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan
yang dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak
terpengaruh. Penyebab saat ini tidak diketahui.7

2.10 Prognosis Plasenta Previa

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak
invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah
ada di hampir semua rumah sakit. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan
terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan sectio caesaria atau
bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil
dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program keluarga
berendana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian
banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan.2

Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari
apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan sectio caesaria. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh karena
kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui
proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.
Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi
kematian perinatal.7

14
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
No. MR : 19.81.30
Nama : Nurul Hidayah
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Minang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 01 Januari 2019 (pukul 04.30 WIB)

ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke ponek IGD RSUD M. Natsir Solok dengan keluhan
keluar darah dari kemaluan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
- Keluar darah dari kemaluan sejak ± 7 jam yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Volume darah 2-3 kali ganti doek. Warna darah kehitaman,
bergumpal, dan tidak disertai nyeri.
- Riwayat dipijat-pijat (-), riwayat trauma (-), riwayat minum jamu-jamuan
(-).
- Mulas-mulas ingin melahirkan tidak dirasakan pasien
- Keluar lendir darah (+)
- Keluar air-air dari kemaluan (-)
- BAB (+) Normal, dan BAK (+) Normal
- HPHT : 04-03-2019
- TTP : 11-12-2019
- ANC : 3x Bidan

15
Riwayat Persalinan
1. Perempuan, Aterm, 3000 gr, Spontan, Bidan, 7 tahun, hidup
2. Perempuan, Aterm, 3200 gr, spontan, Bidan, 3 tahun, hidup
3. Sekarang.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Kesadaran : Compos Mentis Anemia (-)
Tek. Darah : 110/70 mmHg Ikterik (-)
Frek. Nadi : 96 x/min Sianosis (-)
Frek. Napas : 22 x/min Dyspnea (-)
Suhu Tubuh : 37 ºC Oedem (-)

Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : Perut membesar sesuai usia kehamilan aterm

Palpasi :
L1 : 3 jari dibawah px, Teraba massa besar lunak nodular
L2 : Teraba tahanan terbesar disebelah kanan, bagian kecil-kecil
janin disebelah kiri
L3 : Teraba massa bulat keras terfiksir
L4 : Divergen

TFU : 32 cm His : (-)


TBBJ : 3.100 gr DJJ : 138-146 x/Menit

Status Ginekologi
Vagina : v/u tenang, PPV (+)
VT : Tidak dilakukan pemeriksaan

Diagnosis : G3P2A0H2 gr 38-39 minggu + Placenta Previa Totalis

Hasil USG tanggal 02 Desember 2019


- Janin Tunggal, anak hidup, letak kepala
- Fetal movement (+), Fetal HR (+) 140 x/menit
- Plasenta corpus posterior sampai ke OUI, kesan plasenta previa totalis
- Air ketuban cukup

16
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 1 Desember 2020
Jenis Pemerisaan Hasil
Hb 12.4 gr%
Leu 11.000/mm3
Tromb 202.000/mm3
Ht 32.10%

Terapi : Terapi Aktif


IVFD RL 20 gtt/i
Nifedipine tab 3 x 20 mg
Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam

Tindakan : SCTPP

LAPORAN SECTIO CAESARIA (02/12/2020)


1. Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi supine, infus dan kateter
terpasang baik.
2. Dilakukan tindakan aseptik-antiseptik dengan betadine dan alkohol 70%
pada dinding abdomen lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan
operasi.
3. Di bawah spinal anestesi, dilakukan insisi pranensteril mulai dari kutis,
subkutis, hingga tampak fasia.
4. Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fasia digunting ke kiri
dan ke kanan, kemudian otot dipisahkan secara tumpul.
5. Peritoneum dijepit dengan 2 klem, dijinjing, dan digunting ke atas dan ke
bawah hingga tampak uterus graviarum.
6. Identifikasi segmen bawah rahim, plika vesikouterina digunting konkav ke
kiri dan ke kanan kemudian dibersihkan ke arah blast secukupnya.
7. Dilakukan insisi konkav pada uterus hingga subendometrium.
8. Endometrium disusur secara tumpul, kemudian diputar searah insisi
uterus.
9. Dengan melahirkan kepala, bahu, dan seluruh badan, lahir bayi
perempuan, BB : 3000 gr, PB: 47 cm, A/S 6/9, anus (+), ketuban jernih.
10. Plasenta dilahirkan dengan sedikit tarikan ringan pada tali pusat.
11. Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting diantaranya.
12. Tepi dinding uterus diklem di 4 tempat, uterus kemudian dibersihkan
dengan kassa steril terbuka.
13. Uterus dijahit secara interlocking, kavum abdomen dibersihkan, dinding
abdomen ditutup lapis demi lapis.
14. Perdarahan selama tindakan ±250 cc

17
15. KU ibu post SC baik.
Terapi : IVFD RL + Oksitosin 10-10-5-5 » 20 gtt/i
Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam

Anjuran : Cek Hb 2 jam post operasi


Awasi Vital sign, kontraksi, dan tanda-tanda perdarahan

ANALISIS KASUS

TEORI KASUS
Faktor risiko yang berhubungan dengan Pada pasien ini terdapat faktor risiko
plasenta previa, diantaranya: berupa:
1) Ovum yang dibuahi tertanam sangat 1) multiparitas (G3P2A0)
rendah di dalam rahim. 2) Kawin dan hamil pada umur muda
2) Riwayat P. Previa sebelumnya,
riwayat pembedahan, riwayat
section caesarea, abortus.
3) kawin dan hamil pada umur muda.
4) Korpus luteum bereaksi lambat,
dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri
dan polip endometrium.
6) Plasenta terbentuk secara tidak
normal.
7) Kejadian plasenta previa tiga kali
lebih sering pada wanita multipara
daripada primipara.
8) Ibu merokok, risiko relatif untuk
plasenta previa meningkat dua kali
lipat akibat merokok.

18
9) Ibu dengan usia lebih tua, di atas 35
tahun.
10) Riwayat sectio caesaria.
Gejala utama plasenta previa adalah Keluhan utama pada pasien berupa
perdarahan dari kemaluan tanpa sebab, keluar darah dari kemaluan. Volume
tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang. darah 2-3 kali ganti doek/hari. Warna
Gejala perdarahan awal plasenta previa darah kehitaman, bergumpal, dan tidak
biasanya berupa bercak atau perdarahan disertai nyeri.
ringan dan umumnya berhenti spontan.
Terjadi pada trimester 3 kehamilan.
Dengan USG dapat ditentukan -
implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium. Bila jarak
tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta
letak rendah.
Dengan menggunakan spekulum secara
hati-hati dilihat dari mana sumber
perdarahan, apakah dari uterus, ataupun
terdapat kelainan pada serviks, vagina,
varises pecah, dll. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks
dan vagina. Apabila perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum, maka
dapat dicurigai ini kejadian plasenta
previa.
Terapi pada pasien plasenta previa Pada pasien ini, dilakukan terapi aktif
dikarenakan:
terdiri dari terapi ekspektatif dan terapi
Plasenta Previa Totalis
aktif.
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a. Kehamilan preterm dengan

19
perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik
(kadar hemoglobin dalam batas
normal).
d. Janin masih hidup.12

Penanganan berupa:12
 Bed rest total
 Pemeriksaan USG untuk
mengetahui implantasi plasenta,
usia kehamilan, profil biofisik,
letak dan presentasi janin.
 Pemberian antibiotik profilaksis
 Pemberian tokolitik bila ada
kontraksi:
 MgSO4 4 gram IV dosis awal,
dilanjutkan 4 gram tiap 6 jam
 Nifedipin 3 x 20 mg/ hari
 Bila janin preterm, diberikan
Betametason 24 mg IV dosis
tunggal atau dexamethason 15 mg
IV dosis tunggal untuk pematangan
paru janin.
 Uji pematangan paru dengan tes
kocok dari hasil amniosintesis.
 Awasi vital sign dan denyut
jantung janin
 Bila tidak ada perdarahan dalam 3
hari perawatan, dan waktu untuk

20
mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk
rawat jalan.

21
BAB IV
KESIMPULAN

Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada


segmen bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada
usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup di luar rahim.

Plasenta previa dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: Plasenta previa


totalis atau komplit, Plasenta previa parsialis, Plasenta previa marginalis, dan
Plasenta previa letak rendah.

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan dari kemaluan tanpa


sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang. Gejala perdarahan awal plasenta
previa biasanya berupa bercak atau perdarahan ringan dan umumnya berhenti
spontan. Terjadi pada trimester 3 kehamilan.

Penatalaksanaan plasenta previa terbagi atas 2, yaitu, terapi ekspektatif


(pasif) dan terapi aktif. Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir
prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis
dilakukan secara ketat dan baik. Terapi aktif dilakukan pada wanita hamil di atas
22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera
ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumapraja S dan Rachimhadi T. 2005. Perdarahan Antepartum dalam: Ilmu


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp:365-
85.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
3. Kay HH .2003. Placenta Previa and Abruption. In JR Scott et al. (eds).
Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins, pp: 365-379.
4. Sheiner GI. Shoham-Vardi, Hallak M. Hershkowitz R. Katz M and Major M.
2001. Placenta Previa: Obstetric Risk Factors and Pregnancy Outcome. J.
Matern Fetal. Med 10: 414-419.
5. Nielsen TF, Hagberg H, Ljungblad U: Placenta Previa and Antepartum
Hemorrrhage After Previous Cesarean Section. Gynecol Obstet Invest 27:88,
1989.
6. Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
7. Cunningham FG. 2006. Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC. pp: 685-704.
8. Davood S, Parviar K and Ebrahimi S. 2008. Selected Pregnancy Variables in
Women with Placenta Previa. Res. J. Obstet. Gynecol. 1: 1-5. Davood S,
Parviar K and Ebrahimi S. 2008. Selected Pregnancy Variables in Women
with Placenta Previa. Res. J. Obstet. Gynecol. 1: 1-5.
9. Faiz AS and Ananth CV. 2003. Etiology and Risk Factors For Placenta
Previa: An Overview and Meta-analysis Of Observational Studies. Journal
of MaternalFetal and Neonatal Medicine. 13: 175–190.
10. Oyelese Y and Smulian JC. 2006. Placenta previa, placenta accreta, and
vasa previa. Obstetrics and Gynecology. 107(4): 927–941.
11. Johnson LG, Sergio F and Lorenzo G. 2003. The Relationship Of Placenta
Previa and History Of Induced Abortion. International Journal of
Gynaecology and Obstetrics. 81(2): 191–198.

23
12. Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology, 10th ed. New York: McGraw-Hill, pp: 328-341.

24

Anda mungkin juga menyukai