Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan atau sekitar 20 minggu.Aborsi merupakan
masalah yang sensitive,banyak orang langsung menghubungkanya dengan
persoalan moral.Dinegara Negara Negara yang melegalisasi aborsi,aborsi
justru menurun,termasuk angka kematian ibu.Hal ini antara lain
disebabkan karena aksesterhadap pelayanan kesehatan reproduksi sudah
dilaksanakan secara menyeluruh dan terbuka,termasuk untuk perlindungan
dan pengobatan penyakit seksual menular,nondiskriminatif dan
menghormati hak klien.Penelitian sibeberapa pelayanan kesehatan di
Indonesia memperlihatkan sekitar 25-60% kejadian aborsi dilakukan
secara sengaja.Penelitian di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia
memperkirakan lebih dari 50% dari aborsi terjadi di perkotaan ,75%-nya
dilakukan oleh tenaga kesehatan.Sedangkan di pedesaan 84% kasus
dilakukan oleh dukun.Menurut laporan pada tahun 2013 dari Australian
For In Country Indonesian Studies,di 10 kota besar dan 6 kabupaten di
Indonesia terjadi 43% aborsi per 100 kelahiran hidup (CNN Indonesia,29
Oktober 2014).
Tindakan mengakhiri kehamilan dengan cara mengangkat fetus(janin)
atau embrio dari rahim sebelum janin tersebut dapat bertahan hidup tanpa
dukungan rahim.pada tahun 2008,tingkat aborsi di dunia berada pada
angka 28 per 1000 kehamilan.Di asia tenggara tingkat aborsi berada pada
angka 36 per 1000 kehamilan.Secara garis besar,terdapat dua jenis aborsi
yaitu aborsi spontan dan aborsi dan aborsi induksi.Aborsi spontan
biasanya di sebet keguguran,keguguran merupakan pengeluaran embrio
atau janin secara tidak sengaja yang terjadi sebelum minggu ke-24
kehamilan,namun sebagian besar keguguran terjadi pada trimester pertama
kehamilan,biasanya pada usia kehamilan 1-12 minggu (Brooker, 2008).
Aborsi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode
pembedahan,melalui obat obatan dan metode lainya.Aborsi melalui
metode pembedahan umumnya dilakukan pada usia kehamilan di bawah
15 minggu.Beberapa metode yang sring digunakan dalam melakukan
aborsi antara lain MVA (Manual Vacuum Aspiration),EVA (Electric
Vacuum Aapiratioan).MVA merupakan mini suction atau ekstraksi
menstrual merupakan tindakan mengeluarkan fetus atau
embrio,plasenta,dan membranya melalui tindakan penyedotan (suction)
menggunakan syringe secara manual.EVA merupakan prosedur yang
kurang lebih sama dengan MVA.Perbedaan MVA dan EVA terdapat pada
alat yang digunakan dimana MVA menggunakan syringe dan suction
dilakukan secara manual sementara pada EVA suction dilakukan
menggunakan pompa elektrik.Metode aborsi kecuali
histerotomi,merupakan tindakan persiapan serviks, yaitu membuka mulut
rahim untuk mencegah terjadinya komplikasi.Resiko komplikasi semakin
tinggi apabila klien memiliki faktor resiko,seperti usia dibawah 17
tahun,usia kehamilan yang cukup tua (terutama pada perempuan pada
paritas multipara),atau adanya riwayat kelainan riwayat pembedahan
cervical sebelumnya (RCOG,2011).
B. Tujuan
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan abortus
2. Mengetahui apa etiologi dari abortus
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi pada abortus
4. Mengetahui apa saja tanda dan gejala pada abortus
5. Mengetahui klasifikasi pada abortus
6. Mengetahui manisfestasi klinis pada abortus
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada abortus
8. Mengetahui penatalaksanaan pada abortus
9. Mengetahui komplikasi pada abortus
10. Mengetahui resiko pada abortus
11. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada abortus

C. Manfaat

Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi


institusi kesehatan agar adapat mengetahui tentang abortus dan
penatalaksanaannya
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup diluar kandungan. Pengertian abortus (pengguguran kandungan
)menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin
sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannnya. Abortus adalah
keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi sebelum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr (Derek liewollyn)

Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil onsepsi sebelum janin


dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu
dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup
dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggu BB atau waktu
lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amrul sofian, 2012)

B. Etiologi

Keguguran atau abortus disebabkan oleh banyak factor, antara lain :

a. Kelainan ovum
Ovum yang tidak sempurna dan perkembangannya tidak baik dan terdapat
degenerasi hidatit villi
b. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
3) Uterus terlalu cepat terenggang
4) Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
c. Gangguan sirkulasi plasenta akibat ibu menderita suatu penyakit , atau
kelainan pembentukan plasenta
d. Ibu menderita penyakit berat seperti infeksi yang disertai demam tinggi,
penyakit jantung atau paru yang kronik, keracunan, mengalami kekurangan
vitamin berat, dll.
e. Antagonis Rhesus ibu yang merusak darah janin
f. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
g. perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Seperti
sangat terkejut, obat-obat uterotonika, katakulanlaparotomi, dll
h. penyakit bapa : usia lanjut, penyakit kronis

C. Manifestasi klinis

klinis abortus spontan

1. Abortus immines
Keguguran tingkat permulaan. Keguguran belum terjadi sehingga
kehamilan dapat dipertahankan dengan cara : tirah baring, gunakan preparat
progesterone, tidak berhubungna badan, evaluasi secara berkala dengan USG
untuk melihat perkembangan janin

2. abortus insipient

Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum


kehamilan, berusia 20 minggu dan konsepsi masih didalam uterus. Ditandai
dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi Rahim untuk
mengeluarkan hasil hasil konsepsi.

Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak dapat


dipertahankan

3. abortus inkomplitus (keguguran bersisa)

Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal


adalah desi 2 atau plasenta. Gejala : amenorea, sakit perut, mulas-mulas,
perdarahan, sedikit/banyak, dan biasa berupa stolsesl (darah beku), sudah ada
fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti karena
konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok ini terjadi sbebelum
kehamilan berusia 20 minggu

4. abortus komplitus (keguguran lengkap)

Artinya selurah hasil konsepsi dikeluarkan (desi 2 dan fetus) sehingga


Rahim kososng
5. missed abortion

Adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada didalam Rahim
sebelum usia 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan
selama 6 minggu atau lebih. Dapat diketahui dengan USG

D. Patofisiologi abortus

Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontrasi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut. Apabila kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga hsil kosempsi dapat dikelluarkan seluruhnya.
Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam
sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
pendarahan dari plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta dalam keadaan
lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur. ( Rukiyah dan
Yulianti 2010)

Pada janin yang sudah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia
menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis
seperti kertas pigmen perkamen. ( Rukiyah dan Yulianti 2010)

Sebagian besar abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama
2 minggu sebelum pendarahan, maka dari itu ada yang menganggap bahwa
pengobatan untuk mempertahankan bayi kurang tepat jika telah terjadi pendarahan
banyak. Sebelum minggu kesepuluh biasanya hasil konsepsi dikeluarkan dengan
lengkap. Hal ini disebabkan vili korealis belum melekat erat kedalam desidua hingga
telur bisa terlepas seluruhnya.

Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan vili korealis
melekat dengan erat kedesidua sehingga saat abortus sering terdapat sisa-sisa
konsepsi yang tertinggal dan banyak menimbulkan pendarahan. (Setiyaningrum Erna)
E. Komplikasi

- Perdarahan
- Infeksi yang biasanya disebabkan oleh E. Coli, Streptococcus non
hemolitikus, streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, streptococcus
hemolitikus, dan clostridium perfringens. Kadang juga ditemui Neiseria
Gonorrhoeae, Pneumococcus dan clostridium tetani. Streptococcus pyogenes
potensial berbahaya karena bisa membentuk gas.
- Sepsis
- Syok disebabkan karena perdarahan (syok hemoragik) dan syok karena infeksi
berat
- Perforasi : sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuratase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
- Payah ginjal akut

F. Penanganan

a. Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai, perlu dilakukan penilaian dari :
1) Keadaan umum pasien
2) Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
<90 mmHg, nadi >112x/menit)
3) Bila syok disertai dengan masa lunak diadneksa, nyeri perut bawah,
adanya cairan bebas dalam kavum pelvis (kemungkinan KET)
4) Tanda-tanda infeksi atau sepsis

b. penanganan spesifik

1) Abortus imminens
Tidak diperlukan pengobatan medic yang khusus atau tirah barig secara
total anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas secara berlebihan /
melakukan hubungan seksual. Bila perdarahan berhenti : lakukan asuhan
antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan terus
berlangsung : nilai kondisi janin (USG)
2) Abortus insipiens
Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi : bila gestasi < 16 minggu,
evakuasi lakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual setelah bagian-
bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestasi . 16 minggu, evakuasi
dilakukan denga prosedur dilatasi dan kuretasi
Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilakukan /usia gestasi lebih
besar dari 16 minggu lakukan :
a) Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml RL mulai dengan 8 tetes
/menit yang dapat dinaikan hingga 40 tetes /menit, sesuai dengan
kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
b) Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian
c) Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan dapat
diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal
d) Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan
dengan AVM atau dilatasi dan kuretase

3) Abortus inkomplit

a) Tentukan besar uterus (taksiran usia gestasi) , kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)
b) Hasil konsepsi yang terperangkap pada servik yang disertai perdarahan
hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam
ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
 Bila perdarahan berhenti : beri ergometrin 0,2 mg IM
/misoprostol 400 mg peroral
 Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan AVM atau D&K (sesuai usia gestasi, pembukaan
serviks dan kebaradaan bagian janin)
 Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotic profilaksis
 Bila terjadi infeksi beri ampisislin 1 g dan metronidazole 500
mgsetiap 8 jam
 Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16
minggu segera lakukan evakuasi dengan AVM (Aspiarasi
Vakum Manual)
 Bila pasien tampak anemic, berikan sulfas ferosus 600 mg per
hari selama 2 minggu (anemia sedang ) atau tranfusi darah
(anemia berat)

4) Abortus komplit

a) Apabila kondisis pasien baik, cukup diberikan tablet ergometrin 3x1


tablet /hari untuk 3 hari
b) Apabila pasien mengalalami anemia sedang, anjurkan Fe 600 mg/hari
selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsusmsi makanan
bergizi
c) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi perlu diberi antibiotic, atau
apabila khwatir akan infeksi dapat diberi antibiotic profikaksis

5) Missed Abortin

Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan
disedua dapat dikeluarkan, jika tidak berhasil dapat dilakukan histerotomia
anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotic

6) Abortus Habitualis

Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih


besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya
DAFTAR PUSTAKA

Affianti, yati,.Anggi pratiwi 2016. Seksualitas dan kesehatan reproduksi


perempuan.Rajagravindo persada Indonesia. Jakarata

Lukia, Ai yeyeh,.lia yulianti. 2016. Asuhan kebidanan 4 patologi kebidanan. Anggota


IKAPI. Jakarta

Setianingrum, erna. 2015. Buku asuhan kegawatdaruratan maternitas,. INMEDIA.


Jakarta

Persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI).2016. standar diagnosis keperawatan


indonesia definisi dan indicator diagnostic dewan pengurus pusat persatuan
nasional.jakarta selatan

Bulechek gloria M. bucherd, heward K,. docterman, joane M,. waarger, cherild,
M,.2013

Nursing intervention klasifikation (NIC) edisi ke 6. MacoMedia Yogyakarta,


Indonesia

Moorhead, sue,. Jonson,marison,.mass, mariden L,.swanson, elibazeth.2013

Nursing outcome klasifikation (NOC) pengukuran Outcomes kesehatan edisi ke 5.


Macomedia. Yogyakarta, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai