Anda di halaman 1dari 46

ASKEP NEFROLISIASIS

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi

Nefrolitiasis (batu ginjal) adalah penyakit pada sistem


ekskresi yang di tandai dengan adanya batu pada ginjal, saluran
ginjal, atau kandung kemih. Batu ginjal pada umumnya
mengandung garam kalsium (zat-kapur) antara lain kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campurannya. Batu ginjal terbentuk
karena konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam urine tinggi.
Apabila batu ginjal sudah berukuran kecil, dapat dihancurkan
dengan obat-obatan. Apabila ginjal sudah berukuran besar, harus di
keluarkan dengan tindakan operasi. Dengan kemajuan ilmu
teknologi, batu ginjal dapat di hancurkan dengan gelombang suara
yang bersintesis tinggi tanpa perlu tindakan operasi.

Nefrolitiasis merupakan pembentukan deposit mineral


kristal pada ginjal. Kristal ini semula hanya bersifat mikroskopik,
yang berada di loop Henle, tubulus distal atau duktus kolektivus,
semakin membesar dan mudah divisualisasi menggunakan
imaging. Nefrolitiasis dapat digolongkan berdasarkan kandungan
kalsium, densitas dan komposisi pembentuk batu (Suharjo dalam
Ridwan 2016).

2. Etiologi
Terbentuknya batu saluaran kemih diduga ada hubunganya
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran
kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik). Secara epidemiologi terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluaran kemih
pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor

1
ekstriksik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya.

Faktor Intrinsik antara lain :


 Herediter (keturunan) : penyakit ini di duga
diturunkan dari orang tuanya.
 Umur : penyakit ini paling sering di dapatkan pada
usia 30-50 tahun.
 Jenis kalamin : jumlah pasien pria tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan pasien wanita.

Faktor Ekstrinsik di antaranya daerah :

 Geografis : pada beberapa daerah menunjukan


angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
dari pada daerah lain sehinggga dikenal sebagai
daerah stonebelt.
 Iklim dan temperatur
 Asuapan air : kurangnya asupan air dan tinggi kadar
mineral kalsium pada air yang dikosumsi
 Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium
mempermudah terjadinya batu.
 Pekerjaan : penyakit ini sering di jumpai pada orang
yang pekerjakan banyak duduk atau kurang aktivitas
atau sedentary life.

3. Patofisiologi
Batu kemih biasanya muncul karena kerusakan keseimbangan
antara kelarutan dan pengendapan garam. Ginjal harus menampung
air dan mengeluarkan bahan yang memiliki kelarutan yang rendah.
Kedua pernyataan tersebut harus seimbang selama adaptasi
terhadap diet, iklim dan aktivitas. Urine memiliki zat-zat seperti

2
pirofosfat, sitrat dan glikoprotein yang bisa menghambat kristalisi.
Namun mekanisme pertahanan dari zat-zat tersebut kurang
sempurna ketika urin menjadi jenuh atau mengalami supersaturasi
dengan bahan larut yang dikarenakan tingkat ekresi yang
berlebihan dan/atau karena air yang tertampung terlalu lama akan
membentuk Kristal dan melakukan agregasi membentuk suatu
batu. Sebuah larutan dikatakan padat jika terdapat saturasi atau
kejenuhan dalam kesetimbangan zat tersebut. Apabila konsentrasi
zat dalam larutan diatas titik jenuh (saturation point) sangat
mendukung untuk terjadinya pembentukan kristal dan jika semakin
tinggi dari saturasi kejenuhan suatu zat tersebut berlebih maka
Kristal dapat berkembang secara spontan yang bisa menjadi sebuah
batu.

Efek mekanik dari pembentukan batu menimbulkan gejala


klinis nyeri yang khas. Ada 2 tipe nyeri yaitu renal colic dan
noncoliky renal pain. Byeri renal colic biasanya disebabkan oleh
peregangan dari collecting sistem atau ureter. Nyeri noncolicky
renal disebabkan oleh adanya distensi dari kapsul ginjal. Obstruksi
saluran kemih adalah mekanisme utama yang bertanggung jawab
untu renal colic yang menyebabkan peregangan dari ujung saraf.
Mekanisme lokal seperti peradangan, edema, hiperperistaltis dan
irirtasi mukosa dapat berkontribusi mempersepsikan nyeri pada
pasien dengan batu ginjal. Tingkat keparahan dan lokasi rasa sakit
dapat bervariasi dari pasien ke pasien, tergantng pada ukuran batu,
lokasi batu, derajat obstruksi, ketajaman obstruksi dan variasi
anatomi individu.

Renal colic pada obstruksi dari renal pelvis dan ureter


biasanya tergambarkan nyeri sedang sampai nyeri berat didaerah
panggul yang menjalar ke daerah paha. Obstruksi batu dimidureter
biasanya nyeri menjalar ke lateral perut bagian bawah dan disertai

3
dengan inkontinesia urin sedangkan obtruksi dibagian distal ureter
atau uretrovesical junction biasanya sakit parah dan terasa lumpuh
juga bisa disertai mual dan muntah.

4. Manifestasi klinis
a. Nyeri : pola tergantung pada lokasi sumbatan
b. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi pelvis ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan
kolik. Nyeri hilang setelah batu keluar.
1. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan
seperti saat turun ke ureter (kolik uretra).
2. Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip seperti
sitisis.
c. Sumbatan : batu yang menutup aliran urin akan menimbulkan
gejala infeksi saluran kemih yaitu demam dan mengigil.
d. Gejala gastrointestinal : meliputi mual, muntah dan perasaan tidak
enak di perut berhubungan dengan refluks reintostinal dan
penyebaran saraf antara ureter dan intestin (Nursalam, 2011)
Menurut Crowin (2009) dalam bukunya Patofisiologi
memberikan gambaran manifestasi klinik mengenai penyakit batu
ginjal :
1. Nyeri sering bersifat kolik (ritmik), terutama apabila batu
terletak di ureter ata di bawahnya. Nyeri mungkin hebat, lokasi
nyeri tergantung letak batu.
2. Batu di ginjal itu asimptomatik kecuali apabila batu tersebut
menyebabkan obstruksi atau timbul infeksi.
3. Hematuria disebabkan iritasi dan cedera struktur ginjal, sering
terjadi menyertai batu.
4. Penurunan pengeluaran urine apabila terjadi obstruksi aliran.
5. Pengenceran urine apabila terjadi obstruks aliran, karena
kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh

4
pebengkakan yang terjadi di sekitar kapiler pertibulus (Corwin,
2009).

5. Penatalaksanaan
Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah mengatasi
nyeri,
menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah terjadinya
pembentukan batu yang berulang.
a. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy.
Bekerja dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan di
luar tubuh untuk menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu akan
dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih ESWL dianggap sebagai
pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal berukuran menengah
dan untuk batu ginjal berukuran lebih dari 20-30 mm pada pasien
yang lebih memilih ESWL, asalkan mereka menerima perawatan
berpotensi lebih (Annisa dalam Putra, 2016).
b. PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Merupakan salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu
yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi
ke dalam kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan
atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
Asosiasi Eropa Pedoman Urologi tentang urolithiasis
merekomendasikan PNL sebagai pengobatan utama untuk batu ginjal
berukuran >20mm, sementara ESWL lebih disukai sebagai lini kedua
pengobatan, karena ESWL sering membutuhkan beberapa perawatan,
dan memili kirisi koobstruksi ureter, serta kebutuhan adanya prosedur
tambahan. Ini adalah alasan utama untuk merekomendasikan bahwa
PNL adalah baris pertama untuk mengobati pasien nefrolitias
(Mohammed dalam Putra, 2016).

5
c. Bedah terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL dan
ESWL, tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah terbuka.
Pembedahan terbuka itu antara lain pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal (Putra, 2016).
Pembedahan dikerjakan apabila cara non bedah tidak berhasil dan
tidak tersedia alat untuk litotripsi. Indikasi bergantung pada lokasi
batu. Indikasi pembedahan pada batu ginjal :
1) Batu kaliks : adanya hidrokaliks, kasus nefrolitiasis kompleks,
tidak berhasil dengan ESWL
2) Batu pelvis : jika terjadi hidronefrosis, infeksi, atau nyeri hebat,
batu berbentuk tanduk rusa
3) Batu ureter : telah terjadi gangguan fungsi ginjal, nyeri hebat
terdapat impaksi ureter.
4) Batu buli-buli : ukuran > 3 cm.
d. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus
dengan batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat juga
diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran
batu secara aktif.
1. Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan minum dan
pemberian diuretic(target diuresis 2 liter/hari).
2. Pemberian nifedipin atau agen alfablocker, seperti tamsulosin :
3. Manajemen rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik, dapat
dilakukan dengan pemberian simpatolitik, atau antiprostaglandin,
analgesik; pemantauan berkala setiap 1- 14 hari sekali selama 6
minggu untuk menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis (Chris
T, 2014).
Pelarutan jenis batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam
urat, yang hanya terjadi keadaan urine asam (pH<6.2). pada kasus
ini, dapat di berikan Natrium bikarbonat serta makanan yang

6
bersifat Alkaslis. Jika perlu, beri alupurinol untuk membantu
menurunkan kadar asam urat darah dan urine. Batu struvit tidak
dapat dilarutkan, namun dapat dicegah pembesarannya melalui cara
yang sama serta pemberian antiuriase. Infeksi sulit diatasi karena
bakteri di batu tidak dapat dicapai antibiotik.
Litotripsi merupakan metode pemecahan /penghancur batu.
Batu dapat dipecahkan secara mekanis atau dengan gelombang
ultrasonik, elektrohidrolik, atau sinar laser. Metode yang banyak
digunakan saat ini ekstracorporeal shock wafe lithotripsy (EWSL),
menggunakan gelombang kejut yang di alirkan melalui air dan di
pusatkan pada batu, tanpa adanya perlukaan pada kulit. Batu di
harapkan pecah menjadi ukuran kurang dari 2 mm dan keluar
bersama urine. Lokasi batu dipastikan dengan bantuan sinar
Rontgen atau ultrasonografi. Kontra indikasi dari ESWL
(kehamilan, perdarahan diatesis, ISK tidak terkontrol, obesitas,
aneurisma arteri di sekitar batu, obstruksi anatomi distal dari batu)
(Chris T, 2014)
Pencegahan bergantung pada komposisi batu :
1) Batu asam urat : pengaturan diet dan / atau pemberian
alopurinol 1 x 100 mg
2) Batu kalsium fosfat : lakukan pemeriksaan eksreksi
kalsium dalam urin dan nilai kalsium darah. Nilai yang
melebihi normal dapat menandakan etiologi primer,
seperti hiperparatiroidisme
3) Batu kalsium Oksalat : sumbernya dapat berasal dari
eksogen maupun endogen. Makanan yang banyak
mengandung oksalat adalah bayam, teh, kopi, dan coklat.
Selain itu, hiperkalsemia dan hiperlkalsiuria dapat
disebabkan penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme dan
kelebihan vitamin D (Chris T, 2014). Terdapat beberapa
zat yang dikenal mampu menghambat pembentukan batu.

7
Diantaranya ion magnesium (Mg), sitrat, protein Tamm
Horsfall (THP) atau uromukoid, dan glikosaminoglikan.
Ion magnesium ternyata dapat menghambat batu karena
jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam
oksalat sehingga oksalat yang akan berikatan dengan
kalsium menurun. Demikian pula sitrat jika berikatan
dengan ion kalsium (Ca) untuk membentuk kalsium sitrat,
sehingga jumlah kalsium oksalat akan menurun.
Penatalaksanaan dalam pengobatan batu ginjal berdasarkan jurnal tentang
pengaruh ekstrak seledri (apium graveolens L) terhadap kelarutan
kalsium pada batu ginjal oleh Maya Dewi, Sri Mulyani, Dkk (2016)
yaitu:
1. Kalsium yang terdapat dalam batu ginjal dapat dilarutkan dengan
kalium (Hutapea,1994).
2. Kalium akan berkompetisi dan memisahkan ikatan kalsium
dengan fosfat/ oksalat sehingga kalsium batu ginjal menjadi
terlarut (Suharjo & Cahyono, 2009). Kandungan kalium dari
seledri yang membuat batu ginjal berupa kalsium oksalat terurai,
karena kalium akan menyingkirkan kalsium dan bergabung
dengan senyawa kalsium oksalat, atau urat yang merupakan
pembentuk batu ginjal dengan membentuk senyawa garam yang
mudah larut dalam air, sehingga batu ginjal itu akan terlarut
secara perlahan-lahan dan ikut keluar bersama urine. Daya
melarutkan kalium terhadap endapan kalsium oksalat disebabkan
oleh letak kalium di dalam deret volta sebelum letak kalsium,
sehingga kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung
dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat dan senyawa kalsium
menjadi larut (Maharani dkk., 2012).
3. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim, seperti
piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam
proses metabolisme karbohidrat (Winarno, 1992).

8
Hasilnya : Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan kalsium
yaitu adanya kalium yang terkandung dalam ekstrak seledri. Ion-ion
kalium yang cukup tinggi, dapat menjaga keseimbangan elektrolit
pada ginjal. Kalium inilah yang membuat batu ginjal terurai, karena
kalium akan menyingkirkan kalsium dan bergabung dengan senyawa
kalsium fosfat yang merupakan pembentuk batu ginjal dengan
membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air, sehingga
batu ginjal itu akan terlarut secara perlahan-lahan dan ikut keluar
bersama urine dengan reaksi kimia sebagai berikut (Hidayati dalam
Dewi 2016).

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
1) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, dan lain-lain.
2) Riwayat Kesehatan atau adanya faktor resiko :
a. Perubahan metabolik atau diet
b. Imobilitas lama
c. Masukan cairan tak adekuat
d. Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing
(ISK) sebelumnya
e. Riwayat keluarga dengan pembentukan batu
3) Pemeriksaan fisik pada survey umum
a. Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan
nyeri pekak dan konstan.Batu ureteral
menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang
timbul yang berkurang setelah batu lewat.
b. Mual dan muntah serta kemungkinan diare

9
c. Perubahan warna urine atau pola berkemih,
Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat
bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan
nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan
cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi
saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat
kerusakan jaringan ginjal
2. Pengkajian fisik
Aktivitas/istirahat:
Gejala :
a. Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak
duduk
b. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
c. Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya
(cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)
Sirkulasi
Tanda:
a. Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
b. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
Eliminasi
Gejala:
a. Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
b. Penrunan volume urine
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih
Tanda:
a. Oliguria, hematuria, piouria
b. Perubahan pola berkemih
Makanan dan cairan
Gejala:
a. Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
b. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

10
c. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Nyeri dan kenyamanan
Gejala:
a. Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri
tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri
dangkal konstan)
Tanda:
a. Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
b. Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
Keamanan
Gejala:
a. Penggunaan alcohol
b. Demam/menggigil
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
a. Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis
b. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
c. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
3. Diagnosa
 Nyeri akut ( D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
 Retensi Urine (00023)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan (00002)
Domain 2 : Nutrisi

11
kelas 1 : makan
 Defisiensi Pengetahuan (00126)
Domain 5: persepsi/kognisi
Kelas 4: kognisi

12
No Dx Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan eliminasi urine (D NOC : NIC :
0040)  Keparahan gejala
Kategori : lingkungan  Kontinensia urine Observasi
Sub kategori : keamanan dan  Tinjau hasil pemeriksaan  Untuk mengidentifikasi
proteksi Kriteria Hasil : diagnostik lainnya (mis., adanya dan jenis
Setelah dilakukan intervensi uroflownetry; masalah eliminasi
Definisi : disfungsi eliminasi keperawatan selama …x24 jam sistometogram; residu pasca
urine diharapkan : berkemih, aliran tekanan,
 Klien tidak merasakan dan pengukuran tekanan
Gejala dan tanda mayor : desakan berkemih titik bocor;
Subjektif :  Urine klien menetes dalam videourodinamika;
1. Desakan berkemih batasan normal elektromiografi; pencitraan
(Urgensih) ginjal, ureter, dan kandung
2. Urine menetes kemih)
(dribbling)
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia Mandiri
5. Mengompol  Bantu meningkatkan  Untuk orang dewasa yang
6. Enuresis

13
eliminasi yang ritun (mis., utuh secara kognitif dan
Objektif : berkemih yang dijadwalkan, secara fisik mampu
1. Distensi kandung latihan kandung kemih, melakukan eliminasi
kemih berkemih singkat, melatih sendiri, latihan kandung
2. Berkemih tidak tuntas kembali kebiasaan kemih, berkemih yang
(hesitancy) berkemih) jika tepat. dijadwalkan, dan melatih
3. Volume residu urine kembali kebiasaan
meningkta berkemih mungkin
berguna. Akan tetapi,
Tanda dan gejala minor : latihan kembali kandung
Subjektif : kemih tidak
(tidak tersedia) direkomendasikan untuk
klien PBS.
Objektif :
(tidak tersedia)  minta klien untuk membuat  Membantu menentukan
catatan harian mengenai gejala dasar, keparahan
berkemih selama 3 hari sering berkemih/urgensi;
untuk mencatat asupan dan apakah diet
cairan, waktu berkemih, merupakan faktor

14
keluaran urin yang tepat, penyebab jika gejala
dan asupan diet. memburuk.

 Dorong kerabat yang  Klien mungkin malu


berpartisipasi dalam untuk mendiskusikan
perawatan rutin untuk gejala, dan pemberi
mengenali komplikasi asuhan perlu mewaspadai
(termasuk alergi terhadap perubahan yang
lateks) yang memerlukan memerlukan evaluasi dan
tindak lanjut medis. terapi

Health Education
 anjurkan asupan cairan  Mempertahankan
hingga 2.000-3.000 mL/hari fungsi ginjal, mencegah
(dalam toleransi jantung), infeksi dan
termasuk jus cranberry pembentukan batu
urine, menghindari
kerak disekitar kateter

15
menetap, atau mungkin
digunakan untuk
membilas alat diversi
urine.
 instrusikan klien wanita  Tindakan ini dapat
dengan infeksi saluran membatasi risiko
kemih untuk meminum infeksi atau
cairan dalam jumlah yang menghindari infeksi
banyak, berkemih segera berulang.
setelah senggama,
mengusap dari depan ke
belakang, menangani
infeksi vagina secara tepat,
dan menggunakan shower,
bukan berendam di bak
mandi jika tepat.

2 Ketidakseimbangan nutrisi : NOC NIC


kurang dari kebutuhan tubuh a. Status Nutrisi  Kolaborasi

16
(00002) b. Asupan nutrisi 1. Kaji program obat,dengan 1. Faktor ini dapat
Domain 2 : Nutrisi Setelah dilakukan tindakan mencatat kemungkinan efek mempengaruhi nafsu
kelas 1 : makan 1x24 jam didapatkan hasil samping atau interaksi makan,asupan makanan,atau
obat,alergi,penggunaan absorpsi
Definisi : asupan nutrisi tidak Status Nutrisi laksatif,diuretic.
cukup untuk memenuhi  Mandiri
kebutuhan metabolic kriteria hasil : 1. Gali kebiasaan makan 1. Mengidentifikasi praktik
Batasan karakteristik : 1. Klien dapat khusus,arti makanan bagi makanan yang buruk untuk
- Berat badan 20 % atau meningkatkan asupan klien(mis tidak pernah dikoreksi dan member
lebih dibawah rentang makanan sarapan,puasa untuk pemahaman tentang
berat badan ideal 2. Klien dapat mengendalikan berat intervensi diet yang
- Kurang minat pada meningkatkan asupan badan,tidak ada waktu untuk mungkin menarik bagi
makanan gizi makan dengan benar). klien
- Penurunan berat badan 3. Klien dapat
dengan asupan meningkatkan asupan
makanan adekuat cairan
4. Klien dapat
meningkatkan rasio  Observasi
berat badan/tinggi 1. Tinjau aktifitas yang biasa dan 1. Individu yang mengalami

17
badan program latihan dengan demensia dapat melangkah
memperhatikan aktifitas yang bolak balik atau dalam
Asupan nutrisi berulang(mis langkah yang gerakan konstan yang
Kriteria hasil : terus menerus)atau olahraga meningkatkan kebutuhan
1. Klien dapat yang tidak tepat energy.klien yang
meningkatkan asupan mengalami gangguan
karbohidrat makan,seperti
2. Klien dapat anorexia,dapat
meningkatkan asupan menggunakan aktifitas
vitamin obsesif seperti
3. Klien dapat mengendalikan berat
meningkatkan asupan badan.
mineral
4. Klien dapat
meningkatkan asupan
kalsium
Klien dapat meningkatkan
asupan natrium  Mandiri
1. Bantu dalam terapi guna 1. Untuk memperbaiki asupan

18
mengoreksi atau dan penggunaan zat gizi
mengendalikan faktor
penyebab yang mendasari.
 Kolaborasi
1. Beri obat untuk nyeri atau 1. Untuk meningkatkan
mual,dan atasi efek samping kenyamanan fisik dan nafsu
obat makan

 Kolaborasi
1. Konsultasi dengan tim 1. Untuk kebutuhan jangka
dukungan nutrisi/ahli diet jika panjang
diperlukan.
 Mandiri
1. Bantu klien atau kerabat untuk 1. Meningkatkan kemandirian
belajar bagaimana dalam perawatan diri dan
memblender makanan atau rasa beberapa tingkat
melakukan pemberian kendali dalam situasi yang
makanan melalu slang jika sulit
diindikasikan.

19
3 Nyeri Akut ( D.0077) NOC : NIC :
Kategori : Psikologis a. Kontrol nyeri  Observasi
Subkategori : Nyeri dan b. Tingkat nyeri 1. Observasi isyarat nonverbal 1. Bermanfaat dalam
kenyamanan (mis bagaimana klien mengenali adanya
Definisi : Pengalaman sensorik Setelah dilakukan tindakan berjalan,menahan nyeri,akan tetapi isyarat
atau emosional yang berkaitan 1x24 jam didapatkan hasil tubuh,perilaku berhati- yang tidak sesuai dengan
dengan kerusakan jaringan hati,tidak dapat laporan verbal
actual atau fungsional,dengan Kontrol nyeri tidur,Ekspresi wajah mengindikasikan
onset mendadak atau lambat menyeringai,perilaku kebutuhan untuk evaluasi
dan berintensitas ringan hingga Kriteria Hasil : distraksi,fokus lebih lanjut.
berat yang berlangsung kurang 1. Klien dapat menggunakan menyempit,menangis, Untuk
dari 3 bulan. analgesic yang mengidentifikasi perilaku
DS : direkomendasikan yang dapat mengindikasikan
1. Mengeluh nyeri 2. Klien dapat menggunakan nyeri pada individu yang
DO : tindakan pengurangan nyeri tidak dapat berkomunikasi
1. Tampak meringis tanpa analgesic secara verbal.
2. Gelisah 3. Klien dapat melaporkan

20
3. Bersikap proyektif peruahan terhadap gejala 2. Pantau TTV selama episode 2. Tekanan darah,frekuensi
(misalnya nyeri pada professional nyeri. pernapasan,dan frekuensi
waspada,posisi kesehatan jantung biasanya berubah
menghindari nyeri) 4. Klien dapat melaporkan pada nyeri akut.
4. Frekuensi nadi gejala nyeri yang tidak
meningkat terkontrol pada professional
Sulit tidur kesehatan  Mandiri
5. Klien dapat mengenali apa 1. Kaji persepsi klien mengenai 1. Persepsi klien dan ekspresi
yang nyeri,bersama dengan klien tentang nyeri
terkait dengan nyeri perilaku dan harapan budaya dipengaruhi oleh usia,tahap
6. Klien dapat melaporkan tentang nyeri perkembangan masalah
nyeri yang terkontrol yang mendasari yang
menyebabkan nyeri factor
Tingkat nyyeri kognitif,perilaku,dan
sosiokultural
Kriteria Hasil :  Kolaborasi
1. Klien dapat mengetahui 1. Tentukan obat (mis relaxsan 1. Yang mempengaruhi
skala nyeri yang dilaporkan otot skeletal,anti biotic,anti pilihan analgesik
2. Klien dapat menggosok depresan,anti

21
area yang terkena dampak koagulan),alcohol atau obat
3. Klien dapat menunjukan lain
ekspresi nyeri wajah
4. Klien mengalami  Mandiri
kehilangan nafsu makan 1. Kaji nyeri alih jika tepat. 1. Untuk membantu
5. Klien mengalami mual menentukan kemungkinan
kondisi yang mendasari
atau disfungsi organ yang
menyebabkan nyeri
dirasakan pada area selain
area yang bermasalah.

 Kolaborasi
1. Tetapkan pendekatan 1. Manajemen farmakologis
kolaboratif untuk manajemen berdasarkan sintomatologi
nyeri berdasarkan klien dan mekanisme nyeri

22
pemahaman klien dan dan toleransi terhadap nyeri
penerimaan pilihan terapi dan analgesik yang
yang tersedia. beragam.

 Mandiri
1. Beri informasi dan Perhatian utama sebagian besar
diskusikan manajemen nyeri klien/keluarga adalah nyeri dan
sebelum prosedur yang ketidaknyamanan setelah
direncanakan pembedahan atau prosedur
invasife
4 Defisiensi Pengetahuan Pengetahuan: managemen Pengajaran: prosedur/perawatan Pengajaran:
(00126) penyakit ginjal 1. Kaji pengalaman pasien prosedur/perawatan
Domain 5: persepsi/kognisi Setelah dilakukan tindakan sebelumnya dan tingkat 1. Untuk mengetahui riwayat
Kelas 4: kognisi keperawatan selama ….x24 jam pengetahuan pasien terkait kesehatan sebelumnya
Definisi: ketiadaan atau diharapakan Pengetahuan: tindakan yang akan dilakukan apakah pasien pernah di
defisiensi informasi kognitif managemen penyakit ginjal rawat dengan penyakit
yang berkaitan dengan topic pada klien dapat di atasi dengan yang di alami sekarang ini
tertentu Kriteria Hasil : 2. Kaji harapan pasien mengenai sehingganya perawat

23
Batasan karakteristik: Pengetahuan: managemen tindakan yang dilakukan dapat memberikan
a. Ketidakakuratan melakukan penyakit ginjal informasi yang tepat
tes a) Tanda dan gejala dalam mengatasi
b. Kurang pengetahuan penyakit ginjal (4) penyakitnya
c. Perilaku tidak tepat (mis., b) Faktor-faktor penyebab 3. Jelaskan tujuan tindakan yang 2. Agar perawat dapat
hysteria, bermusuhan, dan faktor yang akan dilakukan mengetahui harapan dari
agitasi, apatis) berkontribusi (4) pasien dalam
Faktor yang berhubungan: c) Faktor risiko untuk kesembuhannya sehingga
a. Gangguan fungsi kognitif komplikasi (4) perawat dapat
b. Kurang informasi d) Tanda dan gejala 4. Libatkan keluarga atau orang memberikan motivasi
c. Kurang minat untuk belajar komplikasi (4) terdekat jika memungkinkan untuk mendukung pasien
d. Kurang sumber e) Strategi mencegah 3. Supaya pasien merasa
pengetahuan komplikasi (4) nyaman dalam tindakan
f) Strategi untuk yang akan dilakukan
mengurangi risiko 5. Diskusikan pilihan – pilihan perawat dan pasien paham
perdarahan (4) tindakan yang memugkinkan akan hal-hal yang
g) Tindakan-tindakan dilakukan perawat serta
pencegahan (4) tidak menganggu privasi
h) Hubungan intake cairan Pengajaran persiapan obat – dari pasien

24
dan berat badan (4) obatan 4. Melibatkan keluarga
i) Pentingnya pemantauan 6. Instruksikan pasien untuk dalam memberikan
intake dan output (4) mengenali karakteristik khusus informasi sehingga ketika
j) Obat yang digunakan dari obat – obatan sesuai pasien tidak paham atau
untuk penyakit ginjal kebutuhan lupa keluarga pasien dapat
(4) mengingatkan pasien
k) Efek samp[ing obat (4) 7. Tinjau pengetahuan pasien 5. Pemilihan tindakan yang
l) Efek lanjut obat (4) mengenai obat – obatan tepat dalam memberikan
m) Potensi bahaya tindakan tentang penyakit
mengkonsumsi obat- yang dialami dapat
obatan non-resep (4) meningkatkan
n) Strategi mengatasi efek 8. Kenali pengetahuan pasien kesembuhan pasien
samping penyakit (4) mengenai obat – obatan Pengajaran persiapan obat –
o) Strategi untuk obatan
mengurangi mual (4) 6. Mengajarkan pasien untuk
Catatan: 9. Informasikan pasien mengenali obat-obatan
1 = tidak ada pengetahuan konsekuensi tidak memakai yang sesuai dengan
2 = pengetahuan terbatas obat atau menghentikan kebutuhannya sehingga
3 = pengetahuan sedang pemakaian obat secara tiba – tidak terjadi efek samping

25
4 = pengetahuan banyak tiba yang membuat kondisi
5 = pengetahuan sangat Pengajaran: Proses Penyakit pasien memburuk
banyak 10. Kaji tingkat pengetahuan pasien 7. Setelah menjelaskan
terkait dengan proses penyakit tentang obat-obatan yag
yang spesifik sesuai dengan kebutuhan
dari pasien mengkaji
kembali apakah pasien
11. Identifikasi perubahan kondisi memahami penjelasan dari
fisik pasien perawat
8. Untuk mengetahui
12. Identifikasi kemungkinan pengetahuan dari pasien
penyebab, sesuai kebutuhan jika ada pengetahuan dari
obat-obatan yang salah
13. Jelaskan mengenai proses perawat dapat
penyakit, sesuai kebutuhan memberikan penetahuan
yang benar
9. Sehingga pasien paham
jika ada efek samping
14. Jelaskan tanda dan gejala yang yang akan timbul jika

26
umum dari penyakit, sesuai obat-obatan dihentikan
kebutuhan secara tiba-tiba

15. Jelaskan komplikasi kronik Pengajaran: Proses Penyakit


yang mungkin ada, seusai 10. Sehingga perawat dapat
kebutuhan meluruskan pengetahuan
dari pasien yang keliru
mengenai penyakitnya.
Yaitu menjelaskan secara
16. Beri informasi kepada detail tentang perjalanan
keluarga/orang yang penting dan akibat dri batu ginjal.
bagi pasien mengenai 11. Mengetahui jika terdapat
perkembangan pasien, sesuai efek dari penyakit yang
kebutuhan menyebabkan terjadi
17. Edukasi pasien mengenai perubahan fisik pasien.
tindakan untuk mengontrol/ 12. Menjelaskan penyebab
meminimalkan gejala, sesuai dari penyakit yang terjadi
kebutuhan dan yang akan
memperparah penyakit

27
dari pasien
18. Diskusikan pilihan terapi/ 13. Memberikan proses dari
penanganan penyakit sehingga pasien
dapat memahami proses
Pengajaran: yang terjadi sehingga
Prosedur/Perawatan pasien tidak akan
19. Jelaskan pentingnya beberapa mengalami cemas yang
peralatan beserta fungsinya berlebihan
(misalnya, monitor) 14. Memberitahukan tanda
20. Jelaskan tujuan tindakan yang dan gejala yang akan
akan dilakukan muncul ketika penyakit
mulai parah sehingga
21. Beri tahu pasien pentingnya pasien dapat mengatasinya
pengukuran tanda vital tertentu secara tepat.
selama tindakan 15. Untuk memberikan
22. Informasikan pasien agar pasien pengetahuan komplikasi
ikut terlibat dalam proses yang akan terjadi jika
penyembuhannya membiarkan penyakitnya
sehingga pasien akan

28
sigap dalam mencegah
terjadinya komplikasi
pengajaran: perioperatif 16. Diberikan informasi ini
23. Kaji harapan pasien terkait sehingga keluarga dapat
pembedahannya membantu dalam proses
penyembuhan pasien dan
mencegah komplikasi
17. Meminimalkan gejala
yang akan timbul jika
pasien seperti mengalami
24. Berikan kesempatan pasien nyeri
untuk bertanya ringan,sedang,ataupun
hebat sehingga pasien
dapat dengan cepat
mengatasinya
25. Fasilitasi kecemasan pasien dan 18. Dalam terapi/ penanganan
keluarga terkait dengan yag tepat dalam mengatasi
kecemasannya penyakit yang terjadi saat
ini dalam kesembuhan

29
pasien
Pengajaran:
Prosedur/Perawatan
26. Jelaskan prosedur persiapan 19. Peranan penting peralatan
pre-operasi (misalnya jenis yang akan dilakukan
anestesi, diet yang sesuai, dalam pemberian asuhan
pengosongan saluran cerna, keperawatan pada pasien
pemeriksaan leb yang 20. Tujuan tindakan dan
dibutuhkan, persiapan area tujuan yang akan dicapai
operasi, terapi intravena, dalam prosedur yang akan
pakaian operasi, ruang tunggu dilakukan
keluarga, transportasi menuju 21. Pentingnya mengetahui
ruang operasi, dll) tanda vital pasien dalam
27. Jelaskan obat-obatan keadaan yang normal dan
preoperative yang diberikan, tidak akan mempengaruhi
efek yang akan ditimbulkan, kondisi pasien
dan alasan penggunaannya 22. Sehingga pasien tetap
28. Berikan umpan balik terhadap aktif dalam proses
kepercayaan pasien kepada penyembuhannya dan

30
semua pihak yang terlibat dalam membuat pasien merasa
proses operasi dibutuhkan dalam
membantu perawat untuk
29. Inforrmasikan pada pasien kesembuhannya
mengenai bagaimana caranya pengajaran: perioperatif
terlibat aktif dalam proses 23. Bila batu ginjal semakin
penyembuhan besar dan terjadi hematura
dan nyeri yang hebat
maka, perlu disarankan
untuk melakukan
penggunaan Gelombang
kejut atau pembedahan
dengan memberi informasi
terkait pembedahan
24. Hal ini agar mengurangi
rasa cemas pasien dengan
memberikan segala
macam jawaban dari
pertanyaan yang diberikan

31
pasien terkait penyakit
batu ginjal dan
perawatannya
25. Pasien yang akan
mengahadpi pembedahan
akan mengalami
kecemasan sehingga perlu
melakukan pendekatan
psiko untuk menenagkan
pasien dengan komunikasi
terapeutik serta bina
hubungan saling percaya
dengan pasien dan
keluarga
26. Yaitu berikan penjelasan
dan pemeriksaan lab dan
hasil yang keluar serta
persyaratan sebelum
melakukan oprasi pada

32
batu ginjal.

27. Untuk memberikan


pengetahuan terhadap efek
dari obat yang diberikan
sebelum melakukan oprasi
pada batu ginjal
28. Hal ini untuk memberika
kepercayaan pasien
terhada tenaga medis
dalam melakukan tindakan
oprasi untuk batu ginjal
sehingganya pasien akan
merasa tenang dan tidak
mudah cemas.

33
29. Yaitu berikan informasi
dalam menjaga kesehatan
dan menjaga makanan
serta kebersihan pasca
oprasi untuk mecegah
terjadinya resiko infeksi
dan edukasi seputar
tentang penyakit ginjal
5. Retensi Urine (00023) 1. Eliminasi urine Monitor cairan : Monitor cairan :
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor asupan dan 1. Hal ini agar mengetahui
Subkategori : Eliminasi keperawatan selama ….x24 pengeluaran makanan apa saja yang
Definis: Pengosongan kandung jam diharapakan eliminasi sering di konsumsi klien.
kemih tidak tuntas urine pada klien dapat di atasi Pada dasarnya salah satu
Batasan karakteristik: dengan Kriteria Hasil : penyebab batu ginjal ialah
1. Berkemih sedikit a) Pola eliminasi (4) konsumsi makanan yang
2. Disuria b) Bau urine (4) mengandung banyak
3. Distensi kandung kemih c) Jumlah urine (4) oksalat dan makanan yang
4. Menetes d) Warna urine (4) memicu timbulnya batu
5. Residu urine e) Kejernihan urine (4) 2. Monitor warna, kuantitas, dan ginjal sehingganya perlu

34
6. Sensasi kandung kemih f) Intake cairan (4) berat jenis urin dilakukan pemantauan
penuh g) Mengosongkan makanan
7. Sering berkemih kantong kemih 2. Agar mengetahui seberapa
Faktor yang berhubungan: sepenuhnya (4) parah penderita batu ginjal.
1. Sumbatan saluran h) Mengenali keinginan Melihat apakah urin klien
perkemihan untuk berkemih (4) berwarna keruh, keluar
Tekanan ureter tinggi i) Partikel-partikel urine sedikit atau menetes bahkan
terlihat (4) 3. Tentukan jumlah dan jenis terdapaturine berwarna
j) Darah terlihat dalam intake/asupan cairan serta kemerahan akibat terjadi
urine (4) kebiasaan eliminasi pendarahan dalam saluran
k) Nyeri saat kencing (4) kemih akibat batu.
l) Rasa terbakar saat Sehingga perawat dapat
berkemih (4) melakukan tindakan
m) Ragu untuk berkemih selanjutnya.
(4) 3. Untuk menyeimbangkan
n) Frekuensi berkemih (4) asupan cairan dalam tubuh
o) Keinginan mendesak 4. Catat dengan akurat asupan dan dan pengeluaran urin.
untuk berkemih (4) pengeluaran (misalnya asupan Karena pasien dengan batu
p) Retensi urine (4) oral, saluran air, muntah, ginjal susah buang air kecil

35
q) Nokturia (4) tabung dubur,air seni) sehingganya memberikan
Catatan: banyak cairan akibat klien
1 = sangat terganggu yang mungkin muntah
2 = banyak terganggu belum tepat. Karena itu
3 = cukup terganggu 5. Berikan agen farmakologis perlu menentukan jumlah
4 = sedikit terganggu untuk meningkatkan pemasukan cairan dalam
5 = tidak terganggu pengeluaran urin (kolaborasi) tubuh tergantung
catatan: pengeluaran urin klien.
1 = berat 4. Untuk mengetahui output
2 = cukup berat cairan. Agar mengetahui
3 = sedang seberapa banyak cairan
4 = ringan yang keluar atau sedikit
5 = tidak ada sehingga perawat dapat
2. Status kenyamanan fisik melakukan intervensi
Setelah dilakukan tindakan selanjutnya dalam
keperawatan selama ….x24 menangani kondisi pasien
jam diharapakan status 6. Konsultasikan kedokter jika untuk menvegah adanya hal
kenyamanan fisik pada klien pengeluaran urin kurang dari 0,5 yang lebih buruk.
dapat di atasi dengan Kriteria ml/kg/ per jam atau asupan 5. Yaitu pemberian diuretik

36
Hasil : cairan orang dewasa kurang dari untuk pasien. Biasanya
a) Kontrol terhadap gejala 2000 dalam 24 jam diuretik yang diberikan
(4) adalah golongan lemah
b) Relaksasi otot (4) yaitu golongan tiazid. Obat
c) Baju yang nyaman (4) ini berfungsi untuk
d) Suhu tubuh (4) meningkatkan reabsorbsi
e) Mual (4) kalsium di nefron,
f) Muntah (4) Manajemen cairan : mencegah pembentukan
Catatan: 7. Monitor tanda – tanda vital berlanjut batu dengan
1 = sangat terganggu klien mengurangi jumlah kalsium
2 = banyak terganggu di urin. Diuretik juga
3 = cukup terganggu meningkatkan ekskresi
4 = sedikit terganggu natrium, dan sejumlah air
5 = tidak terganggu dengan menghambat
catatan: reabsorsinya untuk
1 = berat 8. Berikan terapi IV seperti yang meningkatkan frekuensi
2 = cukup berat ditentukan pengeluaran urin.
3 = sedang 6. Penderita batu ginjal pasti
4 = ringan mengalami gangguan

37
5 = tidak ada perkemihan. Salah satunya
3. Tingkat nyeri 9. Berikan cairan dengan tepat ialah kencing yang keluar
Setelah dilakukan tindakan sedikit atau menete.
keperawatan selama ….x24 Normalnya pengeluaran
jam diharapakan tingkat nyeri urin per jam ialah 0.5-1 cc
pada klien dapat di atasi dalam 24 jam sehingga bila
dengan Kriteria Hasil : terdapat pengeluaran
a) Nyeri yag dilaporkan kurang dari normal maka,
(4) perlu konsultasi dengan
b) Ekspresi nyeri wajah dokter dalam pemberian
(4) penanganan obat atau
c) Tidak bisa beristirahat penanganan medis lainnya.
(4) 10. Jaga intake/asupan yang akurat Manajemen cairan :
d) Mengeluarkan keringat dan catat output pasien 7. Pada beberapa kasus, batu
(4) ginjal dapat menyebabkan
e) Berkeringat berlebihan perubahan peningkatan
(4) tanda vital misalnya pada
f) Berkeringat (4) 11. Dukung pasien dan keluarga jantung atau hipertensi
Catatan: untuk membantu dalam sehingga memantau TTV,

38
1 = berat pemberian makan dengan baik perawat dapat mengetahui
2 = cukup berat perubahan padan fisiologis
3 = sedang tubuh
4 = ringan 8. Terapi IV diperlukan
5 = tidak ada terlebih bila klien
catatan: mengalami mual dan
1 = deviasi berat dari muntah sehingga
kisaran normal Perawatan retensi urin diperlukannya asupan
2 = deviasi yang cukup 12. Monitor derajat distensi cairan elektrolit yang
Cukup berat dari kisaran kandung kemih dengan palpasi berfungsi untuk menjaga
normal dan perkusi keseimbangan cairan tubuh.
3 = deviasi sedang dari 9. Berikan asupan yang cukup
kisaran normal dan tergantung seberapa
4 = deviasi ringan dari 13. Lakukan pengkajian parah urin yang dikeluarkan
kisaran normal komperhensif system klien, apakah banyak atau
5 = tidak ada deviasi dari perkemihan fokus terhadap sedikit sehingganya perawat
kisaran normal inkontinensia (misalnya urin dapat dengan bijak
output, pola berkemih fungsi memberkan asupan cairan
kongnitif, masalah saluran dengan tepat agar tidak

39
perkemihan sebelumnya) menambah kondisi buruk
akibat susah berkemih yang
dimana urin masih banyak
berada dalam tubuh. Atau
berikan batasan asupan
cairan terhadap klien
14. Stimulasi reflek kandung kemih dengan batu ginjal
dengan membasahi abdomen 10. Catat setiap urin yang
dengan air dingin, memberikan keluar, sehingga perawat
sentuhan pada paha bagian dapat mengetahui seberapa
dalam atau air yang mengalir sedikit cairan yang keluar
akibat penyakit batu ginjal
dan segera melakukan
penanganan selanjutnya
11. Pada penderita batu
ginjal, ada makanan yang
tidak boleh dikonsumsi
15. Anjurkan pasien dan keluarga karena akan memperburuk
untuk mencatat urin output kondisi batu. Sehingganya

40
sesuai kebutuhan perawat harus bijak
memberikan penjelasan
kepada keluarga agar
16. Rujuk pada spesialis memodifikasi makanan
perkemihan sesuai kebutuhan yang bergizi untuk
penderita batu ginjal seperti
kacang merah, buah buahan
yang mengandung
magnesium, sitrat dan serat
untuk menurunkan kadar
asam urin. Potasium yang
mampu membantu
membuang racun yang
terdapat pada oatmeal.
Perawatan retensi urin
12. Untuk mengetahui
apakah terdapat isi kandung
kemih yang besar (distensi)
dan mengetahui apakah

41
terdapat cairan yang banyak
dalam kandung kemih.
13. Memantau pola
berkemih klien seperti pada
pnderita batu ginjal pola
buang air kecil ialah sering
karena urin yang keluar
sedikit sedangkan klien
merasakan kandung
kemihnya penuh dan
keinginan kencing yang
terus menerus. Selanjutnya
melihat output urin dari
warna mulai dari keruh
hingga kemerahan, sedikit
atau banyak dan apakah
terdapat rasa sakit saat
berkemih.
14. Karena otak memproses

42
atau menstimulus sesuatu
yang di dengar atau di
rasakan. Air dingin dapat
menyebabkan vasokontriksi
sehingga volume darah
tidak seimbang.
Dikarenakan tidak
seimbang maka ginjal akan
memompa air dan
mengalirkannya kekandung
kemih. Air yang mengalir
dan sentuhan paha juga
memberikan stimulus klien
akan ingin berkemih.
15. Untuk mengetahui
volume urin yang keluar,
bila kurang dari normal
yaitu 0.5 atau sangat
kurang, maka keluarga

43
wajib melapor pada tenagan
medis atau perawat
16. Bila urin keluar hanya
menetes dan kemerahan
maka, rujuk klien pada
spesialis berkemih guna
melakukan tindakan
selanjutnya. Misalnya foto
rontgen dan melakukan
oprasi sinar laser untuk
mengatasi batu ginjal.

44
45
DAFTAR PUSTAKA

Irianto.Koes.2014.Anatomi dan Fisiologi.Penerbit Alfabet,Bandung

Dosen keperawatan medical bedah.2017.Rencana Asuhan Keperawatan Medical


Bedah.Buku Kedokteran EGC, Jakarta

https://www.slideshare.net/septianraha/penyimpangan-kdm-batu-ginjal

Doenges.MarilinnE.2015.Manual Diagnose Keperawatan. Buku Kedokteran EGC,


Jakarta

46

Anda mungkin juga menyukai