Uas Gerontik
Uas Gerontik
S DENGAN
GANGGUAN POLA TIDUR DI WISMA (G) BPSTW UNIT BUDHI
LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
TRI HARDIANSYAH
1810206062
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 89 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Yogyakarta
Status perkawinan : Cerai mati
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Tanggal masuk : 04-10-08
2. Status kesehatan saat ini
Tn. S mengatakan susah tidur dan jarang tidur, sering terbangun tengah malam dan
5. Tinjauan sistem
Keadaan Umum Composmetis
Sistem hemopietik Tidak ada tanda-tanda memar dan wajah tidak tampak
pucat
Kepala Rambut hitam putih, kulit kepala dan area wajah terdapat
bekas luka gatal.
Mulut dan Teng-gorokan Sudah tidak memiliki gigi, tidak ada bau mulut
Sistem gastrointestinal Pola makan 3 kali sehari dengan lauk dan sayuran yang
telah disediakan, frekuensi BAB lancar. Setiap pagi
bangun tidur
Sistem perkemihan BAK lancar minimal 3-4 kali sehari dan tidak ada keluhan
nyeri saat BAK
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban
“Ya”
2) Pertanyaan tahap 2
a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan? Tidak
b) Ada masalah / banyak pikiran? Tidak
c) Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain? Tidak
d) Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter? Tidak
e) Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari 1 atau sama dengan satu jawaban “Ya” masalah emosional positif.
dari beberapa pertanyaan yang dipertanyakan pada saat pengkajian ada jawaban
“Ya” sehingga dapat disimpulkan Tn. S Masalah Emosional negatif.
c. Spiritual
Tn. S selalu melaksanakan sholat 5 waktu tetapi jarang berjama’ah di Mushola
PSTW budi luhur.
7. Pengkajian Fungsional Klien
a. KATZ Indeks
Termasuk kategori yang manakah klien?
1) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi
ketoilet, berpindah dan mandi.
2) Mandiri semuanya kecuali satu fungsi saja.
3) Mandiri, kecuali mencuci pakaian.
Dari hasil observasi dan wawancara, Tn. S termasuk dalam kategori 1 yakni
mandiri.
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 5 10 Frekuensi: 3x
Jumlah: sedikit
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 5 10 Frekuensi: 6-8 kali sehari
Jumlah: secangkir kecil
Jenis: air putih dan teh
3 Berpindah dari 5-10 15
satu tempat
ketempat lain
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi: 3x
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi).
5 Keluar masuk 5 10 Frekuensi: 2-3 kali
toilet ( mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
meyiram)
6 Mandi 5 15 3X1
7 Jalan 0 5 Setiap ingin melakukan
dipermukaan sesuatu misalnya mengambil
datar minum atau ke kamar mandi.
8 Naik turun 5 10
tangga
9 Mengenakan 5 10
pakaian
10 Kontrol Bowel 5 10 Frekueensi: 1x setiap pagi
Konsistensi: -
(BAB)
11 Kontrol Bladder 5 10 Frekuensi: 3-5 kali sehari
Warna: kuning
(BAK)
12 Olah raga/ 5 0 Tn. A tidak ikut senam setiap
latihan pagi di PSTW budi luhur
13 Rekreasi/ 5 10 Jenis: hanya duduk saja
pemanfaatan kadang mengobrol dengan
waktu luang teman yang berada di PSTW
Budi luhur.
Keterangan:
a) 130 : mandiri
b) 65-125 : ketergantungan sebagian
c) 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor 120 yang termasuk dalam kategori mandiri.
8. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Status
Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah
No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Interpretasi hasil:
a) Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c) Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d) Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu Benar semua sehingga dapat
disimpulkan Tn. S mengalami fungsi intelektual utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)
1. Orientasi
2. Registrasi
3. Perhatian
4. Kalkulasi
5. Mengingat kembali
6. Bahasa
Dari hasil pengkajian Aspek kognitif dari fungsi mental Tn. S mendapat skor 25
(>23) jadi dapat disimpulkan Tn. S terdapat fungsi mental baik.
1. Tidak 9. Ya
2. Ya 10. Ya
3. Ya 11. Tidak
4. Ya 12. Ya
5. Tidak 13. Tidak
6. Ya 14. Ya
7. Tidak 15. Ya
8. Ya
Skor:
5-9: kemungkinan depresi
10 atau lebih depresi
Dari hasil pengkajian depresi geriatrik Tn. S tidak mengalami depresi.
10. Pengkajian resiko jatuh
Terdapat beberapa cara untuk menilai resiko jatuh pada lansia, antara lain :
a. Postural hipotensi
Ukur tekanan darah lansia dalam 3 posisi, yaitu :
Tidur : 100/70 mmHg
Duduk : 100/70 mmHg
Berdiri : 100/70 mmHg
Bila terdapat perbedaan tekanan darah lebih atau sama dengan 20 mmHg, maka
yang dikatakan memiliki resiko jatuh.
Catatan : jarak pengukuran antar posisi kurang lebih 5-10 menit.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tn. S tidak mengalami resiko jatuh.
b. Fungional reach test (FR Test)
Mintalah lansia untuk berdiri di tembok
Mintailah lansia untuk mencondongkan badanya kedepan tanpa melangkahkan
kakinya
Ukur jarak condong antara tembok dengan punggung lansia, dan biarkan
kecondongan terjadi selama 1-2 menit
Hasil pengukuran Fungional reach test (FR Test) adalah > 6inc maka lansia
dikatakan tidak memiliki resiko jatuh
c. The timep up and Go (TUG test ).
1. Mintalah lansia berdiri dari kursi dan berjalan 10 langkah ke depan, kembali
ke kursi semula, mengangkat 1 kaki setinggi langkah, dan kembali duduk di
kursi.
2. Ukur waktu dalam detik, jika:
< 10 detik =mobilitas bebas
<20 detik =mostly independent
20-29 detik =varable mobiliti
>30detik = gangguan mobilitas
Dari pengukuran diatas durasi waktu yang dibutuhkan Tn. S untuk melakukan
The timep up and Go (TUG test ) adalah 19 detik maka dapat dikatatakn
bahwa Tn. S mostly independent.
ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS: Kurang kontrol Gangguan pola
- Tn. S sering tiba-tiba bangun pada
tidur tidur
malam hari karena ingin BAK yang
menyebabkan Tn. S kesulitan untuk
tidur kembali.
- Tn. S mengatakan kadang tidur jam
20.00 wib terbangun jam 21.00 wib dan
tidak bisa tidur lagi.
- Tn. S mengatakan sering tidur jam 24.00
wib terbangun jam 03.00 wib dan tidak
bisa tidur lagi.
- Tn. S mengatakan juga biasanya jam
03.00 sudah bangun dan tidak bisa tidur
kembali.
- Tn. S mengtakan tidur malam paling
cepat jam 23.00 WIB.
- Tn. S tidak pernah tidur siang karena
sulit untuk tidur siang.
- Tn. S mengatakan tidak bisa memulai
tidur. Terganggu dengan teman-
temannya setiap tidur siang, saat bangun
dari tidur badan terasa lemas, pusing.
DO:
Pasien tampak lesu dan tidak terlihat
bersemangat setiap kali bangun tidur.
TD: 100/70 mmHg, Nadi: 88x/menit, RR :
28x/menit.
2 Ds: kurangnya Defisiensi
pengetahuan pengetahuan
- Tn. S mengatakan belum mengetahui tentang cara
penjelasan mengenai apa itu relaksasi mengatasi
benson dan senam progresif gangguan tidur
Pukul :
Pukul :
Pukul:
1) Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta membuat
kepalan ini semakin kuat (gambar 2), sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik.
Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami. Prosedur serupa juga
dilatihkan pada tangan kanan.
2) Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan
sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit (gambar 2).
3) Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot besar
yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat gambar 3). Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua
kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
12) Gerakan berikutnya adalah gerakan keduabelas, dilakukan untuk melemaskan otototot
dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-
paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan
dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang
lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan rileks.
13) Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih otot-otot
perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian
menahannya sampai perut menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas,
kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 14 dan 15
adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan secara berurutan.
14) Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara
meluruskan kedua belah telapak kaki (lihat gambar delapan) sehingga otot paha terasa
tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar delapan),
sedemikian sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi
otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya.
Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
DAFTAR PUSTAKA