Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT TUBERCULOSIS DITINJAU DARI PERILAKU,KEBIASAAN DAN

LINGKUNGAN HIDUP MASYARAKAT

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Program Studi Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Disusun oleh

KHALIZA CITA KRESNANDA

22010110130170

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Penyakit
Tuberculosis Ditinjau dari Perilaku,Kebiasaan dan Lingkungan Hidup Masyarakat”. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Program Studi Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan,dukungan serta bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ibu dosen Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) Program Studi Pendidikan Sarjana
Fakultas Kedokteran.
2. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan serta informasi yang sangat membantu
penulis dalam penyusunan makalah ini.
3. Seluruh teman-teman yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Semarang, 27 November 2011

Khaliza Cita Kresnanda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di
wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dewasa ini, sesuai perkembangan zaman penyakit Tuberculosis semakin berkembang di dunia internasional .
Indonesia sendiri masuk dalam lima besar negara dengan penderita TBC terbesar.

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Microbacterium
Tuberculosis (TBC). Sebagian besar kuman TBCmenyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya. Kuman TBC ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut juga sebagai basil tahan asam (BTA). KumanTBC cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.

Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status
kesehatan penghuninya (Notoatmojo, 2003).Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam penyebaran kuman tuberculosis. Kuman tuberculosis dapat hidup selama 1-2 jam bahkan
sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang baik, kelembaban, suhu rumah, dan kepadatan penghuni rumah.

1.2 Tujuan

1.2.1 Memenuhi tugas sosial budaya program studi sarjana fakultas kedokteran.
1.2.2 Mengetahui penyakit Tuberculosis secara umum dan bagaimana cara mencegahnya.
1.2.3 Mengetahui hubungan perilaku dan penyakit.

1.3 Manfaat

Dalam penulisan ini diharapkan agar masyarakat pada umumnya mengetahui lebih jauh tentang
Tuberculosis (TBC) serta menyadari faktor risiko penyakit ini sehingga dapat melakukan tindakan
pencegahan selanjutnya.

1.4 Rumusan Masalah


TB paru disebabkan karena adanya infeksi kuman Microbacterium Tuberculosis (TBC) yang
kemudian diperparah dengan faktor lingkugan yang tidak mendukung seperti kelembaban, ventilasi, kepadatan
hunian dan lain-lain. Kemudian kebiasaan merokok juga akan memperparah infeksi Microbacterium
Tuberculosis (TBC). Berdasarkan kondisi tersebut maka muncul suatu permasalahan yaitu bagaimana
hubungan lingkungan dengan kejadian TB paru .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUBERCULOSIS
2.1.1 Definisi Tuberculosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
pernafasan ke dalam paru-paru.Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh
lain, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui saluran nafas (broncus) atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TBC dapat merusak paru-paru atau bagian tubuh lain dan
mengakibatkan penyakit parah lainnya.

2.1.2 Etiologi Tuberculosis

Adalah kuman mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang. Kuman ini tahan
asam dan juga tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman ini dapat bersifat dormant, artinya
dapat bangkit kembali dan aktif lagi.

Menurut Heinz (1993) dikutip dari Ikue dkk (2007) penyebab terjadinya penyakit tuberkulosis adalah basil
tuberkulosis yang termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae
dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis .Mycobacterium tuberculosa menyebabkan sejumlah penyakit
berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Masih terdapat Mycobacterium patogen
lainnya,misalnya Mycobacterium leprae,Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang
dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan.

2.1.3 Gejala-gejala Tuberculosis

Menurut dr. Yoanes tahun 2008 untuk penyakit TBC paru, gejala-gejalamuncul dapat dibedakan pada orang dewasa
dan anak-anak.
1. Gejala pada orang dewasaa

 Batuk terus-menerus dengan dahak selama tiga minggu atau lebih


 Kadang-kadang dahak yang keluar bercampur dengan dahak
 Sesak napas dan rasa nyeri di dada

 Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun


 Berkeringat malam walau tanpa aktifitas
 Demam meriang (demam ringan) labih dari sebulan2.

2. Gejala pada anak-anak


 Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
 Berat badan anak tidak bertambah (anak kecil/kurus terus)
 Tidak ada nafsu makan
 Demam lama dan berulang
 Muncul benjolan di daerah leher, ketiak, dan lipat paha
 Batuk lama lebih dari dua bulan dan nyeri dada
 Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare biasa.

Sedangkan menurut Ratna tahun 2010 gejala awal TBC paru yakni penderita merasakan tidak
sehat atau batuk. Pada pagi hari, batuk disertai sedikit dahak berwarna hijau atau kuning. Jumlah dahak
biasanya akan bertambah banyak, sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada akhirnya, dahak
akan berwarna kemerahan karena mengandung darah. Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara
(pneumotoraks) atau cairan (efusi pleura) di dalam rongga pleura.Sekitar sepertiga infeksi ditemukan
dalam bentuk efusi pleura.Pada infeksi tuberculosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke
dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan tubuh alami bisa
mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri akan menjadi dorman.

Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung bronchial dan
menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke
saluran getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar
getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah

2.1.4 Faktor Risiko dan Penularan Tuberculosis

2.1.4.1 Faktor-faktor penyebab terjadinya Tuberculosis adalah sebagai berikut :

 TBC dapat menyerang semua umur


 Daya tahan tubuh yang rendah
 Adanya infeki HIV/AIDS
 Malnutrisi (gizi buruk)
 Kurangnya tingkat kesadaran
 Kebiasaan merokok dapat menjadi salah satu faktor yang dapat memperparah TB paru.

2.1.4.2 Cara penularan Tuberculosis

Sumber penularan ada pada pasien TB dengan BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
dapat sebarkan bentuk percikan dahak sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi di
ruang, dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
TBC menular lalui udara bila orang yang bawa TBC dalam paru-paru atau tenggorokan batuk,
bersin atau berbicara, lalu kuman dilepaskan ke udara,bila orang hirup kuman ini sehingga mereka
mungkin terinfeksi. Kebanyakan orang mendapatkan kuman TB dari orang yang sering dekat dengan
mereka, seperti anggota keluarga,teman atau rekan sekerja.
TBC tidak menular melalui barang dan peralatan rumah, misalnya sendok garpu, piring, gelas,
seprai, pakaian atau telepon, jadi barang dan peralatan baru untuk kegunaan sendiri tidak diperlukan.

2.2 KESEHATAN

‘Kesehatan’ adalah salah satu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan
artinya, faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan, dan penyakit.
Meskipun begitu, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi kesehatan apapun harus mengandung
paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural.

Pada tahun 1947 ‘World Health Organization’ mencoba untuk menggambarkan kesehatan secara
luas tidak hanya meliputi (ketidakadanya) aspek medis tetapi juga aspek mental dan social. ‘Kesehatan’
diartikan sebagai:

“… keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental(rohani) dan social, dan bukan hanya suatu keadaan
yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan…”

Pengertian yang komprehensif ini, walaupun masih samar-samar, tampaknya diterima secara
umum dan mengarahkan penelitian-penelitian, intervensi dan pengembangan sistem perawatan kesehatan.
Secaraharafiah, konsep ini adalah suatu ‘idealisasi’ yang tidak menganggap bahwa tidak tercapainya
kesejahteraan yang sementara merupakan kekuatan yang mendorong perilaku manusia dalam kehidupan
yang normal. Konsep inikurang memandang kesehatan sebagai suatu proses yang tidak memiliki
kesamaan dengan komponen khusus kesehatan. Meskipun demikian dengan merubah focus terhadap
aspek positif kesehatan dan memperluas lingkup dimensionalnya.

Evolusi-evolusi di dalam disiplin ilmu yang berhubungan dengan kesehatan. Dengan adanya
krisis yang sedang berkembang di dalam sistem perawatan kesehatan, dan kesimpulan bahwa penyebab
utama kematian ialah penyakit kronis yang terkait dengan gaya hidup, penelitian yang lebih serius tentang
hubungan yang erat antara kesehatan dan perilaku yang telah dilakukan.

Dari pandangan medis ini, ditemukanlah dasar-dasar bidang ‘behavioral medicine’. Istilah
‘behavioral medicine ‘ ini pertama kali digunakan oleh birk, pada tahun 1973, yang mendefinisikan
‘biofeedback’ sebagai pendekatan didasarkan atas teori belajar untuk pengobatan gangguan medis pada
pertemuan para ahli biomedis dan prilaku, yang menjelaskan bahwa adanyaperan penting dari peran
aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang
mengintegrasikan riset dan praktek prilaku di dalam perawatan medis.

Khusus bagi anak-anak yang sakit kronis dan /dirawat di rumah sakit lebih banyak pengetahuan
tentang konsep, sikap dan keyakinan mereka itu penting. Konsep-konsep mereka yang salah tentang
proses penyakit dan efek pada pada badan, mungkin mengurangi keinginan mereka untuk menerima
pengobatan yang diharuskan. Informasi yang lebih banyak dan lebih baik , seharusnya mengacu ke
persiapan yang lebih baik bagi anak muda yang sakit.

1. Body knowledge
Melukiskan perubahan kognitif pada anak dalam proses memahami badan, pengetahuan dan sikap
sikap terhadap badan, hal ini penting dengan berbagai macam alasan.
a. Pendidikan kesehatan yang efektif tergantung pada pengetahuan anatomi dan fisiologi secara
tepat
b. Komunikasi dengan anak-anak yang menderita sakit kronis, keterangan tentang penyakit,
pengobatannya serta konsekwensinya seharusnya sesuai dengan kognitif anak.
2. Konsep penyakit dan kesakitan
Pendekatan-pendekatan sosiologis memusatkan pada faktor-faktor social dan budaya,
danmenekankan pengaruh kuat proses sosialisasi umum pada keyakinan kesehatan anak dan
perilaku peran sakit.

Kesehatan dan faktor resiko semasa kanak-kanak

Faktor resiko ditinjau dari

A. Lingkungan
a. Malnutrisi merupakan problem yang serius di dunia dan Indonesia
b. Kemiskinan di daerah perkotaan
c. Bahaya lingkungan dan stress
d. Faktor-faktor sekolah: studi-studi menunjukan bahwa sekolah-sekolah berbeda dalam
kapasitas mereka untuk meningkatkan dan menghambat perkembangan psikososial yang
sehat.

B. Keluarga
a. Hubungan keluarga yang tidak harmonis
b. Perpecahan dalam keluarga: perceraian orang tua , adopsi, kematian orang tua,
merupakan satu dari faktor resiko untuk perkembangan anak-anak yang paling banyak
ditemukan dalam literature
c. Kesakitan mental pada salah satu atau kedua orang tua
d. Perawatan keluarga atau pola asuh yang tidak tepat
e. Kelahiran saudara kandung.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Observasi

 Nama : Bambang Syaefudin


 Umur : 31 tahun
 Jenis Kelamin : Pria
 Status Perkawinan : Sudah kawin
 Alamat : Pucang Gading IV Semarang
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Jawa
 Pendidikan : Lulusan SMP
 Pekerjaan : Kondektur bis

Perilaku seseorang sangat berpengaruh terhadap suatu penyakit yang di derita oleh seorang
pasien, dalam kasus ini seorang pria dengan berat badan yang kurang dari normal, sering mengalami
keluhan seperti sulit bernapas dan sering batuk, hal tersebut di rasakan kurang lebih sejak dua tahun yang
lalu. Pasien ini mengaku selama sebelas tahun ,tiap harinya selalu mengonsumsi beberapa batang rokok.
Kebiasaan ini sulit diubah dikarenakan lingkungan tempat ia tinggal telah terbiasa dengan asap rokok.
Batuk-batuk yang dialami oleh pasien tersebut dirasakan dapat mengganggu aktifitas kerjanya sebagai
kondektur bis. Kurang lebih satu tahun yang lalu, pria tersebut pernah datang ke klinik dokter untuk
menjalani pengobatan . Dokter di klinik tersebut mendiagnosa pasien menderita TBC paru dan
menyarankan untuk menjalani beberapa tes untuk membantu dokter dalam diagnosa lanjutan . Namun
pasien pun tidak pernah kembali lagi karena keadaan ekonomi keluarga pasien yang kurang cukup.
Karena faktor ekonomi yang kurang memadai inilah pasien dalam mengonsumsi makanan tiap harinya
hanya makanan seadanya bukan empat sehat lima sempurna.
Aspek biologis Berdasarkan hasil wawancara biologis yang dilakukan terhadap pasien
didapatkan data bahwa dalam keluarga pasien ada yang memiliki riwayat TBC paru. Fungsi psikologis
Pasien saat ini telah bekerja. Hubungan pasien dengan teman-teman,keluarga,dan orangtuanya
baik.Pasien adalah tipe orang yang terbuka dan cenderung menceritakan setiap masalahnya terhadap
keluarga dan orangtuanya, namun terkadang takut dimarahi ketika penyakitnya kambuh, sehingga saat
kambuh pasien ini hanya diam. Karena menurut pasien apabila penyakitnya kambuh,pasien harus berobat
dan pasien ini tidak ingin merepotkan istri dan orangtuanya. Fungsi Ekonomi Pasien adalah seorang
kondektur bis sedangkan orangtuanya pedagang di pasar. Keadaan ekonomi keluarga pasien kurang
memadai, oleh karena itu pasien enggan untuk melakukan pengobatan lebih lanjut. Fungsi Religius
Pasien beragama Islam, dan selalu menjalankan ibadah dengan baik setiap harinya dan selalu pergi
mengaji setiap sore. Fungsi Sosial Budaya, Pasien bersosialisasi baik dengan keluarga, lingkungan
maupun masyarakat sekitar. Walaupun kondisi keluarga pasien kurang memadai , namun pasien ini tidak
memiliki asuransi kesehatan. Kemungkinan ini dikarenakan kurangnya pemahaman pasien akan haknya
tentang asuransi kesehatan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pada dasarnya penyakit Tuberculosis dapat disembuhkan tergantung dari penanganan dan
kesungguhan pasien dalam mendapatkan kesembuhan tersebut. Pada keadaan yang dialami pasien ini,
faktor lingkungan dan kebiasaan memegang peranan penting dalam mempengaruhi penyakitnya tersebut
seperti kebiasaan merokok selama bertahun-tahun yang didorong dengan kebiasaan lingkungan yang
terbiasa dengan merokok dan asap rokok. Fungsi keluarga di sini juga memegang peranan penting dalam
membantu pasien untuk mendapatkan kesembuhannya. Misalnya dengan membantu memproses
pembuatan asuransi kesehatan .

4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan kepada pasien yaitu
 Menghindari paparan asap yang terlalu banyak.
 Menghentikan kebiasaan merokok , karena merokok merupakan salah satu faktor yang dapat
memperberat penyakit TBC paru.
 Mengonsumsi makanan yang sehat, bukan berarti mahal dan berlebihan.
 Rutin kontrol ke dokter ahli atau ke rumah sakit.
 Rajin beribadah sesuai kepercayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Bart Smet. Psikologi Kesehatan.Jakarta: Gramedia widiasarana Indonesia

Notoatmodjo S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Depok: Program
Studi IKM Kekhususan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
PDPI.2006.Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.Jakarta:Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia

Anda mungkin juga menyukai