Anda di halaman 1dari 65

Tim Penyusun:

Kartika Sari, S.Si., M.Sc.


Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si.
Dra. Ni Made Puspawati, M.Phil., Ph.D.

UNIVERSITAS UDAYANA
2015
BEBERAPA METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
DAN PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

Tim Penyusun:
Kartika Sari, S.Si., M.Sc.
Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si.
Dra. Ni Made Puspawati, M.Phil., Ph.D.

Disajikan dalam Rangka Program “Iptek bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Guru Sekolah
Dasar di Desa Bugbug, Karangasem: Pendampingan dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas), Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015

UNIVERSITAS UDAYANA
2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penyusun panjatkan, karena
perkenan-Nya modul pelatihan dan pendampingan dalam rangka pelaksanaan
“Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Guru Sekolah Dasar di Desa
Bugbug, Karangasem: Pendampingan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah” dapat diselesaikan.
Bab I dan II dari modul ini merupakan hasil terjemahan dari buku “How To
Design And Evaluate Research In Education” oleh Jack. R Fraenkel and Norman E.
Wallen. Seventh Edition Tahun 2008, The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221
Avenue of the Americas, New York, yang sebagian diambil dari Part 4 dan Part 5.
Modul ini disusun dengan mengacu pada pertimbangan hal-hal yang sekiranya
penting untuk diketahui oleh guru. Uraian dalam modul ini sebagian besar
membahas tentang metode penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh guru selain
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Bagian lampiran dari modul ini menyajikan materi: (1) Pedoman Penulisan
Karya Tulis Ilmiah; (2) Daftar Jurnal Terakreditasi Periode I tahun 2012; (3) Daftar
Jurnal Terakreditasi Periode II tahun 2012; dan (4) Daftar Jurnal Terakreditasi
Periode I tahun 2013; dengan harapan dapat menjadi panduan dan sumber informasi
bagi guru dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Modul ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari berbagai
pihak diterima dengan senang hati, demi perbaikan dimasa mendatang.

Denpasar, Juli 2015

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi

BAB I. METODE PENELITIAN KUANTITATIF ............................................... 1

BAB II. METODE PENELITIAN KUALITATIF .................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penelitian Kuantitatif vs Penelitian Kualitatif ...................................... 24


2.2 Karakteristik Utama Penelitian Kualitatif ............................................. 27

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Contoh Rancangan Penelitian Kasus One-Shot ................................. 9


1.2 Contoh Rancangan Pretest-Posttest Satu Kelompok ......................... 10
1.3 Contoh Rancangan Komparasi Static-Group ...................................... 11
1.4 Rancangan Acak Kelompok Kontrol Postest-Only, dengan menggunakan
penyesuaian subjek............................................................................. 16
1.5 Hasil-hasil (Means) dari Penelitian yang menggunakan Rancangan
Penyeimbang .............................................. ....................................... 20

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Pedoman penulisan Karya Tulis Ilmiah. Materi Diklat. Pusbindiklat


Peneliti – LIPI
2. Daftar Jurnal Terakreditasi Periode I tahun 2012
3. Daftar Jurnal Terakreditasi Periode II tahun 2012
4. Daftar Jurnal Terakreditasi Periode I tahun 2013

vi
BAB 1

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Apakah mengajar dalam bentuk tim meningkatkan prestasi siswa-siswa di


kelas-kelas sosial di SMA? Abigail Johnson, kepala sekolah di suatu SMA di
Minneapolis, Minnesota, setelah mendengar pernyataan menggembirakan tentang ide
pada konferensi pendidikan baru-baru ini, ingin mencari tahu. Oleh karena itu, ia
meminta beberapa guru sejarah dunia kelas 11 untuk berpartisipasi dalam suatu
eksperimen. Tiga guru menggabungkan kelas mereka menjadi satu kelompok besar.
Guru-guru ini harus bekerja sebagai suatu tim, berbagi perencanaan, pengajaran, dan
evaluasi siswa. Tiga guru lain yang ditugaskan untuk mengajar kelas di subjek yang
sama secara individual, dengan susunan biasa satu guru per kelas. Para siswa yang
dipilih untuk berpartisipasi sama dalam kemampuan, dan guru akan mengajar di saat
yang sama, menggunakan kurikulum yang sama. Semua menggunakan tes yang
sama dan instrumen penilaian lainnya, termasuk tes tertulis yang disiapkan bersama
oleh enam guru. Dalam jangka waktu satu semester, Mrs. Johnson akan
membandingkan skor dari dua kelompok siswa pada tes ini. Ini adalah contoh dari
percobaan-perbandingan dari kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Di sini,
kita akan belajar tentang berbagai prosedur yang peneliti gunakan untuk melakukan
eksperimen tersebut, serta bagaimana mereka mencoba untuk memastikan bahwa
penyebab perubahan prestasi adalah perlakuan pada eksperimen dan bukannya
beberapa variabel yang tidak terkendali.
Penelitian eksperiment merupakan salah satu metodologi penelitian yang paling
kuat yang dapat digunakan peneliti. Dari banyak jenis penelitian yang mungkin
digunakan, eksperimen adalah cara terbaik untuk membangun hubungan sebab-akibat
antar variabel. Namun eksperimen tidak selalu mudah untuk dilakukan. Dalam bab ini,
kami akan menunjukkan kepada anda, kekuatan dan kesulitan dalam melakukan
eksperimen.

Keunikan Riset Eksperimen

Dari semua metodologi penelitian yang dibahas di sini, penelitian eksperimen


adalah unik dalam dua hal yang sangat penting: Ini adalah satu-satunya jenis
penelitian yang secara langsung mencoba untuk memengaruhi variabel tertentu, dan
bila diterapkan dengan benar, ini merupakan jenis pengujian hipotesis terbaik

1
mengenai hubungan sebab-akibat. Dalam studi ekperimen, peneliti melihat pengaruh
sedikitnya satu variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian eksperimen juga seringkali disebut variabel eksperimen atau variabel
perlakuan. Variabel terikat juga dikenal sebagi variabel kriteria atau variabel luaran
yang mengacu pada hasil atau luaran penelitian.
Karakteristik utama dari penelitian eksperimental yang membedakannya dari
semua jenis penelitian lainnya adalah bahwa peneliti memanipulasi variabel bebas.
Peneliti menetapkan sifat perlakuan (yaitu, apa yang akan terjadi pada subyek
penelitian), kepada siapa diterapkan, dan sampai sejauh mana diterapkan. Variabel
bebas yang sering dimanipulasi dalam penelitian pendidikan adalah metode
pengajaran, jenis tugas, bahan pengajaran, penghargaan diberikan kepada siswa, dan
jenis pertanyaan yang diajukan oleh guru. Variabel terikat yang sering dipelajari
meliputi prestasi, minat pada mata pelajaran, rentang perhatian, motivasi, dan sikap
terhadap sekolah.
Setelah perlakuan diberikan untuk jangka waktu yang tepat, peneliti mengamati
atau mengukur kelompok yang menerima perlakuan yang berbeda (dengan
menggunakan posttest atau sejenisnya) untuk melihat apakah kedua kelompok
berbeda. Dengan kata lain, peneliti ingin melihat apakah perlakuan membuat
perbedaan. Jika nilai rata-rata hasil postest kelompok berbeda dan peneliti tidak bisa
menemukan penjelasan alternatif yang masuk akal untuk perbedaan ini, dapat
disimpulkan bahwa perlakuan memiliki pengaruh dan kemungkinan menjadi penyebab
perbedaan.
Oleh karena itu, penelitian eksperiment memungkinkan peneliti melampaui
deskripsi dan prediksi, serta melampaui identifikasi hubungan, untuk setidaknya
determinasi parsial dari hal-hal yang menyebabkannya. Studi korelasi mungkin
menunjukkan hubungan yang kuat antara sosial ekonomi tingkat dan prestasi
akademik, misalnya, tetapi mereka tidak dapat menunjukkan bahwa memperbaiki
tingkat sosial ekonomi akan meningkatkan prestasi. Hanya penelitian eksperiment
yang memiliki kemampuan ini. Beberapa contoh aktual dari jenis penelitian
eksperiment yang telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan adalah sebagai berikut:
1. “Quality of learning with an active versus passive motivational set”
2. “Comparison of computer-assisted cooperative, competitive, and individualistic
learning”
3. “An intensive group counseling dropout prevention intervention: . . . isolating at-
risk adolescents within high schools”

2
4. “The effects of student questions and teacher questions on concept acquisition”
5. “Changing teaching practices in mainstream classrooms to improve bonding
and behavior of low achievers”
6. “Mnemonic versus nonmnemonic vocabulary-learning strategies for children”

Karakteristik Penting dari Penelitian Eksperimen

Kata percobaan memiliki sejarah panjang dan terkenal dalam sejarah


penelitian. Hal ini sering disebut sebagai metode yang paling kuat untuk mempelajari
sebab dan akibat. Asal-usulnya kembali pada awal sejarah ketika, sebagai contoh,
manusia purba pertama bereksperimen cara menghasilkan api. Bisa dibayangkan tak
terhitung upaya trial-and-error yang telah dilakukan sebelum mereka mencapai
kesuksesan dengan menggesek batu-batuan atau dengan memutar segelondong kayu
dalam daun-daun kering. Banyak dari keberhasilan ilmu pengetahuan modern adalah
karena percobaan dirancang dengan hati-hati dan diimplementasikan dengan cermat.
Ide dasar yang mendasari semua penelitian eksperimental benar-benar cukup
sederhana: Coba sesuatu dan amati apa yangi terjadi secara sistematis. Percobaan
formal terdiri dua kondisi dasar. Pertama, setidaknya dua (namun seringkali lebih)
kondisi atau metode yang dibandingkan untuk menilai efek-efek dari kondisi atau
"perlakuan" tertentu (variabel bebas). Kedua, variabel bebas secara langsung
dimanipulasi oleh peneliti. Perubahan direncanakan dan sengaja dimanipulasi untuk
mempelajari pengaruh-pengaruhnya pada satu atau lebih luaran penelitian (variabel
terikat). Selanjutnya, mari kita bahas beberapa karakteristik penting penelitian
eksperimen dengan sedikit lebih detail.

Perbandingan Kelompok-Kelompok

Percobaan biasanya melibatkan dua kelompok subyek, yaitu kelompok


eksperimen dan kelompok kontrol atau pembanding, meskipun ada kemungkinan untuk
melakukan percobaan dengan hanya satu kelompok tertentu (dengan memberikan
semua perlakuan untuk mata pelajaran yang sama) atau dengan tiga atau lebih
kelompok. Kelompok eksperimen menerima perlakuan atau sejenisnya (seperti buku
teks baru atau metode pengajaran yang berbeda), sedangkan kelompok kontrol tidak
menerima perlakuan (atau kelompok pembanding menerima perlakuan yang berbeda).
Kelompok kontrol atau pembanding adalah sangat penting dalam semua percobaan

3
penelitian, karena memungkinkan peneliti untuk menentukan apakah perlakuan
tersebut memberi pengaruh atau apakah suatu perlakuan lebih efektif dari yang lain.
Secara historis, kelompok kontrol murni adalah yang tidak menerima perlakuan
sama sekali. Meskipun keadaan lini sering terjadi pada penelitian medis atau
psikologis, namun jarang terjadi di penelitian pendidikan. Kelompok kontrol hampir
selalu menerima perlakuan berbeda atau sejenisnya. Oleh karena itu, beberapa
peneliti pendidikan lebih merujuk pada kelompok pembanding daripada kelompok
kontrol.
Perhatikan contoh. Misalkan seorang peneliti ingin mengetahui efektivitas
metode baru pengajaran sains. Dia akan memiliki kelompok yang diajarkan dengan
metode baru, tetapi siswa di kelompok pembanding akan terus diajarkan dengan
metode yang biasa digunakan guru sebelumnya.

Manipulasi Variabel Bebas

Karakteristik penting kedua dari semua percobaan adalah bahwa peneliti


memanipulasi variabel bebas secara aktif. Apa artinya ini? Sederhananya, hal itu
berarti bahwa peneliti sengaja dan langsung menentukan apa bentuk variabel bebas
yang akan diambil dan kemudian kelompok mana yang akan mendapatkan yang
bentuk yang mana. Misalnya, jika variabel bebas dalam penelitian itu adalah besarnya
antusime yang ditunjukkan guru, seorang peneliti mungkin melatih dua guru agar
menunjukkan besar atusiasme yang berbeda saat mereka mengajar di kelas.
Meskipun banyak variabel bebas dalam pendidikan dapat dimanipulasi, namun
ada yang tidak bisa dimanipulasi. Contoh variabel bebas yang dapat dimanipulasi
mencakup metode pengajaran, jenis pembimpingan, kegiatan belajar, tugas yang
diberikan, dan bahan yang digunakan; contoh variabel bebas yang tidak dapat
dimanipulasi mencakup jenis kelamin, etnis, usia, dan pilihan agama. Peneliti dapat
memanipulasi jenis kegiatan belajar mana dikenakan pada kelompok siswa yang mana
mendapat metode pengajaran yang mana, tapi peneliti tidak bisa memanipulasi,
sebagai contoh, pilihan agama siswa, misalnya siswa tidak dapat "dibuat menjadi"
Protestan, Katolik, Yahudi, atau Muslim, untuk melayani keperluan sebuah penelitian.
Untuk memanipulasi variabel, peneliti harus menetapkan siapa yang mendapatkan
sesuatu dan kapan, di mana, serta bagaimana mereka akan mendapatkannya.
Variabel bebas dalam penelitian eksperimental dapat dibentuk dalam beberapa
cara: (1) satu bentuk variabel versus variabel lain; (2) keberadaan vs ketidakberadaan
bentuk tertentu; atau (3) berbagai derajat bentuk yang sama. Contoh dari (1) studi

4
perbandingan metode inquiry dengan metode ceramah dalam suatu pembelajaran
mata pelajaran kimia; contoh dari (2) penelitian perbandingan penggunaan
transparansi dibandingkan tidak ada transparansi dalam statistik mengajar. Contoh dari
(3) studi perbandingan pengaruh besarnya antusiasme guru yang dispesifikasikan
berbeda pada sikap siswa terhadap matematika. Dalam (1) dan (2), variabel-variabel
(metode) jelas bersifat kategoris. Dalam (3), sebuah variabel yang dalam
kenyataannya adalah kuantitatif (tingkat antusiasme) diperlakukan sebagai data
kategori (efek besarnya antusiasme yang dispesifikasikan berbeda akan dipelajari)
agar peneliti memanipulasi (yaitu, untuk mengontrol) besarnya antusiasme.

Pengacakan

Sebuah aspek penting dari banyak percobaan adalah penugasan acak dari
subjek pada kelompok. Meskipun ada beberapa jenis eksperimen di mana penugasan
secara acak tidak mungkin, peneliti mencoba untuk menggunakan pengacakan setiap
kali mungkin. Ini adalah unsur penting dalam jenis eksperimen terbaik. Penugasan
secara acak mirip, tetapi tidak sama, dengan konsep seleksi acak seperti yang dibahas
di Bab 6. Penugasan acak berarti bahwa setiap individu yang berpartisipasi dalam
percobaan memiliki kesempatan yang sama untuk ditugaskan ke salah satu kondisi
eksperimental atau kontrol yang dibandingkan. Pilihan acak, di sisi lain, berarti bahwa
setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk menjadi
anggota sampel. Dibawah penugasan acak, setiap anggota sampel diberikan sebuah
nomor (sebarang), dan tabel bilangan acak kemudian digunakan untuk memilih
anggota kelompok eksperimen dan kontrol.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan mengenai penugasan acak dari
subjek pada kelompok. Pertama, penugasan acak terjadi sebelum percobaan dimulai.
Kedua, penugasan acak merupakan proses penugasan atau pendistribusian individu
pada kelompok, bukan hasil distribusi tersebut. Ini berarti bahwa anda tidak bisa
melihat dua kelompok yang sudah terbentuk dan memberitahu, hanya dengan melihat,
apakah kelompok terbentuk secara acak atau tidak. Ketiga, penggunaan penugasan
acak memungkinkan peneliti untuk membentuk kelompok itu, tepat pada saat memulai
penelitian, adalah sama yaitu, mereka berbeda hanya secara kebetulan di setiap
variabel yang ditinjau. Dengan kata lain, penugasan acak dimaksudkan untuk
menghilangkan ancaman yang tidak relevan, atau tambahan, variabel yang tidak hanya
yang peneliti sadari tetapi juga yang tidak disadari yang mungkin mempengaruhi luaran
penelitian. Hal ini merupakan keindahan dan kekuatan penugasan acak. Inilah salah

5
satu alasan mengapa percobaan, secara umum, lebih efektif daripada jenis penelitian
untuk menilai hubungan sebab dan akibat.
Tentu saja pernyataan terakhir ini bertentangan dengan realisasi bahwa
kelompok-kelompok yang dibentuk melalui penugasan secara acak masih mungkin
agak berbeda. Penugasan secara acak hanya menjamin kelompok-kelompok itu
ekuivalen (atau setidaknya sama ekuivalen sebagai manusia yang dapat mereka buat)
di awal percobaan. Selanjutnya, penugasan secara acak bukan jaminan kelompok
ekuivalen kecuali kedua kelompok berukuran cukup besar. Sebagai contoh, tidak ada
yang akan mengharapkan penugasan secara acak menghasilkan keekuivalenan jika
hanya lima subjek ditugaskan pada masing-masing kelompok. Tidak ada aturan untuk
menentukan seberapa besar ukuran kelompok seharusnya, tapi sebagian besar
peneliti yang tidak nyaman mengandalkan penugasan secara acak dengan kurang dari
40 subyek dalam setiap kelompok.

Kontrol Variabel-Variabel yangTidak Relevan

Para peneliti dalam penelitian eksperimen memiliki kesempatan untuk


melakukan kontrol jauh lebih banyak daripada di sebagian besar bentuk penelitian
lainnya. Mereka menentukan suatu perlakuan (atau perlakuan-perlakuan), memilih
sampel, menugaskan individu-individu ke kelompok-kelompok, menentukan kelompok
mana yang akan mendapatkan suatu perlakuan, mencoba untuk mengontrol faktor-
faktor lain selain perlakuan yang mungkin mempengaruhi luaran penelitian, dan
kemudian (akhirnya) mengamati atau mengukur pengaruh suatu perlakuan pada
kelompok ketika pengobatan pemberian perlakuan selesai.
Adalah sangat penting bagi para peneliti melakukan studi eksperimen dan
melakukan yang terbaik untuk mengontrol - yaitu, untuk menghilangkan atau
meminimalkan pengaruh (akibat) yang mungkin-ancaman. Jika peneliti tidak yakin
apakah variabel lain mungkin menjadi penyebab hasil yang diamati dalam studi,
mereka tidak bisa memastikan apa sebab sebenarnya. Misalnya, jika seorang peneliti
berusaha untuk membandingkan pengaruh dua metode pengajaran yang berbeda
pada sikap siswa terhadap sejarah tetapi tidak memastikan bahwa kelompok yang
terlibat ekuivalen dalam kemampuan, maka kemampuan mungkin menjadi penjelasan
alternatif (bukan perbedaan dalam metode) untuk setiap perbedaan sikap dalam
kelompok yang ditemukan pada posttest.
Secara khusus, peneliti yang melakukan penelitian eksperimen mencoba yang
terbaik untuk mengontrol setiap dan semua karakteristik subjek yang mungkin

6
mempengaruhi luaran penelitian. Mereka melakukan ini dengan memastikan bahwa
kedua kelompok seekuivalen mungkin pada semua variabel lain daripada yang atau
sedang dipelajari (yaitu, variabel bebas). Bagaimana peneliti meminimalkan atau
menghilangkan ancaman karena karakteristik subjek? Banyak cara yang ada untuk hal
ini. Berikut adalah beberapa yang paling umum

Pengacakan: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika subyek dapat secara
acak ditugaskan pada kelompok-kelompok yang terlibat dalam penelitian eksperimen,
peneliti dapat mengasumsikan bahwa kelompok-kelompok tersebut ekuivalen. Ini
adalah cara untuk memastikan bahwa efek satu atau lebih kemungkinan variabel asing
terkontrol.

Menjaga variabel-variabel tertentu tetap konstan: Idenya di sini adalah untuk


menghilangkan kemungkinan pengaruh suatu variabel dengan mengeluarkannya dari
penelitian. Sebagai contoh, jika seorang peneliti mencurigai bahwa jenis kelamin
mungkin mempengaruhi hasil sebuah penelitian, dia bisa mengontrol dengan
membatasi subyek penelitian hanya pada perempuan. Variabel jenis kelamin, dengan
kata lain, tetap konstan. Namun, ada biaya yang terlibat (karena hampir selalu ada)
untuk kontrol ini, karena generalisasi hasil penelitian yang sejalan berkurang.

Membangun variabel menjadi rancangan: Solusi ini melibatkan pembangunan


variabel-variabel ke dalam penelitian untuk mengkaji pengaruh-pengaruhnya. Ini
berkebalikan dengan ide sebelumnya. Menggunakan contoh sebelumnya, peneliti akan
melibatkan baik perempuan dan laki-laki (sebagai kelompok-kelompok yang berbeda)
ke dalam desain penelitian dan kemudian menganalisis pengaruh-pengaruh dari jenis
kelamin dan metode terhadap luaran penelitian.

Pencocokan: Seringkali pasangan-pasangan subyek dapat dicocokkan pada variabel


tertentu yang dikaji. Jika peneliti merasa usia, sebagai contoh, dapat mempengaruhi
luaran suatu studi, ia mungkin berusaha untuk memasangkan para siswa sesuai usia
mereka dan kemudian menetapkan satu anggota masing-masing pasangan (secara
acak jika mungkin) untuk masing-masing kelompok-kelompok pembanding.

Menggunakan subyek sebagai kontrol mereka sendiri: Ketika subyek digunakan


sebagai kontrol mereka sendiri, kinerja mereka di bawah kedua (atau semua)
perlakuan dibandingkan. Dengan demikian, siswa yang sama mungkin diajarkan
aljabar unit pertama dengan metode penyelidikan dan kemudian dengan metode
ceramah. Contoh lain adalah penilaian perilaku individu selama periode waktu sebelum

7
dan setelah perlakuan diimplementasikan untuk melihat apakah terjadi perubahan
perilaku.

Menggunakan analisis kovarians: Seperti disebutkan dalam Bab 11, analisis


kovarians dapat digunakan untuk menyamakan kelompok-kelompok secara statistik
atas dasar pretest atau variabel lainnya. Skor posttest dari subyek dalam setiap
kelompok kemudian disesuaikan.
Kami akan menampilkan sejumlah rancangan penelitian yang menggambarkan
bagaimana beberapa kontrol di atas dapat diimplementasikan dalam sebuah penelitian
eksperimen.

Rancangan Kelompok dalam Penelitian Eksperimen

Rancangan percobaan dapat mengambil berbagai bentuk. Namun, beberapa


rancangan yang disajikan dalam bagian ini lebih baik daripada yang lain. Mengapa
"lebih baik"? karena berbagai ancaman terhadap validitas internal yang diidentifikasi
dalam Bab 9: Rancangan yang baik mengontrol banyak ancaman ini, sedangkan
desain buruk mengendalikan hanya beberapa. Kualitas percobaan tergantung pada
seberapa baik berbagai ancaman terhadap validitas internal dikendalikan.

Rancangan Eksperimen Lemah

Rancangan yang "lemah" tidak memiliki kontrol built-in untuk ancaman


terhadap validitas internal. Selain variabel bebas, ada sejumlah penjelasan yang
masuk akal lainnya untuk setiap hasil yang terjadi. Akibatnya, setiap peneliti yang
menggunakan salah satu dari rancangan ini memiliki kesulitan menilai efektivitas
variabel bebas.
Studi Kasus One-Shot. Dalam rancangan penelitian kasus one-shot, satu
kelompok dikenai perlakuan dan selanjutnya variabel terikat diamati (diukur) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan. Diagram dari rancangan ini adalah
sebagai berikut:

Rancangan Penelitian Kasus One-Shot

X O
Perlakuan Pengamatan (variabel terikat)

8
Simbol X merepresentasikan kelompok yang dikenai perlakuan, sedangkan
simbol O mengacu pada pengamatan (pengukuran) dari variabel terikat. Penempatan
simbol dari kiri ke kanan menunjukkan urutan waktu X dan O. Seperti yang anda lihat,
perlakuan, X, dilakukan sebelum pengamatan variabel terikat, O.
Misalkan seorang peneliti ingin melihat apakah buku teks baru meningkatkan
minat siswa dalam sejarah. Dia menggunakan buku teks (X) untuk satu semester dan
kemudian mengukur minat siswa (O) dengan skala sikap. Diagram dari contoh ini
adalah ditunjukkan pada Gambar 1.1

X O
Buku teks baru Skala sikap untuk mengukur
ketertarikan
(variabel terikat)

Gambar 1.1 Contoh Rancangan Penelitian Kasus One-Shot

Kelemahan yang paling jelas dari rancangan ini adalah ketiadaan kontrol
apapun. Peneliti tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh di
O (yang diukur dengan skala sikap) adalah karena perlakuan X (buku teks).
Rancangan tidak dilengkapi dengan suatu perbandingan, sehingga peneliti tidak dapat
membandingkan hasil perlakuan (yang diukur dengan skala sikap) dengan kelompok
yang sama sebelum menggunakan buku teks baru, atau dengan orang-orang
kelompok lain yang menggunakan buku teks yang berbeda. Karena kelompok tidak
diberi tes awal dengan cara apapun, peneliti tidak tahu apa-apa mengenai seperti apa
kelompok sebelum menggunakan buku teks.
Dengan demikian, peneliti tidak tahu apakah perlakuan benar-benar memberi
pengaruh. Adalah sangat mungkin bahwa siswa yang menggunakan buku baru akan
menunjukkan sikap yang sangat peduli terhadap sejarah. Tapi pertanyaannya apakah
sikap-sikap ini muncul akibat penggunaan buku teks baru?, Sayangnya, studi kasus
satu-shot tidak membantu kita menjawab pertanyaan ini. Untuk memperbaiki
rancangan ini, perbandingan bisa dibuat dengan kelompok siswa lainnya yang
mengambil mata pelajaran yang sama yang dan menggunakan buku teks biasa (Kami
akan menunjukkan anda rancangan semacam ini secara singkat.). Untungnya,
kelemahan dalam rancangan one-shot diketahui dengan baik sehingga jarang
digunakan dalam penelitian pendidikan.

9
Rancangan Pretes Postes Satu Kelompok

Dalam suatu rancangan pretest-posttest satu kelompok, kelompok diukur atau


diamati tidak hanya setelah dikenai perlakuan, tetapi juga sebelum dikenai perlakuan.
Diagram dari rancangan ini adalah sebagai berikut.

Rancangan Pretest-Posttest Satu Kelompok

O X O
Pretest Perlakuan Posttest

Pertimbangkan contoh rancangan ini. Seorang peneliti ingin mengetahui


pengaruh konseling mingguan terhadap sikap "sulit dijangkau" siswa di sekolahnya.
Dia meminta para penasihat dalam program itu untuk bertemu seminggu sekali
dengan siswa-siswa tersebut untuk jangka waktu 10 minggu. Selama sesi-sesi tersebut
siswa didorong untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka. Dia
menggunakan skala 20-item yang mengukur sikap siswa terhadap sekolah baik
sebelum maupun setelah periode 10-minggu. Gambar 1.2 menyajikan diagram dari
rancangan penelitian ini.

O X O
Pretest; Perlakuan: Posttest
Dua puluh skala sikap Sepuluh minggu Dua puluh items skala
yang diisi siswa (variabel pendampingan sikap yang diisi siswa
terikat) (variabel terikat)

Gambar 1.2 Contoh Rancangan Pretest-Posttest Satu Kelompok

Desain ini lebih baik daripada studi kasus satu-shot (Peneliti setidaknya tahu
apakah ada perubahan yang terjadi), tetapi rancangan ini masih lemah. Sembilan
ancaman tidak terkontrol bagi validitas internal ada yang mungkin menjelaskan hasil
pada posttest, yaitu sejarah, pematangan, perusakan instrumen, karakteristik
pengumpul data, bias pengumpul data, pengujian, regresi statistik, sikap subyek, dan
implementasi. Salah satu atau semua ini dapat mempengaruh hasil penelitian. Peneliti
tidak akan tahu apakah perbedaan sikap di antara pretest dan posttest adalah karena
perlakuan atau satu atau lebih dari ancaman ini. Untuk memperbaiki hal ini, dalam
percobaan dapat ditambahkan sebuah kelompok pembanding, yang tidak menerima
perlakuan. Kemudian jika perubahan sikap terjadi antara pretest dan posttest, peneliti

10
memiliki alasan untuk percaya bahwa hal itu disebabkan oleh perlakuan (dilambangkan
dengan X)

Rancangan Komparasi Static-Group

Rancangan komparasi static-group, dua kelompok digunakan secara utuh. Ini


kadang-kadang disebut static-group. Desain ini kadang-kadang disebut rancangan
kelompok kontrol nonequivalent. Diagram desain ini adalah sebagai berikut:

Rancangan Komparasi Static-Group

X O
O

Garis putus-putus menunjukkan bahwa kedua kelompok yang dibandingkan


sudah terbentuk-yaitu, mata pelajaran yang tidak secara acak ditugaskan untuk dua
kelompok. X melambangkan perlakuan eksperimen. Ruang kosong dalam rancangan
menunjukkan bahwa kelompok "kontrol" tidak menerima perlakuan eksperimen;
mungkin menerima perlakuan yang berbeda atau tanpa perlakuan sama sekali. Kedua
O ditempatkan persis vertikal satu sama lain, menunjukkan bahwa pengamatan atau
pengukuran dari dua kelompok terjadi pada saat yang sama .
Perhatikan lagi contoh yang digunakan untuk menggambarkan rancangan studi
kasus one-shot. Kita bisa menerapkan rancangan komparasi statis-group dengan
contoh ini. Peneliti akan (1) menemukan dua kelompok utuh (dua kelas), (2)
memberikan buku teks baru (X) ke salah satu kelas tapi kelas lain menggunakan buku
teks biasa, dan kemudian (3) mengukur tingkat ketertarikan semua siswa di kedua
kelas pada saat yang sama (misalnya, pada akhir semester). Gambar 1.3 menyajikan
diagram contoh ini.

X O
Buku teks baru Skala sikap untuk mengukur ketertarikan
Buku teks reguler Skala sikap untuk mengukur ketertarikan

Gambar 1.3 Contoh Rancangan Komparasi Static-Group

Meskipun rancangan ini memberikan kontrol yang lebih baik atas


sejarah, pematangan, pengujian, dan ancaman regresi, itu lebih rentan tidak hanya
untuk kematian dan lokasi, tetapi juga, lebih penting, untuk kemungkinan
karakteristik subjek yang berbeda-beda.

11
Rancangan pretest-Posttest Static-Group

Rancangan pretest-posttest static-group berbeda dengan rancangan komparasi


static-group hanya pada pretest diberikan kepada kedua kelompok. Diagram untuk
rancangan ini adalah sebagai berikut

Rancangan Pretest-Posttest Static-Group

O X O
O O

Dalam menganalisis data, skor pretest masing-masing individu adalah dikurangi


dari skor posttest nya, sehingga memungkinkan analisis "peningkatan" atau
"perubahan." Sementara ini memberikan kontrol yang lebih baik terhadap ancaman
karakteristik subjek (karena merupakan perubahan masing-masing siswa yang
dianalisis), banyak keberhasilan sering tergantung pada kinerja awal; yaitu, kelompok
mencetak lebih tinggi pada pretest kemungkinan untuk meningkatkan lebih (atau dalam
beberapa kasus kurang), dan karakteristik subjek demikian masih menjadi sedikit
ancaman. Selanjutnya, pemberian pretest meningkatkan kemungkinan ancaman
pengujian. Dalam hal pretest digunakan untuk mencocokkan kelompok, rancangan ini
menjadi pencocokan-satunya rancangan kelompok kontrol pretest-postest, desain yang
jauh lebih efektif.

Rancangan Eksperimen Benar

Bahan penting dari rancangan eksperimen yang benar adalah bahwa subyek
secara acak ditugaskan untuk kelompok perlakuan. Seperti dibahas sebelumnya,
penugasan acak adalah teknik yang kuat untuk mengendalikan karakteristik subjek
yanmerupakan gancaman terhadap validitas internal, bisa dijadikan pertimbangan
utama dalam pendidikan penelitian.
Rancangan Acak Kelompok Kontrol Posttest-Only. Rancangan kelompok
melibatkan dua kelompok, yang keduanya dibentuk oleh penugasan acak. Satu
kelompok menerima perlakuan eksperimen, sementara yang lain tidak, dan kemudian
kedua kelompok yang diberi post test. Sebuah diagram dari desain ini adalah sebagai
berikut

12
Rancangan Acak Kelompok Kontrol Posttest Only

Kelompok R X O
Perlakuan

Kelompok kontrol R C O

Seperti sebelumnya, simbol X merupakan perlakuan dan O mengacu pada pengukuran


variabel terikat. R penugasan acak individu pada kelompok. C merupakan kelompok
kontrol.
Dalam desain ini, kontrol terhadap ancaman tertentu sangat baik. Melalui
penggunaan penugasan acak, ancaman karakteristik subjek, pematangan, dan regresi
statistik dikendalikan dengan baik. Karena tidak ada subjek dalam penelitian ini diukur
dua kali, pengujian tidak menjadi ancaman. Rancangan ini mungkin yang terbaik dari
semua rancangan yang digunakan dalam studi eksperimen, asalkan setidaknya ada 40
subjek di masing-masing kelompok.
Sayangnya, ada beberapa ancaman terhadap validitas internal yang tidak dapat
dikendalikan oleh rancangan ini. Pertama adalah kematian. Karena dua kelompok yang
sama, mungkin diharapkan angka putus sekolah yang sama dari masing-masing
kelompok. Namun, paparan perlakuan dapat menyebabkan lebih individu pada
kelompok eksperimen putus (atau tinggal di) dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini
dapat mengakibatkan dua kelompok menjadi berbeda dalam hal karakteristik mereka,
yang pada gilirannya dapat mempengaruhi hasil pada posttest. Untuk alasan ini,
peneliti harus selalu melaporkan berapa banyak subyek keluar dari setiap kelompok
selama percobaan. Ancaman sikap (efek Hawthorne) adalah mungkin. Selain itu,
ancaman-ancaman penerapan, bias pengumpul data, lokasi, dan sejarah mungkin ada.
Ancaman ini kadang-kadang dapat dikendalikan oleh modifikasi yang tepat dari
rancangan ini.
Sebagai contoh dari rancangan ini, perhatikan studi hipotesis yang mana
peneliti menyelidiki pengaruh-pengaruh dari serangkaian lokakarya pelatihan
sensitivitas pada semangat pengajar di sebuah sekolah tinggi di suatu kabupaten.
Peneliti acak memilih sampel dari 100 guru dari semua guru di kabupaten tersebut.
Peneliti kemudian (1) secara acak menugaskan guru di kabupaten membentuk dua
kelompok; (2) memberi pelatihan pada satu kelompok, tetapi tidak yang lain, dan
kemudian (3) mengukur sikap masing-masing kelompok menggunakan kuesioner.

13
Sekali lagi kami menekankan bahwa penting untuk menjaga perbedaan yang
jelas antara pemilihan acak dan penugasan secara acak. Keduanya melibatkan proses
pengacakan, tetapi untuk tujuan yang berbeda. Ingat bahwa pemilihan acak
dimaksudkan untuk memberikan sampel yang representatif. Tapi mungkin atau
mungkin tidak disertai dengan penugasan acak subjek pada kelompok. Penugasan
acak dimaksudkan untuk menyamakan kelompok, dan seringkali tidak disertai dengan
seleksi acak.

Rancangan Acak Kelompok Kontrol Pretest-Posttest.

Rancangan ini berbeda dengan rancangan sebelumnya hanya dalam


penggunaan pretest. Dua kelompok subjek digunakan, dengan kedua kelompok diukur
atau diamati dua kali. Pertama pengukuran untuk pretest, kedua pada posttest.
Penugasan acak digunakan untuk membentuk kelompok. Pengukuran atau
pengamatan dikumpulkan pada saat yang sama untuk kedua kelompok. Diagram
desain ini adalah sebagai berikut

Rancangan Acak Kelompok Kontrol Pretest-Posttest

Kelompok Perlakuan R O X O
Kelompok Kontrol R O C O

Penggunaan pretest meningkatkan kemungkinan ancaman perlakuan pretest


interaksi, karena mungkin "waspada" dari anggota kelompok eksperimen, sehingga
menyebabkan mereka untuk melakukan yang lebih baik (atau lebih buruk) pada
posttest daripada anggota dari kelompok kontrol. Sebuah trade-off adalah bahwa
rancangan ini menyediakan peneliti dengan cara memeriksa apakah kedua kelompok
yang benar-benar ekuivalen-yaitu, apakah penugasan acak benar-benar berhasil
dalam membuat kelompok ekuivalen. Hal ini terutama diinginkan apabila banyaknya
anggota pada masing-masing kelompok kecil (kurang dari 30). Jika pretest
menunjukkan bahwa kelompok-kelompok tidak setara, peneliti dapat berusaha untuk
membuat mereka ekuivalen dengan menggunakan salah satu yang rancangan yang
cocok yang telah dibahas sebelumnya. Sebuah pretest juga diperlukan apabila
perubahan dari waktu ke waktu yang akan dinilai.
Sebagai ilustrasi dari rancangan ini, perhatikan contoh sebelumnya menngenai
lokakarya sensitivitas

14
Rancangan Acak Empat Kelompok Solomon

Rancangan ini berusaha untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh pretest


yang mungkin. Ini melibatkan penugasan acak dari subyek pada empat kelompok,
dengan dua kelompok dikenai pretes sedangkan dua yang lain tidak. Satu kelompok
yang diberi pretest dan satu kelompok yang tidak diberi pretes dipandang sebagai
perlakuan eksperimen. Keempat kelompok tersebut kemudian diberi posttest. Diagram
rancangan ini adalah sebagai berikut

Rancangan Acak Empat Kelompok Solomon

Kelompok perlakuan R O X O
Kelompok kontrol R O C O
Kelompok perlakuan R X O
Kelompok kontrol R C O

Rancangan Acak Empat Kelompok Solomon menggabungkan rancangan kelompok


kontrol pretest-posttest dan rancangan kelompok kontrol posttest-only kelompok. Dua
kelompok pertama mewakili rancangan kelompok kontrol pretest-posttest, sedangkan
dua kelompok terakhir mewakili rancangan kelompok kontrol posttest-only.
Rancangan Acak Empat Kelompok Solomon memberikan kontrol terbaik dari
ancaman terhadap validitas internal sepertiyang telah dibahas sebelumnya.
Kelemahannya adalah adalah bahwa rancangan ini membutuhkan sampel besar
karena subyek harus ditugaskan pada empat kelompok. Lebih lanjut lagi, dari sisi
peneliti, , melakukan penelitian melibatkan empat kelompok pada saat yang sama
membutuhkan cukup banyak energi dan upaya peneliti.

Rancangan Acak dengan Penyesuaian

Dalam usaha untuk meningkatkan kemungkinan kelompok subyek dalam


percobaan ekuivalen, pasangan-pasangan individu dapat dipasangkan pada variabel
tertentu. Pemilihan variabel yang sesuai didasarkan pada penelitian sebelumnya, teori,
dan/atau pengalaman peneliti. Para anggota masing-masing pasangan yang sesuai
kemudian ditugaskan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak.
Adaptasi ini dapat dibuat untuk rancangan kelompok kontrol posttest-only dan
rancangan kelompok kontrol pretest-posttest, meskipun yang terakhir ini lebih umum.
Diagram dari rancangan ini disajikan di bawah ini

15
Rancangan Acak Kelompok Kontrol Posttest Only dengan penyesuaian subjek
Kelompok Mr X O
Perlakuan
Kelompok Kontrol Mr C O

Rancangan Acak Kelompok Kontrol Pretest-Posttest dengan penyesuaian subjek


Kelompok Perlakuan Mr O X O
Kelompok Kontrol Mr O C O

Simbol Mr mengacu pada fakta bahwa anggota masing-masing pasangan yang cocok
ditugaskan secara acak pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Meskipun pretest dari variabel terikat umumnya digunakan untuk memberikan
nilai yang sesuai, pengukuran dari setiap variabel yang menunjukkan hubungan
substansial dengan varianbel terikat adalah memadai. Penyesuaian dapat dilakukan di
salah satu atau kedua cara dari dua cara: secara mekanis atau statistik. Keduanya
membutuhkan skor untuk setiap subjek pada masing-masing variabel dimana subjek-
subjek disesuaikan

Sampel perempusn dipilih secara acak kemudian


dipasangkan dengan Kelompok eksperimen
menerima pelatihan dalam matematika

kelompok kontrol tidak


mendapat pelatihan
Gambar 1.4 Rancangan Acak Kelompok Kontrol Postest-Only, dengan menggunakan penyesuaian
subjek

16
Pemasangan manual adalah proses pemasangan dua orang yang skornya
pada variabel tertentu adalah sama. Dua wanita, misalnya, yang skor kecerdasan
matematika dan nilai tes kecemasan adalah sama dipasangkan pada variabel tersebut.
Setelah pemasangan selesai untuk seluruh sampel, pemeriksaan harus dilakukan
(melalui penggunaan poligon frekuensi) untuk memastikan bahwa kedua kelompok
memang ekuivalen pada setiap pemasangan variabel. Sayangnya, dua masalah
membatasi kegunaan pemasangan manual. Pertama, sangat sulit untuk memasangkan
lebih dari dua atau tiga variabel -orang hanya tidak berpasangan pbagai cada lebih dari
beberapa karakteristik, membuat perlu untuk memiliki sampel awal yang sangat besar
untuk ditarik. Kedua, dalam rangka untuk memasangkan, hampir tak terelakkan bahwa
beberapa subyek harus dihilangkan dari penelitian karena tidak ada "pemasangan"
untuk mereka dapat ditemukan. Akibatnya, sampel tidak lagi acak meskipun mungkin
sebelum pemasangan terjadi sampel bersifat acak.
Sebagai contoh rancangan pemasangan acak dengan penugasan acak,
misalkan peneliti tertarik pada pengaruh pembinaan akademik pada rata-rata Indeks
Prestasi (IPK) dari mahasiswa yang prestasi akademiknya rendah di kelas ilmu
pengetahuan. Peneliti secara acak memilih sampel 60 siswa dari populasi 125 siswa
tersebut di sekolah dasar setempat dan memasangkan mereka dengan IPK, diperoleh
bahwa subjekbisa cocok 40 dari 60. Dia kemudian menugaskan secara acak tiap
subjek dalam menghasilkan 20 pasang baik untuk kelompok eksperimental ataupun
kelompok kontrol. Gambar 1.4 menyajikan contoh yang serupa
Di sisi lain, Pemasangan secara statistik tidak memaksa hilangnya subyek,
juga tidak membatasi jumlah pemasangan variabel. Setiap subjek diberi skor "prediksi"
pada variabel terikat, berdasarkan korelasi antara variabel terikat dan variabel (atau
variabel) yang subjeknya sedang dipasangkan. Perbedaan antara skor prediksi dan
skor aktual untuk setiap individu kemudian digunakan untuk membandingkan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Ketika pretest yang digunakan sebagai variabel pemasangan, perbedaan
antara skor prediksi dan aktual disebut skor kenaikan terregresi. Skor ini lebih disukai
dengan skor kenaikan yang lebih mudah (skor posttest minus pretest untuk setiap
individu) terutama karena lebih reliabel.
Jika pemasangan manual yang digunakan, salah satu anggota dari masing-
masing pasangan yang cocok ditugaskan secara acak pada kelompok eksperimen,
sedangkan yang lain pada kelompok kontrol. Jika pemasangan statistik yang
digunakan, sampel dibagi secara acak di bagian awal, dan penyesuaian secara

17
statistik dibuat setelah semua data telah dikumpulkan. Meskipun beberapa peneliti
menganjurkan penggunaan statistik atas pemasangan manual, pemasangan secara
statistik tidak mutlak. Kelemahan utamanya adalah bahwa hal itu mengasumsikan
hubungan antara variabel terikat dan masing-masing variabel prediksi dapat dijelaskan
dengan tepat oleh suatu garis lurus daripada garis melengkung. Apapun prosedur
yang digunakan, peneliti harus (dalam rancangan ini) mengandalkan penugasan
secara acak untuk menyamakan kelompok pada semua variabel lain yang
berhubungan dengan variabel terikat.

Rancangan Quasi Eksperimen

Rancangan kuasi-eksperimen tidak termasuk penggunaan penugasan secara


acak. Para peneliti yang menggunakan rancangan ini hanya mengandalkan teknik lain
untuk mengontrol (atau setidaknya mengurangi) ancaman terhadap validitas internal.
Kami akan menjelaskan beberapa teknik ini seperti yang kita bahas pada beberapa
rancangan kuasi-eksperimental.
Rancangan hanya memasangkan. Rancangan ini berbeda dari penugasan
secara acak dengan pemasangan saja yang pada kenyataannya penugasan secara
acak tidak digunakan. Peneliti masih memasangkan subjek di kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol pada variabel-variabel tertentu, tetapi peneliti tidak memiliki
jaminan bahwa mereka ekuivalen dengan yang lain. Mengapa? Karena meskipun
dipasangkan, subyek sudah berada di kelompok secara utuh . Ini adalah keterbatasan
serius tapi sering tidak dapat dihindari ketika penugasan secara acak tidak mungkin-
yaitu, ketika kelompok-kelompok utuh harus digunakan. Ketika beberapa (katakanlah,
10 atau lebih) kelompok tersedia untuk studi metode dan kelompok dapat ditugaskan
secara acak pada perlakuan-perlakuan yang berbeda, rancangan ini menawarkan
alternatif untuk penugasan subyek secara acak . Setelah kelompok ditugaskan secara
acak untuk perlakuan yang berbeda, individu -individu yang menerima satu perlakuan
dipasangkan dengan individu yang menerima perlakuan lainnya.
Perlu ditekankan bahwa pemasangan statistik (apakah secara manual atau
secara statistik) tidak pernah sebagai pengganti penugasan acak. Selanjutnya,
korelasi antara variabel-variabel pemasangan dan variabel terikat harus cukup
substansial (Kami sarankan setidaknya 0,40.) Sadarilah juga bahwa kecuali digunakan
dalam hubungannya dengan penugasan acak, pemasangan kontrol hanya untuk
variabel-variabel yang dipasangkan. Diagram dari masing-masing rancangan kelompok
kontrol hanya dengan pemasangan adalah sebagai beikut.

18
Rancangan Kelompok Kontrol dengan Hanya Pretest dan dengan Hanya Pemasangan

Kelompok kontrol M X O
Kelompok perlakuan M C O

Rancangan Kelompok Kontrol dengan Pretesst-Postt dan dengan Hanya Pemasangan

Kelompok kontrol M O X O
Kelompok perlakuan M O C O

Simbol M pada rancangan ini adalah subjek-subjek dalam kelompok yang telah
dipasangkan (pada variabel tertentu) tetapi bukan penugasan secara acak pada
kelompok.
Rancangan Penyeimbang . rancangan penyeimbang merepresentasikan teknik
lain untuk menyamakan kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Dalam
rancangan ini, masing-masing kelompok dikenai semua perlakuan, sekian banyak
adanya, tapi dalam urutan yang berbeda. Sejumlah perlakuan-perlakuan mungkin
terlibat. Contoh diagram untuk rancangan penyeimbang yang melibatkan tiga
perlakuan adalah sebagai berikut

Rancangan Penyeimbang dengan Tiga Perlakuan

Kelompok I X1 O X2 O X3 O
Kelompok II X2 O X3 O X1 O
Kelompok III X3 O X1 O X2 O

Susunan ini melibatkan tiga kelompok. Kelompok I menerima perlakuan 1 dan dikenai
posttest, kemudian menerima perlakuan 2 dan dikenai posttest, dan terakhir menerima
perlakuan 3 dan dikenai posttest. Kelompok II menerima perlakuan 2 pertama,
kemudian perlakuan 3, dan kemudian perlakuan 1, yang dikenai posttest setelah setiap
perlakuan. Kelompok III menerima perlakuan 3 pertama, kemudian perlakuan 1, diikuti
oleh perlakuan 2, yang juga dikenai posttes setelah setiap perlakuan Urutan di mana
kelompok menerima perlakuan harus ditentukan secara acak.
Bagaimana peneliti menentukan dari berbagai perlakuan? Hanya dengan
membandingkan skor rata-rata posttes untuk semua kelompok pada masing-masing
perlakuan. Dengan kata lain, nilai rata-rata skor posttest untuk semua kelompok untuk
perlakuan 1 dapat dibandingkan dengan nilai rata-rata skor posttest untuk semua

19
kelompok pada perlakuan 2, dan seterusnya, sampai seberapa banyak adanya
perlakuan.
Rancangan ini mengontrol dengan baik ancaman karakteristik subjek terhadap
validitas internal tetapi sangat rentan pada gangguan banyak perlakuan -yaitu, kinerja
selama perlakuan tertentu mungkin dipengaruhi oleh satu atau lebih dari perlakuan
sebelumnya. Akibatnya, hasil penelitian setiap studi yang mana peneliti telah
menggunakan rancangan penyeimbang harus diperiksa dengan teliti. Perhatikan dua
set data hipotetis yang ditampilkan di Gambar 1.5.

Study 1 Study 2
Weeks Weeks Weeks Weeks
Group I 1-- 4 5-- 8 1-- 4 5-- 8
Method X = 12 Method Y = 8 Method X = 10 Method Y = 6
Group II Method Y = 8 Method X = 12 Method Y = 10 Method X = 14
Overall Means: Method X = 12; Method Y = 8 Method X = 12; Method Y = 8

Gambar 1.5 Hasil-hasil (Means) dari Penelitian yang menggunakan Rancangan


Penyeimbang

Interpretasi dalam penelitian 1 sudah jelas: Metode X lebih unggul untuk kedua
kelompok terlepas dari urutan dan ke tingkat yang sama. Interpretasi dalam penelitian
2 adalah jauh lebih kompleks. Secara keseluruhan, metode X muncul lebih unggul, dan
dengan jumlah yang sama seperti dalam studi 1. Dalam kedua studi, mean
keseluruhan untuk X adalah 12, sedangkan untuk Y adalah 8. Dalam Penelitian 2,
tampak bahwa perbedaan antara X dan Y tergantung pada paparan sebelumnya pada
metode lainnya. Kelompok I dilakukan jauh lebih buruk pada metode Y ketika terkena
itu mengikuti X, dan kelompok II dilakukan jauh lebih baik di X ketika terkena setelah
Metode Y. Ketika baik X atau Y diberikan urutan pertama, tidak ada perbedaan dalam
kinerja. Itu Meragukan bahwa bahwa metode X lebih unggul dalam segala kondisi
dalam penelitian 2, sedangkan ini cukup jelas dalam studi 1.

Referensi

Alreck, T. L., & Settle, B. R. (1995). The survey research handbook (2nd Ed.). Chicago:
Irwin Inc.
Besemer, S. P., & O’Quin, K. (1993). Assessing creative products: Progress and
potentials. In S. G. Isaksen (Ed.), Nurturing and developing creativity: The
emergence of a discipline (pp. 331–349). Norwood, New Jersey: Ablex
Publishing Corp.

20
Besemer, S. P., & O’Quin, K. (1989). The development, reliability, and validity of the
revised creative product semantic scale. Creativity Research Journal, 2, 268–
279.
Besemer, S. P., & O’Quin, K. (1987). Creative product analysis: Testing a model by
developing a judging instrument. In S. G. Isaksen, Frontiers of creativity
research: Beyond the Basics. (pp. 341–357). Buffalo, NY: Bearly Ltd.
Besemer, S. P., & O’Quin, K. (1986). Analysis of creative products: Refinement and
test of a judging instrument. Journal of Creative Behavior, 20(2), 115–126.
Besemer, S. P., & Treffingger, D. (1981). Analysis of creative products: Review and
Synthesis. Journal of Creative Behavior, 15, 158–178.
Betz, J. A. (1996). Computer games: Increase learning in an interactive
multidisciplinary environment. Journal of Technology Systems, 24(2), 195–205.
Bilan, B. (1992). Computer simulations: An Integrated tool. Paper presented at the
SAGE/6th Canadian Symposium, The University of Calgary.
Brogden, H., & Sprecher, T. (1964). Criteria of creativity. In C. W. Taylor, Creativity,
progress and potential. New York: McGraw Hill.
Choi, B., & Gennaro, E. (1987). The effectiveness of using computer simulated
experiments on junior high students’ understanding of the volume displacement
concept. Journal of Research in Science Teaching, 24(6), 539–552.
DeVore, P., Horton, A., & Lawson, A. (1989). Creativity, design, and technology.
Worcester, Massachusetts: Davis Publications, Inc.
Duenk, L. G. (1966). A study of the concurrent validity of the Minnesota Test of
Creative Thinking, Abbr. Form VII, for eighth-grade industrial arts
Students.Minneapolis:Minnesota University. (Report No. BR-5-0113).
Edmunds, A. L. (1990). Relationships among adolescent creativity, cognitive
development, intelligence, and age. Canadian Journal of Special Education,
6(1), 61–71.
Gokhale, A. A. (1996). Effectiveness of computer simulation for enhancing higher order
thinking. Journal of Industrial Teacher Education, 33(4), 36–46.
Gryphon Software Corporation (1996). Gryphon Bricks Demo (Version 1.0) [Computer
Software]. Glendale, CA: Knowledge Adventure. [On-line] Available: http://www
.kidsdomain.com/down/mac/bricksdemo.html
Guilford, J. (1976). Intellectual factors in productive thinking. In R. Mooney & T. Rayik
(Eds.), Explorations in creativity. New York: Harper & Row.
Harkow, R. M. (1996). Increasing creative thinking skills in second and third grade
gifted students using imagery, computers, and creative problem solving.
Unpublished master’s thesis, NOVA Southeastern University.
Hayes, J. R. (1990). Cognitive processes in creativity. (Paper No. 18). University of
California, Berkeley.
Hinton, B. L. (1968, Spring). A model for the study of creative problem solving. Journal
of Creative Behavior,2(2), 133–142
Howe, R. (1992). Uncovering the creative dimensions of computer-graphic design
products. Creativity Research Journal, 5(3), 233–243.

21
Johnson, J. R. (1989). Project 2061: Technology (Association for the Advancement of
Science Publication 89-06S). Washington, DC: American Association for the
Advancement of Science.
Joram, E., Woodruff, E., Bryson, M., & Lindsay, P. (1992). The effects of revising with a
word processor on writing composition. Research in the Teaching of English,
26(2),167–192.
Knoll, M. (1997). The project method: Its vocational education origin and international
development. Journal of Industrial Teacher Education, 34(3), 59–80.
Lewis, T. (1999). Research in technology education: Some areas of need. Journal of
Technology Education, 10(2), 41–56.
Maslow, A. (1962). Toward a psychology of being. Princeton, NJ: Van Nostrand.
Moss, J. (1966). Measuring creative abilities in junior high school industrial arts.
Washington, DC: American Council on Industrial Arts Teacher Education.
Olson, D. W. (1973). Tecnol-o-gee. Raleigh: North Carolina University School of
Education, Office of Publications
Runco, R. A., Nemiro, J., & Walberg, H. J. (1998). Personal explicit theories of
creativity. Journal of Creative Behavior, 32(1), 1–17.
Savage, E., & Sterry, L. (1990). A conceptual framework for technology education.
Reston, VA: International Technology Education Association.
Stein, M. (1974). Stimulating creativity: Vol. 1. Individual procedures. New York:
Academic Press.
Taylor, I. A. (1959). The nature of the creative process. In P. Smith (Ed.), Creativity: An
examination of the creative process (pp. 51–82). New York: Hastings House
Publishers.
Torrance, E. P. (1966). Torrance test on creative thinking: Norms-technical manual
(Research Edition). Lexington, MA: Personal Press.
Torrance, E. P. (1963). Creativity. In F. W. Hubbard (Ed.), What research says to the
teacher (Number 28). Washington, DC: Department of Classroom Teachers
American Educational Research Association of the National Education
Association.
Wallas, G. (1926). The art of thought. New York: Harcourt, Brace and Company

22
BAB II
METODE PENELITIAN KUALITATIF

Sebagian besar pertanyaan yang diajukan oleh para peneliti yang


menggunakan metodologi yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya adalah sejauh
mana berbagai pembelajaran, sikap, atau ide ada, atau seberapa baik atau seberapa
akurat mereka sedang maju. Dengan demikian, kemungkinan penelitian yang
dilakukan meliputi perbandingan antara metode alternatif pengajaran (seperti dalam
penelitian eksperimen); penelitian hubungan antara variabel (seperti dalam hubungan
korelasional); perbandingan kelompok individu dalam hal perbedaan yang ada pada
variabel tertentu (seperti dalam penelitian kausal-komparatif); atau mewawancarai
berbagai kelompok pendidikan profesional, seperti guru, administrator, dan konselor
(seperti dalam penelitian survei). Metode ini sering disebut sebagai penelitian
kuantitatif.
Umumnya peneliti mendapatkan kesan yang lebih menyeluruh dari pengajaran
dan pembelajaran daripada jawaban pertanyaan di atas . Seorang peneliti mungkin
ingin tahu lebih dari sekedar "sejauh mana" atau "seberapa baik" sesuatu dilakukan.
Dia mungkin ingin mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, misalnya, dari apa
yang terjadi di kelas atau sekolah tertentu.
Pertimbangkan pengajaran sejarah di menengah sekolah. Bagaimana guru
sejarah mengajar mata pelajarannya? Apa saja yang mereka lakukan saat mereka
menjalani rutinitas harian mereka? Apa macam hal yang siswa lakukan? Dalam jenis
kegiatan apa mereka terlibat? Apa "aturan main" yang tersirat dan tersurat dalam kelas
sejarah yang tampaknya membantu atau menghalangi proses belajar?
Untuk mendapatkan beberapa wawasan megenai masalah ini, peneliti
mungkin mencoba untuk membuat dokumentasi atau melukiskan pengalaman siswa
(dan guru) setiap hari di kelas sejarah. Fokusnya hanya akan berada di satu kelas
(atau sejumlah kecil dari mereka di sebagian besar). Peneliti akan mengamati kelas
seteratur mungkin dan mencoba untuk mendeskripsikan, semaksimal dan kaya
mungkin, apa yang dia lihat.
Contoh-contoh di atas menunjukkan fakta bahwa banyak peneliti lebih tertarik
pada kualitas kegiatan tertentu dibandingkan seberapa sering terjadi atau sebaliknya
bagaimana hal itu akan dievaluasi. Studi penelitian yang menyelidiki kualitas
hubungan, kegiatan, situasi, atau bahan sering disebut sebagai penelitian kualitatif.
Jenis penelitian ini berbeda dengan metodologi yang dibahas dalam bab sebelumnya

23
yang lebih menekankan pada deskripsi-yang menyeluruh -- yaitu, pendeskripsian
secara rinci semua yang terjadi pada aktivitas atau situasi tertentu daripada
melakukan komparasi pengaruh-pengaruh dari perlakuan tertentu (seperti dalam
penelitian eksperimen), mengatakan, atau menggambarkan sikap atau perilaku
masyarakat (seperti dalam penelitian survei).
Kami percaya bahwa penelitian pendidikan adalah, dan harus, merupakan
campuran antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif , Namun, untuk membantu
pemahaman anda mengenai banyak jenis penelitian yang ada, pada Tabel 2.1
diberikan perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif

Tabel 2.1 Penelitian Kuantitatif vs Penelitian Kualitatif

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


Lebih memilih hipotesis yang tepat yang Lebih memilih hipotesis yang muncul
dinyatakan sejak awal. sebagai studi pengembangan.

Lebih menyukai definisi yang tepat yang Lebih memilih definisi dalam konteks atau
dinyatakan sejak awal. sebagai studi berlanjut.

Data direduksi menjadi nilai numerik. Lebih memilih deskripsi naratif.

Banyak perhatian untuk menilai dan Lebih memilih mengasumsikan bahwa


meningkatkan reliabilitas skor yang reliabilitas kesimpulan – yaitu yang
diperoleh dari instrumen. memadai.

Penilaian validitas melalui berbagai Penilaian validitas melalui sumber


prosedur dengan ketergantungan pada informasi pengecekan silang (triangulasi).
indeks-indeks statistik.

Lebih memilih teknik-teknik acak untuk Lebih memilih sampel-sampel narasumber


mendapatkan sampel bermakna. ahli (purposive)

Lebih memilih prosedur pendeskripsian Lebih memilih narasi / deskripsi prosedur


secara tepat sastra .

Lebih memilih rancangan atau kontrol Lebih memilih analisis logis dalam
statistik variabel-variabel asing. mengontrol atau menghitung variabel -
variabel asing.

Lebih memilih kontrol rancangan khusus Ketergantungan utama pada peneliti untuk
untuk bias yang prosedural. menangani bias yang prosedural.

Lebih memilih ringkasan hasil secara Lebih memilih ringkasan narasi hasil.
statistik .

Lebih memilih memecah fenomena- Lebih memilih keterangan menyeluruh


fenomena kompleks menjadi bagian- dari fenomena yang kompleks.
bagian tertentu untuk dianalisis.

24
Kesediaan untuk memanipulasi aspek- Keengganan untuk mengutak-atik
aspek, situasi-situasi, atau kondisi fenomena-fenomena yang terjadi secara
dalam mempelajari fenomena yang alami
kompleks

Karakteristik Penelitian Kualitatif

Banyak jenis metodologi kualitatif berbeda yang ada, tapi ada beberapa fitur
umum tertentu yang menjadi ciri kebanyakan studi penelitian kualitatif. Tidak semua
penelitian kualitatif akan menampilkan semua karakteristik ini dengan kekuatan yang
sama. Namun demikian, bila digabungkan, mereka memberikan gambaran
keseluruhan yang baik apa yang terlibat dalam jenis penelitian ini. Bogdan dan Biklen
mendeskripsikan lima fitur tersebut.
1. Kondisi alamiah adalah sumber data langsung dan peneliti adalah instrumen
kunci dalam penelitian kualitatif penelitian. Peneliti-peneliti kualitatif langsung
menuju pengaturan menarik tertentu untuk mengamati dan mengumpulkan
datanya. Mereka benar-benar menghabiskan banyak waktu di sekolah, duduk
di pertemuan staf pengajar, menghadiri - pertemuan asosiasi orang tua-guru,
mengamati guru di kelas mereka dan lokal lain, dan pada umumnya mengamati
dan mewawancarai individu-individu seperti mereka melakukan rutinitas sehari-
hari.
Kadang-kadang mereka datang hanya dilengkapi dengan sebuah alas dan
pensil untuk mencatat, tetapi sering kali mereka menggunakan peralatan audio
dan rekaman video yang canggih. Bahkan bila peralatan tersebut digunakan,
bagaimanapun, data yang dikumpulkan tepat di tempat kejadian dan ditambah
dengan pengamatan peneliti dan wawasan tentang apa terjadi. Seperti Bogdan
dan Biklen tunjukkan, peneliti-peneliti kualitatif menuju ke pengaturan menarik
tertentu karena mereka berkepentingan dengan konteks-mereka merasa bahwa
aktivitas-aktivitas dapat dipahami dalam pengaturan aktual dimana mereka
berada. Mereka juga merasa bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh
pengaturan khusus, dan karenanya, bila memungkinkan mereka menggunakan
pengaturan demikian
2. Data kualitatif dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau gambar bukan angka.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif meliputi transkrip
wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman audio, kaset video, buku harian,
komentar pribadi, memo, resmi catatan, bagian buku, dan hal lain yang dapat
menyampaikan kata-kata aktual atau perbuatan-perbuatan manusia. Dalam

25
pencarian mereka untuk memahami, peneliti kualitatif biasanya tidak berusaha
untuk mereduksi data mereka menjadi simbol numerik, melainkan berusaha
untuk melukiskan apa yang telah mereka amati dan catat dalam semua
kesempurnaannya. Oleh karena itu, mereka melakukan yang terbaik untuk tidak
mengabaikan apapun yang mungkin memberi pemahaman untuk suatu situasi.
Gestures, lelucon, gambits percakapan, karya seni atau dekorasi lainnya di
sebuah ruangan-semua dicatat oleh peneliti-peneliti kualitatif. Untuk seorang
peneliti kualitatif, tidak ada data yang trivial atau tidak layak
3. Peneliti-peneliti kualitatif khawatir dengan proses serta produk. Peneliti-peneliti
kualitatif terutama tertarik pada bagaimana hal-hal terjadi. Oleh karena itu,
mereka cenderung untuk mengamati bagaimana orang berinteraksi satu sama
lain; bagaimana beberapa jenis pertanyaan dijawab; arti bahwa orang-orang
memberikan kata-kata dan tindakan tertentu; bagaimana sikap orang
diterjemahkan ke dalam tindakan; bagaimana siswa tampaknya dipengaruhi
oleh cara-cara guru, gestur atau komentar; dan sejenisnya.
4. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara induktif. Para
peneliti kualitatif biasanya tidak, merumuskan hipotesis terlebih dahulu dan
kemudian berusaha untuk menguji itu. Sebaliknya, mereka cenderung
"memainkan kelanjutannya." Mereka menghabiskan banyak waktu
mengumpulkan data mereka (sekali lagi, terutama melalui observasi dan
wawancara) sebelum mereka memutuskan apa pertanyaan penting untuk
dipertimbangkan. Seperti Bogdan dan Biklen sarankan, peneliti kualitatif tidak
menyusun puzzle yang fotonya mereka sudah tahu. Mereka membangun
sebuah gambar yang mengambil bentuk saat mereka mengumpulkan dan
memeriksa bagian-bagiannya.
5. Bagaimana orang memahami kehidupan mereka adalah perhatian utama
peneliti-peneliti kualitatif. Minat khusus peneliti kualitatif terletak pada perspektif
subyek penelitian. Para peneliti kualitatif ingin mengetahui apa yang peserta
penelitian sedang pikirkan dan mengapa mereka berpikir apa yang mereka
lakukan. Asumsi-asumsi, motif-motif, alasan -alasan, tujuan-tujuan, dan nilai-
nilai ---- semua ketertarikan dan mungkin menjadi fokus pertanyaan peneliti-
peneliti.
Adalah juga umum bagi peneliti untuk menunjukkan rekaman video atau isi
catatan-catatan mereka yang lengkap mengenai peserta untuk memeriksa
akurasi interpretasi peneliti. Dengan kata lain, peneliti melakukan yang terbaik

26
untuk menangkap pemikiran peserta dari perspektif peserta (dibandingkan
dengan peneliti hanya melaporkan apa yang dia pikirkan) seakurat mungkin.
Tabel 2.2 memberikan ringkasan karakteristik utama penelitian kualitatif .

Tabel 2.2 Karakteristik Utama Penelitian Kualitatif


No Karakteristik Arti
1. Naturalistic inquiry Mempelajari situasi dunia nyata seperti yang mereka
uangkap secara alami; tanpa manipulasi, tidak
mengganggu, dan tidak mengendalikan; keterbukaan
terhadap apa pun yang muncul-tidak adanya kendala yang
telah ditentukan pada luaran
2 Analisis induktif Pemahaman yang rinci dan spesifik dari data untuk
enelusuri kategori-kategori , dimensi-dimensi, dan
hubungan-hubungan penting; mulai dengan
mengeksplorasi pertanyaan benar-benar terbuka dan
bukan pengujian secara teoritis yang berasal dari (deduktif)
hipotesis
3 Sudut pandang Seluruh fenomena yang diteliti dipahami sebagai suatu
menyeluruh sistem yang kompleks yang lebih dari jumlah bagian-
bagiannya; Fokusnya adalah pada saling ketergantungan
yang kompleks tanpa reduksi bermakna pada sedikit
variabel diskrit dan , hubungan sebab-akibat linear
4 Data kualitatif Rinci, kental deskripsi ; penyelidikan secara mendalam;
kutipan yang langsung menangkap sudut pandang dan
pengalaman individu dari orang-orang
5 Wawasan dan Peneliti mempunyai kontak langsung dengan dan membuat
kontak personal dirinya dekat dengan masyarakat, keadaan fenomena yang
dipelajari; pengalaman dan wawasan personal peneliti
adalah bagian terpenting dari penyelidikan dan secara kritis
memahami fenomena itu
6 Sistem-sistem Perhatian pada proses, perubahan asumsi adalah konstan
dinamik dan berkelanjutan apakah fokusnya pada budaya individu
atau menyeluruh
7 Orientasi kasus Mengasumsikan setiap kasus khusus dan unik; tingkat
khusus pertama penyelidikan adalah menjadi benar untuk,
menghormati, dan menangkap rincian kasus-kasus individu
yang dipelajari; cross-kasus analisis kasus silang mengikuti
dari dan tergantung pada kualitas studi kasus individu
8 Sensitivitas konteks Menempatkan temuan dalam konteks sosial, sejarah, dan
temporal; meragukan kemungkinan atau kebermaknaan
generalisasi melintasi waktu dan ruang
9 Empati secara alami Objektivitas lengkap adalah mustahil; subjektivitas murni
merusak kredibilitas; gairah peneliti adalah memahami
dunia dalam semua kompleksitas-nya tanpa membuktikan
sesuatu, tanpa menganjurkan, tanpa mengajukan agenda
pribadi, tetapi pemahaman; peneliti-peneliti itu memiliki
pengalaman pribadi dan wawasan empatik sebagai bagian
dari data yang relevan, saat mengambil sikap menghakimi
netral terhadap apa punkonten yang mungkin muncul

27
10 Fleksibilitas Terbuka untuk mengadaptasi penyelidikan sebagai
rancangan pemahaman memperdalam dan / atau perubahan situasi ;
Menghindari keadaan terkunci ke dalam desain yang kaku
yang menghilangkan daya tanggap; mengupayakan jalan
penemuan baru ketika mereka muncul
Sumber: Michael Quinn Patton (2008)

Langkah-Langkah dalam Penelitian Kualitatif

Langkah-langkah dalam melakukan studi penelitian kualitatif tidak berbeda


dengan penelitian kuantitatif; keduanya sering tumpang tindih dan bahkan kadang-
kadang dilakukan bersamaan. Namun setiap studi kualitatif memiliki titik awal dan titik
akhir yang berbeda, dimulai ketika peneliti mengidentifikasi fenomena, dia ingin belajar
dan mengakhirinya ketika peneliti menarik kesimpulan-kesimpulan.
Walaupun langkah-langkah dalam penelitian kualitatif tidak berbeda sekali
dengan penelitian kuantitatif (bahkan pada dasarnya tidak perlu berurutan), beberapa
langkah dapat diidentifikasi. Berikut ini diberikan langkah-langkah tersebut secara
singkat :
1. Identifikasi fenomena yang akan diteliti. Sebelum setiap penelitian dimulai,
peneliti harus mengidentifikasi fenomena tertentu yang diselidiki . misalnya,
seorang peneliti ingin melakukan studi untuk menyelidiki interaksi antara siswa
minoritas dan nonminoritas di suatu sekolah-sekolah menengah atas di jantung
kota. Fenomena yang menarik di sini adalah interaksi siswa, khususnya di
sekolah dalam kota. Diakui, ini adalah topik yang agak umum, tetapi tidak
memberikan titik awal dari mana peneliti dapat melanjutkan. Dinyatakan
sebagai pertanyaan penelitian, peneliti mungkin bertanya: "Sejauh mana dan
dengan cara apa siawa minoritas dan nonminoritas siswa sekolah menengah
atas dalam kota berinteraksi?”
Pertanyaan seperti itu menunjukkan apa yang dikenal sebagai
masalah meramalkan. Semua studi kualitatif dimulai dengan masalah-masalah
demikian-mereka mirip dengan Pernyataan keseluruhan masalah yang kita
bahas dalam Bab 2. Mereka memberikan sesuatu peneliti-peneliti itu untuk
dicari Namun Mereka seharusnya tidak dianggap terbatas atau membatasi,
karena tujuan mereka adalah untuk memberikan arah, untuk melayani sebagai
sebuah pedoman. Misalnya, seperti penyelidikan pertanyaan yang disebutkan
di atas dilanjutkan, mungkin menjadi jelas bahwa ekstrakurikuler sebagai
aktivitas di sekolah perlu diamati, sehingga jenis partisipasi siswa dalam

28
kegiatan tersebut akan diamati dan dianalisis. masalah-masalah peramalan ini
sering dirumuskan kembali beberapa kali selama penelitian kualitatif.
2. Identifikasi peserta dalam penelitian. Peserta dalam penelitian merupakan
sampel dari individu yang akan diamati (diwawancarai, dll.) - dengan kata lain,
subyek penelitian. di hampir semua penelitian kualitatif, sampel adalah
purposive sampel. Penarikan sampel secara acak biasanya tidak layak, karena
peneliti ingin memastikan bahwa ia memperoleh sampel yang unik cocok untuk
maksud penelitian. Pada contoh sebelumnya, siswa SMA dalam kota adalah
subjek yang diteliti, tapi tidak sembarang kelompok siswa demikian diambil.
Mereka harus ditemukan di sekolah dalam kota tertentu.
3. Pembentukan hipotesis. Tidak seperti di kebanyakan penelitian kuantitatif,
hipotesis tidak diajukan pada awal studi oleh peneliti. Sebaliknya, mereka
muncul dari data saat studi berlangsung. Beberapa segera dibuang; yang lain
dimodifikasi atau diganti. Yang baru dirumuskan. Sebuah ciri khas studi
kualitatif mungkin mulai dengan sedikit, jika ada, hipotesis yang diajukan oleh
peneliti di awal, tetapi dengan beberapa yang dirumuskan, dipertimbangkan
kembali, dibuang, dan dimodifikasi sebagai hasil studi. Pada contoh ini, seorang
peneliti bisa berhipotesis awalnya bahwa interaksi di sekolah dalam kota antara
4. Pengumpulan data. Tidak ada "perlakuan" dalam penelitian kualitatif , juga tidak
ada "manipulasi" subjek. Para peserta dalam penelitian kualitatif tidak
dibagi menjadi kelompok-kelompok, dengan satu kelompok yang dikenai
perlakuan dari beberapa jenis dan efek -efek dari perlakuan ini kemudian diukur
dalam beberapa cara. Data tidak dikumpulkan pada "akhir" dari penelitian.
Sebaliknya, koleksi data dalam penelitian kualitatif sedang berlangsung. Itu
peneliti terus mengamati orang, peristiwa, dan kejadian, sering melengkapi
pengamatan nya dengan wawancara mendalam dari peserta yang dipilih dan
pemeriksaan berbagai dokumen dan mencatat yang relevan dengan fenomena
yang ditinjau.
5. Analisis data. Menganalisis data kualitatif pada dasarnya melibatkan analisis
dan sintesis informasi peneliti memperoleh dari berbagai sumber (misalnya,
observasi, wawancara, dokumen) ke dalam deskripsi koheren apa yang telah
dia amati atau temukan. hipotesisbiasanya tidak diuji dengan cara prosedur
statistik inferensial, seperti halnya penelitian eksperimen atau asosiasi,
meskipun beberapa statistik, seperti persentase, dapat dihitung jika muncul
mereka dapat menjelaskan rincian spesifik tentang fenomena yang diselidiki.

29
Namun analisis data dalam penelitian kualitatif, sangat bergantung pada
deskripsi; bahkan ketika statistik tertentu dihitung, mereka cenderung
digunakan dalam makna deskriptif daripada inferensial.
6. Interpretasi dan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, interpretasi yang dibuat
terus menerus di seluruh jalannya penelitian. sedangkan kuantitatif peneliti
biasanya meninggalkan gambar kesimpulan untuk akhir penelitian, peneliti
kualitatif mereka cenderung untuk merumuskan interpretasi mereka saat
penelitian berlangsung. Akibatnya, orang menemukan kesimpulan peneliti
dalam penelitian kualitatif lebih atau kurang terintegrasi dengan langkah-
langkah lainnya dalam process penelitian Peneliti kualitatif yang mengamati
kegiatan yang sedang berlangsung di kelas sekolah dalam kota , misalnya,
mungkin menulis tidak hanya apa yang dia lihat setiap hari tetapi juga
interpretasi dari pengamatananya.

Generalisasi dalam Penelitian Kualitatif

Sebuah generalisasi biasanya dianggap sebagai pernyataan atau klaim yang


berlaku untuk lebih dari satu orang, kelompok, objek, atau situasi. Jadi, ketika seorang
peneliti membuat pernyataan, berdasarkan penelaahan literatur, bahwa ada korelasi
negatif antara usia dan minat di sekolah (anak-anak yang lebih tua kurang berminatdi
sekolah daripada anak-anak muda), ia membuat generalisasi.
Nilai generalisasi memungkinkan kita untuk memiliki harapan (dan kadang-
kadang untuk membuat prediksi) tentang masa depan. Meskipun generalisasi mungkin
tidak benar dalam setiap kasus (misalnya, beberapa anak yang lebih tua mungkin lebih
tertarik di sekolah dari beberapa anak muda), menggambarkan, lebih sering daripada
tidak, apa yang kita harapkan untuk temukan Hampir semua peneliti berharap bahwa
generalisasi yang berguna dapat diturunkan dari penelitian mereka. Keterbatasan
penelitian kualitatif adalah bahwa jarang ada justifikasi secara metodologi untuk
generalisasi temuan dari studi tertentu. Sementara keterbatasan ini juga berlaku untuk
banyak penelitian kuantitatif, adalah hampir dapat dipastikan sifat penelitian kualitatif.
Karena ini, replikasi studi kualitatif lebih penting daripada dalam penelitian kuantitatif.
Eisner menunjukkan bahwa tidak hanya ide-ide tetapi juga keterampilan dan
gambar dapat digeneralisasi . Kita generalisasi keterampilan saat kita menerapkannya
dalam situasi yang berbeda dari sebelumnya di mana kita belajar keterampilan
tersebut. Gambar juga generalisasi. Seperti yang Eisner tunjukkan, kenyataannya --
gambar menggeneralisasi - yang mengantarkan seorang peneliti kualitatif mencari

30
karakteristik tertentu di kelas, cara-cara tertentu pengajaran, yang dapat diterapkan di
tempat lain. Saat peneliti memiliki gambaran "keunggulan" dalam pengajaran,
misalnya, ia dapat menerapkan gambar ini untuk berbagai situasi. "Untuk kualitatif
penelitian, ini berarti bahwa penciptaan Animage -- potret hidup dari pengajaran yang
sangat baik, sebagai contoh, bisa menjadi prototipe yang dapat digunakan dalam
pendidikan guru atau untuk penilaian pengajaran " Berdasarkan kata-kata Eisner.
Kontak langsung dengan dunia kualitatif adalah salah satu
sumber generalisasi kita yang paling penting . Tapi. . . kita tidak perlu mempelajari
segala sesuatu pada tahap pertama. Kita mendengarkan pendongeng dan belajar
tentang bagaimana hal itu, dan kita menggunakan apa yang telah kita katakan untuk
membuat keputusan tentang apa yang akan. Kita melihat foto dan belajar apa yang
diharapkan pada perjalanan kami yang akan datang ke Spanyol. Kita melihat bermain
pada Waterfront dan belajar sesuatu tentang korupsi di industri perkapalan dan, yang
lebih penting, tentang konflik dan ketegangan antara dua bersaudara. Kita melihat film
One Flew atas Cuckoo Nest dan memahami lebih banyak tentang bagaimana orang
bertahan di lembaga yang bersikeras untuk domestikasi mereka.
Perhatian khusus, untuk kasus ini, adalah deskriptif tidak hanya kasus ini, tapi
kasus lain semacam itu. Ketika Sara Lawrence Lightfoot menulis tentang Brookline
High School atau George Washington Carver Senior High school atau John F.
Kennedy Senior High School, dia mengatakan pada kami lebih dari apa sekolah-
sekolah tertentu itu seperti; Kami belajar sesuatu tentang apa yang membuat sebuah
sekolah tinggi yang baik. Apakah semua tinggi sekolah harus baik dengan cara yang
sama? Tidak Dapatkah beberapa sekolah tinggi berbagi beberapa mengenai
karakteristik mereka? Tentu dapat. Dapatkah kita belajar dari Lawrence Lightfoot apa
yang seharusnya dicari? Tentu saja.
Ada sedikit pertanyaan, kita berpikir, bahwa generalisasi adalah mungkin
dalam penelitian kualitatif. Tapi merupakan jenis generalisasi yang berbeda dari yang
ditemukan dalam banyak penelitian kuantitatif. Dalam banyak penelitian eksperimen
dan uasieksperiment, peneliti menggeneralisasi dari sampel yang diselidiki ke
populasi yang diteliti. Perhatikan bahwa di sini peneliti yang melakukan generalizing.
Dia mungkin menyarankan pada praktisi bahwa temuan-temuan adalah berharga dan
dapat (kadang-kadang mereka mengatakan harus) diterapkan dalam situasi mereka.
Di sisi lain, dalam studi kualitatif, peneliti juga dapat menggeneralisasi, tetapi
jauh lebih mungkin bahwa setiap generalisasi yang dilakukan akan dijalankan oleh
praktisi yang tertarik - individu yang berada dalam situasi yang samayang diselidiki

31
oleh peneliti. Ini adalah praktisi, bukan peneliti, orang yang menghakimi
dapat diterapkannya temuan peneliti dan kesimpulan, yang menentukan apakah
temuan peneliti cocok atau situasinya. Eisner membuat ini jelas.
Peneliti mungkin bertanya sesuatu seperti ini: Ini adalah “Apa yang saya
kerjakan dan apa yang saya pikirkan. ada hubungannya dengan situasi Anda? Jika ya
tidak dan jika situasi anda merepotkan atau bermasalah, bagaimana mendapatkan
cara apa dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya? "
Perlu dicatat bahwa tidak semua peneliti kualitatif melihat generalisasi dengan
cara yang sama. Beberapa peneliti sedikit khawatir "dengan pertanyaan apakah
temuan mereka dapat digeneralisasikan, daripada dengan pengaturan dan mata
pelajaran yang mana dapat digeneralikan. Bogdan dan Biklen memberikan contoh
Dalam studi unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit pembelajaran, kami
mempelajari cara staf profesional dan orang tua berkomunikasi tentang kondisi
anak-anak. Karena kita berkonsentrasi pada simpang susun, kami melihat
bahwa staf profesional tidak hanya mendiagnosis bayi tapi juga sampai orang
tua. Evaluasi orangtua ini membentuk dasar untuk penilaian profesional
dibuat tentang apa yang harus dikatakan kepada orang tua dan bagaimana
mengatakannya. Merefleksikan tentang pertemuan orangtua-guru dalam
sekolah negeri dan situasi lain di mana profesional memiliki informasi tentang
anak-anak yang orang tua yang mungkiningin mengakses, mulai melihat
kesamaan. . . . Satu taktik saat menjelajahi adalah sejauh mana temuan unit
perawatan intensif dapat digeneralisasikan untuk tidak pengaturan lain dari
jenis yang substantif yang sama, tetapi untuk pengaturan lainnya, seperti
sekolah, di mana para profesional berbicara dengan orang tua.

Peneliti-peneliti kualitatif, kurang pasti, kurang yakin tentang kesimpulan


mereka tarik dari penelitian mereka. Mereka cenderung melihat penelitian
mereka sebagai ide untuk dibagikan, dibahas, dan diteliti lebih lanjut. Modifikasi
dalam situasi yang berbeda dan di bawah kondisi yang berbeda akan hampir
selalu diperlukan. Isu-isu ini sering disebut sebagai pengalihan, didefinisikan
oleh Morrow sebagai dicapai ketika "peneliti memberikan informasi yang
memadai tentang diri mereka (peneliti sebagai instrumen) dan konteks
penelitian, peserta, dan hubungan peneliti dan partisipant yang memungkinkan
pembaca untuk memutuskan bagaimana temuan itu dapat mentransfer.

32
Validitas Internal Penelitian Kualitatif

Sampai sejauh ini sebuah studi kualitatif tidak berusaha untuk mengeksplorasi
hubungan, validitas internal, tegasnya, tidak sepenting seperti dalam penelitian
kuantitatif. Namun, karena penelitian kualitatif sangat bergantung pada peneliti-peneliti
dalam mengumpulkan dan menafsirkan informasi, pertimbangan penting, bahkan
dalam penelitian deskriptif murni, adalah bias peneliti. Selanjutnya, studi kualitatif
sering mengandung interpretasi yang melibatkan hubungan. Ketika hal ini terjadi,
perhatian harus diberikan kepada proses menilai dan, jika mungkin, mengendalikan
masing-masing ancaman. Meskipun lebih sulit dalam penelitian kualitatif, kadang-
kadang mungkin, belajar kritik, untuk mengendalikan ancaman tertentu. Sebagai
pengecualian adalah penelitian sejarah, dimana kontrol, hampir tidak mungkin.

Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Dapatkah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif digunakan bersama-


sama? Tentu saja. Dan sering kali keduanya seharusnya dilakukan bersama-sama.
Misalnya dalam penelitian survei umumnya tidak hanya untuk menyiapkan (misalnya,
pilihan ganda) kuesioner close-ended bagi orang-orang untuk menjawab secara
tertulis, tetapi juga untuk melakukan wawancara pribadi open-ended dengan sampel
acak dari responden. Statistik deskriptif kadang-kadang digunakan untuk memberikan
rincian kuantitatif daripada studi kualitatif. Banyak penelitian sejarah mencakup
kombinasi metodologi kualitatif dan kuantitatif, dan laporan akhir mereka menyajikan
kedua jenis data.
Namun demikian, harus diakui bahwa melaksanakan studi kuantitatif canggih
dan penyelidikan kualitatif yang mendalam pada saat yang sama sulit untuk
berhasil dengan baik. Memang, sangat sulit. Sering apa yang dihasilkan adalah studi
yang bukan kualitatif yang baik atau bukan kuantitatif kerja yang baik.
Pendekatan mana yang lebih baik- kuantitatif atau kualitatif? Wlau kita sering
mendengar pertanyaan ini, kita berfikir hal itu cukup banyak membuang-buang energi.
Sering kali anda akan mendengar pendukung terlalu bersemangat mendukung yang
satu dan meremehkan yang lain. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah metode
yang terbaik (memang, kadang-kadang salah satunya yang terbaik ) untuk digunakan
jika seseorang ingin melakukan penelitian yang benar-benar berguna pada pertanyaan
paling penting dan yang lainnya adalah buruk cacat dan dapat hanya menyebabkan
hasil trivial. Tapi di sini apa yang dua peneliti kualitatif terkemuka harus katakan:

33
Sejauh ini, yang paling banyak diyakini adalah bahwa tidak ada
suatu metode terbaik. Semua tergantung pada apa yang anda pelajari
dan apa yang ingin anda ingin ketahui. Jika Anda ingin mengetahui
apa yang mayoritas orang Indonesia pikirkan mengenai isu-isu tertentu
penelitian isu tertentu, penelitian survei yang bergantung pada rancangan
kuantitatif dalam memilih sampel, merancang dan mempretest instrumen Anda,
dan menganalisis data adalah yang terbaik. Jika Anda ingin tahu tentang
proses perubahan di sekolah dan bagaimana berbagai anggota sekolah
mengalami perubahan, metode kualitatif akan bekerja dengan lebih baik. Tanpa
diragukan lagi ada pertanyaan dan topik-topik tertentu yang pendekatan
kualitatif tidak akan membantu Anda dengan, demikian juga dengan penelitian
kuantitatif.

Dengan demikian tidak ada metode yang benar-benar terbaik dari lainnya. Hal yang
penting adalah mengetahui pertanyaan dapat dijawab dengan baik dengan metode
yang mana atau kombinasi metode yang mana.

Referensi

R. C. Bogdan and S. K. Biklen (2007). Qualitative research for education: An


introduction to theory and methods, 5th ed. Boston: Allyn & Bacon.
Some qualitative researchers, however, do use statistical procedures to clarify their
data. See, for example,
M. B. Miles and A. M. Huberman (1994). Qualitative data analysis, 2nd ed. Beverly
Hills, CA: Sage.
H. R. Bernard (2000). Social research methods: Qualitative and quantitative
approaches. Thousand Oaks, CA: Sage.
M. Foucault (1972). The archaeology of knowledge. New York: Harper and Row.
J. Derrida (1972). Discussion: Structure, sign, and plot in the discourse of the human
sciences. In R.
Macksey and E. Donato (eds.), The structuralist controversy. Baltimore: Johns Hopkins
University Press, pp. 242–272.
John W. Creswell (2007). Qualitative inquiry and research design: Choosing among
five approaches. Thousand Oaks, CA: Sage.
Ibid, p. 55. Citations within the quotation include: C. Ellis (2004). The ethnographic it: A
methodological novel about autoethnography.
Walnut Creek, CA: AltaMira; N. K. Denzin (1989a). Interpretive biography. Newbury
Park, CA:

34
Sage; and K. Plummer (1983), Documents of life: An introduction to the problems and
literature of a humanistic method. London: George Allen & Unwin.
Ibid. (1998) Citation within the quotation is: A. Strauss and J. Corbin .Basics of
qualitative research: Grounded theory procedures and techniques (2nd ed.).
Newbury Park, CA: Sage.
A. Strauss and J. Corbin (1994). Grounded theory methodology: An overview. In A.
Denzin and Y. Lincoln (eds.), Handbook of qualitative research. Thousand
Oaks, CA: Sage.
J. Piaget (1936/1963). The origins of intelligence in the child. New York: Norton;
J. Piaget (1932/1965). The moral judgments of the child. New York: Free Press;
L. S. Vigotsky (1914/1962). Thought and language. Cambridge, MA: MIT Press.
Robert Stake (1997). The art of case study research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Robert K. Yin (1994). Case study research: Design and methods. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Adapted from John W. Creswell (2005). Educational research: Planning, conducting,
and evaluating quantitative and qualitative research. Upper Saddle River, NJ:
Pearson Merrill Prentice Hall, pp. 204–207.
E. W. Eisner (1991). The enlightened eye: Qualitative inquiry and the enhancement of
educational practice. New York: Macmillan.
S. L. Lightfoot (1983). The good high school. New York: Basic Books.
S. Morrow (2005). Quality and trustworthiness in qualitative research in counseling
psychology. Journal of Counseling Psychology, 52: 52.

35
DAFTAR PUSTAKA

Jack. R Fraenkel and Norman E. Wallen. 2008. How To Design And Evaluate
Research In Education oleh the Americas , Seventh Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue.
Pedoman penulisan Karya Tulis Ilmiah. Materi Diklat. Pusbindiklat Peneliti – LIPI dalam
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/materi_pertemuan/pra_raker/Pu
sbindiklat_LIPI_Kemenkes_Pedoman%20PenulisanKTI_Raker2013.pdf
Daftar Jurnal Terakreditasi Periode I tahun 2012, dalam http://www.kopertis12.or.id/wp-
content/uploads/2013/11/Daftar-Jurnal-Terakreditasi-Periode-I-Tahun-
20121.pdf
Daftar Jurnal Terakreditasi Periode II tahun 2012, dalam
http://www.kopertis12.or.id/wp-content/uploads/2013/11/lampiran-SK-Jurnal-
Periode-II-Tahun-2012-cd11.pdf
Daftar Jurnal Terakreditasi Periode I tahun 2013, dalam http://www.kopertis12.or.id/wp-
content/uploads/2013/11/hasil-akreditasi-terbitan-berkala-ilmiah-periode-i-
tahun-2013.pdf

36
8/9/2015

ISI PEDOMAN KTI


 Peraturan Kepala LIPI No. 04/E/2012 Tentang
Pedoman Karya Tulis Ilmiah (KTI)

 Lampiran Peraturan Kepala LIPI No. 04/E/2012


Tentang Pedoman Karya Tulis Ilmiah (KTI)
 BAB I PENDAHULUAN
 BAB II JENIS, BENTUK , DAN CAKUPAN KTI
 BAB III KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI
BAGIAN, DAN GAYA BAHASA KTI
PUSBINDIKLAT PENELITI - LIPI  BAB IV ETIKA PENYUSUNAN KTI
Email: pusbindiklat@mail.lipi.go.id  BAB V PENUTUP
http://www.pusbindiklat.lipi.go.id

Pusbindiklat Peneliti-LIPI
2
@Pusbindiklat Peneliti LIPI

PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG C. PENGERTIAN
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) 1. Karya Tulis Ilmiah 11. Majalah Ilmiah
 Peran lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) 2. Kaidah Ilmiah 12. Buku Ilmiah
 Kebutuhan sarana publikasi hasil litbang; Karya Tulis 3. Wahana Publikasi 13. Bunga Rampai
Ilmiah (KTI) 4. Media Cetak 14. Prosiding
 Beragam persepsi tentang KTI 5. Media Elektronik 15. Lembaga Penerbitan
 LIPI sebagai instansi pembina jabatan fungsional 6. Makalah Lengkap (publishing house)
peneliti. 7. Monografi 16. Unit litbang
B. TUJUAN DAN SASARAN 8. Komunikasi Pendek 17. Plagiasi
 Tujuan Pedoman KTI: untuk memberikan acuan dalam
9. Kajian Kebijakan
penyusunan KTI bagi peneliti.
10. Makalah Kebijakan
 Sasaran Pedoman KTI: tersedianya standar minimal
dalam hal kaidah penulisan ilmiah dan terjadinya
kesamaan persepsi dalam menyusun KTI.
Pusbindiklat Peneliti-LIPI Pusbindiklat Peneliti-LIPI
3 4

1
8/9/2015

JENIS, BENTUK, DAN CAKUPAN KTI JENIS, BENTUK, DAN CAKUPAN KTI
A. JENIS KTI B. BENTUK KTI
Jenis KTI terdiri atas: 1. Buku Ilmiah
1. hasil litbang; 2. Bunga Rampai
2. tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran 3. Majalah Ilmiah/Jurnal
sistematis. 4.Prosiding
KTI disusun berdasarkan jenisnya  tapi tetap dibuat dalam format yang sama, C. CAKUPAN KTI
kecuali untuk KTI jenis tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis
dijelaskan secara keseluruhan dan lengkap tentang subjek yang ditinjau/diulas dan • Lingkup pedoman KTI merupakan substansi minimal yang harus
dikaji. dipenuhi dalam penyusunan KTI.
Isi dari tulisan: sesuai dengan kedalaman analisis setiap penulis. KTI mengacu • Pengembangan teknis penulisan KTI disesuaikan dengan gaya
pustaka secara komprehensif dan mencerminkan perkembangan menyeluruh di selingkung yang berlaku di setiap pengelola majalah ilmiah,
bidang keilmuannya serta memproyeksikan dampak dan menawarkan solusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
lembaga penerbitan atau instansi lain dengan memperhatikan
kaidah-kaidah penulisan yang benar.
• Wilayah pedoman penulisan KTI mencakup: KTI yang merupakan
terbitan lokal/nasional dan regional/internasional dengan
pengelolaan di Indonesia.
Pusbindiklat Peneliti-LIPI Pusbindiklat Peneliti-LIPI
5 6

KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN, KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN,
DAN GAYA BAHASA KTI DAN GAYA BAHASA KTI
A. KAIDAH C. SISTEMATIKA
Kaidah KTI terdiri atas sifat-sifat berikut: 1. Buku Ilmiah 2. Bunga Rampai
Logis, berarti kerunutan penjelasan dari data dan informasi yang masuk ke dalam logika
pemikiran kebenaran ilmu;
a. Sampul dan Nama Penulis Sistematika KTI yang
Obyektif, berarti data dan informasi sesuai dengan fakta sebenarnya; b. Karya Cipta dipublikasi dalam bentuk
Sistematis, berarti sumber data dan informasi yang diperoleh dari hasil kajian dengan bunga rampai memiliki unsur-
mengikuti urutan pola pikir yang sistematis atau litbang yang konsisten/berkelanjutan; c. Pendahuluan
Andal, berarti data dan informasi yang telah teruji dan sahih serta masih memungkinkan untuk d. Daftar Isi unsur yang sama dengan
terus dikaji ulang;
e. Pengantar bentuk buku ilmiah, tetapi
Desain, berarti terencanakan dan memiliki rancangan; dan
Akumulatif, berarti kumpulan dari berbagai sumber yang diakui kebenaran dan keberadaannya a. Batang Tubuh memiliki perbedaan dalam
serta memberikan kontribusi bagi khasanah iptek yang sedang berkembang.
b. Ucapan Penghargaan hal prakata/prolog yang
(opsional) mengantarkan keseluruhan isi
B. FORMAT dan dalam hal
h. Indeks
KTI dapat disusun dalam format: penutup/epilog yang
i. Glosarium (opsional)
 Makalah Lengkap; merupakan analisis atas
j. Daftar Acuan
 Monografi; keseluruhan isi.
k. Bibliografi (opsional)
 Komunikasi Pendek;
 Kajian Kebijakan; dan l. Lampiran (opsional)
 Makalah Kebijakan.
Pusbindiklat Peneliti-LIPI Pusbindiklat Peneliti-LIPI
7 8

2
8/9/2015

KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN, KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN,
DAN GAYA BAHASA KTI DAN GAYA BAHASA KTI
C. SISTEMATIKA C. SISTEMATIKA
3. Makalah Lengkap 4. Monografi 5. Komunikasi Pendek
a. Judul Sistematika KTI yang a. Judul
b. Nama dan Alamat Penulis disusun dalam format b. Nama dan Alamat Penulis
c. Abstrak dan Kata Kunci monografi secara c. Abstrak
d. Pendahuluan umum memiliki unsur- d. Pendahuluan
e. Metode unsur yang sama e. Metode
a. Hasil dan Pembahasan f. Hasil dan Pembahasan
dengan KTI dalam g. Ucapan Terima Kasih
b. Kesimpulan format makalah h. Daftar Acuan
h. Saran (opsional) lengkap.
i. Ucapan Terima Kasih * Beberapa bidang ilmu memiliki gaya penulisan berbeda: dengan subjudul
j. Daftar Acuan atau tanpa subjudul, namun secara umum isi dari suatu komunikasi
pendek harus mengandung unsur-unsur tersebut diatas. Apabila
komunikasi pendek diterbitkan, maka pengelola majalah ilmiah
memberikan tanda/keterangan bahwa KTI tersebut merupakan
komunikasi pendek.
Pusbindiklat Peneliti-LIPI Pusbindiklat Peneliti-LIPI
9 10

KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN,


DAN GAYA BAHASA KTI
C. SISTEMATIKA PEDOMAN PENULISAN KTI
6. Kajian Kebijakan 7. Makalah Kebijakan
a. Judul a. Nama Instansi Penulis
b. Nama Penulis b. Judul
-JURNAL : HASIL PENELITIAN,
c. Ringkasan Eksekutif c. Nama Penulis TINJAUAN, ULASAN/REVIEW, KAJIAN,
d. Konteks/Hal Penting yang d. Ringkasan Eksekutif
e. Latar Belakang
- PROSIDING
Menjadi Permasalahan
e. Kritik/Komentar dari f. Pembahasan - DALAM BENTUK BUKU: Bagian
g. Rekomendasi
Kebijakan
h. Implementasi buku dan Buku
e. Rekomendasi i. Lampiran.
f. Lampiran (opsional)
h. Daftar Acuan

I. HASIL PENELITIAN, TINJAUAN,


ULASAN/REVIEW, KAJIAN
Pusbindiklat Peneliti-LIPI
11
@PusbindiklatPeneliti LIPI

3
8/9/2015

SISTEMATIKA J U D U L (dwi Bahasa: jurnal terakreditasi


Sistematika penulisan terdiri dari unsur-unsur sebagai • Spesifik;
berikut:
• Judul
• Jelas;
• Nama dan Alamat Penulis • Ringkas;
• Abstrak dan Kata Kunci • Informatif;
• Pendahuluan
• Menggambarkan substansi atau isi dari tulisan;
• Tinjauan Pustaka/Landasan Teori
• Metode • Menggugah rasa untuk membaca;
• Hasil dan Pembahasan (termasuk Ilustrasi: gambar, tabel, • Tidak perlu diawali dengan kata
grafik, foto, diagram, dan lain-lain) penelitian/analisis/ studi, kecuali kata tersebut
• Kesimpulan
merupakan pokok bahasan. Dimungkinkan ada
• Saran (opsional)
judul utama diikuti dengan penjelasan judul
• Daftar Pustaka
(subjudul).
• Ucapan Terima Kasih (opsional)
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

NAMA DAN ALAMAT PENULIS (2)


NAMA DAN ALAMAT PENULIS (1)
Alamat Penulis
Nama Penulis • Alamat instansi/lembaga tempat penulis bekerja  berkaitan
erat dengan kompetensi, tanggung jawab, afiliasi, dan
• Ditampilkan dengan jelas; konsekuensi yuridis yang akan diemban oleh lembaga asal
penulis;
• Lengkap tanpa menyebutkan gelar; • Dimungkinkan lebih dari satu, misal saat sabatikal di
laboratorium dan alamat instansi lain  yang dicantumkan
• Nama asli, bukan nama samaran; terlebih dahulu adalah alamat instansi dimana penelitian
dilakukan.
• Penulisan nama tidak disingkat, bila
• Penulis lebih dari satu orang :
penyingkatan nama  harus mengikuti - dengan alamat yang sama: pencantuman satu alamat telah
kaidah dan konsisten. dianggap cukup untuk mewakili alamat penulis lainnya.
- alamat yang berbeda: pencantuman alamat harus disebutkan
• Nama penulis utama berada pada semuanya.
urutan paling depan. • Untuk korespondensi dilengkapi alamat lengkap instansi, dan
pos-el (e-mail), nomor telepon/fax instansi maupun penulis.
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

4
8/9/2015

ABSTRAK DAN KATA KUNCI (1):


ABSTRAK DAN KATA KUNCI (2)
(dwi Bahasa: jurnal terakreditasi)
Abstrak (1) Abstrak (2)
• Permasalahan pokok; • Bersifat mandiri (stand alone).
• Alasan apa penelitian/tinjauan, ulasan/review, dan kajian • Paling banyak memuat 200 kata dalam bahasa Inggris dan 250
dilakukan; kata dalam bahasa Indonesia atau yang ditentukan oleh editor.
• Bagaimana penelitian/ tinjauan, ulasan/review, dan kajian
dilakukan, menggunakan metode apa; Kata kunci (1)
• Pernyataan singkat apa yang telah dilakukan atau apa hasil dan • Merupakan kata/istilah yang paling
prospeknya. menentukan/mempengaruhi/paling inti dalam KTI;
• Abstrak ditulis bukan dalam bentuk matematis, pertanyaan, dan • Mengandung pengertian suatu konsep;
dugaan; • Mengandung cukup informasi untuk indexing dan membantu
• Abstrak ditulis menerus (1 paragraf, bukan paragraf-paragraf dalam penelusuran.
dan bukan “subheading”; tanpa acuan • Dapat berupa kata tunggal dan kata majemuk dan terdiri antara
• Tanpa footnote/kutipan pustaka; 3–5 kata.
• Tanpa singkatan/akronim; • Lazimnya dimulai dari yang paling umum dan penting dalam isi
KTI.
• Periksakan Bhs Inggrisnya ke ahli English

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

ABSTRAK DAN KATA KUNCI (3) PENDAHULUAN (1)

Kata kunci (2) Latar belakang


• Menjelaskan fenomena antara lain: teknis/sosial/kultural aktual
• Abstrak dan kata kunci ditulis dalam bahasa bermasalah yang penting untuk diteliti/ditinjau/diulas/dan
Inggris dan Indonesia dengan tujuan agar dikaji serta alasan ilmiah atau merepresentasikan teori yang
didukung acuan pustaka.
hasil penelitian, tinjauan, ulasan, dan kajian
• Perlu ada review mengenai penelitian/tinjauan/ulasan/dan
perlu disebarluaskan baik pada cakupan kajian terkait yang pernah dilakukan sendiri maupun orang lain
nasional maupun internasional. dan menjelaskan perbedaan dengan penelitian yang sedang
dijalankan.
• Apabila KTI ditulis di luar bahasa Indonesia
Permasalahan atau Rumusan Masalah
dan Inggris, maka penulisan abstrak dan kata
• Semua bidang ilmu (dalam penelitian) fenomena yang ada wajib
kunci dalam bahasa Inggris harus tetap ada dikaitkan dengan konsep ilmu pengetahuan.
• Permasalahan yang terjadi diidentifikasikan dengan pertanyaan-
pertanyaan penelitian.

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

5
8/9/2015

PENDAHULUAN (2) TINJAUAN PUSTAKA/TINJAUAN


TEORITIS/LANDASAN TEORI
Tujuan dan Manfaat penelitian, tinjauan, ulasan/review, dan
kajian • Teori-teori yang mendukung atau yang relevan
• Berisi atau menggambarkan tujuan dan manfaat dari dengan kegiatan penelitian yang dilakukan.
penelitian/tinjauan, ulasan/review, dan kajian yang akan diperoleh
dan keterkaitannya dengan apa yang telah dilaporkan/diperoleh • Penyajian scientific method atau landasan teori
sebelumnya. memerlukan acuan pustaka yang kuat, tajam dan
• Tujuan disampaikan secara spesifik. mutakhir.
Hipotesis (bila ada dapat dicantumkan)
• Cara menyitir/mengutip pernyataan peneliti/penulis
• Tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis.
harus mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu sistem
• Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada
penomoran atau catatan perut (pengacuan
masalah atau tujuan penelitian. berkurung).
• Hipotesis dan operasionalisasi konsep mutlak diperlukan khususnya • Tinjauan pustaka dibuat dengan mengemukakan hasil
dalam penelitian kuantitatif. penelitian atau buku yang membahas subjek atau
Rancangan penelitian pendekatan teoritis yang sama sudah dilakukan orang
Laboratorium atau percobaan, dapat disampaikan jika dianggap perlu. lain atau penulis sendiri.
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

METODE (1) METODE (2)

• Didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu: rasional, • Metode mencakup uraian dan penjelasan sebagai
empiris, dan sistematis dengan sasaran hasil penelitian berikut:
dan yang mutakhir.
– Penjelasan mengenai bahan dan peralatan serta
• Perlu acuan pustaka, apabila sudah pernah metode yang digunakan (termasuk pisau analisis).
dipublikasikan sebelumnya  mencerminkan seberapa
valid metode yang digunakan. – Deskripsi/uraian mengenai prosedur yang
• Mengemukakan cara bagaimana peneliti menangani dilakukan, meliputi:
penelitiannya, mulai dari dimensi “pendekatan”, cara data • Penentuan/penetapan parameter /variabel;
dikumpulkan, dan cara menganalisis datanya. • Metode pengumpulan data (sampling method);
• Harus jelas sehingga dapat diulang oleh pembaca (resep). • Metode pengolahan dan analisis data.
Metode yang mengacu pada orang lain tidak perlu ditulis
ulang, sebutkan sumbernya, kecuali kalau ada modifikasi – Cantumkan rumusan matematisnya sehingga
 perlu dijelaskan modifikasinya. hasil numeriknya bisa dicek.
– Jelaskan cukup rinci sehingga metode ini dapat
diulangi (repeatability).
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

6
8/9/2015

HASIL DAN PEMBAHASAN (1) HASIL DAN PEMBAHASAN (2)

• Penampilan/pencantuman/tabulasi data hasil penelitian • Penulisan runut diawali dari pemeriksaan data (verifikasi
yang dilaksanakan sesuai dengan metodologi; dan/atau validasi), mengulas struktur dan hubungan antar
kelompok  analisisnya  interpretasi hasil berdasar teori dan
• Analisis dan evaluasi terhadap data tersebut sesuai
tidak bergeser dari alur yang telah ditetapkan oleh hipotesis.
dengan formula hasil kajian teoritis yang telah dilakukan;
• Hasil analisis berbentuk interpretasi (jika kualitatif); statistik
• Diskusikan atau kupas hasil analisis dan evaluasi, terapkan atau tabulasi epsilon (jika kuantitatif).
metode komparasi, gunakan persamaan, grafik, gambar dan • Hasil harus menjawab permasalahan dan tujuan penelitian.
tabel agar lebih jelas; Berisi tentang penjelasan perbandingan hasil dengan hal lain
• Berikan interpretasi terhadap hasil analisis dan bahasan yang memiliki kaitan maupun bagian dari suatu keragaman
untuk memperoleh jawaban, nilai tambah, dan masalah yang telah dipublikasikan oleh orang lain, atau hasil
kemanfaatan terkait dengen permasalahan dan tujuan dari penelitian sebelumnya jika merupakan rangkaian dari suatu
penelitian. kegiatan penelitian.
• Merupakan hasil analisis fenomena di wilayah • Pembahasan ditulis dengan ringkas dan fokus kepada
interpretasi dari hasil yang diperoleh, BUKAN pengulangan
penelitian yang relevan dengan tema sentral kajian, hasil
dari bagian hasil.
yang diperoleh dapat berupa deskriptif naratif, angka-
angka, gambar/tabel, dan suatu alat.
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

HASIL DAN PEMBAHASAN (3) K E S I M P U L A N (1)


• Acuan pustaka dimunculkan bila harus membandingkan hasil atau • Merupakan bagian akhir suatu tulisan ilmiah  diperoleh dari
pembahasan dengan publikasi sebelumnya. hasil analisis dan pembahasan atau hasil uji hipotesis tentang
• Hindari penyajian ilustrasi berwarna, kecuali jika warna mengandung fenomena yang diteliti  BUKAN tulisan ulang dari pembahasan ,
arti dan keterangan ilustrasi memakai huruf yang jelas terbaca serta BUKAN ringkasan.
notasi yang lazim dan konsisten memakai notasi satuan. • Disampaikan secara singkat dalam bentuk kalimat utuh atau
• Ilustrasi : merupakan rangkuman dari hasil aktivitas/kegiatan dalam bentuk penyampaian butir-butir kesimpulan secara
penelitian yang dapat berupa tabel gambar, foto, dan sebagainya. berurutan.
• Tabel dan gambar : harus memiliki judul dan diikuti detail • Kesimpulan khusus berasal dari analisis, sedangkan kesimpulan
eksperimen dalam “legend” yang harus dapat dimengerti tanpa harus umum adalah hasil generalisasi atau keterkaitan dengan
membaca manuskrip. fenomena serupa di wilayah lain yang diacu dari publikasi
• Pemakaian citra : harus disebutkan tahun dan sumber produknya, terdahulu.
gambar dari acuan harus disebutkan sumbernya. • Harus menjawab pertanyaan dan permasalahan riset yang
• Garis pada grafik: harus jelas terlihat berbeda satu dengan yang lain diungkapkan pada pendahuluan.
bila lebih dari satu kurva. • Pada produk peta  disampaikan pada keterangan (bila memang
• Foto : tekstur yang jelas, kontras dapat menyajikan informasi ada pembahasan sebelumnya).
selengkapnya. (300 dpi)
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

7
8/9/2015

K E S I M P U L A N (2) DAFTAR PUSTAKA (1)

• Disusun berdasarkan aturan masing-masing lembaga


• Segitiga konsistensi yang penting untuk penerbit/publikasi ilmiah  ada perbedaan istilah + cara,
dipenuhi (masalah-tujuan-kesimpulan namun arti sama, + mengacu standar international
• Alasan perbedaan cara penyusunan daftar pustaka oleh masing-
harus konsisten), sebagai upaya check masing lembaga penerbit/publikasi ilmiah : untuk
dan recheck. mempermudah pencantuman, efisiensi ruangan tulisan dan
efisiensi & kemudahan pada penelusuran kembali melalui
SARAN (opsional) berbagai cara.
• Yang dijadikan acuan (hanya yang diacu yang dimasukkan ke
dalam daftar pustaka)  acuan dari hasil komunikasi
Dapat berisi rekomendasi akademik atau langsung : tidak dimasukkan di daftar acuan.
tindak lanjut nyata atas kesimpulan yang • Kemutakhiran pustaka acuan dilihat dari tahun publikasi
pustaka acuan : paling lama dalam kurun lima tahun terakhir 
diperoleh. tergantung bidang.

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

DAFTAR PUSTAKA (2) DAFTAR PUSTAKA (3)


• Semakin banyak daftar pustaka yang diacu dari jurnal ilmiah • Pada produk peta, bila ada acuannya  harus
terakreditasi/terbaru/internasional  mutu tulisan semakin
bagus. dicantumkan pada lembar keterangan.
• Terlalu banyak mengutip dari tulisan sendiri: kurang baik  • Sistem penulisan Daftar Pustaka  disarankan
kecuali untuk bahan orasi ilmiah (minimal 30%).
merujuk kepada sistem, diantaranya:
• Semakin banyak sumber acuan primer (dibandingkan
misalnya dengan textbook)  semakin tinggi bobot dan mutu – Modern Language Association (MLA);
suatu tulisan.
• Persentase jumlah sumber acuan primer: berjumlah paling
– American Psychological Association (APA);
sedikit sepuluh sumber acuan dalam tulisan. – The Chicago Manual of Style (CMS).
• Format penulisan dengan indeks nama maupun angka/nomor
dapat diterima tergantung kelaziman dan batasannya
disarankan: pemberian nomor indeks  berdampak pada
efisiensi ruangan (halaman) dan kemudahan penelusuran tanpa
harus terpaku pada urutan alfabetis.

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

8
8/9/2015

UCAPAN TERIMA KASIH (opsional) TULISAN ILMIAH


• kepada siapa/organisasi/program yang
• TULISAN ILMIAH
patut diberi ucapan terima kasih.
ISI: HASIL PENELITIAN, HASIL KAJIAN,
TINJAUAN ILMIAH
• CIRI: FORMAT BAKU, BERSIH ETIKA
KOMPOSISI BAGIAN
Pembagian persentase per bagian harus rasional
dan proporsional (bila dimungkinkan).

@ea2012 34
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

STRUKTUR DAN KOMPOSISI


PROSIDING
• Unsur Isi : sama dengan KTI untuk
Jurnal Ilmiah, namun kurang mendalam
• Editing tidak seketat Jurnal
II. DALAM BENTUK PROSIDING
• Syarat untuk dinilai 10: tanggal, kata
(II.A.8) pengantar, tanya jawab

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

9
8/9/2015

REVIEW: STRUKTUR DAN KOMPOSISI

• Format variasi: tidak ada metodologi vs ada


metodologi (namun bentuk tidak rinci seperti
KTI biasa)
III.REVIEW/KAJIAN/KOMUNIKASI • Ditulis oleh yang sudah jabatan Peneliti
PENDEK Madya keatas
• Minimal Daftar Pustaka : 25
• Nilai tidak dibedakan dari KTI full paper

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

STRUKTUR DAN KOMPOSISI


KOMUNIKASI PENDEK
• Seperti KTI lengkap, namun lebih singkat 
variasi: menjadi seperti “extended abstract”
(tanpa sub bab) atau dengan Sub Bab
• Tujuan : memberitahukan bahwa penelitian IV. DALAM BENTUK BUKU
baru sudah dilakukan dan masih berjalan
menunggu hasil lengkap  pengakuan dan
(II.A.2)/BAGIAN BUKU II.A.4)
tidak didahului peneliti lain
• Diindikasi di Jurnal : tanda di ujung atas,
lembar terakhir Jurnal  dikelompokkan

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

10
8/9/2015

PENDAHULUAN (1) PENDAHULUAN (2)

• Karya Tulis Ilmiah (KTI) : tulisan hasil penelitian dan atau


• Buku (pengembangan selanjutnya): ditujukan untuk
pengembangan dan atau pemikiran yang disetujui oleh
referee/penelaah/ penyunting, disebarluaskan untuk kepentingan dunia keilmiahan  disebut: buku
diketahui umum dan diterbitkan oleh suatu badan penerbit ilmiah (textbook), yaitu: suatu format penyimpanan
 salah satunya: berupa buku (Peraturan Kepala LIPI No. kumpulan informasi yang berasal dari berbagai
06/E/2009). sumber informasi yang berkualitas ilmiah.
• Buku (arti sederhana): sebagai suatu bentuk format • Beberapa ciri khas yang dijadikan dasar dalam
penyimpanan kumpulan informasi, umumnya mengenai penyusunan buku ilmiah, seperti Logis, Obyektif,
satu topik tertentu dengan tingkat spesifikasinya yang Sistematis, Andal, Dirancangkan, Kontributif 
beragam, dalam bentuk tulisan dan atau campuran dengan LOSADAK.
berbagai ragam bentuk ilustrasi yang bersifat tercetak
atau secara digital yang dapat dibaca atau dapat dicetak
ketika diperlukan.

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

I S I (1) I S I (2)

Persyaratan administratif mencakup: buku yang Persyaratan kandungan isi mencakup : buku memiliki unsur
diterbitkan harus: minimal antara lain:
• Sampul dan Nama Penulis
• Dikeluarkan oleh suatu badan usaha penerbitan
• Karya Cipta
(publishing house)  di tingkat instansi/unit litbang
• Pengantar dan atau Pernyataan Pembuka lainnya
pemerintah atau badan usaha penerbitan swasta
• Daftar Isi
nasional atau internasional + yang memiliki fungsi
• Pendahuluan
sebagai usaha penerbitan (publishing house).
• Batang Tubuh Buku /Contents
• Memiliki ISBN : untuk terbitan tunggal atau terbitan • Ucapan Penghargaan dan Penghargaan/Credits (Opsional)
revisi selanjutnya • Indeks
• Melewati proses editorial, yang mencakup • Glossary (Opsional)
pemeriksaan kebenaran keilmuan dan tatabahasa. • Daftar Pustaka
• Isi paling sedikit 49 halaman (UNESCO). • Bibliography (Opsional)
• Lampiran (Opsional)

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

11
8/9/2015

PENJELASAN ISI (1)


PENJELASAN ISI (2)
Sampul & Nama Penulis
Pengantar dan atau Pernyataan Pembuka lainnya
• Informasi mengenai : judul lengkap, nama penulis, nama
• Merupakan halaman yang menyajikan: ungkapan baik dari
editor/penelaah (bila diperlukan), afiliasi lembaga asal penulis,
penulis ataupun pihak ketiga untuk para pembaca, memuat
institusi penerbit, institusi pencetak, kota penerbitan, tahun
penghargaan, alasan atau harapan dari terbitnya buku yang
penerbitan.
bersangkutan.
• Penempatan halaman judul berfungsi pula sebagai sampul utama
• Dapat dilanjutkan dengan halaman Foreword, yaitu ulasan
buku tersebut yang dapat terbuat dari berbagai bentuk bahan,
singkat dari seseorang (penulis atau pihak ketiga) mengenai
dengan berbagai variasi layout dan estetika halaman sampul.
pandangan kualitas/nilai dari isi buku tersebut. Penempatan
Foreword dapat juga diletakkan di halaman belakang.
Karya Cipta
• Mengandung informasi mengenai status kepemilikan baik untuk
Daftar Isi (1)
karya cipta penulisan maupun penerbitan buku.
• Merupakan daftar organisasi kandungan sebuah buku yang
• International Standard Book Number (ISBN) serta bila ada call
dapat ditelusuri hingga ke bagian perletakannya (halaman).
number library/ International Standard Bibliographic Description
(ISBD) sesuai dengan sistem yang diadopsi oleh publishing house
yang bersangkutan.

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

PENJELASAN ISI (3) PENJELASAN ISI (4)


Daftar Isi (2) Batang Tubuh Buku /Contents (2)
• Mencakup daftar bagian bab atau turunanya dari isi buku dan • Struktur dari setiap bab atau turunannya, mencerminkan
bila ada daftar pendukung lainnya seperti; daftar tabel, gambar, jumlah informasi yang disajikan oleh penulis, jumlah suatu
ilustrasi, dan lain sebagainya mulai dari hal sampul hingga perbandingan yang dibuat baik diantara atau didalam setiap
halaman penutup buku. bab atau turunannya dan tingkat kepentingan pengungkapan
Pendahuluan dari setiap topik didalam struktur bab badan isi buku.
• Mengandung ungkapan dari penulis yang menjelaskan apa yang • Menunjukkan keterurutan isi tulisan + hubungan antar bab atau
terkandung dalam buku tersebut dan latar belakang pendekatan turunannya.
dari topik yang ditulis. • Penggunaan bahasa : bahasa teknis ilmiah dengan
• Menjelaskan alur bagian buku (bab) yang terkandung serta ketertelusuran sumber isi yang merupakan suatu kompilasi
bagaimana pembaca menggunakannya. informasi dari sumber sumber ilmiah asli yang dapat dengan
Batang Tubuh Buku /Contents (1) mudah ditelusuri sumber aslinya.
• Isi dari keseluruhan topik yang dibicarakan, yang diuraikan • Format penulisan isi buku : berupa suatu karya tulis yang
secara runut dalam bentuk tulisan per bagian bab, sub bab serta langsung dituliskan sumber sitasinya atau dirangkum
bagian bagian kecil bab lainnya yang disertai dengan berbagai terakhir di bagian Daftar Pustaka.
format ilustrasi pendukung.
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

12
8/9/2015

PENJELASAN ISI (5) PENJELASAN ISI (6)

Ucapan Penghargaan/Credits (Opsional) Glossary (Opsional)


• Mengungkapkan isi hati penghargaan penulis terhadap berbagai • Kumpulan kamus singkat atas singkatan/kata-kata/peristilahan
pihak individu, lembaga, nara sumber atau lainnya  yang teknis tertentu yang perlu lebih diperjelas lagi
dianggap berkontribusi positif selama proses penulisan dan maksud/pengertiannya.
penerbitan buku. • Ditulis secara alfabetis.
• Memuat daftar nara sumber sebagai pemegang hak cipta atas
berbagai macam bentuk format ilustrasi (foto, grafik, tabel, dll)
Daftar Pustaka
yang dipergunakan di dalam buku di luar dari bagian yang telah
tersitasi dalam daftar Daftar Pustaka. • Kandungan informasi yang ada dalam suatu buku ilmiah
merupakan kompilasi sitasi dari berbagai sumber yang lebih
Indeks dahulu terbit. Sehingga informasi yang dihadirkan bukan selalu
buah pikiran pikiran penulis.
• Sederatan susunan kata/kata-kata/peristilahan yang terkandung
dalam buku yang menjadi kata penting bagi pembaca. • Sumber asli hasil sitasi harus dicantumkan seluruhnya dengan
lengkap dalam Daftar Pustaka.
• Tersusun secara alfabetis dan dibarengi dengan penempatan
keterangan pada halaman di mana kata-kata/peristilahan
tersebut terdapat di dalam buku.
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

PENJELASAN ISI (7) BAGIAN BUKU (Bunga Rampai)


Bibliography (Opsional) UNSUR
• Merupakan sumber sumber informasi diluar format hasil karya • Sampul: sama dengan buku: namun ada editor karena
tulis yang sudah dicantumkan dalam Daftar Pustaka. kontributor terdiri dari beberapa orang  penulis tiap Bab.
• Merupakan sumber informasi lain dari mana penulis • Daftar isi sama dengan Buku namun tiap Bab dilengkapi nama
mempelajari dan mendapatkan idea untuk penulisannya di penulis karena berbeda  termasuk Bab Pendahuluan dan Bab
dalam buku. Penutup .
• Isi tiap Bab lengkap unsur KTI
Lampiran (Opsional)
SIFAT :
• Informasi tambahan diluar dari apa yang telah tercantum di
• Setiap Bab dapat berdiri sendiri karena ada Pendahuluan 
dalam isi/badan buku.
Kesimpulan/Penutup dan Daftar Pustaka  namun ada jalinan
• Tambahan informasi, dengan segala bentuk format tampilannya, benang merah topik dalam BUKU.
yang lebih memperjelas apa yang telah disitir dalam isi buku.
UNSUR LAIN
• Sama seperti Buku

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

13
8/9/2015

POLICY BRIEF (IV C) POLICY PAPER (II  III)

Unsur-unsur: UNSUR-UNSUR
• Judul • Nama instansi penulis
• Ringkasan Eksekutif • Judul
• Konteks/hal penting yang jadi permasalahan: pernyataan jelas • Nama penulis
ttg fokus topik/isu, penjelasan singkat akar masalah/isu • Latar Belakang: pernyataan tujuan  nyatakan mengapa pembuat
kebijakan, pernyataan singkat tentang implikasi kebijakan. keputusan perlu pertimbangkan kebijakan terkait; tinjauan atas
• Kritik/komentar dari kebijakan: pandangan singkat ttg kebijakan terkait, persepsi publikdan penilaian atas efektivitas
kebijakan yg dipilih/diterapkan, mengapa kurang tepat kebijakan terkait saat ini; pentingya perubahan
• Rekomendasi: penjelasan rinci • Hasil sintesis: penjelasan alternatif pilihan kebijakan, pro dan
langkah/pengukuran/perhitungan yang diperlukan untuk kontra atas pilihan, idenrtifikasi implikasi lainnya
penerapan kebijakan • Rekomendasi: identifikasi pilihan yang akan direkomendasikan,
• Lampiran (opsional) penyampaian secara jelas argumen pilihan lebih baik dari lainnya
• Sumber bacaan (referensi) • Implementasi: rekomendasi yang rinci: langkah2 spesifik
(bagaimana & kapan)
• Lampiran (opsional): tabel2, penjelasan catatan akhir, bibliografi

@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

Ethical Clearance: Pedoman Penilaian Etika Penelitian dan


POLICY PAPER (2)
Publikasi  acuan utama KEP LIPI (2011)
Isi dan analisis pada makalah kebijakan : 1. Diproduksi oleh MPR LIPI  FGD tgl. 24 Okt ‘12
• Alternatif2 kebijakan 2. Sejak perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, kegiatan
• Analisis biaya-manfaat: kualitatif atau kuantitatif penelitian, hingga publikasi ilmiah
(kelayakan implemntasi ekonomi + politik 3. Kategori hal yang berkaitan penelitian:
*Penyusunan penelitian
• Kriteria yang jelas : untuk evaluasi masalah yang
*Clearance penelitian
dihadapi dan alternatif kebijakan untuk
*Tim dan negosiasi dengan pihak terkait
dipertimbangkan
*Pembingkaian masalah penelitian
• Prediksi yang jelas  indikator yang menunjukkan *Pengumpulan dan bahan
keberhasilan *Pembuktian hipotesis dan sintesis
*Pelaporan dan penyebaran hasil
• Policy paper yang sudah dimanfaatkan oleh pemerintah 4. Berkaitan publikasi: umum, judul, pengarang, abstrak,
 nilai di unsur III pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, referensi,
ucapan terima kasih
Penilaian  Mengisi Check list
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI

14
8/9/2015

PENEGAKAN KODE ETIK PENELITIAN


TULISAN ILMIAH (2)  Kejelasan kode yang dilanggar
 Kejelasan kategori pelanggaran
 pemalsuan hasil penelitian
• BERSIH ETIKA (ETHICAL CLEARANCE) DALAM ISI (fabrication);
KESELURUHAN, MELIPUTI:  pemalsuan data penelitian
(falsification);
1. UMUM  pencurian proses dan/atau hasil
2. JUDUL (plagiat);
3. PENGARANG  pemerasan tenaga peneliti dan
PENILAIAN (REVIEW)
OLEH MITRABESATARI 4. ABSTRAK pembantu peneliti (exploitation);
(PEER REVIEWERS) 5. PENDAHULUAN  perbuatan tidak adil (injustice)
BERKOMPETEN 6. METODE sesama peneliti;
7. HASIL  kecerobohan yang disengaja
(intended careless);
8. PEMBAHASAN
 penduplikasian (duplication).
9. REFERENSI
10.UCAPAN TERIMAKASIH BUKU ELEKTRONIK KODE ETIK PENELITIAN
@ea2012
57 TERLAMPIR
@PusbindiklatPeneliti LIPI

STANDAR KOMPETENSI PENELITI


(berlaku 1 Januari 2012)
1. Peneliti Pertama (Jurnal tidak terakreditasi + KTI
belum terbit + Laporan Teknis)
2. Peneliti Muda (KTI Jurnal terakreditasi + prosiding
nasional + memimpin penelitian)
3. Peneliti Madya (Diklat Lanjutan + pembinaan kader
peneliti + KTI Bagian Buku)
4. Peneliti Utama (KTI/Buku Nasional + membina
kader ilmiah) atau yang nilainya equivalent: KTI
PUSBINDIKLAT PENELITI-LIPI
international Jl. Raya Bogor KM 46, Cibinong 16916
Email: pusbindiklat@mail.lipi.go.id
http://www.pusbindiklat.lipi.go.id
@PusbindiklatPeneliti LIPI

15
DAFTAR TERBITAN BERKALA ILMIAH TERAKREDITASI
PERIODE I TAHUN 2012

Bidang Ilmu NO Nama Terbitan Berkala ISSN Penerbit Rekomendasi Peringkat


Ilmiah
AGAMA 1. Al-Jami'ah Journal of 0126-012X UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Terakreditasi A
Islamic Studies
2. Studia Islamika 0215-0492 PPIM UIN Syarif Hidayatullah Terakreditasi A
Jakarta
3. ISLAMICA: Jurnal Studi 1978-3183 Program Pascasarjana IAIN Terakreditasi B
Keislaman Sunan Ampel Surabaya
4. INFERENSI 1978-7332 Pusat Penelitian dan Pengabdian Terakreditasi B
Masyarakat (P3M) STIN Salatiga

5. Ulumuna 1411-3457 IAIN Mataram Terakreditasi B


HUKUM 1. Masalah-Masalah Hukum 2086-2695 Fakultas Hukum Undip Terakreditasi B

2. JURNAL HUKUM (IUS 0854-8498 Fak. Hukum UII Yogyakarta Terakreditasi B


QUIA IUSTUM)

3. Junal Ilmu Hukum 0853-7100 Fak. Hukum UNPAS Bandung Terakreditasi B


LITIGASI
4. Yustisia 0852-0941 Fakultas Hukum UNS Terakreditasi B
KESEHATAN/ 1. The Indonesia Journal of 1411-4801 Divisi Gastroenterologi Dep. Ilmu Terakreditasi B
OLAHRAGA Gastroenterology Penyakit Dalam FKUI/RSUPN
Hepatology and Jakarta Pusat
Digestive Endoscopy
2. Sari Pediatri 0854-7823 Badan Penerbit Ikatan Dokter Terakreditasi B
Anak Indonesia Jakarta
3. Jurnal Gizi Klinik 1693-900X Minat S2 Gizi dan Kesehatan/PS. Terakreditasi B
Indonesia (The Ilmu Gizi Kesehatan Fak.
Indonesian Journal of Kedokteran UGM
Clinikal Nutrition)
4. Dental Journal (Majalah 1978-3728 Fak. Kedokteran Gigi Univ. Terakreditasi B
Kedokteran Gigi) Airlangga

5. Kesmas Jurnal Kesehatan 1907-7505 Fak. Kesehatan Masyarakat UI Terakreditasi B


Masyarakat Nasional
Bidang Ilmu NO Nama Terbitan Berkala ISSN Penerbit Rekomendasi Peringkat
Ilmiah
PERTANIAN 1 Jurnal Agronomi 2085-2916 Perhimpunan Agronomi Indonesia Terakreditasi A
Indonesia (PERAGI) dan Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fak.
Pertanian, Institut Pertanian
Bogor
2. Agritech (Jurnal 0216-0455 Fak. Teknologi Pertanian UGM Terakreditasi B
Teknologi Pertanian) Perhimpunan Ahli Teknologi
Pangan Cabang Yogyakarta &
Perhimpunan Teknik Pertanian
Cabang Yogyakarta

3. Jurnal Entomologi 1827-7722 Perhimpunan Entomologi Terakreditasi B


Indonesia Indonesia Bogor
REKAYASA 1. Makara Seri Teknologi 1693-6698 Universitas Indonesia Terakreditasi B
2. Jurnal Teknik Sipil 0853-2982 Fakultas Teknik Sipil dan Terakreditasi B
Lingkungan Institut Teknologi
Bandung (ITB)
3. ITB Journal of 1978-3086 LPPM ITB berkerja sama dengan Terakreditasi B
Information and Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Communication Bandung
Technology
4. Jurnal Teknologi Industri 0216-3160 Asosiasi Agroindustri Indonesia Terakreditasi B
Pertanian bekerja sama dengan Departemen
Teknologi Industri Pertanian,
FATETA IPB

5. Jurnal Teknik Industri 1411-2485 Jur. Teknik Industri, Fak. Terakreditasi B


Teknologi Industri Univ. Kristen
Petra Surabaya
SASTRA DAN 1. DISKURSUS, Jurnal 1412-3878 Lembaga Penelitian Filsafat dan Terakreditasi B
FILSAFAT Filsafat dan Teologi Teologi, Sekolah Tinggi Filsafat
Driyarkara Jakarta
Lampiran KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Tentang: Hasil Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah (Periode II Tahun 2012)
Bidang Ilmu No Nama Terbitan Berkala ISSN Penerbit website Peringkat
Ilmiah
AGAMA 1. Al Qalam 1410-3222 Lembaga Penelitian IAIN SMH Banten http://lemlit.iainbanten.ac.id/home B
2. Ijtihad Jurnal Wacana Hukum 1411-9544 Jurusan syariah STAIN Salatiga http://ijtihad.stainsalatiga.ac.id/ijtihad.html B
Islam
EKONOMI 1. Jurnal Ekonomi dan 1411-0393 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia http://www.stiesia.ac.id/jurnal B
Keuangan (EKUITAS) (STIESIA) Surabaya
2. International Research 2089-6271 Prasetya Mulya Business School Jakarta http://www.irjbs.com/index.php/jurnalirjbs B
Journal of Business Studies
3. Journal of Economics, 2087-3735 PPPM STIE Perbanas Surabaya bekerja http://academicjournalonline.com/ B
Business, & Accountancy sama dengan Perhimpunan Bank Umum
Ventura Nasional Jawa Timur, dan Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia Surabaya
4. Jurnal Akuntansi dan 1829-8494 Departemen Akuntansi FEUI http://accounting.fe.ui.ac.id/jaki B
Keuangan Indonesia
KEPENDIDIKAN 1. Cakrawala Pendidikan, Jurnal 0216-1370 Lembaga Pengembangan dan Penjaminan http://journal.uny.ac.id/index.php/cp B
Ilmiah Pendidikan Mutu Pendidikan UNY
2. Sekolah Dasar 0854-8285 Program Studi PGSD Jur. KSDP Fak. Ilmu http://journal.fip.um.ac.id/sekolahdasar B
Pendidikan, UM bekerja sama dengan
Asosiasi Dosen PGSD Indonesia
3. Jurnal Pendidikan dan 2302-996X Lembaga Pengembangan Pendidikan http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan- B
Pembelajaran Pembelajaran (LP3), Univ. Negeri Malang pembelajaran/index
MIPA 1. HAYATI Journal of 1978-3019 Perhimpunan Biologi Indonesia dan Dep. http://journal.ipb.ac.id/index.php/hayati B
Biosciences Biologi, FMIPA Instititut Pertanian Bogor
PERTANIAN 1. Jurnal Hama dan Penyakit 1411-7525 Jur. Proteksi Tanaman, Fak. Pertanian Univ. http://journal.unila.ac.id/index.php/jhtrop B
Tumbuhan Tropika lampung Perhimpunan Entomologi
Indonesia Cabang Bandar Lampung &
Perhimpunan Fitopatologi Indonesia
Komda Lampung
2. Jurnal Teknologi dan Industri 1979-7788 Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip B
Pangan Indonesia (PATPI), bekerja sama dengan
Dep. Ilmu dan Teknologi Pangan, Fak.
Teknologi Pertanian, IPB
REKAYASA 1. CIVIL ENGEINEERING 1410-9530 Unviersitas Kristen Petra Surabaya http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/civ B
DIMENSION
SASTRA DAN FILSAFAT 1. BAHASA DAN SENI 0854-8277 Fak. Sastra Univ. Negeri Malang http://sastra.um.ac.id/ B
SENI 1. Panggung 0854-3429 Puslitmas Bidang Penerbitan Sekolah http://penerbitan.stsi-bdg.ac.id/ B
Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung
SOSIAL HUMANIORA 1. Tawarikh: International 2085-0980 ASPENSI (Asosiasi Sarjana Pendidikan http://www.tawarikh-journal.com/ B
Journal for Historical Studies Sejarah Indonesia) di Bandung bekerja
sama dengan Fak. Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UVRI (Unviersitas Veteran
Republik Indonesia) di Makassar, Sulawesi
Selatan, untuk periode 2012-2014

2. Jurnal Humaniora 0852-0801 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah http://www.jurnal-humaniora.ugm.ac.id/ B


Mada
3. KARSA, Jurnal Sosial dan 1693-122X STAIN Pamekasan http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks B
Budaya Keislaman
4. Jurnal Sosiologi Masyarakat 0852-8489 Labsosio FISIP UI http://www.labsosio.org/matter/articles/journal B

5. Jurnal Antropologi Indonesia 1693-167X Dep. Antropologi FISIP UI B


6. Sosiohumaniora 1411-0911 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada http://www.sosiohumaniora.unpad.ac.id B
Masyarakat Universitas Padjadjaran

Ket:
Terakreditasi > 85 A (Sangat Baik)
70-85 B (Baik)
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
NOMOR : 58/DIKTI/Kep/2013
TANGGAL : 22 Agustus 2013
HASIL AKREDITASI TERBITAN BERKALA ILMIAH PERIODE I TAHUN 2013

Bidang   Nama  Terbitan  


No   ISSN   Penerbit   Laman   Rekomendasi   Peringkat  
Ilmu   Berkala  Ilmiah  
Agama   1   Journal  of   1978-­‐ Lembaga  Studi  Agama   http://jiis.suna Terakreditasi   A  
Indonesian  Islam   6301   &  Sosial  kerjasama   n-­‐ampel.ac.id/  

dengan  Program  
Pascasarjana  (PPs)  IAIN  
Sunan  Ampel  Surabaya  
2   Al-­‐  Ulum   1412-­‐ Lembaga  Penerbitan   www.iaingoron Terakreditasi   B  
0534   (Lemlit)  IAIN  Sultan   talo.ac.id/alulu
Amai  Gorontalo   m  

3   TSAQAFAH  (Jurnal   1411-­‐ Intitut    Studi  Islam   http://tsaqafah Terakreditasi   B  


Peradaban  Islam)   0334   Darussalam  (ISID)   .isid.gontor.ac.i
Gontor   d/  

Ekonomi   1   Gadjah  Mada   1411-­‐ Master  of   http://www.ga Terakreditasi   B  


International   1128   Management,  Fakultas   maijb.mmugm.
Journal  Of   Ekonomika  dan  Bisnis   ac.id/  

Business   UGM  
Hukum   1   Jurnal  Dinamika   1410-­‐ Fakultas  Hukum   http://www.di Terakreditasi   B  
Hukum   0797   UNSOED   namiclaw.org  

2   Mimbar  Hukum   0852-­‐ Fakultas  Hukum  UGM   http://www.mi Terakreditasi   B  


100X   mbar.hukum.u
gm.ac.id  

Kesehatan   1   Universa  Medicina   1907-­‐ Fakultas  Kedokteran   http://univmed Terakreditasi   B  


3062   Universitas  Trisakti   .org  

2   Majalah   0126-­‐ Fakultas  Kedokteran   www.mkb-­‐ Terakreditasi   B  


Kedokteran   074X   Universitas  Padjadjaran   online.org  

Bandung  
3   Jurnal  Ners   1858-­‐ Program  Studi  Ilmu   http://journal. Terakreditasi   B  
3598   Keperawatan  Fak.   unair.ac.id  

Keperawatan  
bekerjasama  dengan  
Persatuan  Perawat  
Nasional  Indonesia  
Propinsi  Jawa  Timur  
4   Journal  of   2089-­‐ Yayasan  Penerbitan   http://indonesi Terakreditasi   B  
Indonesian   1067   Ikatan  Dokter   a.digitaljournal
Medical   Indonesia  (YPIDI)   s.org/index.ph
Association   p/idmed/issue/
(JInMA)/Majalah   archive  

Kedokteran  
Indonesia  (MKI)  
5   Oto  Rhino   0216-­‐ Perhimpunan  Dokter   http://www.orl Terakreditasi   B  
Laryngologica   3667   Spesialis  Telinga   i.or.id  

Indonesiana   Hidung  dan  Tenggorok  


Bedah  Kepala  Leher  
Indonesia  
Bidang   Nama  Terbitan  
No   ISSN   Penerbit   Laman   Rekomendasi   Peringkat  
Ilmu   Berkala  Ilmiah  
6   Medical  Journal  of   0853-­‐ Fakultas  Kedokteran  UI   http://mji.ui.ac Terakreditasi   B  
Indonesia   1773   .id  

7   Majalah  Obstetri   0854-­‐ Departemen  Obstetri  &   http://journal. Terakreditasi   B  


&  Ginekologi   0381   Ginekologi  Fakultas   unair.ac.id  

kedokteran  Universitas  
Airlangga  RSUD  Dr.  
Soetomo,  Surabaya  

MIPA   1   Majalah  Farmasi   0126-­‐ Fakultas  Farmasi  UGM   http://www.in Terakreditasi   B  


Indonesia   1037   donesianjphar
(Indonesian   m.com  

Journal  of  
Pharmacy)    
2   Indonesian   1411-­‐ Jurusan  Kimia  FMIPA   http://ijc.chemi Terakreditasi   B  
Journal  Of   9420   UGM   stry.ugm.ac.id  

Chemistry  
3   Indonesian   0853-­‐ Sekolah  Pascasarjana   http://ijbiotech Terakreditasi   B  
Journal  of   8654   UGM  dan  Pusat  Studi   .ugm.ac.id  

Biotechnology   Biotechnologi  UGM  


Yogyakarta  
4   Journal  of  the   2086-­‐ Himpunan  Matematika   http://www.ji Terakreditasi   B  
Indonesian   8952   Indonesia  (The   ms-­‐a.org  

Mathematical   Indonesian  
Society  (JIMS)   Mathematical  
Society/IndoMS)  
5   Makara  Seri  Sains   1693-­‐ Universitas  Indonesia   http://journal. Terakreditasi   B  
6671   ui.ac.id  

Pendidikan   1   SOSIOHUMANIKA:   1979-­‐ Asosiasi  Sarjana   www.sosiohum Terakreditasi   B  


Jurnal  Pendidikan   0112   Pendidikan  Sejarah   anika-­‐
Sains  Sosial  dan   Indonesia  (ASPENSI)   jpssk.com  

Kemanusiaan  
Pertanian   1   Jurnal  Tanah   0852-­‐ Jur.  Ilmu  Tanah  Fak.   http://journal. Terakreditasi   B  
Tropika  (Journal  of   257X   Pertanian  UNILA  dan   unila.ac.id/inde
Tropical  Soils)   Himpunan  Ilmu  Tanah   x.php/tropicals
Indonesia  (HITI)  Komda   oil
 

Lampung  
Rekayasa   1   TELKOMNIKA   1693-­‐ Universitas  Ahmad   http://telkomni Terakreditasi   A  
6930   Dahlan  (UAD)  dan   ka.ee.uad.ac.id  

Institute  Of  Advanced  


Engineering  and  
Science  (IAES)  
Seni   1   Mudra  (Jurnal   0854-­‐ UPT.  Penerbitan   http://jurnal.isi Terakreditasi   B  
Seni  Budaya)   3461   Institut  Seni  Indonesia   -­‐dps.ac.id  

Denpasar  
Sosial   1   Journal  of   1907-­‐ Jurusan  Ilmu   http://jsp.umy. Terakreditasi   B  
Humaniora   Government  and   8374   Pemerintahan   ac.id/  
Politics   Universitas  
Muhammadiyah  
(ADIPSI)  dan  (APSPA)  
Bidang   Nama  Terbitan  
No   ISSN   Penerbit   Laman   Rekomendasi   Peringkat  
Ilmu   Berkala  Ilmiah  
2   Jurnal  Komunitas   2086-­‐ Jurusan  Sosiologi  dan   http://journal. Terakreditasi   B  
5465   Antropologi  FIS  UNNES   unnes.ac.id/nju
/index.php/ko
munitas  

Keterangan:
Terakreditasi >85 A (Sangat Baik)
70-85 B (Baik)

Anda mungkin juga menyukai