UNIVERSITAS UDAYANA
2015
BEBERAPA METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
DAN PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
Tim Penyusun:
Kartika Sari, S.Si., M.Sc.
Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si.
Dra. Ni Made Puspawati, M.Phil., Ph.D.
Disajikan dalam Rangka Program “Iptek bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Guru Sekolah
Dasar di Desa Bugbug, Karangasem: Pendampingan dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas), Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penyusun panjatkan, karena
perkenan-Nya modul pelatihan dan pendampingan dalam rangka pelaksanaan
“Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Guru Sekolah Dasar di Desa
Bugbug, Karangasem: Pendampingan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah” dapat diselesaikan.
Bab I dan II dari modul ini merupakan hasil terjemahan dari buku “How To
Design And Evaluate Research In Education” oleh Jack. R Fraenkel and Norman E.
Wallen. Seventh Edition Tahun 2008, The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221
Avenue of the Americas, New York, yang sebagian diambil dari Part 4 dan Part 5.
Modul ini disusun dengan mengacu pada pertimbangan hal-hal yang sekiranya
penting untuk diketahui oleh guru. Uraian dalam modul ini sebagian besar
membahas tentang metode penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh guru selain
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Bagian lampiran dari modul ini menyajikan materi: (1) Pedoman Penulisan
Karya Tulis Ilmiah; (2) Daftar Jurnal Terakreditasi Periode I tahun 2012; (3) Daftar
Jurnal Terakreditasi Periode II tahun 2012; dan (4) Daftar Jurnal Terakreditasi
Periode I tahun 2013; dengan harapan dapat menjadi panduan dan sumber informasi
bagi guru dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Modul ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari berbagai
pihak diterima dengan senang hati, demi perbaikan dimasa mendatang.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
vi
BAB 1
1
mengenai hubungan sebab-akibat. Dalam studi ekperimen, peneliti melihat pengaruh
sedikitnya satu variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian eksperimen juga seringkali disebut variabel eksperimen atau variabel
perlakuan. Variabel terikat juga dikenal sebagi variabel kriteria atau variabel luaran
yang mengacu pada hasil atau luaran penelitian.
Karakteristik utama dari penelitian eksperimental yang membedakannya dari
semua jenis penelitian lainnya adalah bahwa peneliti memanipulasi variabel bebas.
Peneliti menetapkan sifat perlakuan (yaitu, apa yang akan terjadi pada subyek
penelitian), kepada siapa diterapkan, dan sampai sejauh mana diterapkan. Variabel
bebas yang sering dimanipulasi dalam penelitian pendidikan adalah metode
pengajaran, jenis tugas, bahan pengajaran, penghargaan diberikan kepada siswa, dan
jenis pertanyaan yang diajukan oleh guru. Variabel terikat yang sering dipelajari
meliputi prestasi, minat pada mata pelajaran, rentang perhatian, motivasi, dan sikap
terhadap sekolah.
Setelah perlakuan diberikan untuk jangka waktu yang tepat, peneliti mengamati
atau mengukur kelompok yang menerima perlakuan yang berbeda (dengan
menggunakan posttest atau sejenisnya) untuk melihat apakah kedua kelompok
berbeda. Dengan kata lain, peneliti ingin melihat apakah perlakuan membuat
perbedaan. Jika nilai rata-rata hasil postest kelompok berbeda dan peneliti tidak bisa
menemukan penjelasan alternatif yang masuk akal untuk perbedaan ini, dapat
disimpulkan bahwa perlakuan memiliki pengaruh dan kemungkinan menjadi penyebab
perbedaan.
Oleh karena itu, penelitian eksperiment memungkinkan peneliti melampaui
deskripsi dan prediksi, serta melampaui identifikasi hubungan, untuk setidaknya
determinasi parsial dari hal-hal yang menyebabkannya. Studi korelasi mungkin
menunjukkan hubungan yang kuat antara sosial ekonomi tingkat dan prestasi
akademik, misalnya, tetapi mereka tidak dapat menunjukkan bahwa memperbaiki
tingkat sosial ekonomi akan meningkatkan prestasi. Hanya penelitian eksperiment
yang memiliki kemampuan ini. Beberapa contoh aktual dari jenis penelitian
eksperiment yang telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan adalah sebagai berikut:
1. “Quality of learning with an active versus passive motivational set”
2. “Comparison of computer-assisted cooperative, competitive, and individualistic
learning”
3. “An intensive group counseling dropout prevention intervention: . . . isolating at-
risk adolescents within high schools”
2
4. “The effects of student questions and teacher questions on concept acquisition”
5. “Changing teaching practices in mainstream classrooms to improve bonding
and behavior of low achievers”
6. “Mnemonic versus nonmnemonic vocabulary-learning strategies for children”
Perbandingan Kelompok-Kelompok
3
penelitian, karena memungkinkan peneliti untuk menentukan apakah perlakuan
tersebut memberi pengaruh atau apakah suatu perlakuan lebih efektif dari yang lain.
Secara historis, kelompok kontrol murni adalah yang tidak menerima perlakuan
sama sekali. Meskipun keadaan lini sering terjadi pada penelitian medis atau
psikologis, namun jarang terjadi di penelitian pendidikan. Kelompok kontrol hampir
selalu menerima perlakuan berbeda atau sejenisnya. Oleh karena itu, beberapa
peneliti pendidikan lebih merujuk pada kelompok pembanding daripada kelompok
kontrol.
Perhatikan contoh. Misalkan seorang peneliti ingin mengetahui efektivitas
metode baru pengajaran sains. Dia akan memiliki kelompok yang diajarkan dengan
metode baru, tetapi siswa di kelompok pembanding akan terus diajarkan dengan
metode yang biasa digunakan guru sebelumnya.
4
perbandingan metode inquiry dengan metode ceramah dalam suatu pembelajaran
mata pelajaran kimia; contoh dari (2) penelitian perbandingan penggunaan
transparansi dibandingkan tidak ada transparansi dalam statistik mengajar. Contoh dari
(3) studi perbandingan pengaruh besarnya antusiasme guru yang dispesifikasikan
berbeda pada sikap siswa terhadap matematika. Dalam (1) dan (2), variabel-variabel
(metode) jelas bersifat kategoris. Dalam (3), sebuah variabel yang dalam
kenyataannya adalah kuantitatif (tingkat antusiasme) diperlakukan sebagai data
kategori (efek besarnya antusiasme yang dispesifikasikan berbeda akan dipelajari)
agar peneliti memanipulasi (yaitu, untuk mengontrol) besarnya antusiasme.
Pengacakan
Sebuah aspek penting dari banyak percobaan adalah penugasan acak dari
subjek pada kelompok. Meskipun ada beberapa jenis eksperimen di mana penugasan
secara acak tidak mungkin, peneliti mencoba untuk menggunakan pengacakan setiap
kali mungkin. Ini adalah unsur penting dalam jenis eksperimen terbaik. Penugasan
secara acak mirip, tetapi tidak sama, dengan konsep seleksi acak seperti yang dibahas
di Bab 6. Penugasan acak berarti bahwa setiap individu yang berpartisipasi dalam
percobaan memiliki kesempatan yang sama untuk ditugaskan ke salah satu kondisi
eksperimental atau kontrol yang dibandingkan. Pilihan acak, di sisi lain, berarti bahwa
setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk menjadi
anggota sampel. Dibawah penugasan acak, setiap anggota sampel diberikan sebuah
nomor (sebarang), dan tabel bilangan acak kemudian digunakan untuk memilih
anggota kelompok eksperimen dan kontrol.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan mengenai penugasan acak dari
subjek pada kelompok. Pertama, penugasan acak terjadi sebelum percobaan dimulai.
Kedua, penugasan acak merupakan proses penugasan atau pendistribusian individu
pada kelompok, bukan hasil distribusi tersebut. Ini berarti bahwa anda tidak bisa
melihat dua kelompok yang sudah terbentuk dan memberitahu, hanya dengan melihat,
apakah kelompok terbentuk secara acak atau tidak. Ketiga, penggunaan penugasan
acak memungkinkan peneliti untuk membentuk kelompok itu, tepat pada saat memulai
penelitian, adalah sama yaitu, mereka berbeda hanya secara kebetulan di setiap
variabel yang ditinjau. Dengan kata lain, penugasan acak dimaksudkan untuk
menghilangkan ancaman yang tidak relevan, atau tambahan, variabel yang tidak hanya
yang peneliti sadari tetapi juga yang tidak disadari yang mungkin mempengaruhi luaran
penelitian. Hal ini merupakan keindahan dan kekuatan penugasan acak. Inilah salah
5
satu alasan mengapa percobaan, secara umum, lebih efektif daripada jenis penelitian
untuk menilai hubungan sebab dan akibat.
Tentu saja pernyataan terakhir ini bertentangan dengan realisasi bahwa
kelompok-kelompok yang dibentuk melalui penugasan secara acak masih mungkin
agak berbeda. Penugasan secara acak hanya menjamin kelompok-kelompok itu
ekuivalen (atau setidaknya sama ekuivalen sebagai manusia yang dapat mereka buat)
di awal percobaan. Selanjutnya, penugasan secara acak bukan jaminan kelompok
ekuivalen kecuali kedua kelompok berukuran cukup besar. Sebagai contoh, tidak ada
yang akan mengharapkan penugasan secara acak menghasilkan keekuivalenan jika
hanya lima subjek ditugaskan pada masing-masing kelompok. Tidak ada aturan untuk
menentukan seberapa besar ukuran kelompok seharusnya, tapi sebagian besar
peneliti yang tidak nyaman mengandalkan penugasan secara acak dengan kurang dari
40 subyek dalam setiap kelompok.
6
mempengaruhi luaran penelitian. Mereka melakukan ini dengan memastikan bahwa
kedua kelompok seekuivalen mungkin pada semua variabel lain daripada yang atau
sedang dipelajari (yaitu, variabel bebas). Bagaimana peneliti meminimalkan atau
menghilangkan ancaman karena karakteristik subjek? Banyak cara yang ada untuk hal
ini. Berikut adalah beberapa yang paling umum
Pengacakan: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika subyek dapat secara
acak ditugaskan pada kelompok-kelompok yang terlibat dalam penelitian eksperimen,
peneliti dapat mengasumsikan bahwa kelompok-kelompok tersebut ekuivalen. Ini
adalah cara untuk memastikan bahwa efek satu atau lebih kemungkinan variabel asing
terkontrol.
7
dan setelah perlakuan diimplementasikan untuk melihat apakah terjadi perubahan
perilaku.
X O
Perlakuan Pengamatan (variabel terikat)
8
Simbol X merepresentasikan kelompok yang dikenai perlakuan, sedangkan
simbol O mengacu pada pengamatan (pengukuran) dari variabel terikat. Penempatan
simbol dari kiri ke kanan menunjukkan urutan waktu X dan O. Seperti yang anda lihat,
perlakuan, X, dilakukan sebelum pengamatan variabel terikat, O.
Misalkan seorang peneliti ingin melihat apakah buku teks baru meningkatkan
minat siswa dalam sejarah. Dia menggunakan buku teks (X) untuk satu semester dan
kemudian mengukur minat siswa (O) dengan skala sikap. Diagram dari contoh ini
adalah ditunjukkan pada Gambar 1.1
X O
Buku teks baru Skala sikap untuk mengukur
ketertarikan
(variabel terikat)
Kelemahan yang paling jelas dari rancangan ini adalah ketiadaan kontrol
apapun. Peneliti tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh di
O (yang diukur dengan skala sikap) adalah karena perlakuan X (buku teks).
Rancangan tidak dilengkapi dengan suatu perbandingan, sehingga peneliti tidak dapat
membandingkan hasil perlakuan (yang diukur dengan skala sikap) dengan kelompok
yang sama sebelum menggunakan buku teks baru, atau dengan orang-orang
kelompok lain yang menggunakan buku teks yang berbeda. Karena kelompok tidak
diberi tes awal dengan cara apapun, peneliti tidak tahu apa-apa mengenai seperti apa
kelompok sebelum menggunakan buku teks.
Dengan demikian, peneliti tidak tahu apakah perlakuan benar-benar memberi
pengaruh. Adalah sangat mungkin bahwa siswa yang menggunakan buku baru akan
menunjukkan sikap yang sangat peduli terhadap sejarah. Tapi pertanyaannya apakah
sikap-sikap ini muncul akibat penggunaan buku teks baru?, Sayangnya, studi kasus
satu-shot tidak membantu kita menjawab pertanyaan ini. Untuk memperbaiki
rancangan ini, perbandingan bisa dibuat dengan kelompok siswa lainnya yang
mengambil mata pelajaran yang sama yang dan menggunakan buku teks biasa (Kami
akan menunjukkan anda rancangan semacam ini secara singkat.). Untungnya,
kelemahan dalam rancangan one-shot diketahui dengan baik sehingga jarang
digunakan dalam penelitian pendidikan.
9
Rancangan Pretes Postes Satu Kelompok
O X O
Pretest Perlakuan Posttest
O X O
Pretest; Perlakuan: Posttest
Dua puluh skala sikap Sepuluh minggu Dua puluh items skala
yang diisi siswa (variabel pendampingan sikap yang diisi siswa
terikat) (variabel terikat)
Desain ini lebih baik daripada studi kasus satu-shot (Peneliti setidaknya tahu
apakah ada perubahan yang terjadi), tetapi rancangan ini masih lemah. Sembilan
ancaman tidak terkontrol bagi validitas internal ada yang mungkin menjelaskan hasil
pada posttest, yaitu sejarah, pematangan, perusakan instrumen, karakteristik
pengumpul data, bias pengumpul data, pengujian, regresi statistik, sikap subyek, dan
implementasi. Salah satu atau semua ini dapat mempengaruh hasil penelitian. Peneliti
tidak akan tahu apakah perbedaan sikap di antara pretest dan posttest adalah karena
perlakuan atau satu atau lebih dari ancaman ini. Untuk memperbaiki hal ini, dalam
percobaan dapat ditambahkan sebuah kelompok pembanding, yang tidak menerima
perlakuan. Kemudian jika perubahan sikap terjadi antara pretest dan posttest, peneliti
10
memiliki alasan untuk percaya bahwa hal itu disebabkan oleh perlakuan (dilambangkan
dengan X)
X O
O
X O
Buku teks baru Skala sikap untuk mengukur ketertarikan
Buku teks reguler Skala sikap untuk mengukur ketertarikan
11
Rancangan pretest-Posttest Static-Group
O X O
O O
Bahan penting dari rancangan eksperimen yang benar adalah bahwa subyek
secara acak ditugaskan untuk kelompok perlakuan. Seperti dibahas sebelumnya,
penugasan acak adalah teknik yang kuat untuk mengendalikan karakteristik subjek
yanmerupakan gancaman terhadap validitas internal, bisa dijadikan pertimbangan
utama dalam pendidikan penelitian.
Rancangan Acak Kelompok Kontrol Posttest-Only. Rancangan kelompok
melibatkan dua kelompok, yang keduanya dibentuk oleh penugasan acak. Satu
kelompok menerima perlakuan eksperimen, sementara yang lain tidak, dan kemudian
kedua kelompok yang diberi post test. Sebuah diagram dari desain ini adalah sebagai
berikut
12
Rancangan Acak Kelompok Kontrol Posttest Only
Kelompok R X O
Perlakuan
Kelompok kontrol R C O
13
Sekali lagi kami menekankan bahwa penting untuk menjaga perbedaan yang
jelas antara pemilihan acak dan penugasan secara acak. Keduanya melibatkan proses
pengacakan, tetapi untuk tujuan yang berbeda. Ingat bahwa pemilihan acak
dimaksudkan untuk memberikan sampel yang representatif. Tapi mungkin atau
mungkin tidak disertai dengan penugasan acak subjek pada kelompok. Penugasan
acak dimaksudkan untuk menyamakan kelompok, dan seringkali tidak disertai dengan
seleksi acak.
Kelompok Perlakuan R O X O
Kelompok Kontrol R O C O
14
Rancangan Acak Empat Kelompok Solomon
Kelompok perlakuan R O X O
Kelompok kontrol R O C O
Kelompok perlakuan R X O
Kelompok kontrol R C O
15
Rancangan Acak Kelompok Kontrol Posttest Only dengan penyesuaian subjek
Kelompok Mr X O
Perlakuan
Kelompok Kontrol Mr C O
Simbol Mr mengacu pada fakta bahwa anggota masing-masing pasangan yang cocok
ditugaskan secara acak pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Meskipun pretest dari variabel terikat umumnya digunakan untuk memberikan
nilai yang sesuai, pengukuran dari setiap variabel yang menunjukkan hubungan
substansial dengan varianbel terikat adalah memadai. Penyesuaian dapat dilakukan di
salah satu atau kedua cara dari dua cara: secara mekanis atau statistik. Keduanya
membutuhkan skor untuk setiap subjek pada masing-masing variabel dimana subjek-
subjek disesuaikan
16
Pemasangan manual adalah proses pemasangan dua orang yang skornya
pada variabel tertentu adalah sama. Dua wanita, misalnya, yang skor kecerdasan
matematika dan nilai tes kecemasan adalah sama dipasangkan pada variabel tersebut.
Setelah pemasangan selesai untuk seluruh sampel, pemeriksaan harus dilakukan
(melalui penggunaan poligon frekuensi) untuk memastikan bahwa kedua kelompok
memang ekuivalen pada setiap pemasangan variabel. Sayangnya, dua masalah
membatasi kegunaan pemasangan manual. Pertama, sangat sulit untuk memasangkan
lebih dari dua atau tiga variabel -orang hanya tidak berpasangan pbagai cada lebih dari
beberapa karakteristik, membuat perlu untuk memiliki sampel awal yang sangat besar
untuk ditarik. Kedua, dalam rangka untuk memasangkan, hampir tak terelakkan bahwa
beberapa subyek harus dihilangkan dari penelitian karena tidak ada "pemasangan"
untuk mereka dapat ditemukan. Akibatnya, sampel tidak lagi acak meskipun mungkin
sebelum pemasangan terjadi sampel bersifat acak.
Sebagai contoh rancangan pemasangan acak dengan penugasan acak,
misalkan peneliti tertarik pada pengaruh pembinaan akademik pada rata-rata Indeks
Prestasi (IPK) dari mahasiswa yang prestasi akademiknya rendah di kelas ilmu
pengetahuan. Peneliti secara acak memilih sampel 60 siswa dari populasi 125 siswa
tersebut di sekolah dasar setempat dan memasangkan mereka dengan IPK, diperoleh
bahwa subjekbisa cocok 40 dari 60. Dia kemudian menugaskan secara acak tiap
subjek dalam menghasilkan 20 pasang baik untuk kelompok eksperimental ataupun
kelompok kontrol. Gambar 1.4 menyajikan contoh yang serupa
Di sisi lain, Pemasangan secara statistik tidak memaksa hilangnya subyek,
juga tidak membatasi jumlah pemasangan variabel. Setiap subjek diberi skor "prediksi"
pada variabel terikat, berdasarkan korelasi antara variabel terikat dan variabel (atau
variabel) yang subjeknya sedang dipasangkan. Perbedaan antara skor prediksi dan
skor aktual untuk setiap individu kemudian digunakan untuk membandingkan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Ketika pretest yang digunakan sebagai variabel pemasangan, perbedaan
antara skor prediksi dan aktual disebut skor kenaikan terregresi. Skor ini lebih disukai
dengan skor kenaikan yang lebih mudah (skor posttest minus pretest untuk setiap
individu) terutama karena lebih reliabel.
Jika pemasangan manual yang digunakan, salah satu anggota dari masing-
masing pasangan yang cocok ditugaskan secara acak pada kelompok eksperimen,
sedangkan yang lain pada kelompok kontrol. Jika pemasangan statistik yang
digunakan, sampel dibagi secara acak di bagian awal, dan penyesuaian secara
17
statistik dibuat setelah semua data telah dikumpulkan. Meskipun beberapa peneliti
menganjurkan penggunaan statistik atas pemasangan manual, pemasangan secara
statistik tidak mutlak. Kelemahan utamanya adalah bahwa hal itu mengasumsikan
hubungan antara variabel terikat dan masing-masing variabel prediksi dapat dijelaskan
dengan tepat oleh suatu garis lurus daripada garis melengkung. Apapun prosedur
yang digunakan, peneliti harus (dalam rancangan ini) mengandalkan penugasan
secara acak untuk menyamakan kelompok pada semua variabel lain yang
berhubungan dengan variabel terikat.
18
Rancangan Kelompok Kontrol dengan Hanya Pretest dan dengan Hanya Pemasangan
Kelompok kontrol M X O
Kelompok perlakuan M C O
Kelompok kontrol M O X O
Kelompok perlakuan M O C O
Simbol M pada rancangan ini adalah subjek-subjek dalam kelompok yang telah
dipasangkan (pada variabel tertentu) tetapi bukan penugasan secara acak pada
kelompok.
Rancangan Penyeimbang . rancangan penyeimbang merepresentasikan teknik
lain untuk menyamakan kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Dalam
rancangan ini, masing-masing kelompok dikenai semua perlakuan, sekian banyak
adanya, tapi dalam urutan yang berbeda. Sejumlah perlakuan-perlakuan mungkin
terlibat. Contoh diagram untuk rancangan penyeimbang yang melibatkan tiga
perlakuan adalah sebagai berikut
Kelompok I X1 O X2 O X3 O
Kelompok II X2 O X3 O X1 O
Kelompok III X3 O X1 O X2 O
Susunan ini melibatkan tiga kelompok. Kelompok I menerima perlakuan 1 dan dikenai
posttest, kemudian menerima perlakuan 2 dan dikenai posttest, dan terakhir menerima
perlakuan 3 dan dikenai posttest. Kelompok II menerima perlakuan 2 pertama,
kemudian perlakuan 3, dan kemudian perlakuan 1, yang dikenai posttest setelah setiap
perlakuan. Kelompok III menerima perlakuan 3 pertama, kemudian perlakuan 1, diikuti
oleh perlakuan 2, yang juga dikenai posttes setelah setiap perlakuan Urutan di mana
kelompok menerima perlakuan harus ditentukan secara acak.
Bagaimana peneliti menentukan dari berbagai perlakuan? Hanya dengan
membandingkan skor rata-rata posttes untuk semua kelompok pada masing-masing
perlakuan. Dengan kata lain, nilai rata-rata skor posttest untuk semua kelompok untuk
perlakuan 1 dapat dibandingkan dengan nilai rata-rata skor posttest untuk semua
19
kelompok pada perlakuan 2, dan seterusnya, sampai seberapa banyak adanya
perlakuan.
Rancangan ini mengontrol dengan baik ancaman karakteristik subjek terhadap
validitas internal tetapi sangat rentan pada gangguan banyak perlakuan -yaitu, kinerja
selama perlakuan tertentu mungkin dipengaruhi oleh satu atau lebih dari perlakuan
sebelumnya. Akibatnya, hasil penelitian setiap studi yang mana peneliti telah
menggunakan rancangan penyeimbang harus diperiksa dengan teliti. Perhatikan dua
set data hipotetis yang ditampilkan di Gambar 1.5.
Study 1 Study 2
Weeks Weeks Weeks Weeks
Group I 1-- 4 5-- 8 1-- 4 5-- 8
Method X = 12 Method Y = 8 Method X = 10 Method Y = 6
Group II Method Y = 8 Method X = 12 Method Y = 10 Method X = 14
Overall Means: Method X = 12; Method Y = 8 Method X = 12; Method Y = 8
Interpretasi dalam penelitian 1 sudah jelas: Metode X lebih unggul untuk kedua
kelompok terlepas dari urutan dan ke tingkat yang sama. Interpretasi dalam penelitian
2 adalah jauh lebih kompleks. Secara keseluruhan, metode X muncul lebih unggul, dan
dengan jumlah yang sama seperti dalam studi 1. Dalam kedua studi, mean
keseluruhan untuk X adalah 12, sedangkan untuk Y adalah 8. Dalam Penelitian 2,
tampak bahwa perbedaan antara X dan Y tergantung pada paparan sebelumnya pada
metode lainnya. Kelompok I dilakukan jauh lebih buruk pada metode Y ketika terkena
itu mengikuti X, dan kelompok II dilakukan jauh lebih baik di X ketika terkena setelah
Metode Y. Ketika baik X atau Y diberikan urutan pertama, tidak ada perbedaan dalam
kinerja. Itu Meragukan bahwa bahwa metode X lebih unggul dalam segala kondisi
dalam penelitian 2, sedangkan ini cukup jelas dalam studi 1.
Referensi
Alreck, T. L., & Settle, B. R. (1995). The survey research handbook (2nd Ed.). Chicago:
Irwin Inc.
Besemer, S. P., & O’Quin, K. (1993). Assessing creative products: Progress and
potentials. In S. G. Isaksen (Ed.), Nurturing and developing creativity: The
emergence of a discipline (pp. 331–349). Norwood, New Jersey: Ablex
Publishing Corp.
20
Besemer, S. P., & O’Quin, K. (1989). The development, reliability, and validity of the
revised creative product semantic scale. Creativity Research Journal, 2, 268–
279.
Besemer, S. P., & O’Quin, K. (1987). Creative product analysis: Testing a model by
developing a judging instrument. In S. G. Isaksen, Frontiers of creativity
research: Beyond the Basics. (pp. 341–357). Buffalo, NY: Bearly Ltd.
Besemer, S. P., & O’Quin, K. (1986). Analysis of creative products: Refinement and
test of a judging instrument. Journal of Creative Behavior, 20(2), 115–126.
Besemer, S. P., & Treffingger, D. (1981). Analysis of creative products: Review and
Synthesis. Journal of Creative Behavior, 15, 158–178.
Betz, J. A. (1996). Computer games: Increase learning in an interactive
multidisciplinary environment. Journal of Technology Systems, 24(2), 195–205.
Bilan, B. (1992). Computer simulations: An Integrated tool. Paper presented at the
SAGE/6th Canadian Symposium, The University of Calgary.
Brogden, H., & Sprecher, T. (1964). Criteria of creativity. In C. W. Taylor, Creativity,
progress and potential. New York: McGraw Hill.
Choi, B., & Gennaro, E. (1987). The effectiveness of using computer simulated
experiments on junior high students’ understanding of the volume displacement
concept. Journal of Research in Science Teaching, 24(6), 539–552.
DeVore, P., Horton, A., & Lawson, A. (1989). Creativity, design, and technology.
Worcester, Massachusetts: Davis Publications, Inc.
Duenk, L. G. (1966). A study of the concurrent validity of the Minnesota Test of
Creative Thinking, Abbr. Form VII, for eighth-grade industrial arts
Students.Minneapolis:Minnesota University. (Report No. BR-5-0113).
Edmunds, A. L. (1990). Relationships among adolescent creativity, cognitive
development, intelligence, and age. Canadian Journal of Special Education,
6(1), 61–71.
Gokhale, A. A. (1996). Effectiveness of computer simulation for enhancing higher order
thinking. Journal of Industrial Teacher Education, 33(4), 36–46.
Gryphon Software Corporation (1996). Gryphon Bricks Demo (Version 1.0) [Computer
Software]. Glendale, CA: Knowledge Adventure. [On-line] Available: http://www
.kidsdomain.com/down/mac/bricksdemo.html
Guilford, J. (1976). Intellectual factors in productive thinking. In R. Mooney & T. Rayik
(Eds.), Explorations in creativity. New York: Harper & Row.
Harkow, R. M. (1996). Increasing creative thinking skills in second and third grade
gifted students using imagery, computers, and creative problem solving.
Unpublished master’s thesis, NOVA Southeastern University.
Hayes, J. R. (1990). Cognitive processes in creativity. (Paper No. 18). University of
California, Berkeley.
Hinton, B. L. (1968, Spring). A model for the study of creative problem solving. Journal
of Creative Behavior,2(2), 133–142
Howe, R. (1992). Uncovering the creative dimensions of computer-graphic design
products. Creativity Research Journal, 5(3), 233–243.
21
Johnson, J. R. (1989). Project 2061: Technology (Association for the Advancement of
Science Publication 89-06S). Washington, DC: American Association for the
Advancement of Science.
Joram, E., Woodruff, E., Bryson, M., & Lindsay, P. (1992). The effects of revising with a
word processor on writing composition. Research in the Teaching of English,
26(2),167–192.
Knoll, M. (1997). The project method: Its vocational education origin and international
development. Journal of Industrial Teacher Education, 34(3), 59–80.
Lewis, T. (1999). Research in technology education: Some areas of need. Journal of
Technology Education, 10(2), 41–56.
Maslow, A. (1962). Toward a psychology of being. Princeton, NJ: Van Nostrand.
Moss, J. (1966). Measuring creative abilities in junior high school industrial arts.
Washington, DC: American Council on Industrial Arts Teacher Education.
Olson, D. W. (1973). Tecnol-o-gee. Raleigh: North Carolina University School of
Education, Office of Publications
Runco, R. A., Nemiro, J., & Walberg, H. J. (1998). Personal explicit theories of
creativity. Journal of Creative Behavior, 32(1), 1–17.
Savage, E., & Sterry, L. (1990). A conceptual framework for technology education.
Reston, VA: International Technology Education Association.
Stein, M. (1974). Stimulating creativity: Vol. 1. Individual procedures. New York:
Academic Press.
Taylor, I. A. (1959). The nature of the creative process. In P. Smith (Ed.), Creativity: An
examination of the creative process (pp. 51–82). New York: Hastings House
Publishers.
Torrance, E. P. (1966). Torrance test on creative thinking: Norms-technical manual
(Research Edition). Lexington, MA: Personal Press.
Torrance, E. P. (1963). Creativity. In F. W. Hubbard (Ed.), What research says to the
teacher (Number 28). Washington, DC: Department of Classroom Teachers
American Educational Research Association of the National Education
Association.
Wallas, G. (1926). The art of thought. New York: Harcourt, Brace and Company
22
BAB II
METODE PENELITIAN KUALITATIF
23
yang lebih menekankan pada deskripsi-yang menyeluruh -- yaitu, pendeskripsian
secara rinci semua yang terjadi pada aktivitas atau situasi tertentu daripada
melakukan komparasi pengaruh-pengaruh dari perlakuan tertentu (seperti dalam
penelitian eksperimen), mengatakan, atau menggambarkan sikap atau perilaku
masyarakat (seperti dalam penelitian survei).
Kami percaya bahwa penelitian pendidikan adalah, dan harus, merupakan
campuran antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif , Namun, untuk membantu
pemahaman anda mengenai banyak jenis penelitian yang ada, pada Tabel 2.1
diberikan perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif
Lebih menyukai definisi yang tepat yang Lebih memilih definisi dalam konteks atau
dinyatakan sejak awal. sebagai studi berlanjut.
Lebih memilih rancangan atau kontrol Lebih memilih analisis logis dalam
statistik variabel-variabel asing. mengontrol atau menghitung variabel -
variabel asing.
Lebih memilih kontrol rancangan khusus Ketergantungan utama pada peneliti untuk
untuk bias yang prosedural. menangani bias yang prosedural.
Lebih memilih ringkasan hasil secara Lebih memilih ringkasan narasi hasil.
statistik .
24
Kesediaan untuk memanipulasi aspek- Keengganan untuk mengutak-atik
aspek, situasi-situasi, atau kondisi fenomena-fenomena yang terjadi secara
dalam mempelajari fenomena yang alami
kompleks
Banyak jenis metodologi kualitatif berbeda yang ada, tapi ada beberapa fitur
umum tertentu yang menjadi ciri kebanyakan studi penelitian kualitatif. Tidak semua
penelitian kualitatif akan menampilkan semua karakteristik ini dengan kekuatan yang
sama. Namun demikian, bila digabungkan, mereka memberikan gambaran
keseluruhan yang baik apa yang terlibat dalam jenis penelitian ini. Bogdan dan Biklen
mendeskripsikan lima fitur tersebut.
1. Kondisi alamiah adalah sumber data langsung dan peneliti adalah instrumen
kunci dalam penelitian kualitatif penelitian. Peneliti-peneliti kualitatif langsung
menuju pengaturan menarik tertentu untuk mengamati dan mengumpulkan
datanya. Mereka benar-benar menghabiskan banyak waktu di sekolah, duduk
di pertemuan staf pengajar, menghadiri - pertemuan asosiasi orang tua-guru,
mengamati guru di kelas mereka dan lokal lain, dan pada umumnya mengamati
dan mewawancarai individu-individu seperti mereka melakukan rutinitas sehari-
hari.
Kadang-kadang mereka datang hanya dilengkapi dengan sebuah alas dan
pensil untuk mencatat, tetapi sering kali mereka menggunakan peralatan audio
dan rekaman video yang canggih. Bahkan bila peralatan tersebut digunakan,
bagaimanapun, data yang dikumpulkan tepat di tempat kejadian dan ditambah
dengan pengamatan peneliti dan wawasan tentang apa terjadi. Seperti Bogdan
dan Biklen tunjukkan, peneliti-peneliti kualitatif menuju ke pengaturan menarik
tertentu karena mereka berkepentingan dengan konteks-mereka merasa bahwa
aktivitas-aktivitas dapat dipahami dalam pengaturan aktual dimana mereka
berada. Mereka juga merasa bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh
pengaturan khusus, dan karenanya, bila memungkinkan mereka menggunakan
pengaturan demikian
2. Data kualitatif dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau gambar bukan angka.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif meliputi transkrip
wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman audio, kaset video, buku harian,
komentar pribadi, memo, resmi catatan, bagian buku, dan hal lain yang dapat
menyampaikan kata-kata aktual atau perbuatan-perbuatan manusia. Dalam
25
pencarian mereka untuk memahami, peneliti kualitatif biasanya tidak berusaha
untuk mereduksi data mereka menjadi simbol numerik, melainkan berusaha
untuk melukiskan apa yang telah mereka amati dan catat dalam semua
kesempurnaannya. Oleh karena itu, mereka melakukan yang terbaik untuk tidak
mengabaikan apapun yang mungkin memberi pemahaman untuk suatu situasi.
Gestures, lelucon, gambits percakapan, karya seni atau dekorasi lainnya di
sebuah ruangan-semua dicatat oleh peneliti-peneliti kualitatif. Untuk seorang
peneliti kualitatif, tidak ada data yang trivial atau tidak layak
3. Peneliti-peneliti kualitatif khawatir dengan proses serta produk. Peneliti-peneliti
kualitatif terutama tertarik pada bagaimana hal-hal terjadi. Oleh karena itu,
mereka cenderung untuk mengamati bagaimana orang berinteraksi satu sama
lain; bagaimana beberapa jenis pertanyaan dijawab; arti bahwa orang-orang
memberikan kata-kata dan tindakan tertentu; bagaimana sikap orang
diterjemahkan ke dalam tindakan; bagaimana siswa tampaknya dipengaruhi
oleh cara-cara guru, gestur atau komentar; dan sejenisnya.
4. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara induktif. Para
peneliti kualitatif biasanya tidak, merumuskan hipotesis terlebih dahulu dan
kemudian berusaha untuk menguji itu. Sebaliknya, mereka cenderung
"memainkan kelanjutannya." Mereka menghabiskan banyak waktu
mengumpulkan data mereka (sekali lagi, terutama melalui observasi dan
wawancara) sebelum mereka memutuskan apa pertanyaan penting untuk
dipertimbangkan. Seperti Bogdan dan Biklen sarankan, peneliti kualitatif tidak
menyusun puzzle yang fotonya mereka sudah tahu. Mereka membangun
sebuah gambar yang mengambil bentuk saat mereka mengumpulkan dan
memeriksa bagian-bagiannya.
5. Bagaimana orang memahami kehidupan mereka adalah perhatian utama
peneliti-peneliti kualitatif. Minat khusus peneliti kualitatif terletak pada perspektif
subyek penelitian. Para peneliti kualitatif ingin mengetahui apa yang peserta
penelitian sedang pikirkan dan mengapa mereka berpikir apa yang mereka
lakukan. Asumsi-asumsi, motif-motif, alasan -alasan, tujuan-tujuan, dan nilai-
nilai ---- semua ketertarikan dan mungkin menjadi fokus pertanyaan peneliti-
peneliti.
Adalah juga umum bagi peneliti untuk menunjukkan rekaman video atau isi
catatan-catatan mereka yang lengkap mengenai peserta untuk memeriksa
akurasi interpretasi peneliti. Dengan kata lain, peneliti melakukan yang terbaik
26
untuk menangkap pemikiran peserta dari perspektif peserta (dibandingkan
dengan peneliti hanya melaporkan apa yang dia pikirkan) seakurat mungkin.
Tabel 2.2 memberikan ringkasan karakteristik utama penelitian kualitatif .
27
10 Fleksibilitas Terbuka untuk mengadaptasi penyelidikan sebagai
rancangan pemahaman memperdalam dan / atau perubahan situasi ;
Menghindari keadaan terkunci ke dalam desain yang kaku
yang menghilangkan daya tanggap; mengupayakan jalan
penemuan baru ketika mereka muncul
Sumber: Michael Quinn Patton (2008)
28
kegiatan tersebut akan diamati dan dianalisis. masalah-masalah peramalan ini
sering dirumuskan kembali beberapa kali selama penelitian kualitatif.
2. Identifikasi peserta dalam penelitian. Peserta dalam penelitian merupakan
sampel dari individu yang akan diamati (diwawancarai, dll.) - dengan kata lain,
subyek penelitian. di hampir semua penelitian kualitatif, sampel adalah
purposive sampel. Penarikan sampel secara acak biasanya tidak layak, karena
peneliti ingin memastikan bahwa ia memperoleh sampel yang unik cocok untuk
maksud penelitian. Pada contoh sebelumnya, siswa SMA dalam kota adalah
subjek yang diteliti, tapi tidak sembarang kelompok siswa demikian diambil.
Mereka harus ditemukan di sekolah dalam kota tertentu.
3. Pembentukan hipotesis. Tidak seperti di kebanyakan penelitian kuantitatif,
hipotesis tidak diajukan pada awal studi oleh peneliti. Sebaliknya, mereka
muncul dari data saat studi berlangsung. Beberapa segera dibuang; yang lain
dimodifikasi atau diganti. Yang baru dirumuskan. Sebuah ciri khas studi
kualitatif mungkin mulai dengan sedikit, jika ada, hipotesis yang diajukan oleh
peneliti di awal, tetapi dengan beberapa yang dirumuskan, dipertimbangkan
kembali, dibuang, dan dimodifikasi sebagai hasil studi. Pada contoh ini, seorang
peneliti bisa berhipotesis awalnya bahwa interaksi di sekolah dalam kota antara
4. Pengumpulan data. Tidak ada "perlakuan" dalam penelitian kualitatif , juga tidak
ada "manipulasi" subjek. Para peserta dalam penelitian kualitatif tidak
dibagi menjadi kelompok-kelompok, dengan satu kelompok yang dikenai
perlakuan dari beberapa jenis dan efek -efek dari perlakuan ini kemudian diukur
dalam beberapa cara. Data tidak dikumpulkan pada "akhir" dari penelitian.
Sebaliknya, koleksi data dalam penelitian kualitatif sedang berlangsung. Itu
peneliti terus mengamati orang, peristiwa, dan kejadian, sering melengkapi
pengamatan nya dengan wawancara mendalam dari peserta yang dipilih dan
pemeriksaan berbagai dokumen dan mencatat yang relevan dengan fenomena
yang ditinjau.
5. Analisis data. Menganalisis data kualitatif pada dasarnya melibatkan analisis
dan sintesis informasi peneliti memperoleh dari berbagai sumber (misalnya,
observasi, wawancara, dokumen) ke dalam deskripsi koheren apa yang telah
dia amati atau temukan. hipotesisbiasanya tidak diuji dengan cara prosedur
statistik inferensial, seperti halnya penelitian eksperimen atau asosiasi,
meskipun beberapa statistik, seperti persentase, dapat dihitung jika muncul
mereka dapat menjelaskan rincian spesifik tentang fenomena yang diselidiki.
29
Namun analisis data dalam penelitian kualitatif, sangat bergantung pada
deskripsi; bahkan ketika statistik tertentu dihitung, mereka cenderung
digunakan dalam makna deskriptif daripada inferensial.
6. Interpretasi dan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, interpretasi yang dibuat
terus menerus di seluruh jalannya penelitian. sedangkan kuantitatif peneliti
biasanya meninggalkan gambar kesimpulan untuk akhir penelitian, peneliti
kualitatif mereka cenderung untuk merumuskan interpretasi mereka saat
penelitian berlangsung. Akibatnya, orang menemukan kesimpulan peneliti
dalam penelitian kualitatif lebih atau kurang terintegrasi dengan langkah-
langkah lainnya dalam process penelitian Peneliti kualitatif yang mengamati
kegiatan yang sedang berlangsung di kelas sekolah dalam kota , misalnya,
mungkin menulis tidak hanya apa yang dia lihat setiap hari tetapi juga
interpretasi dari pengamatananya.
30
karakteristik tertentu di kelas, cara-cara tertentu pengajaran, yang dapat diterapkan di
tempat lain. Saat peneliti memiliki gambaran "keunggulan" dalam pengajaran,
misalnya, ia dapat menerapkan gambar ini untuk berbagai situasi. "Untuk kualitatif
penelitian, ini berarti bahwa penciptaan Animage -- potret hidup dari pengajaran yang
sangat baik, sebagai contoh, bisa menjadi prototipe yang dapat digunakan dalam
pendidikan guru atau untuk penilaian pengajaran " Berdasarkan kata-kata Eisner.
Kontak langsung dengan dunia kualitatif adalah salah satu
sumber generalisasi kita yang paling penting . Tapi. . . kita tidak perlu mempelajari
segala sesuatu pada tahap pertama. Kita mendengarkan pendongeng dan belajar
tentang bagaimana hal itu, dan kita menggunakan apa yang telah kita katakan untuk
membuat keputusan tentang apa yang akan. Kita melihat foto dan belajar apa yang
diharapkan pada perjalanan kami yang akan datang ke Spanyol. Kita melihat bermain
pada Waterfront dan belajar sesuatu tentang korupsi di industri perkapalan dan, yang
lebih penting, tentang konflik dan ketegangan antara dua bersaudara. Kita melihat film
One Flew atas Cuckoo Nest dan memahami lebih banyak tentang bagaimana orang
bertahan di lembaga yang bersikeras untuk domestikasi mereka.
Perhatian khusus, untuk kasus ini, adalah deskriptif tidak hanya kasus ini, tapi
kasus lain semacam itu. Ketika Sara Lawrence Lightfoot menulis tentang Brookline
High School atau George Washington Carver Senior High school atau John F.
Kennedy Senior High School, dia mengatakan pada kami lebih dari apa sekolah-
sekolah tertentu itu seperti; Kami belajar sesuatu tentang apa yang membuat sebuah
sekolah tinggi yang baik. Apakah semua tinggi sekolah harus baik dengan cara yang
sama? Tidak Dapatkah beberapa sekolah tinggi berbagi beberapa mengenai
karakteristik mereka? Tentu dapat. Dapatkah kita belajar dari Lawrence Lightfoot apa
yang seharusnya dicari? Tentu saja.
Ada sedikit pertanyaan, kita berpikir, bahwa generalisasi adalah mungkin
dalam penelitian kualitatif. Tapi merupakan jenis generalisasi yang berbeda dari yang
ditemukan dalam banyak penelitian kuantitatif. Dalam banyak penelitian eksperimen
dan uasieksperiment, peneliti menggeneralisasi dari sampel yang diselidiki ke
populasi yang diteliti. Perhatikan bahwa di sini peneliti yang melakukan generalizing.
Dia mungkin menyarankan pada praktisi bahwa temuan-temuan adalah berharga dan
dapat (kadang-kadang mereka mengatakan harus) diterapkan dalam situasi mereka.
Di sisi lain, dalam studi kualitatif, peneliti juga dapat menggeneralisasi, tetapi
jauh lebih mungkin bahwa setiap generalisasi yang dilakukan akan dijalankan oleh
praktisi yang tertarik - individu yang berada dalam situasi yang samayang diselidiki
31
oleh peneliti. Ini adalah praktisi, bukan peneliti, orang yang menghakimi
dapat diterapkannya temuan peneliti dan kesimpulan, yang menentukan apakah
temuan peneliti cocok atau situasinya. Eisner membuat ini jelas.
Peneliti mungkin bertanya sesuatu seperti ini: Ini adalah “Apa yang saya
kerjakan dan apa yang saya pikirkan. ada hubungannya dengan situasi Anda? Jika ya
tidak dan jika situasi anda merepotkan atau bermasalah, bagaimana mendapatkan
cara apa dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya? "
Perlu dicatat bahwa tidak semua peneliti kualitatif melihat generalisasi dengan
cara yang sama. Beberapa peneliti sedikit khawatir "dengan pertanyaan apakah
temuan mereka dapat digeneralisasikan, daripada dengan pengaturan dan mata
pelajaran yang mana dapat digeneralikan. Bogdan dan Biklen memberikan contoh
Dalam studi unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit pembelajaran, kami
mempelajari cara staf profesional dan orang tua berkomunikasi tentang kondisi
anak-anak. Karena kita berkonsentrasi pada simpang susun, kami melihat
bahwa staf profesional tidak hanya mendiagnosis bayi tapi juga sampai orang
tua. Evaluasi orangtua ini membentuk dasar untuk penilaian profesional
dibuat tentang apa yang harus dikatakan kepada orang tua dan bagaimana
mengatakannya. Merefleksikan tentang pertemuan orangtua-guru dalam
sekolah negeri dan situasi lain di mana profesional memiliki informasi tentang
anak-anak yang orang tua yang mungkiningin mengakses, mulai melihat
kesamaan. . . . Satu taktik saat menjelajahi adalah sejauh mana temuan unit
perawatan intensif dapat digeneralisasikan untuk tidak pengaturan lain dari
jenis yang substantif yang sama, tetapi untuk pengaturan lainnya, seperti
sekolah, di mana para profesional berbicara dengan orang tua.
32
Validitas Internal Penelitian Kualitatif
Sampai sejauh ini sebuah studi kualitatif tidak berusaha untuk mengeksplorasi
hubungan, validitas internal, tegasnya, tidak sepenting seperti dalam penelitian
kuantitatif. Namun, karena penelitian kualitatif sangat bergantung pada peneliti-peneliti
dalam mengumpulkan dan menafsirkan informasi, pertimbangan penting, bahkan
dalam penelitian deskriptif murni, adalah bias peneliti. Selanjutnya, studi kualitatif
sering mengandung interpretasi yang melibatkan hubungan. Ketika hal ini terjadi,
perhatian harus diberikan kepada proses menilai dan, jika mungkin, mengendalikan
masing-masing ancaman. Meskipun lebih sulit dalam penelitian kualitatif, kadang-
kadang mungkin, belajar kritik, untuk mengendalikan ancaman tertentu. Sebagai
pengecualian adalah penelitian sejarah, dimana kontrol, hampir tidak mungkin.
33
Sejauh ini, yang paling banyak diyakini adalah bahwa tidak ada
suatu metode terbaik. Semua tergantung pada apa yang anda pelajari
dan apa yang ingin anda ingin ketahui. Jika Anda ingin mengetahui
apa yang mayoritas orang Indonesia pikirkan mengenai isu-isu tertentu
penelitian isu tertentu, penelitian survei yang bergantung pada rancangan
kuantitatif dalam memilih sampel, merancang dan mempretest instrumen Anda,
dan menganalisis data adalah yang terbaik. Jika Anda ingin tahu tentang
proses perubahan di sekolah dan bagaimana berbagai anggota sekolah
mengalami perubahan, metode kualitatif akan bekerja dengan lebih baik. Tanpa
diragukan lagi ada pertanyaan dan topik-topik tertentu yang pendekatan
kualitatif tidak akan membantu Anda dengan, demikian juga dengan penelitian
kuantitatif.
Dengan demikian tidak ada metode yang benar-benar terbaik dari lainnya. Hal yang
penting adalah mengetahui pertanyaan dapat dijawab dengan baik dengan metode
yang mana atau kombinasi metode yang mana.
Referensi
34
Sage; and K. Plummer (1983), Documents of life: An introduction to the problems and
literature of a humanistic method. London: George Allen & Unwin.
Ibid. (1998) Citation within the quotation is: A. Strauss and J. Corbin .Basics of
qualitative research: Grounded theory procedures and techniques (2nd ed.).
Newbury Park, CA: Sage.
A. Strauss and J. Corbin (1994). Grounded theory methodology: An overview. In A.
Denzin and Y. Lincoln (eds.), Handbook of qualitative research. Thousand
Oaks, CA: Sage.
J. Piaget (1936/1963). The origins of intelligence in the child. New York: Norton;
J. Piaget (1932/1965). The moral judgments of the child. New York: Free Press;
L. S. Vigotsky (1914/1962). Thought and language. Cambridge, MA: MIT Press.
Robert Stake (1997). The art of case study research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Robert K. Yin (1994). Case study research: Design and methods. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Adapted from John W. Creswell (2005). Educational research: Planning, conducting,
and evaluating quantitative and qualitative research. Upper Saddle River, NJ:
Pearson Merrill Prentice Hall, pp. 204–207.
E. W. Eisner (1991). The enlightened eye: Qualitative inquiry and the enhancement of
educational practice. New York: Macmillan.
S. L. Lightfoot (1983). The good high school. New York: Basic Books.
S. Morrow (2005). Quality and trustworthiness in qualitative research in counseling
psychology. Journal of Counseling Psychology, 52: 52.
35
DAFTAR PUSTAKA
Jack. R Fraenkel and Norman E. Wallen. 2008. How To Design And Evaluate
Research In Education oleh the Americas , Seventh Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue.
Pedoman penulisan Karya Tulis Ilmiah. Materi Diklat. Pusbindiklat Peneliti – LIPI dalam
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/materi_pertemuan/pra_raker/Pu
sbindiklat_LIPI_Kemenkes_Pedoman%20PenulisanKTI_Raker2013.pdf
Daftar Jurnal Terakreditasi Periode I tahun 2012, dalam http://www.kopertis12.or.id/wp-
content/uploads/2013/11/Daftar-Jurnal-Terakreditasi-Periode-I-Tahun-
20121.pdf
Daftar Jurnal Terakreditasi Periode II tahun 2012, dalam
http://www.kopertis12.or.id/wp-content/uploads/2013/11/lampiran-SK-Jurnal-
Periode-II-Tahun-2012-cd11.pdf
Daftar Jurnal Terakreditasi Periode I tahun 2013, dalam http://www.kopertis12.or.id/wp-
content/uploads/2013/11/hasil-akreditasi-terbitan-berkala-ilmiah-periode-i-
tahun-2013.pdf
36
8/9/2015
Pusbindiklat Peneliti-LIPI
2
@Pusbindiklat Peneliti LIPI
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG C. PENGERTIAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) 1. Karya Tulis Ilmiah 11. Majalah Ilmiah
Peran lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) 2. Kaidah Ilmiah 12. Buku Ilmiah
Kebutuhan sarana publikasi hasil litbang; Karya Tulis 3. Wahana Publikasi 13. Bunga Rampai
Ilmiah (KTI) 4. Media Cetak 14. Prosiding
Beragam persepsi tentang KTI 5. Media Elektronik 15. Lembaga Penerbitan
LIPI sebagai instansi pembina jabatan fungsional 6. Makalah Lengkap (publishing house)
peneliti. 7. Monografi 16. Unit litbang
B. TUJUAN DAN SASARAN 8. Komunikasi Pendek 17. Plagiasi
Tujuan Pedoman KTI: untuk memberikan acuan dalam
9. Kajian Kebijakan
penyusunan KTI bagi peneliti.
10. Makalah Kebijakan
Sasaran Pedoman KTI: tersedianya standar minimal
dalam hal kaidah penulisan ilmiah dan terjadinya
kesamaan persepsi dalam menyusun KTI.
Pusbindiklat Peneliti-LIPI Pusbindiklat Peneliti-LIPI
3 4
1
8/9/2015
JENIS, BENTUK, DAN CAKUPAN KTI JENIS, BENTUK, DAN CAKUPAN KTI
A. JENIS KTI B. BENTUK KTI
Jenis KTI terdiri atas: 1. Buku Ilmiah
1. hasil litbang; 2. Bunga Rampai
2. tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran 3. Majalah Ilmiah/Jurnal
sistematis. 4.Prosiding
KTI disusun berdasarkan jenisnya tapi tetap dibuat dalam format yang sama, C. CAKUPAN KTI
kecuali untuk KTI jenis tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis
dijelaskan secara keseluruhan dan lengkap tentang subjek yang ditinjau/diulas dan • Lingkup pedoman KTI merupakan substansi minimal yang harus
dikaji. dipenuhi dalam penyusunan KTI.
Isi dari tulisan: sesuai dengan kedalaman analisis setiap penulis. KTI mengacu • Pengembangan teknis penulisan KTI disesuaikan dengan gaya
pustaka secara komprehensif dan mencerminkan perkembangan menyeluruh di selingkung yang berlaku di setiap pengelola majalah ilmiah,
bidang keilmuannya serta memproyeksikan dampak dan menawarkan solusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
lembaga penerbitan atau instansi lain dengan memperhatikan
kaidah-kaidah penulisan yang benar.
• Wilayah pedoman penulisan KTI mencakup: KTI yang merupakan
terbitan lokal/nasional dan regional/internasional dengan
pengelolaan di Indonesia.
Pusbindiklat Peneliti-LIPI Pusbindiklat Peneliti-LIPI
5 6
KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN, KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN,
DAN GAYA BAHASA KTI DAN GAYA BAHASA KTI
A. KAIDAH C. SISTEMATIKA
Kaidah KTI terdiri atas sifat-sifat berikut: 1. Buku Ilmiah 2. Bunga Rampai
Logis, berarti kerunutan penjelasan dari data dan informasi yang masuk ke dalam logika
pemikiran kebenaran ilmu;
a. Sampul dan Nama Penulis Sistematika KTI yang
Obyektif, berarti data dan informasi sesuai dengan fakta sebenarnya; b. Karya Cipta dipublikasi dalam bentuk
Sistematis, berarti sumber data dan informasi yang diperoleh dari hasil kajian dengan bunga rampai memiliki unsur-
mengikuti urutan pola pikir yang sistematis atau litbang yang konsisten/berkelanjutan; c. Pendahuluan
Andal, berarti data dan informasi yang telah teruji dan sahih serta masih memungkinkan untuk d. Daftar Isi unsur yang sama dengan
terus dikaji ulang;
e. Pengantar bentuk buku ilmiah, tetapi
Desain, berarti terencanakan dan memiliki rancangan; dan
Akumulatif, berarti kumpulan dari berbagai sumber yang diakui kebenaran dan keberadaannya a. Batang Tubuh memiliki perbedaan dalam
serta memberikan kontribusi bagi khasanah iptek yang sedang berkembang.
b. Ucapan Penghargaan hal prakata/prolog yang
(opsional) mengantarkan keseluruhan isi
B. FORMAT dan dalam hal
h. Indeks
KTI dapat disusun dalam format: penutup/epilog yang
i. Glosarium (opsional)
Makalah Lengkap; merupakan analisis atas
j. Daftar Acuan
Monografi; keseluruhan isi.
k. Bibliografi (opsional)
Komunikasi Pendek;
Kajian Kebijakan; dan l. Lampiran (opsional)
Makalah Kebijakan.
Pusbindiklat Peneliti-LIPI Pusbindiklat Peneliti-LIPI
7 8
2
8/9/2015
KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN, KAIDAH, FORMAT, SISTEMATIKA, KOMPOSISI BAGIAN,
DAN GAYA BAHASA KTI DAN GAYA BAHASA KTI
C. SISTEMATIKA C. SISTEMATIKA
3. Makalah Lengkap 4. Monografi 5. Komunikasi Pendek
a. Judul Sistematika KTI yang a. Judul
b. Nama dan Alamat Penulis disusun dalam format b. Nama dan Alamat Penulis
c. Abstrak dan Kata Kunci monografi secara c. Abstrak
d. Pendahuluan umum memiliki unsur- d. Pendahuluan
e. Metode unsur yang sama e. Metode
a. Hasil dan Pembahasan f. Hasil dan Pembahasan
dengan KTI dalam g. Ucapan Terima Kasih
b. Kesimpulan format makalah h. Daftar Acuan
h. Saran (opsional) lengkap.
i. Ucapan Terima Kasih * Beberapa bidang ilmu memiliki gaya penulisan berbeda: dengan subjudul
j. Daftar Acuan atau tanpa subjudul, namun secara umum isi dari suatu komunikasi
pendek harus mengandung unsur-unsur tersebut diatas. Apabila
komunikasi pendek diterbitkan, maka pengelola majalah ilmiah
memberikan tanda/keterangan bahwa KTI tersebut merupakan
komunikasi pendek.
Pusbindiklat Peneliti-LIPI Pusbindiklat Peneliti-LIPI
9 10
3
8/9/2015
4
8/9/2015
5
8/9/2015
• Didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu: rasional, • Metode mencakup uraian dan penjelasan sebagai
empiris, dan sistematis dengan sasaran hasil penelitian berikut:
dan yang mutakhir.
– Penjelasan mengenai bahan dan peralatan serta
• Perlu acuan pustaka, apabila sudah pernah metode yang digunakan (termasuk pisau analisis).
dipublikasikan sebelumnya mencerminkan seberapa
valid metode yang digunakan. – Deskripsi/uraian mengenai prosedur yang
• Mengemukakan cara bagaimana peneliti menangani dilakukan, meliputi:
penelitiannya, mulai dari dimensi “pendekatan”, cara data • Penentuan/penetapan parameter /variabel;
dikumpulkan, dan cara menganalisis datanya. • Metode pengumpulan data (sampling method);
• Harus jelas sehingga dapat diulang oleh pembaca (resep). • Metode pengolahan dan analisis data.
Metode yang mengacu pada orang lain tidak perlu ditulis
ulang, sebutkan sumbernya, kecuali kalau ada modifikasi – Cantumkan rumusan matematisnya sehingga
perlu dijelaskan modifikasinya. hasil numeriknya bisa dicek.
– Jelaskan cukup rinci sehingga metode ini dapat
diulangi (repeatability).
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI
6
8/9/2015
• Penampilan/pencantuman/tabulasi data hasil penelitian • Penulisan runut diawali dari pemeriksaan data (verifikasi
yang dilaksanakan sesuai dengan metodologi; dan/atau validasi), mengulas struktur dan hubungan antar
kelompok analisisnya interpretasi hasil berdasar teori dan
• Analisis dan evaluasi terhadap data tersebut sesuai
tidak bergeser dari alur yang telah ditetapkan oleh hipotesis.
dengan formula hasil kajian teoritis yang telah dilakukan;
• Hasil analisis berbentuk interpretasi (jika kualitatif); statistik
• Diskusikan atau kupas hasil analisis dan evaluasi, terapkan atau tabulasi epsilon (jika kuantitatif).
metode komparasi, gunakan persamaan, grafik, gambar dan • Hasil harus menjawab permasalahan dan tujuan penelitian.
tabel agar lebih jelas; Berisi tentang penjelasan perbandingan hasil dengan hal lain
• Berikan interpretasi terhadap hasil analisis dan bahasan yang memiliki kaitan maupun bagian dari suatu keragaman
untuk memperoleh jawaban, nilai tambah, dan masalah yang telah dipublikasikan oleh orang lain, atau hasil
kemanfaatan terkait dengen permasalahan dan tujuan dari penelitian sebelumnya jika merupakan rangkaian dari suatu
penelitian. kegiatan penelitian.
• Merupakan hasil analisis fenomena di wilayah • Pembahasan ditulis dengan ringkas dan fokus kepada
interpretasi dari hasil yang diperoleh, BUKAN pengulangan
penelitian yang relevan dengan tema sentral kajian, hasil
dari bagian hasil.
yang diperoleh dapat berupa deskriptif naratif, angka-
angka, gambar/tabel, dan suatu alat.
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI
7
8/9/2015
8
8/9/2015
@ea2012 34
@PusbindiklatPeneliti LIPI @PusbindiklatPeneliti LIPI
9
8/9/2015
10
8/9/2015
I S I (1) I S I (2)
Persyaratan administratif mencakup: buku yang Persyaratan kandungan isi mencakup : buku memiliki unsur
diterbitkan harus: minimal antara lain:
• Sampul dan Nama Penulis
• Dikeluarkan oleh suatu badan usaha penerbitan
• Karya Cipta
(publishing house) di tingkat instansi/unit litbang
• Pengantar dan atau Pernyataan Pembuka lainnya
pemerintah atau badan usaha penerbitan swasta
• Daftar Isi
nasional atau internasional + yang memiliki fungsi
• Pendahuluan
sebagai usaha penerbitan (publishing house).
• Batang Tubuh Buku /Contents
• Memiliki ISBN : untuk terbitan tunggal atau terbitan • Ucapan Penghargaan dan Penghargaan/Credits (Opsional)
revisi selanjutnya • Indeks
• Melewati proses editorial, yang mencakup • Glossary (Opsional)
pemeriksaan kebenaran keilmuan dan tatabahasa. • Daftar Pustaka
• Isi paling sedikit 49 halaman (UNESCO). • Bibliography (Opsional)
• Lampiran (Opsional)
11
8/9/2015
12
8/9/2015
13
8/9/2015
Unsur-unsur: UNSUR-UNSUR
• Judul • Nama instansi penulis
• Ringkasan Eksekutif • Judul
• Konteks/hal penting yang jadi permasalahan: pernyataan jelas • Nama penulis
ttg fokus topik/isu, penjelasan singkat akar masalah/isu • Latar Belakang: pernyataan tujuan nyatakan mengapa pembuat
kebijakan, pernyataan singkat tentang implikasi kebijakan. keputusan perlu pertimbangkan kebijakan terkait; tinjauan atas
• Kritik/komentar dari kebijakan: pandangan singkat ttg kebijakan terkait, persepsi publikdan penilaian atas efektivitas
kebijakan yg dipilih/diterapkan, mengapa kurang tepat kebijakan terkait saat ini; pentingya perubahan
• Rekomendasi: penjelasan rinci • Hasil sintesis: penjelasan alternatif pilihan kebijakan, pro dan
langkah/pengukuran/perhitungan yang diperlukan untuk kontra atas pilihan, idenrtifikasi implikasi lainnya
penerapan kebijakan • Rekomendasi: identifikasi pilihan yang akan direkomendasikan,
• Lampiran (opsional) penyampaian secara jelas argumen pilihan lebih baik dari lainnya
• Sumber bacaan (referensi) • Implementasi: rekomendasi yang rinci: langkah2 spesifik
(bagaimana & kapan)
• Lampiran (opsional): tabel2, penjelasan catatan akhir, bibliografi
14
8/9/2015
15
DAFTAR TERBITAN BERKALA ILMIAH TERAKREDITASI
PERIODE I TAHUN 2012
Ket:
Terakreditasi > 85 A (Sangat Baik)
70-85 B (Baik)
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
NOMOR : 58/DIKTI/Kep/2013
TANGGAL : 22 Agustus 2013
HASIL AKREDITASI TERBITAN BERKALA ILMIAH PERIODE I TAHUN 2013
dengan
Program
Pascasarjana
(PPs)
IAIN
Sunan
Ampel
Surabaya
2
Al-‐
Ulum
1412-‐ Lembaga
Penerbitan
www.iaingoron Terakreditasi
B
0534
(Lemlit)
IAIN
Sultan
talo.ac.id/alulu
Amai
Gorontalo
m
Business
UGM
Hukum
1
Jurnal
Dinamika
1410-‐ Fakultas
Hukum
http://www.di Terakreditasi
B
Hukum
0797
UNSOED
namiclaw.org
Bandung
3
Jurnal
Ners
1858-‐ Program
Studi
Ilmu
http://journal. Terakreditasi
B
3598
Keperawatan
Fak.
unair.ac.id
Keperawatan
bekerjasama
dengan
Persatuan
Perawat
Nasional
Indonesia
Propinsi
Jawa
Timur
4
Journal
of
2089-‐ Yayasan
Penerbitan
http://indonesi Terakreditasi
B
Indonesian
1067
Ikatan
Dokter
a.digitaljournal
Medical
Indonesia
(YPIDI)
s.org/index.ph
Association
p/idmed/issue/
(JInMA)/Majalah
archive
Kedokteran
Indonesia
(MKI)
5
Oto
Rhino
0216-‐ Perhimpunan
Dokter
http://www.orl Terakreditasi
B
Laryngologica
3667
Spesialis
Telinga
i.or.id
kedokteran
Universitas
Airlangga
RSUD
Dr.
Soetomo,
Surabaya
Journal
of
Pharmacy)
2
Indonesian
1411-‐ Jurusan
Kimia
FMIPA
http://ijc.chemi Terakreditasi
B
Journal
Of
9420
UGM
stry.ugm.ac.id
Chemistry
3
Indonesian
0853-‐ Sekolah
Pascasarjana
http://ijbiotech Terakreditasi
B
Journal
of
8654
UGM
dan
Pusat
Studi
.ugm.ac.id
Mathematical
Indonesian
Society
(JIMS)
Mathematical
Society/IndoMS)
5
Makara
Seri
Sains
1693-‐ Universitas
Indonesia
http://journal. Terakreditasi
B
6671
ui.ac.id
Kemanusiaan
Pertanian
1
Jurnal
Tanah
0852-‐ Jur.
Ilmu
Tanah
Fak.
http://journal. Terakreditasi
B
Tropika
(Journal
of
257X
Pertanian
UNILA
dan
unila.ac.id/inde
Tropical
Soils)
Himpunan
Ilmu
Tanah
x.php/tropicals
Indonesia
(HITI)
Komda
oil
Lampung
Rekayasa
1
TELKOMNIKA
1693-‐ Universitas
Ahmad
http://telkomni Terakreditasi
A
6930
Dahlan
(UAD)
dan
ka.ee.uad.ac.id
Denpasar
Sosial
1
Journal
of
1907-‐ Jurusan
Ilmu
http://jsp.umy. Terakreditasi
B
Humaniora
Government
and
8374
Pemerintahan
ac.id/
Politics
Universitas
Muhammadiyah
(ADIPSI)
dan
(APSPA)
Bidang
Nama
Terbitan
No
ISSN
Penerbit
Laman
Rekomendasi
Peringkat
Ilmu
Berkala
Ilmiah
2
Jurnal
Komunitas
2086-‐ Jurusan
Sosiologi
dan
http://journal. Terakreditasi
B
5465
Antropologi
FIS
UNNES
unnes.ac.id/nju
/index.php/ko
munitas
Keterangan:
Terakreditasi >85 A (Sangat Baik)
70-85 B (Baik)