Makalah Perkembangan Hewan Kel.3
Makalah Perkembangan Hewan Kel.3
TENTANG PARTENOGENESIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 3
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Partenogenesis dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Hewan.
Dalam menyelesaikan penyusunan karya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak.Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari bahwa pada
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan
kami.Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami sebagai penulis pada khususnya.Atas segala perhatiannya kami mengucapkan
banyak terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II ISI
2.1 Pengertian Partenogenesis ......................................................................... 2
2.2 Sejarah Dan Teori Perkembangan Partenogenesis .................................... 2
2.3 Contoh Hewan yang mengalami Partenogenesis ....................................... 2
2.4 Jenis Partenogenesis................................................................................... 3
2.5 Mekanisme Partenogenesis pada Lebah dan Kutu Air .............................. 4
2.6 Embrio Partenogenesis............................................................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1 Rangkuman ................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
BAB II
ISI
2
2.4 Tipe-Tipe Partenogenesis
2.4.1 Partenogenesis Alami
Pada hewan tertentu partenogenesis terjadi secara teratur, terus-
menerus dan alami dalam siklus hidupnya dan dikenal sebagai
partenogenesis alami. Partenogenesis alami dapat terdiri dari dua jenis,
yaitu, partenogenesis lengkap dan partenogenesis tidak lengkap.
a) Partenogenesis Lengkap
Serangga tertentu tidak memiliki fase seksual dan tidak ada
jantan. Mereka bergantung secara penuh pada partenogenesis untuk
reproduksi diri. Jenis partenogenesis ini dikenal sebagai partenogenesis
lengkap atau partenogenesis wajib. Contoh hewan yang mengalami
partenogenesis lengkap adalah:
1. Rotifera
Pada rotifera bdelloid, betina bereproduksi secara eksklusif
dengan partenogenesis. Dalam rotoger monogonont, betina dapat
bergantian antara reproduksi seksual dan aseksual.
2. Kadal batu Kaukasia
Kadal dari wilayah kaukasia di Uni Soviet hanya bereproduksi
secara partenogensis, yang selalu menghasilkan anakan betina melalui
proses ini, tidak anakan jantan sama sekali.
b) Parthenogensis Tidak Lengkap
Siklus hidup serangga tertentu meliputi dua generasi, generasi
seksual dan generasi partenogenetik/generasi aseksual, yang keduanya
saling bergantian. Dalam kasus seperti ini, telur yang bersifat diploid
akan menghasilkan anakan betina dan telur yang tidak dibuahi akan
menghasilkan anakan jantan. Jenis partenogenesis ini dikenal sebagai
partenogenesis parsial atau tidak lengkap atau siklik. Contoh hewan
yang mengalami partenogenesis tidak lengkap adalah:
1. Kutu daun
Kutu daun memiliki banyak generasi betina yang berkembang dari
telur yang tidak dibuahi di musim semi dan musim panas. Pada akhir
musim panas kedua jenis kelamin dibentuk oleh parthenogenesis.
3
Ketika betina kawin dengan jantan dan menghasilkan telur yang
berhasil bertahan hidup di musim dingin dan menetas menjadi anakan
betina di musim semi dan berikutnya untuk melanjutkan
perkembangbiakan secara aseksual melalui partenogenesis.
4
Gambar 1. Mekanisme Partenogensis
2.6 Embrio Partenogenesis
Perkembangan embrio yang terbentuk tanpa peran sedikitpun dari
sperrnatozoa, dimana oosit dapat berkembang karena aktivasi selain dari pada
spermatozoa. Seperti pada embrio ginogenetik, embrio partenogenetis hanya
mempunyai unsur genetik dari betina (bisa haploid alau diploid). Dalam
perkembangan teknologi kultur in vitro, kejadian embrio partenogenetik dapat
diupayakan melalui aktivasi oosit dengan menggunakan bahan kimia (etanol),
aliran listrik ataupun proses maturasi diperpanjang (over maturation). Untuk
memperoleh embrio parthenogenesis yang diploid maka proses pelepasan benda
kutub II dihambat sehingga sel telur yang teraktivasi telap akan memiliki
kromosom 2n.
5
BAB III
PENUTUP
2.4 Rangkuman
1. Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina
memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses
fertilisasi. Partenogenesis dapat dilihat pada kutu daun, lebah, kutu
air, dan beberapa invertebrata lainnya, juga pada beberapa
tumbuhan.
2. Partenogenesis pertama kali diakui pada tahun 1745 oleh Charles
Bonnet (Swiss, 1720-1793).
3. Jenis partenogensis terbagi menjadi 2 bagian yaitu partenogensis
alami yaitu partenogensis yang terjadi secara teratur dan terus
menerus yang terbagi menjadi parthenogenesis alami sempurna
dan partenogensis alami tidak sempurna. Dan partenogensis buatan
yang terjadi dengan bantuan manusia.
4. Partenogensis yang terjadi pada lebah madu yaitu partenogensis
tidak sempurna yaitu telur yang dibuahi akan menjadi individu
betina sedangkan yang tidak dibuahi akan menjadi individu jantan.
Individu jantan akan bersifat fertile, sedangkan individu betina
bersifat steril. Individu betina menjadi lebah pekerja sedangkan
individu jantan dapat mengawini ratu lebah yang terus menerus
bertelur.
5. Perkembangan embrio pada partenogensis yaitu embrio yang
terbentuk tanpa peran sedikitpun dari sperrnatozoa, dimana oosit
dapat berkembang karena aktivasi selain dari pada spermatozoa.
Seperti pada embrio ginogenetik, embrio partenogenetis hanya
mempunyai unsur genetik dari betina (bisa haploid alau diploid).
6
DAFTAR PUSTAKA