Anda di halaman 1dari 165

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE

AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS


BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI
DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 12 MEDAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018

Oleh:

Syariel Diputra Sihole


NIM. 4141141072
Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
1

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar dan
Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Sistem
Reproduksi di Kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Medan
Tahun Pembelajaran 2017/2018

Nama : Syariel Diputra Sihole


NIM : 4141141072
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Biologi

Menyetujui:

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ashar Hasairin, M.Si.


NIP. 19630614 199003 1 002

Mengetahui:

FMIPA UNIMED Jurusan Biologi


Dekan, Ketua,

Dr. Martina Restuati, M.Si. Dr. Hasruddin, M.Pd.


NIP. 19630321 198803 2 002 NIP. 19640424 198903 1 027

Tanggal Lulus : 03 Juli 2018


2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE


AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS
BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI
DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 12 MEDAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018

Syariel Diputra Sihole (NIM 4141141072)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan


model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture terhadap hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa pada materi sistem reproduksi di kelas XI MIPA SMA
Negeri 12 Medan tahun pembelajaran 2017/2018. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 239 orang. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik random
sampling. Sampel penelitian yaitu XI MIPA 2 dan XI MIPA 5. Hasil penelitian
menunjukkan hasil belajar kelas eksperimen sebesar 79,12 (SD= 8,38) dan hasil
belajar kelas kontrol sebesar 63,84 (SD= 8,39) sedangkan nilai aktivitas belajar
kelas eksperimen sebesar 75,62% (SD= 6,24) dan nilai aktivitas belajar kelas
kontrol sebesar 67,97% (SD= 7,31). Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture terhadap hasil
belajar dan aktivitas belajar siswa pada materi sistem reproduksi di kelas XI MIPA
SMA Negeri 12 Medan tahun pembelajaran 2017/2018.
Kata kunci: Pengaruh, Hasil Belajar, Aktivitas, Picture and Picture
3

EFFECTS OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE PICTURE


AND PICTURE ON THE RESULTS OF LEARNING AND
ACTIVITIES STUDENT LEARNING ON TOPIC
REPRODUCTIVE SYSTEM IN CLASS XI
MIPA OF SMA NEGERI 12 MEDAN
ACADEMIC YEAR 2017/2018

Syariel Diputra Sihole (NIM 4141141072)

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of the use of learning model
cooperative type of picture and picture on result of learning and student activity
activity on reproduction system material in class XI MIPA SMA Negeri 12 Medan
learning year 2017/2018. The population in this study as many as 239 people. The
samples were obtained by random sampling technique. The research samples were
XI MIPA 2 and XI MIPA 5. The result showed that the experimental class learning
result was 79.12 (SD = 8.38) and the control class learning result was 63.84 (SD =
8.39) while the value of class learning activity experiment of 75,62% (SD = 6,24)
and value of control class learning activity equal to 67,97% (SD = 7,31). So, it can
be concluded that there is influence the use of cooperative learning model picture
and picture type of learning outcomes and student learning activities on
reproduction system materials in class XI MIPA SMA Negeri 12 Medan learning
year 2017/2018.
Keywords: Effect, Learning Outcomes, Activities, Picture and Picture
4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, kasih dan karuniaNya penulis diberikan kesehatan dan kemudahan untuk
menyelesaikan penelitian sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi
“Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture terhadap
hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada materi sistem reproduksi di
kelas XII MIPA SMA N 12 Medan tahun pembelajaran 2017/2018” disusun
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis ini mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, baik berupa
fisik maupun mental, moril maupun materi, serta dukungan doa selama proses
pengerjaan tugas akhir ini. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ashar Hasairin, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal penelitian
sampai selesainya skripsi ini.
2. Bapak Drs. Nusyirwan, M,Si., Ibu Dr. Ely Djulia, M.Pd., Ibu Salwa Rezeqi,
S.Pd.,M.Pd. sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan
terhadap skripsi ini.
3. Bapak Abdul Hakim Daulae, M.S. sebagai dosen pembimbing akademik yang
memberikan motivasi selama perkuliahan.
4. Seluruh dosen biologi dan staf pegawai di jurusan biologi yang sudah
membantu dalam perkuliahan.
5. Bapak Drs.Djasmen Tampubolon, M.Si selaku kepala sekolah SMA N 12
Medan yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian
dan Ibu Megawati Hutahaean sebagai guru biologi yang membantu dalam
proses penelitian dan seluruh siswa kelas XI MIPA 2 dan XI MIPA 5 yang
bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
6. Teristimewa ucapan terimakasih kepada keluarga yaitu Ayahanda Damses
Sihole dan Ibunda Roma Uli Gultom, Mariana Sihole, Angnes Sihole, Wariston
5

Sihole dan Rospika Sihole yang memberi dukungan dan doa baik moral
maupuan material kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga besar Pendidikan Biologi C 2014 yang telah memberikan motivasi
dan dukungan kepada Bodicers selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada
kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih

Medan, Juli 2018

Syariel D. Sihole
NIM. 4141141072
6

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Abstrak ii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 4
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Rumusan Masalah 5
1.5 Tujuan Penelitian 5
1.6 Manfaat Penelitian 5
1.7 Defenisi Operasional 6
BAB II TINJUAN PUSTAKA 7
2.1 Pengertian Belajar 7
2.2 Pengertian Model Pembelajaran 8
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif 9
2.4 Metode Pembelajaran Picture and Picture 9
2.5 Hasil Belajar 12
2.6 Aktivitas Belajar 15
2.7 Materi Sistem Reproduksi 16
2.8 Penelitian Yang Relevan 29
2.9 Kerangka Berpikir 30
2.10 Hipotesis 30

BAB III METODE PENELITIAN 32


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 32
3.2 Populasi dan Sampel 32
3.3 Variabel Penelitian 32
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 33
3.5 Instrumen Penelitian 33
3.6 Teknik Pengumpulan data 35
3.7 Teknik Analisis Instrumen Penelitian 35
3.8 Teknik Analisis Data 39
3.9 Uji Persyaratan Analisis Data 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42


4.1 Hasil Penelitian 42
4.2 Pembahasan 48
7

BAB V PENUTUP 54
5.1 Kesimpulan 54
5.2 Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 55
8

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Format Desain Penelitian 33
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar 34
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal 36
Tabel 3.4 Klasifikasi aktivitas belajar siswa 39
Tabel 4.1 Perbandingan Nilai Pre Test Siswa 42
Tabel 4.2 Perbandingan Nilai Post Test Siswa 43
Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Aktivitas Belajar Siswa 45
Tabel 4.4 Pengujian Normalitas Data Penelitian 46
Tabel 4.5 Pengujian Uji Homogenitas Data Penelitian 47
9

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Organ reproduksi pria 16
Gambar 2.2 Organ reproduksi Pada Wanita 20
Gambar 2.3 Siklus Menstruasi 23
Gambar 2.4 Proses Fertilisasi 24
Gambar 2.5 Gambar Payudara 27
Gambar 2.6 Kerangka Berpikir 30
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Pre Test dan Post Test Siswa 44
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Aktivitas Belajar Siswa 45
10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran Biologi Kelas XI MIPA 58


Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Model Kooperatif 62
Tipe Picture and Picture)
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 75
(Metode Diskusi dan Ceramah)
Lampiran 4. Gambar Model Picture and Picture 86
Lampiran 5. Instrumen Penilaian Tes Hasil Belajar 93
Lampiran 6. Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar 97
Lampiran 7. Tabel Validitas Butir soal 98
Lampiran 8. Perhitungan Validitas Soal 99
Lampiran 9. Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal 100
Lampiran 10. Tabel Reliabilitas Tes 101
Lampiran 11. Tabel Perhitungan Reliabilitas Tes 102
Lampiran 12. Perhitungan Taraf Kesukaran tes 103
Lampiran 13. Tabel Daya Pembeda Soal 105
Lampiran 14. Perhitungan Daya Pembeda Soal 106
Lampiran 15. Data Hasil Belajar Siswa 108
Lampiran 16. Data Aktivitas Belajar Siswa 110
Lampiran 17. Tabulasi Data Aktivitas Belajar Siswa 112
Lampiran 18. Perhitungan Rata-rata, SD dan Varian Nilai Pretest 113
Lampiran 19. Perhitungan Rata-rata, SD dan Varian Nilai Posttest 114
Lampiran 20. Perhitungan Rata-rata, SD dan Varian Nilai Aktivitas Siswa 115
Lampiran 21. Uji Normalitas Data Penelitian 116
Lampiran 22. Uji Homogenitas Data Penelitian 121
Lampiran 23. Pengujian Hipotesis 123
Lampiran 24. Table of R Product Moment 127
Lampiran 25. Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 128
Lampiran 26. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi T 129
11

Lampiran 27. Tabel Normal Kurva Standar 130


Lampiran 28. Dokumentasi 132
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pembelajaran merupakan suatu interaksi atau adanya komunikasi
antara pendidik dan peserta didik. Dalam suatu proses komunikasi selalu
melibatkan tiga komponen kelompok pokok yaitu komponen pengirim pesan
(guru), komponen penerima pesan (siswa) dan komponen pesan itu sendiri biasa
berupa materi pelajaran. Pembelajaran pada dasarnya adalah upaya untuk
mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat
memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan, yang ditunjang
oleh adanya unsur-unsur pembelajaran meliputi sarana dan prasarana yang
memadai, situasi dan kondisi belajar yang kondusif, serta metode atau model
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum.
Dari unsur-unsur pembelajaran diatas, metode atau model pembelajaran
adalah salah satu unsur yang membutuhkan adanya komunikasi dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya komunikasi dalam proses pembelajaran akan
meningkatkan kualitas hubungan antara guru dengan peserta didik yang
berpengaruh signifikan dalam berbagai bidang kehidupan siswa dan memberi
peningkatan kompetensi siswa. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam
kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran yang menuntut
siswa banyak melakukan aktivitas belajar sehingga dengan meningkatnya
aktivitas belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Tinggi rendahnya
kualitas belajar siswa tergantung pada komponen-komponen pembelajaran seperti:
siswa, kurikulum, guru, metode dan sarana prasarana dan lingkungan (Fauziah
dan Bermawi, 2014)
Salah satu perencanaan pengajaran yang dapat ditempuh guru dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan
model pembelajaran yang bervariasi. Jika dilihat di lapangan secara langsung
model dan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar cenderung
monoton, guru lebih sering menggunakan model ceramah dan hafalan. Fakta juga

1
2

menunjukkan bahwa biologi merupakan mata pelajaran yang kurang efektif jika
dalam proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.
Biologi yang sebagian besar materinya berupa hafalan, akan sangat susah
dipelajari dan cenderung membosankan jika guru hanya menggunakan sistem
ceramah (Sugiarta, 2017).
Selain itu, belajar biologi juga membutuhkan adanya gambar dalam proses
pembelajaran mengingat banyak objek yang dikaji dalam biologi seperti : objek-
objek mikro, organ-organ makhluk hidup, jaringan dan penyusun lain dari
makhluk hidup. Salah satu materi dalam biologi yang membutuhkan adanya
gambar adalah materi sistem reproduksi. Dalam materi sistem repoduksi banyak
organ-organ yang beperan di dalamnya, apabila kita ingin mengetahui bentuk
organ tersebut harus dibantu dengan adanya media gambar. Tujuan penggunaan
media gambar adalah supaya siswa dapat dengan mudah mengenali gambaran
nyata objek-objek atau organ penyusun makhluk hidup secara jelas dan bukan
abstrak, membantu siswa dalam berpikir logis dan sistematis, dan memperkuat
daya ingat atau retensi siswa terhadap suatu materi pembelajaran. Untuk itulah
digunakan model pembelajaran yang memanfaatkan adanya gambar dalam proses
pembelajaran biologi. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan gambar
dalam kegiatan pembelajaran adalah model kooperatif tipe picture and picture.
Pembelajaran kooperatif tipe picture and picture merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Model
pembelajaran Picture and Picture adalah model pembelajaran yang menggunakan
gambar dalam pembelajaran. Model pembelajaran Picture and Picture dilakukan
dengan cara memasang atau mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis dan
sistematis. Dengan menggunakan model kooperatif tipe Picture and Picture akan
membantu siswa dalam berpikir sistematis dan menguatkan daya ingat siswa.
Melalui pemasangan dan pengurutan gambar yang dilakukan oleh siswa akan
meningkatkan interaksi siswa. Pembelajaran Picture and Picture ini memiliki
cirri aktif, inovatif dan kreatif. Handayani (2013) mengatakan bahwa penerapan
model picture and picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di
SMA Teuku Umar Semarang, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Istanti
3

dan Triwidjaja (2014) bahwa model picture and picture ini dapat meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas siswa anak Tunagrahita SDLB.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagala dan Djulia (2016)
mengatakan bahwa penerapan model kooperatif tipe think pair share dengan
berbantuan video pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar dan sikap
belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia, dimana nilai aspek kognitif
kelas eksperimen sebesar 81,39 dan afektif sebesar 60,75% sedangkan aspek
kognitif kelas kontrol adalah 76,66 dan afektif sebesar 55,45%. Penelitian yang
dilakukan oleh Riyono (2015) menyimpulkan bahwa model pembelajaran picture
and picture dengan strategi inkuiri efektif terhadap motivasi dan hasil belajar
siswa (afektif, psikomotorik dan kognitif) pada materi protista karena menurut
siswa penyajian materi dalam bentuk gambar, materi menjadi lebih ringkas dan
mudah dipahami. Gambar juga berfungsi memudahkan siswa dalam memahami
materi yang objeknya sulit dibayangkan sehingga proses pembelajaran
berlangsung efektif (Afidah, 2012)
Berdasarkan hasil observasi yang yang telah dilakukan di SMA Negeri 12
Medan, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran
biologi yaitu proses pembelajaran yang bersifat teacher centered, siswa kurang
aktif dan merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, guru biologi jarang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, dan hasil
belajar siswa kelas XI MIPA yan belum optimal. Melalui wawancara yang
dilakukan dengan guru biologi bahwa siswa masih kurang paham dalam
mengurutkan materi yang berkaitan dengan proses seperti tahapan gametogenesis,
proses fertililasi dan membaca grafik siklus menstruasi. Selain mengalami
miskonsepsi terhadap suatu materi, guru juga jarang menunjukkan gambar dalam
proses pembelajaran, akibatnya siswa tidak mengetahui bagaimana bentuk nyata
dari suatu objek yang berhubungan dengan sistem reproduksi. Melihat kondisi
hasil pembelajaran tersebut, maka untuk mengatasi masalah yang timbul dalam
materi sistem reproduksi, maka peneliti ingin melakukan penelitian pada mata
pelajaran biologi dengan pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.
4

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran


kooperatif tipe picture and picure di atas, bahwa model pembelaja ran kooperatif
tipe picture and picure merupakan salah satu alternatif belajar untuk
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran biologi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Terhadap
Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada Materi Sistem Reproduksi Di Kelas XI
MIPA SMA Negeri 12 Medan Tahun Pembelajaran 2017/2018”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi
masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran biologi yang berlangsung masih berpusat pada guru.
2. Dalam proses pembelajaran biologi guru jarang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.
3. Rendahnya hasil belajar siswa.

4. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan uraian identifikasi masalah yang ada, penelitian ini fokus
pada permasalahan dengan batasan sebagai berikut:
1. Materi yang diajarkan adalah materi sistem reproduksi manusia di kelas XI
MIPA SMA Negeri 12 Medan
2. Pada akvititas siswa hanya dilihat dari ranah psikomotor yang meliputi: Visual
activities (aktivitas melihat), Oral activities (aktivitas berbicara), Listening
activities (aktivitas mendengarkan) , Writing activities (aktivitas menulis).
3. Hasil belajar biologi yang diteliti dibatasi pada ranah kognitif
4. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA semester genap SMA Negeri 12
Medan.
5

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
1. Adakah pengaruh model pembelajaran koperatif tipe picture and picture pada
materi sistem reproduksi manusia terhadap hasil belajar siswa Kelas XI MIPA
SMA Negeri 12 Medan?
2. Adakah pengaruh model pembelajaran koperatif tipe picture and picture pada
materi sistem reproduksi manusia terhadap aktivitas belajar siswa Kelas XI
MIPA SMA Negeri 12 Medan?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe picture and
picture terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia di
Kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran koperatif tipe picture and
picture terhadap aktivitas belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia
di Kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Medan.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang
pendidikan.
b. Hasil penelitian ini semoga dapat digunakan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru sebagai tambahan
referensi dalam melaksankan kegiatan pembelajaran khususnya penerapan
6

model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dalam


mengoptimalkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa untuk belajar mencari, menemukan dan menyelidiki
pengetahuan yang didapat, sehingga mampu mendorong siswa untuk lebih
aktif sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan
referensi penelitian, sehingga mempermudah mahasiswa dalam penelitian
selanjutnya.

1.7 Defenisi Operasional

1. Model pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture


Model pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa, dengan kemampuan heterogen, jenis
kelamin berbeda, saling membantu, dan memberikan kesempatan kepada
semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam
kegiatan pembelajaran dan menggunakan gambar yang dipasangkan / diurutkan
menjadi urutan logis.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu nilai yang dicapai oleh siswa menurut
kemampuannya dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal-soal tes hasil
belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar Pre-test dan Post-tes.
3. Aktivitas Siswa
Aktivitas belajar merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses
belajar mengajar. ada beberapa aktivitas siswa yang akan digunakan yaitu :
1)Visual activities, 2) Oral activities, 3) Listening activities, 4) Writing
activities, 5) Drawing activities, 6) Motor activities, 7) Mental activities, 8)
Emotional activities. Parameter aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian
ini ada empat parameter yaitu: Visual activities, Oral activities, Listening
activities, Writing activities.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar diartikan dengan berusaha
memperolah kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Menurut Sriyanti (2013) belajar adalah perbuatan
memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, berbagai sikap, termasuk penemuan
baru dalam mengerjakan rintangan dan menyesuaikan dengan situasi baru. Syah
(2012) mengemukakan bahwa “belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Kegiatan belajar dalam proses
pendidikan di sekolah merupakan kegiatan yang paling pokok. Pembelajaran
berlangsung sebagai suatu proses antara guru dan siswa (Sasmita, 2015). Badan
Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa ketuntasan belajar yang
ditetapkan berkisar antara 0-100% dan criteria yang ideal untuk ketuntasan belajar
untuk masing-masing indikator adalan 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
criteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-
rata peserta didik serta sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran.
Dalam usaha pencapain tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Tujuan belajar menunjukkan
bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai
oleh siswa. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat menentukan hasil
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dan tujuan belajar berbeda, namun
berhubungan erat antara satu dengan lainnya (Hamalik, 2008).
Hamalik (2008) mengemukakan tujuan belajar terdiri dari tiga komponen
yaitu:
1) Tingkah laku terminal ialah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah
laku siswa setelah belajar . tinhkah laku merupakan bagian dari tujuan
menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar.

7
8

2) Kondisi-kondisi tes. Komponen kondisi tes tujuan belajar menentukan situasi


dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal.

3) Standar (ukuran perilaku). Komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang


ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku
siswa.
Suatu tujuan pembelajaran seyogianya memenuhi criteria sebagai berikut:
1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar.
2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan
dapat diamati.

3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.


Menurut Syah (2012) dalam kegiatan belajar di kelas, siswa mempunyai
kemampuan yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1) Faktor interna atau dari dalam siswa, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan
rohani siswa.
2) Faktor eksternal atau dari luar siswa yakni kondisi lingkungan sekitar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2.2 Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang aktivitas
pembelajaran. Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutan), dan sifat lingkungan belajarnya.
Sintaks dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan
alur atau tahap-tahap serangkaian kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar, melalui model pembelajaran guru
9

dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara


berpikir, dan mengekspresikan ide (Sanjaya, 2011).

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya lima orang. Tujuan yang paling penting dari model pembelajaran
kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep,
kemampuan, dan pemahaman siswa (Slavin, 2009). Pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kecil yang
anggotanya heterogen terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, rendah,
perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar semua anggota
maksimal (Suprijono, 2009).
Menurut Sugiyanto (2010) pembelajaran kooperatif juga memiliki
beberapa prinsip yaitu:
1) Model pembelajaran kooperatif akan meningkatkan keaktifan siswa.
2) Proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dilakukan
dengan kerjasama dalam kelompok.
3) Mengajar reaktif, yaitu guru menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
dan menarik serta meyakinkan siswa akan manfaat pelajaran.
4) Pelajaran yang menyenangkan yaitu suasana belajar yang menyenangkan harus
dimulai dari sikap dan perilaku guru baik di dalam maupun luar kelas.

2.4 Metode Pembelajaran Picture and Picture


Salah satu model yang saat ini popular dalam pembelajaran adalah model
pembelajaran picture and picture ini merupakan salah satu bentuk model
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Model pembelajaran picture
and picture adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar dan
pengurutan gambar dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok.
10

Pemasangan dan pengurutan gambar yang dilakukan secara kelompok akan


meningkatkan interaksi sosial siswa. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif,
kreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar
sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor
utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru
sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
bentuk carta dalam ukuran besar atau boleh menggunakan power point atau
software yang lain (Istarani, 2016).
2.4.1 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture
Menurut Istarani (2011), prinsip dalam model pembelajaran kooperatif tipe
picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama salama proses belajar.

6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan


secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2.4.2 Langkah-Langkah
Menurut Istarani (2011), langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Dilangkah ini guru
diharapkan untuk menyampaikan apakah kompetensi dasar mata pelajaran
bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukut sejauh mana yang
harus dikuasai
2) Menyajikan materi sebagai pengantar , penyajian materi sebagai pengantar
sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan
pembelajaran.
11

3) Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan


dengan materi. Dengan menggunakan gambar akan menghemat energi dan
siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
4) Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Dilangkah ini guru
harus melakukan inovasi, karena penunjukkan secara langsung kadang kuran
gefektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara yang dapat digunakan
adalah dengan melakukan undian.
5) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6) Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep
atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7) Kesimpulan atau rangkuman.


2.4.3 Kelebihan dan Kelemahan
a. Kelebihan
1) Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih
dahulu
2) Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukan gambar
mengenai materi yang diajarkan
3) Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh
guru untuk mengalisa gambar yang ada
4) Pembelajaran lebih berkesesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar
yang telah dipersiapkan oleh guru.
5) Melatih berpikir logis dan sistematis, karena sebagain gambar yang digunakan
berhubungan dengan materi yang mengaitkan dengan suatu proses atau tahapan
6) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengeloaan kelas.

b. Kelemahan
1) Sulit dalam menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas yang
sesuai dengan materi pembelajaran. Untuk itu harus membutuhkan waktu yang
lama dalam menemukan gambar.
12

2) Guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas, karena dalam penyusunan


gambar akan melibatkan siswa dalam berpikir secara kelompok yang dapat
memicu siswa untuk rebut.
3) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai (Istarani ,
2011).

2.5 Hasil Belajar


2.5.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Merujuk pemikiran
Suprijono (2012) hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang.
3) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi.
4) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
objek tersebut.
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Abudan Widodo (2004) hasil belajar yang dicapai seseorang
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
diri (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal)
individu.pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai hasil
belajar yang sebaik-baiknya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu:
1. Faktor internal
Yang tergolong kedalam faktor internal yaitu:
1) Faktor jasmaniah
13

Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis terdiri atas faktor intelektif dan non-intelektif. Faktor
intelektif meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat dan faktor
kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. Sedangkan faktor non-
intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan,
minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuain diri.
3) Faktor kematangan fisik maupuan psikis.
2. Faktor eksternal
Yang termasuk faktor eksternal yaitu faktor sosial yang terdiri atas
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan
kelompok. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor budaya seperti adat
istiadat, ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian dan faktor lingkungan fisik
seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim dan faktor yang lainnya adalah
faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
2.5.3 Jenis Ranah Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006) mengatakan bahwa hasil belajar
meliputi tiga ranah yaitu:
1) Ranah Kognitif
a. Pengetahuan: mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkaitan dengan
fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
b. Pemahaman: mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan atau aplikasi: mencakup kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis: mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehinga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e. Sintesis: mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
14

f. Evaluasi: mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal


berdasarkan criteria tertentu.
2) Ranah Afektif
Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006) mengemukakan adanya enam
kelas atau tingkatan yaitu:
a. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan hal tersebut.
b. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima sesuatu nilai,
menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.
d. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup.
e. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai
dan membentuknya menjadi pola dalam kehidupan pribadi.
3) Ranah psikomotorik
Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006) mengemukakan ranah
psikomotorik meliputi:
a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan
(mendiskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan
yang khas tersebut.
b. Kesiapan, mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan di mana
akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh atau gerakan peniruan.
d. Gerakan yang terbiasa, mencangkup kemampuan melakukan gerakan-
gerakan tanpa contoh.
e. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.
15

f. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan


perubahan, merencanakan dan penyesuaian pola gerakan dengan pernyataan
khusus yang berlaku.
g. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerakgerak yang baru
atas dasar prakarsa sendiri.

2.6 Aktivitas Belajar


Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah
laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asaa yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar. dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya
aktivitas. Tanpa aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik
(Sardiman, 2011). Aktivitas belajar sangat berperan penting dalam menunjang
hasil belajar karena segala kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan
dengan materi pelajaran. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Tanpa aktivitas
proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik. Mengaktifkan siswa
pada dasarnya adalah cara atau usaha untuk mengoptilkan kegiatan belajar siswa
dalam proses pembelajaran. Hamalik (2010) membagi aktivitas belajar dalam
delapan kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar, mengamati,
demonstrasi, mengamat pekerjaan orang lain.
2. oral activities, misalnya bertanya, memberi saran, mengemukakan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi.
3. listening activities, misalnya mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan,
mendengarkan pidato.
4. writing activities, misalnya menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan,
mengerjakan tes, mengisi angket, menyalin tulisan.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, membuat peta,
membuat diagram, membuat pola.
6. Motor activities, misalnya membuat percobaan, membuat konstruksi, membuat
model.
16

7. Mental activities, misalnya mengingat, memecahkan masalah, mengalisis


faktor-faktor, melihat hubungan, membuat keputusan.
8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, berani, tenang,
gugup, gambira.

2.7 Materi Sistem Reproduksi


Penyajian konsep sistem reproduksi disesuaikan dengan kurikulu 2013,
pada semester genap. Berdasarkan kurikulum 2013 Kompetensi Inti yang
digunakan adalah KI 3.12 yaitu menganalisis hubungan antara struktur jaringan
penyusun organ reproduksi dengan fungsinya dalam proses reproduksi manusia
melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi dan KI 3.13 yaitu
Menerapkan pemahaman tentang prinsip reproduksi manusia untuk
menanggulangi pertambahan penduduk melalui program keluarga berencana (KB)
dan peningkatan kualitas hidup SDM melalui pemberian ASI ekslusif.
2.7.1 Sistem Reproduksi Pria
Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis,
dan hormon-hormon pada pria. Organ reproduksi pria dirancang untuk dapat
menghasilkan, menyimpan, dan mengirimkan sperma. Sperma tersimpan dalam
cairan yang terlindung dan bergizi, yaitu air mani. Organ reproduksi pria
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu organ reproduksi dalam dan luar.

Gambar 2.1 Organ reproduksi pria (Diastusi, 2009)


Alat kelamin pria berfungsi menghasilkan gamet jantan, yaitu spermatozoa
(sperma). Alat kelamin pria dibedakan menjadi alat kelamin dalam dan alat
kelamin luar.
a. Alat kelamin dalam
17

Alat kelamin dalam terdiri atas:


1) Testis
Testis memiliki bentuk bulat telur dan berjumlah sepasang, terdapat pada
skrotum (zakar). Testis merupakan tempat pembentukan sel kelamin jantan
(spermatozoa) dan hormone kelamin (testosteron). Pada testis terdapat pembuluh-
pembuluh halus yang disebut tubulus seminiferus. Pada dinding tubulus
seminiferus terdapat calon-calon sperma (spermatogonium yang diploid. Di antara
tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstisiil yang menghasilkan hormon
testosteron dan hormon kelamin jantan lainnya. Selain itu, terdapat pula sel-sel
berukuran besar yang berfungsi menyediakan makanan bagi spermatozoa, sel ini
disebut sel sertoli.
2) Saluran reproduksi
Saluran reproduksi terdiri atas duktus epididimis, yaitu tempat pematangan
sperma lebih lanjut dan tempat penyimpanan sementara sperma. Selanjutnya,
terdapat vas deferens yang merupakan suatu saluran untuk mengangkut sperma ke
vesikula seminalis (kantung sperma). Arah vas deferens ini ke atas, kemudian
melingkar dan salah satu ujungnya berakhir pada kelenjar prostat dan di belakang
kandung kemih, saluran ini bersatu membentuk duktus ejakulatorius pendek yang
berakhir di uretra. Uretra dari duktus ejakulatorius sama-sama berakhir di ujung
penis.
3) Kelenjar kelamin
Saluran kelamin dilengkapi dengan tiga kelenjar yang dapat mengeluarkan
getah atau semen. Kelenjar-kelenjar ini, antara lain vesikula seminalis, kelenjar
prostat, dan kelenjar bulbouretral (Cowper).
a) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan terletak di atas dan bawah
kandung kemih. Vesikula seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen.
Cairan dari vesikula seminalis berwarna jernih, kental mengandung lendir, asam
amino, dan fruktosa. Cairan ini berfungsi memberi makan sperma. Selain itu,
vesikula seminalis juga mengekskresikan prostaglandin yang berfungsi membuat
otot uterin berkontraksi untuk mendorong sperma mencapai uterus.
18

b) Kelenjar prostat
Kelenjar prostat berukuran lebih besar dibandingkan dua kelenjar lainnya. Cairan
yang dihasilkan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga dapat
menyeimbangkan keasaman residu urin di uretra dan keasaman vagina. Cairan ini
langsung bermuara ke uretra lewat beberapa saluran kecil.
c) Kelenjar bulbouretral atau kelenjar Cowper.
Kelenjar ini kecil, berjumlah sepasang, dan terletak di sepanjang uretra.
Cairan kelenjar ini kental dan disekresikan sebelum penis mengeluarkan sperma
dan semen.
4) Uretra
Uretra adalah saluran di dalam penis yang berfungsi sebagai saluran urin
dari kandung (vesica urinaria) keluar tubuh dan sebagai saluran jalannya semen
dari kantong semen.
b. Alat kelamin luar
Alat kelamin luar pria, yaitu berupa penis dan skrotum. Penis adalah organ
yang berperan untuk kopulasi (persetubuhan). Kopulasi adalah penyimpanan
sperma dari alat kelamin jantan (pria) ke dalam alat kelamin betina (wanita). Penis
pada pria dapat mengalami ereksi. Ereksi adalah penegangan dan pengembangan
penis karena terisinya saluran penis oleh darah. Skrotum pada pria di kenal
dengan buah zakar. Di dalam buah zakar ini terdapat testis.
a. Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan
spermatozoa (sel benih pria). Proses ini berlangsung dalam testis (buah zakar) dan
lamanya sekitar 72 hari. Proses spermatogenesis sangat bergantung pada
mekanisme hormonal tubuh. Spermatozoa ( sperma) yang normal memiliki
kepala dan ekor, di mana kepala mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang
merupakan alat pergerakan sperma. Sperma yang matang memiliki kepala dengan
bentuk lonjong dan datar serta memiliki ekor bergelombang yang berguna
mendorong sperma memasuki air mani. Kepala sperma mengandung inti yang
memiliki kromosom dan juga memiliki struktur yang disebut akrosom. Akrosom
19

mampu menembus lapisan jelly yang mengelilingi telur dan membuahinya bila
perlu.
Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam kantung zakar.
Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh
lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi terus-
menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah dalam kantung zakar . Pada tubulus
seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium.
b. Hormon Reproduksi Pada Pria
1) Testosteron
Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan seks sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah (kumis
dan jenggot), pertambahan massa otot, dan perubahan suara. Hormon ini
diproduksi di testis, yaitu di sel Leydig. Produksinya dipengaruhi oleh FSH
(Follicle Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh hipofisis. Hormon ini
penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma,
terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
2) Luteinizing Hormone/LH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Fungsi LH adalah
merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa
pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
3) Follicle Stimulating Hormone/FSH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. FSH berfungsi untuk
merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan
memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis (Diastuti, 2009)
2.7.2 Sistem Reproduksi Pada Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi dua yaitu di dalam dan di
bagian luar tubuh. Organ reproduksi dalam tubuh tidak dapat
dilihat secara langsung, sebaliknya alat reproduksi luar dapat
dilihat. Setiap bagian dari alat reproduksi ini menyambungkan
dengan setiap bagian yang lainnya. Semua alat reproduksi dalam
ini ditopang oleh tulang pinggul.
20

Gambar 2.2 Organ reproduksi Pada Wanita (Diastuti, 2009)


a. Organ reproduksi dalam
Organ reproduksi dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin), yang
terdiri atas sepasang indung telur ( ovarium), sepasang saluran telur (tuba
fallopii), dan rahim ( uterus).
1) Sepasang indung telur (ovarium)
Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin wanita. Setiap wanita
memiliki sepasang ovarium. Masing-masing ovarium berada di sisi kanan dan kiri
rahim serta berukuran sama besar, yaitu sebesar kacang kecil. Sepasang ovarium
ini secara bergantian memiliki tugas memproduksi telur setiap bulan. Dalam
ovarium terdapat folikel de Graaf yang akan berkembang menjadi sel telur
(ovum). Proses perkembangan sel telur disebut oogenesis. Pada manusia,
perkembangan oogenesis mulai dari oogonium sampai menjadi oosit terjadi pada
embrio dalam kandungan.
2) Sepasang saluran telur (tuba fallopii)
Wanita memiliki sepasang saluran telur, yang masing-masing
menyambungkan antara masing-masing ovarium dengan rahim pada setiap
sisinya. Panjang masing-masing saluran telur ini, sekitar 10-12 sentimeter dari
tepi atas rahim ke arah ovarium. Ujung kiri dan kanan dari saluran telur ini
membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh
ke dalamnya ketika dilepaskan dari ovarium.

3) Rahim (uterus)
21

Rahim terletak di belakang kandung kemih dan di depan rektum. Rahim


diikat oleh 6 ligamen. Rahim merupakan saluran berongga yang lebih besar
dengan bagian ujungnya bersatu membentuk saluran sempit, yaitu vagina. Rahim
terletak di bagian pusat sistem, berbentuk kantung tempat bayi berkembang.
Tanpa bayi di dalamnya rahim sangat kecil hanya 7 hingga 9 cm dengan berat 60
gram.
4) Liang senggama (vagina)
Vagina (dari bahasa Latin yang makna literalnya pelindung atau
selongsong) adalah saluran berbentuk tabung yang menghubungkan uterus ke
bagian luar tubuh. Dalam keadaan normal, dinding vagina bagian depan dan
belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang di dalam vagina kecuali jika
vagina terbuka (misalnya selama pemeriksaan atau selama melakukan hubungan
seksual). Lubang pada vagina disebut introitus dan daerah berbentuk separuh
bulan di belakang introitus disebut forset. Jika ada rangsangan, dari saluran kecil
di samping introitus akan keluar cairan (lendir) yang dihasilkan oleh kelenjar
bartolin. Uretra terletak di depan vagina dan merupakan lubang tempat keluarnya
air kemih dari kandung kemih.
b. Organ reproduksi luar
Organ kelamin luar wanita memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk
sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari
organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang
berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa
masuk dan menyebabkan infeksi kandungan. Mikroorganisme ini biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual. Organ reproduksi luar wanita terdiri atas
vulva, klitoris, dan perineum. Berikut ini merupakan penjelasan yang lebih
terperinci dari organ reproduksi luar wanita tersebut.
1) Vulva
Vulva dibatasi oleh labium mayor (sama dengan scrotum pada pria).
Labium mayor terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebasea ( penghasil
minyak). Setelah puber labium mayor akan ditumbuhi rambut. Labium minor
22

terletak tepat di sebelah dalam dari labium mayor dan mengelilingi lubang vagina
dan uretra.
2) Klitoris
Klitoris merupakan penonjolan kecil yang sangat peka (sama dengan penis
pada pria). Klitoris merupakan pertemuan antara labium minor kiri dan kanan
yang bertemu di depan. Klitoris dibungkus oleh sebuah lipatan kulit yang disebut
preputium (sama dengan kulit depan pada ujung penis pria). Klitoris sangat
sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami ereksi.
3) Perineum
Perineum merupakan suatu jaringan bromuskuler di antara vagina dan
anus. Perineum merupakan pertemuan labium mayor kiri dan kanan yang bertemu
di bagian belakang. Kulit yang membungkus perineum dan labium mayor sama
dengan kulit di bagian tubuh lainnya, yaitu tebal dan kering dan bisa membentuk
sisik. Sedangkan selaput pada labium minor dan vagina merupakan selaput lendir,
lapisan dalamnya memiliki struktur yang sama dengan kulit, tetapi permukaannya
tetap lembap karena adanya cairan yang berasal dari pembuluh darah pada lapisan
yang lebih dalam (Diastuti, 2009).
2.7.3 Siklus menstruasi pada wanita
Menstruasi bisa menjadi salah satu pertanda bahwa seorang wanita sudah
memasuki masa suburnya. Secara biologis, menstruasi menandakan sudah
terbuangnya sel telur miliknya yang sudah matang. Pembuangan ini dilakukan
karena ada proses pergantian sel telur dengan sel telur yang baru. Bayangkan saja,
kalau seandainya tubuh tidak mengeluarkan sel telur yang sudah matang ini, maka
akan menjadi sel telur yang busuk. Menstruasi terjadi pada semua wanita yang
sehat dan memiliki organ reproduksi yang sehat juga. Menstruasi bisa menjadi
salah satu pertanda bahwa wanita memiliki organ reproduksi yang sehat, dan
merupakan salah satu indikator kesuburan
23

Gambar 2.3 Siklus Menstruasi (Diastuti, 2009)


Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada
pula setiap 21 hari dan 30 hari). Pada hari ke-1 sampai hari ke-14 terjadi
pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon
FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum
yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak,
folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH
dari hipfisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding
uterus, yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi. Selain itu
estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis
menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk
mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14. Waktu di sekitar terjadinya
ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah
menjadi badan kuning (korpus luteum). Badan kuning menghasilkan hormone
progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan
pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase
luteal. Selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan
LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan
progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometrium terhenti.
Selanjutnya, endometrium akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi)
pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh
24

karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan
proses oogenesis kembali (Diastuti, 2009)
2.7.4 Fertilisasi
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba
fallopii, maka terjadilah zigot. Kira-kira 24 sampai 30 jam setelah proses
pembuahan, zigot menyelesaikan pembagian sel pertamanya. Proses mitosis, satu
sel terbagi menjadi dua, dua menjadi empat, delapan, enam belas, dan seterusnya.
Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula terdapat rongga yang disebut
blastosoel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini
kemudian disebut blastula. Lapisan terluar blastula disebut trofoblas merupakan
dinding blastula yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon
tembuni atau ari-ari (plasenta).

Gambar 2.4. Proses Fertilisasi


Plasenta atau ari-ari berbentuk seperti cakram dengan garis tengah 20 cm,
dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada waktu bayi akan lahir tetapi pada waktu
hari ke-28 setelah fertilisasi, plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta
berperan dalam pertukaran gas, makanan, dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada
sistem hubungan plasenta, darah ibu tidak pernah berhubungan dengan darah
janin, meskipun begitu virus dan bakteri dapat melalui penghalang (barier) berupa
jaringan ikat dan masuk ke dalam darah janin.
25

Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, blastula sampai di rongga uterus,
hormon progesteron merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak,
banyak mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu
(uterin milk) sebagai makanan embrio. Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas me
nempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan melepaskan hormon
korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara
menstimulasi produksi hormone estrogen dan progesteron sehingga mencegah
terjadinya menstruasi. Trofo blas kemudian menebal beberapa lapis,
permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan.
Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi (Diastuti, 2009).
2.7.5 Kehamilan dan perasalinan
Kehamilan dapat terjadi jika sel telur matang dibuahi oleh sel sperma.
Kemudian, sel telur yang dibuahi tadi diantarkan dan disimpan oleh tubuh kita ke
dalam rahim untuk kemudian tumbuh dan berkembang menjadi bayi. Wanita yang
sudah dalam keadaan hamil tidak mungkin mengalami menstruasi, karena hormon
yang biasa digunakan untuk mematangkan sel telur berubah fungsinya menjadi
penyedia makanan bagi bayi. Kehamilan pada manusia biasanya kurang lebih
sekitar 38 minggu dihitung sejak saat fertilisasi atau pembuahan, sampai saat
kelahiran. Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan, yaitu:
1) Tahap preembrionik (dua setengah minggu pertama)
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan
terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding
rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, selsel penyusunnya
pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan. Sekitar 2½
minggu, epiblas sudah membentuk 3 jaringan khusus, atau lapisan kuman, yang
disebut ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Ektoderm tumbuh menjadi beberapa
struktur termasuk otak, urat saraf tulang belakang, syaraf, kulit, kuku, dan rambut.
Endoderm membuat lapisan pelindung sistem pernapasan dan alat percernaan, dan
membentuk bagian dari organorgan tubuh yang penting seperti hati dan pankreas.
Mesoderm membentuk jantung, ginjal, tulang, tulang rawan, otot-otot, sel-sel
darah, dan strukturstruktur lainnya.
26

2) Tahap embrionik (sampai akhir minggu ke delapan)


Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini
bayi disebut sebagai embrio. Pada tahap ini, organ, dan sistem tubuh bayi mulai
terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut. Setelah 3 minggu otak terbagi menjadi
tiga bagian utama yang disebut dengan otak depan, otak tengah, dan otak
belakang. Perkembangan sistem pernapasan dan sistem pencernaan juga sedang
berlangsung. Sel-sel darah pertama muncul pada kantung inti telur, pembuluh
darah terbentuk pada keseluruhan embrio, dan saluran jantung timbul. Setelah 4
minggu, amnion yang jernih menyelimuti embrio dalam suatu kantung yang berisi
cairan. Setelah 5 minggu, sel-sel reproduktif awal bermigrasi ke organ-organ
reproduksi yang berada di samping ginjal. Di minggu kelima juga, embrio
mengembangkan piringan tangan, dan mulai membentuk formasi tulang rawan
setelah 5½ minggu. Di sini akan terlihat piringan tangan sebelah kiri dan
pergelangan tangan setelah 5 minggu 6 hari.
Setelah 6½ minggu, siku terlihat jelas, jarijari mulai menyebar, dan
gerakan tangan sudah bisa dilihat. Pembentukan tulang disebut dengan osifikasi,
dimulai di antara klavikula atau tulang bahu, tulang-tulang rahang atas, dan
rahang bawah. Sejak minggu ketujuh, gerakan-gerakan kaki dapat dilihat seiring
dengan respon terkejut. Empat bilik pada jantung hampir sempurna. Jantung pada
minggu ini rata-rata berdenyut 167 kali per menit.Pada minggu ke-8, otak telah
berkembang semakin jauh dan beratnya hampir setengah dari berat badan embrio.
Pertumbuhan ini terus berlangsung dengan cepat. Setelah minggu ke-8, 75% dari
embrio memperlihatkan dominasi tangan kanan, sedangkan yang 25% dari embrio
memperlihatkan dominasi tangan kiri. Hal inilah yang menyebabkan munculnya
kebiasaan tangan kiri atau tangan kanan.
3) Tahap fetus (dari minggu ke delapan sampai kelahiran)
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai fetus. Tahap ini
dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran.
Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia dengan
wajah, kedua tangan, dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3
cm, semua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30
27

minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran. Setelah 9 minggu,


janin mulai mengisap jempol dan janin dapat menelan cairan amniotik. Janin juga
dapat menggenggam sesuatu, menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang,
buka tutup rahang, gerakan lidah, mendesah, dan merenggangkan badan. Saraf
penerima di wajah, telapak\ tangan, dan telapak kaki dapat merasakan sentuhan
ringan. "Dalam merespon suatu sentuhan ringan di telapak kaki," janin akan
menekuk pinggul dan lututserta menangkupkan jari kaki (Diastuti, 2009).
2.7.6 Pemberian air susu ibu (ASI)
Alam telah menyediakan makanan paling lengkap dan berlimpah untuk
melindungi pertumbuhan dan kesehatan bayi melalui ibu. Air susu ibu memenuhi
seluruh kebutuhan biologis bayi. Menyusui adalah cara pemberian makan bayi
yang paling baik karena semua unsur gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi normal ada di dalamnya. Pada saat yang sama, tindakan
menyusui membangun hubungan intim dan hangat antara ibu dan bayinya. Hal ini
sangat penting bagi perkembangan psikologis yang sehat dari sang bayi.
Sebaiknya sejak awal kehamilan seorang ibu sudah harus mempunyai keinginan
ini. Untuk menyusui dengan baik, seorang ibu harus mengonsumsi makanan yang
sehat.

Gambar 2.5. Gambar Payudara


Mengonsumsi makanan seimbang harus dilakukan selama masa hamil dan
menjadi makin penting pada waktu menyusui. Ada kemungkinan seorang ibu
harus meningkatkan asupan makanan sebanyak 500 sampai 600 kalori per hari.
Susu, air, dan jus juga penting dikonsumsi untuk meningkatkan produksi air susu.
Selain memberikan gizi lengkap secara alami, air susu ibu juga memberikan
28

banyak keuntungan penting. Keseimbangan yang tepat antara protein, karbohidrat,


lemak, dan mineral menyebabkan air susu ibu mudah dicerna, sehingga jarang
sekali menimbulkan gangguan pencernaan seperti diare dan konstipasi. Bayi-bayi\
yang disusui jarang sekali mengalamikelebihan berat badan, kemungkinan
menderita dehidrasi serta akibat-akibat lainnya. Jarang di antara mereka yang
menderita alergi ataupun infeksi karena bakteri. ASI memberikan proteksi alamiah
dengan cara mengalirkan antibodi penting dari ibu ke bayinya. Menyusui
memberikan manfaat psikologis kepada bayi karena melalui menyusui ia
merasakan kehangatan dan kedekatan fi sik ibunya, menikmati suara dan wajah
ibunya, sekaligus memuaskan kebutuhan untuk mengisap (Diastuti, 2009)
2.7.7 Gangguan Pada Sistem Reproduksi
1. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan di mana jaringan endometrium terdapat di luar
rahim, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk, atau jalur di luar rahim.
Gejalanya berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit, dan nyeri pada saat
menstruasi. Jika tidak ditangani akan menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
Penanganannya dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi, atau bedah laser.
.2. Infeksi vagina
Gejalanya berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi ini menyerang
wanita usia produktif terutama yang menikah. Penyebabnya adalah akibat
hubungan kelamin.
3. Orkitis
merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis.
Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas
4. Epidimitis
Merupkan infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria.
Penyebabnya adalah E.coli dan Chlamydia.
5. Prostatitis
Prostatitis merupakan peradangan prostat. Penyebabnya adalah bakteri
Escherichia coli ataupun bukan bakteri . (Diastuti, 2009).
29

2.8 Penelitian Yang Relevan


Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau menerapkan
model pembelajaran kooperatif pada materi sistem reproduksi, berikut ini adalah
beberapa penelitian yang relevan yang dapat mendukung penelitian ini:
Sagala dan Djulia (2016) menyimpulkan bahwa penerapan model
kooperatif tipe think pair share berbantuan video pembelajaran berpengaruh
terhadap hasil belajar dan sikap siswa pada materi sistem reproduksi manusia di
kelas XI IPA SMA Katolik 1 Kabanjahe, diperoleh nilai aspek kognitif kelas
eksperimen sebesar 81,39 dan afektif sebesar 60,75% sedangkan aspek kognitif
kelas kontrol adalah 76,66 dan afektif sebesar 55,45%.
Tutiliana, dkk (2013) menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar,
motivasi dan sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
STAD dan pembelajaran konvensional pada konsep sistem reproduksi manusia di
SMA Negeri 2 Kutablang meskipun perbedaan yang didapat tidak berbeda secara
signifikan pada variabel hasil belajar dan sikap ilmiah siswa.
Sihaloho dan Hasairin (2016) menyimpulkan bahwa terdapat (1)
Peningkatan hasil belajar siswa sebesar 37,68 pada kelas yang diajarkan dengan
model kooperatif tipe jigsaw menggunakan media audiovisual pada materi sistem
reproduksi manusia; (2) Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh sebesar 46,35
pada kelas yang diajarkan dengan model kooperatif tipe two stay two stray
menggunakan media audiovisual pada materi pokok sistem reproduksi pada
manusia; (3) Perbandingan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas jigsaw
dengan TSTS yaitu 1:1,23 yang artinya peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
TSTS lebih tinggi dibandingkan kelas jigsaw menggunakan media audiovisual
pada materi pokok sistem reproduksi manusia.
Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar dan sikap siswa pada materi sistem
reproduksi. Persamaan penelitian yang akan dilakukan terletak pada materi
pembelajarannya yaitu sistem reproduksi manusia sedangkan perbedaannya
adalah penelitian ini akan menerapkan model kooperatif tipe picute and picture.
30

2.9 Kerangka Berpikir

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre-test Pre-test

Menggunakan model Menggunakan model


pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran ekspositori,
picture and picture diskusi, presentasi

Post-test Post-test

Pengaruhnya terhadap hasil


belajar dan aktivitas siswa

Gambar 2.6. Alur Kerangka Berpikir Penelitian

2.10 Hipotesis
2.10.1 Hipotesisi Penelitian

Hipotesis Nol (Ho) yaitu:

a) Ho1: Tidak ada pengaruh model pembelajaran koperatif tipe picture and picture
terhadap hasil belajar Siswa pada materi sistem reproduksi manusia di Kelas
XI MIPA SMA Negeri 12 Medan.
b) Ho2: Tidak ada pengaruh model pembelajaran koperatif tipe picture and picture
terhadap aktivitas belajar Siswa pada materi sistem reproduksi manusia di
Kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Medan.
31

Hipotesis alternative (Ha) yaitu:

a) Ha1: Ada pengaruh model pembelajaran koperatif tipe picture and picture
terhadap hasil belajar Siswa pada materi sistem reproduksi manusia di Kelas
XI MIPA SMA Negeri 12 Medan.
b) Ha2: Ada pengaruh model pembelajaran koperatif tipe picture and picture
terhadap aktivitas belajar Siswa pada materi sistem reproduksi manusia di
Kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Medan.

2.10.2 Hipotesis Statistik

a. Ha : μ1 > μ2
b. Ho : μ1 ≤ μ2
Keterangan:
μ1: Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
koperatif tipe picture and picture.
μ2: Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
ekspositori, diskusi dan presentasi.
Atau
μ1: Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran koperatif
tipe picture and picture.
μ2: Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori,
diskusi dan presentasi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 12 Medan. Waktu


penelitian dilaksanakan bulan Maret 2018 – Mei 2018 Semester II T.P.
2017/2018.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA
SMA Negeri 12 Medan T.P. 2017/2018 yang terdiri dari enam kelas yang
berjumlah 239 siswa.
3.2.2 Sampel
Sampel penelitian diambil secara random sampling, kelas XI MIPA
2 sebagai kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan model kooperatif
tipe picture and picture dan kelas XI MIPA 5 sebagai kelas kontrol yaitu
dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan presentasi. Jumlah
sampel XI MIPA 2 adalah 40 orang dan XI MIPA 5 adalah 39 orang.

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe picture & picture.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan aktivitas
belajar siswa pada materi sistem reproduksi.

3.4 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian eksperimen. Bentuk eksperimen dalam penelitian ini adalah pre

32
33

experimental dan jenis yang digunakan adalah pretest-postest control


group design. penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture
terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini
menggunakan desain pretest-postest control group, dengan format sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Format desain penelitian
Kelas Pre test Perlakuan Post test
R1 O1 X O2
R2 O3 - O3
Sumber: Sugiyono (2010)
Keterangan:
R1 :Kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe picture and picture.
R2 :Kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
ekspositori, presentasi dan diskusi.
X :kelas eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe
picture and picture.
- : kelas Kontrol diberi perlakuan model pembelajaran ekspositori, presentasi
dan diskusi.
O1 : Hasil pre test pada kelas eksperimen
O2 : hasil post test pada kelas eksperimen
O3 : Hasil pre test pada kelas kontrol
O4 : hasil post test pada kelas kontrol

3.5 Instrumen Penelitian


3.5.1 Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasi belajar siswa
dalam ranah kognitif. Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebanyak dua
kali yaitu soal pre test dan post test yang diberikan kepada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Sebagian soal dibuat sendiri oleh peneliti dan sebagian lagi
diambil dari buku dan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi. Pembuatan
instrumen melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan kisi-kisi, tahap penyusunan
soal tes hasil belajar dan memvalidasi soal ke validator. Tes tersebut diambil dari
pokok bahasan konsep sistem reproduksi. Soal tersebut dibuat dalam bentuk
pilihan ganda (multiple choice) yang berjumlah dua puluh soal dan waktu yang
34

dialokasikan untuk mengerjakan soal selama tiga puluh menit. Setiap soal tes
memiliki lima alternatif jawaban. Dari soal tersebut hanya ada satu jawaban benar
dan setiap butir soal mendapat skor 1 bila benar dan skor 0 bila salah.

Tabel 3.2 Kisi-kisi tes hasil belajar


Aspek Bloom
Jumla
Materi Pokok Indikator h Soal
C C C
C1 2 C3 C4 5 6
Menganalisis organ-
organ reproduksi
Organ manusia beserta
reproduksi fungsinya. 10 3 2
Menganalisis dan
mengurutkan secara
sistematis dan logis
proses pembentukan
Gametogenesi gamet pada sistem
s reproduksi 1 20 14 3
Menganalisis proses
menstruasi pada 4 7
Menstruasi wanita 5 13 16 5
Menganalisis dan 11
mengurutkan secara 19
sistematis proses
Fertilisasi dan fertilisasi dan
kehamilan gestasi 6 3
Mengetahui
kandungan ASI dan
fungsinya dan
ASI dan mengetahui alat-alat 2 15
kontrasepsi KB dan fungsinya 12 17 4
Mengidentifikasi
Penyakit penyakit pada 8
Reproduksi sistem reproduksi 18 9 3
Jumlah 2 3 5 5 2 3 20
3.5.2 Non Tes
Lembar observasi dirancang untuk mengumpulkan data mengenai
aktivitas siswa dengan menggunakan dua observer selama pembelajran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan
metode ceramah, diskusi dan presentasi. Selama pembelajaran ada empat aspek
aktivitas siswa yang diamati yaitu aspek Visual activities (aktivitas melihat), Oral
35

activities (aktivitas berbicara), Listening activities (aktivitas mendengarkan) ,


Writing activities (aktivitas menulis).

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan tes dan lembar observasi aktivitas siswa
sebagai instrument penelitian. Tes hasil belajar siswa ini disusun dalam bentuk
pilihan berganda dengan lima options yaitu a,b,c,d,e). tes soal disusun berdasarkan
materi yang diajarkan kepada siswa. Lembar observasi disini berfungsi
mengetahui bagaimana karakteristsik siswa di kelas selama proses belajar
mengajar,sehingga dapat diperoleh gambaran aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar.

3.7 Teknik Analisis Instrumen Penelitian


3.7.1 Uji Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur (Arikunto,2016). Validitas instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruksi. Validitas isi berfokus
pada penyesuaian isi dan butir-butir pertanyaan dengan materi yang diajarkan atau
tujuan yang ingin dicapai. Validitas konstruk berfokus pada kemampuan
instrumen untuk mengukur gejala yang sesuai dengan definisinya. Pengujian
instrumen menggunakan expert judgment (ahli dalam bidang yang akan diukur).
Dalam penelitian ini, instrumen terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing dan validator ahli. Setelah dilakukan evaluasi oleh ahli maka
instrumen dalam penelitian ini telah layak untuk diujicobakan di lapangan.
Untuk mengetahui validitas tiap butir soal digunakan rumus Product
Moment Pearson dengan angka kasar yaitu :
36

XY
X
Y
∑¿
¿
¿
¿
X
Y
∑ ¿2
rxy = ¿
}
¿
∑ ¿ 2 }{ N ∑ Y 2−¿
X 2−¿
N∑¿
∑ ¿¿
∑ ¿−¿
N¿
¿
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Nilai untuk setiap butir soal
Y = Nilai untuk seluruh butir soal
N = Jumlah peserta tes (Arikunto,2016)
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi rxy digunakan kriteria
berikut ini :
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal
Nilai r hitung Kriteria
0,810 – 1,000 Valitas sangat tinggi
0,610 – 0,800 Validitas tinggi
0,410 – 0,600 Validitas cukup
0,210 – 0,400 Validitas rendah
0,000 – 0,200 Validitas sangat rendah

Menurut Arikunto (2016) penafsiran harga koefisien korelasi ada dua


cara yaitu :
1. Dengan melihat harga rxy dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi,
cukup, dan sebagainya.
2. Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik validitas product moment, dengan
α = 0,05 sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut.
37

Jika harga rxy < rtabel maka soal dikatakan tidak signifikan begitu juga harga
rxy> rtabel maka soal dikatakan valid.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Untuk menentukan reliabilitas test digunakan rumus Kuder
Richardson (KR-20), yaitu sebagai berikut :
S2 −∑ pq
r11 = ( )(
n
n−1 S2 )
Keterangan :
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item/ Jumlah soal
2
S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Untuk mengetahui reliabilitas tes, maka skor KR-20 yang diperoleh akan
diinterpretasikan dengan kriteria berikut ini :
0,91 – 1,00 : sangat baik
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
r11 kurang dari 0,20 : tidak reliabel atau sangat rendah
Untuk menafsirkan keberadaan harga reliabilitas tes, maka r11
dikonsultasikan dengan harga kritik r tabel product momen, dengan α = 0,05.
Jika harga r11 atau rhitung> rtabel maka soal dikatakan reliabel, yang berarti dapat
dipercaya (Arikunto, 2016).
3.7.3 Taraf Kesukaran Tes
Uuntuk menentukan taraf kesukaran pada masing-masing butir soal,
maka digunakan rumus yaitu :
Np
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
Np = Jumlah siswa yang menjawab tes dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk mengetahui taraf kesukaran tes, maka digunakan kriteria sebagai
berikut:
38

Soal dengan P = 0,00 – 0,30 : Sukar


Soal dengan P = 0,31 – 0,70 : Sedang
Soal dengan P = 0,71 – 1,00 : Mudah (Arikunto, 2016)
3.7.4 Daya Pembeda Soal
Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus menurut
Arikunto (2016) yaitu :
BA BB
D= −
JA JB
Keterangan :
D = Daya beda soal
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab item dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab item dengan benar
Kriteria daya pembeda soal adalah sebagai berikut :
D : 0,00 – 0,20 = Jelek
D : 0,21 – 0,40 = Cukup
D : 0,41 – 0,70 = Baik
D : 0,71 – 1,00 = Baik sekali

3.8 Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui apakah ada pengaruh hasil belajar dan aktivitas
belajar dengan menggunakan metode kooperatif tipe picture and picture, maka
dilakukan analisis dan penelitian melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hasil Belajar
Untuk menentukan nilai persentasi hasil belajar siswa, maka dilihat dari
nilai akhir (NA) siswa yang dihitung sebagai berikut:
Jumlah jawaban benar
NA=
jumlah soal
b. Aktivitas Belajar
Untuk menentukan nilai persentase aktivitas belajar siswa adalah
sebagai berikut:
Jumlah perolehan nilai
Aktivitas= x 100
jumlah nilai maksimum
Penskoran kualitas aktivitas siswa dilakukan dengan mengkonfirmasi
persentasi aktivitas dengan parameter sebagai berikut:
Tabel 3. 4 Klasifikasi aktivitas belajar siswa
39

Persentase rata-rata Klasifikasi


80% keatas Sangat Baik
60% - 79.99% Baik
40% - 59,99% Cukup
20% - 39,99% Kurang
0% - 19,99% Sangat Kurang
(Arikunto, 2016)
3.9 Uji Persyaratan Analisis Data
3.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data yang digunakan adalah uji normalitas liliefors.
Langkah-langkahnya adalah :
1. Pengamatan X1, X2, X3,…,Xn disajikan angka baku Z1, Z2,Z3…Zn dengan rumus:

X i − X́
Zi=
SD ❑
Keterangan: X́ =rata−rata
SD = Standar deviasi
2. Untuk tiap angka menggunakan distribusi normal dihitung dengan peluang
F(Zi) = P(Z ≤ Zi ¿ . Menghitung proporsi Z1,Z2,Z3…,Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. Jika proporsi itu dinyatakan oleh S(Zi) maka:
banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 , … Z n ≤ Z
S(Zi) = 1

n
3. Menghitung F(Zi) – S(Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
4. Harga mutlaknya diambil yang tersebar disebut (L0). Kemudian
membandingkan L0 dengan nilai kritid L yang diambil dari daftar nilai kritis
untuk uji liliefors.
L0 < Ltabel maka sampel berdistribusi normal
L0 > Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal

3.9.2 Uji Homogenitas


Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eskperimen
dan kelompok Kontrol yang ditetapkan berasal dari populasi yang
memiliki varian yang relatif sama. Rumus yang digunakan adalah :
Varians terbesar
F hitung=
Varians terkecil
Kriteria pengujian:
40

Jika Fhitung < Ftabel maka kedua populasi mempunyai varians yang sama
Jika Fhitung > Ftabel maka kedua populasi tidak mempunyai varians yang sama
Ftabel = Fα ( ν 1, ν 2, ¿ dengan α = 0,05
ν 1=n1−1 dengan n1 = dk varians terbesar
ν 2=n2−1 dengan n1 = dk varians terkecil

3.9.3 Uji Hipotesis


Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji t, dengan rumus
:

X´ 1− X´ 2
thitung =
√ n1 n2
(
S
1 1
+ )

dengan S 2
=
√( n ₁−1 ) S 1 ²+( n ₂−1 ) s 2
2

n 1+n 2−2
(Sugiyono, 2010)

Keterangan :
X1 = nilai rata-rata dari kelompok eksperimen.
X2 = nilai rata-rata dari kelompok kontrol
n1 = banyaknya subyek kelompok eksperimen
n2 = banyaknya subyek kelompok kontrol
S12 = varians kelompok ekperimen
S22 = varians kelompok kontrol
S2 = Varians gabungan
Kriteria pengujian: Ho ditolak dan Ha diterima: jika thitung > ttabel. Derajat
kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 – α). Jika
Ho ditolak dan Ha diterima, berarti rata-rata hasil belajar dan aktivitas belajar
kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar dan aktivitas belajar
kelas kontrol.
41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Nilai Pre Test Siswa
Dari hasil pre test diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol
sebesar 28,46 dengan simpangan baku (SD) sebesar 11,47, sedangkan pada kelas
eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture
diketahui nilai rata-rata siswa sebesar 29,62 dengan simpangan baku (SD) sebesar
10,52. Perbandingan nilai pre test siswa pada kelas kontrol dan kelas eskperimen
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Perbandingan Nilai Pre Test Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai F X́ 1 SD Nilai F X́ 2 SD
10 2 10 2
15 3 15 5
20 4 20 7
25 7 25 5
30 10 29,62 10,52 30 7 28,46 11,47
35 5 35 6
40 7 40 1
45 1 45 3
65 1 50 2
55 1
Jumlah 40 Jumlah 39

Dari Tabel 4.1 nilai pre test di atas dapat diketahui pada kelas kontrol nilai
terendah adalah 10 dengan banyak siswa 2 orang dan nilai tertinggi adalah 55
dengan banyak siswa 1 orang. Sedangkan nilai pre test pada kelas ekperimen
diperoleh nilai terendah adalah 10 dengan banyak siswa 2 orang dan nilai
tertinggi adalah 65 dengan banyak siswa 1 orang. Dapat dinyatakan bahwa nilai
pre test kelas kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan yang sama sebelum
diberikan perlakuan.

42
43

4.1.2 Nilai Post Test Siswa


Data hasil post test diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
kelas kontrol sebesar 63,84 dengan simpangan baku (SD) sebesar 8,39 sedangkan
pada kelas eksperimen diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 79,12
dan simpangan baku (SD) sebesar 8,38. Dari hasil perolehan nilai hasil belajar,
bahwa rata-rata nilai post test kelas eksperimen relatif lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol. Perbandingan nilai post test kelas kontrol dan kelas eskperimen
dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Perbandingan Nilai Post Test Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai F X́ 1 SD Nilai F X́ 2 SD
60 2 50 2
65 2 55 9
70 4 60 7
75 6 65 9
80 12 79,12 8,38 70 5 63,84 8,39
85 9 75 4
90 3 80 3
95 2
Jumlah 40 Jumlah 39

Dari data nilai post test pada Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa pada kelas
kontrol diperoleh nilai terendah sebesar 50 dengan banyak siswa 2 orang dan nilai
tertinggi sebesar 80 dengan banyak siswa 3 orang, sedangkan pada kelas
eksperimen diperoleh nilai terendah sebesar 60 dengan jumlah siswa 2 orang dan
nilai tertinggi sebesar 95 dengan banyak siswa 2 orang. Dengan melihat nilai post
test di atas dapat simpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan terdapat perubahan
nilai yang relatif jauh dari kedua kelas dan kemampuan siswa setelah diberikan
perlakuan terlihat tidak sama. Berdasarkan Tabel di atas dapat dinyatakan bahwa
kelas eksperimen mempunyai nilai yang lebih tinggi di bandingkan dengan kelas
kontrol.
44

Untuk melihat perbandingan nilai rata-rata pre test dan rata-rata post test kelas
kontrol dan kelas ekperimen dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini:
90
79.12
80

70
63.84
60
Kontrol Column1
50

40
28.46 29.62
30

20

10

0
Pre Test Post Test

Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Pre Test dan Post Test Siswa
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas nilai pre test kelas kontrol dan kelas
eksperimen hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua
kelas sama. Sedangkan nilai rata-rata post test kelas kontrol dan kelas eksperimen
tidak sama dimana rata-rata nilai post test kelas eksperimen lebih tinggi daripada
nilai rata-rata post test kelas kontrol. Berdasarkan grafik hasil belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa XI MIPA SMA Negeri 12 Medan pada
materi sistem reproduksi, dimana nilai post test kelas kontrol sebesar 63,84 dan
nilai post test kelas eksperimen sebesar 79,12.

4.1.3 Nilai Aktivitas Belajar Siswa


Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa kelas kontrol sebesar 67,97 % dengan
simpangan baku (SD) sebesar 7,31, sedangkan pada kelas eksperimen diperoleh
nilai rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 75,62 % dengan simpangan baku
(SD) sebesar 6,24. Dari hasil perolehan nilai aktivitas belajar siswa , bahwa rata-
rata nilai aktivitas belajar kelas eksperimen relatif lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol.
45

Perbandingan nilai aktivitas belajar kelas kontrol dan kelas eskperimen


dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Persentase Aktivitas Belajar Siswa
No Aktivitas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Rata-Rata
1 Melihat 86.35 % 76.92 % Kelas Eksperimen:
2 Berbicara 68.33 % 64.84 % 75.62 %
3 Mendengar 84.32 % 79.27 % Kelas Kontrol:
4 Menulis 63.65 % 50.53 % 67.97 %

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa nilai aktivitas melihat pada
kelas eksperimen sebesar 86.35 % (kategori sangat baik), aktivitas bebicara
sebesar 68.33 % (kategori baik), aktivitas mendengar sebesar 84.32 % (kategori
sangat baik) dan aktivitas menulis sebesar 63.65 % (kategori baik) sedangkan nilai
aktivitas dari kelas kontrol sebesar 76.92 % untuk aktivitas melihat (kategori
baik), 64.84 % aktivitas berbicara (kategori baik), 79.27 aktivitas mendengar
(kategori baik) dan 50.53 % aktivitas menulis (kategori cukup).
100.00%
90.00% 86.35% 84.32%
76.92% 79.27%
80.00%
68.33%
70.00% 64.84% 63.65%
60.00%
50.53%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Melihat Berbicara Mendengar Menulis
Eksperimen Column1

Gambar 4.2 Grafik Persentase dan Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa


Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen
mempunyai nilai rata-rata aktivitas yang lebih tinggi yaitu sebesar 75.62 %
(kategori baik) dan nilai rata-rata aktivitas belajar kelas kontrol lebih rendah yaitu
sebesar 67.97 % (kategori baik). Adapun produk atau deskriptor dari masing-
masing aktivitas yaitu aktivitas melihat ( membaca materi pelajaran,
46

memperhatikan gambar, memperhatikan penjelasan guru), aktivitas berbicara


(berdiskusi, mengemukakan pendapat, memberi saran), aktivitas mendengar
(mendengarkan guru, mendengar presentase kelompok, mendengar pendapat
teman), aktivitas menulis (menulis pertanyaan, menulis hasil diskusi, menulis
kesimpulan). Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture berpengaruh terhadap
nilai aktivitas belajar siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 12 Medan pada materi
sistem reproduksi.

4.1.4 Uji Persyaratan Analisis Data


Uji pesyaratan analisis data meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada kedua kelas penelitian.
Berikut ini hasil uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelas penelitian.

a. Uji Normalitas
Uji normalitas dihitung dengan menggunakan uji Liliefors dengan taraf
signifikansi α = 0,05. Hasil uji normalitas aktivitas belajar dan hasil belajar kedua
kelas dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Pengujian Normalitas Data Penelitian
No Data Kelas L0(L Hitung) LTabel (α = 0,05) Hasil
1 Pre test Eksperimen 0,1301 0,1401 Normal
Pre test Kontrol 0,1324 0,1419 Normal
2 Post Test Eksperimen 0,1016 0,1401 Normal
Post test Kontrol 0,1351 0,1419 Normal
3 Aktivitas Eksperimen 0,1237 0,1401 Normal
Aktivitas Kontrol 0,0699 0,1419 Normal

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai varians data
pre test, post test dan nilai aktivitas dari kedua kelas. Nilai hasil pengujian
homogenitas data pre test, post test dan nilai aktivitas dapat dilihat pada Tabel 4.5
dibawah ini:
47

Tabel 4.5 Pengujian Uji Homogenitas Data Penelitian


No Data Kelas Varians Fhitung FTabel (0,05) Hasil
1 Pre test Eksperimen 110,75 1,18 1,70 Homogen
Pre test Kontrol 131,78
2 Post Test Eksperimen 70,36 1,00 1,71 Homogen
Post test Kontrol 70,34
3 Aktivitas Eksperimen 38,95 1,37 1,70 Homogen
Aktivitas Kontrol 53,44

Dari hasil perhitungan uji persyaratan data pada Tabel 4.5 di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa data penelitian dinyatakan normal dan homogen
sehingga telah memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis.
4.1.5 Pengujian Hipotesis
Setelah semua data pre test, post test dan aktivitas belajar siswa telah
memenuhi uji prasyarat analisis data maka selanjutnya akan dilakukan pengujian
hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara uji beda (uji-t). Uji-t
digunakan untuk menguji data pre test, data post test dan data aktivitas belajar
siswa. Berdasarkan hasil nilai pre test dengan α = 0,05 dan dk = 40 +39 -2 = 77
diperoleh tTabel = 1,99. Dengan membandingkan antara t hitung dengan tTabel atau 0, 47
< 1,99 sehingga dapat dinyatakam bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan
awal yang sama sedangkan nilai post test dengan taraf signifikan α = 0,05 dan dk
= 40 + 39 -2 = 77 diperoleh t Tabel = 1,99. Dengan membandingkan antara thitung
dengan tTabel, maka thitung > tTabel atau 8,30 > 1,995. Jadi dapat dinyatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar model kooperatif tipe picture and
picture dengan metode ceramah dengan materi pokok sistem reproduksi di kelas
XI MIPA SMA N 12 Medan Tahun Pembelajaran 2017/2018.
Untuk data aktivitas belajar siswa dengan taraf signifikan α = 0,05 05 dan
dk = 40 + 39 -2 = 77 diperoleh t Tabel = 1,99. Dengan membandingkan antara t hitung
dengan tTabel, maka thitung > tTabel atau 5,13 > 1,995. Jadi dapat dinyatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara aktivitas belajar siswa yang diajarkan dengan
model kooperatif tipe picture and picture dengan metode ceramah pada materi
pokok sistem reproduksi di kelas XI MIPA SMA N 12 Medan Tahun
Pembelajaran 2017/2018.
48

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Belajar Siswa
Sebelum pembelajaran dimulai peneliti terlebih dahulu memberikan tes
awal atau pre test untuk melihat kemampuan awal kedua kelas percobaan.
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh nilai rata-rata pre test kelas kontrol sebesar 28,46
dan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 29,92. Pengujian hipotesis untuk nilai
pre test menggunakan uji t dengan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk= 40 + 39 -2 = 77). Sehingga diperoleh t hitung = 0,47 dan t tabel= 1,99. Dengan
membandingkan nilai antara t hitung dengan t tabel (0,48 < 1,99) sehingga kedua kelas
mempunyai kemampuan awal yang sama. Kemampuan awal kedua kelas sama
dikarenakan kedua kelas sampel belum mempelajari materi tentang sistem
reproduksi manusia sehingga pengetahuan siswa tentang sistem reproduksi masih
belum maksimal.
Setelah diberikan pre test, maka langkah selanjutnya adalah peneliti
mengajar dengan dua model, kelas kontrol diajarkan dengan model pembelajaran
ekspositori, diskusi dan presentasi (XII MIPA 5) dan kelas eksperimen diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture (XII MIPA 2).
Selanjutnya untuk melihat hasil belajar maka diberikan post test kepada kedua
kelas. Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh rata-rata nilai post test kelas kontrol
sebesar 63,84 dan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 79,12.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu pada kelas eksperimen siswa diiajarkan dengan suasana
yang berbeda, dimana proses pembelajaran didukung oleh media pembelajaran
yang menarik seperti media gambar, power point yang memegang peranan
penting dalam prose pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmodjo
(2009) yang mengatakan bahwa media yang berbasis visual dapat memperlancar
dan memperkuat ingatan siswa dan menambah pengelaman dan pengertian peserta
didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan. Gambar juga
berfungsi memudahkan siswa dalam memahami materi yang objeknya sulit
dibayangkan sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif (Afidah,2012).
49

Berbeda dengan proses pembelajaran sebelumnya yang sama dengan kelas


kontrol, dimana proses pembelajaran hanya menggunakan model ekspositori
(ceramah) tanpa adanya bantuan media pembelajaran yang menyebabkan siswa
mengantuk sehingga respon terhadap materi pembelajaran berkurang sehingga
siswa tidak mampu menyerap pembelajaran dengan maksimal sehingga ilmu yang
didapat tentang materi pembelajaran sangat sedikit.
Alasan lain yang menyebabkan nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol adalah proses belajar mengajar dikelas, dimana kelas
yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture
memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa seperti siswa
melihat gambar sistem reproduksi, siswa mendiskusikan gambar sistem
reproduksi dengan teman kelompok dan siswa menempelkan secara langsung
gambar-gambar yang disediakan oleh guru dan menempelkannya secara sistematis
sedangkan kelas kontrol tidak diajarkan dengan menggunakan media, hanya
ceramah dan presentasi sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih rendah
daripada kelas eksperimen. Hal ini sesuai dengan teori Dale’s Cone of Experience
( Kerucut Pengalaman Dale) yang mengatakan bahwa hasil belajar seseorang 10
% diperoleh dari membaca, 20 % diperoleh dari mendengarkan, 30 % diperoleh
dari melihat (gambar, video, demonstasi), 50 % terlibat dalam diskusi, 70 %
diperoleh dari presentasi dan 90 % diperoleh dari bermain peran, melakukan
simulasi dan melakukan hal yang nyata (Dale, 1969).
Faktor lain yang menyebabkan nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari
pada kelas kontrol adalah motivasi belajar dan semangat belajar siswa. Siswa
yang diajarkan dengan model kooperatif tipe picture and picture lebih
bersemangat dan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran karena siswa
mendapatkan suasana belajar yang berbeda dari sebelumnya (ceramah). Semangat
dan motivasi yang tinggi terlihat jelas dari cara siswa memperhatikan penjelasan
guru, siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru, siswa memahami materi
pembelajaran dan siswa dengan gembira menempelkan gambar ke dapan kelas.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taiyeb (2015) yang
mengatakan bahwa terdapat hubungan antara gaya belajar dan motivasi belajar
50

dengan hasil belajar biologi siswa. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Sukarta (2014) mengatakan bahwa terdapat peningkatan nilai dari siklus I ke
siklus II. Hal ini disebabkan karena dengan semangat belajar tinggi, motivasi dari
guru dan pembelajaran yang menyenangkan serta penggunaan media maksimal.
Berbeda dengan kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran
ekspositori, siswa tidak bersemangat dan kurang termotivasi mengikuti proses
pembelajaran hal ini disebabkan oleh suasana belajar yang monoton berupa
ceramah yang menjadikan siswa hanya sebagai pendengar, banyak siswa yang
enggan memberikan pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari guru sehingga
siswa tidak memahami materi pembelajaran. Selain itu jadwal pelajaran yang
tidak mendukung (les terakhir) menjadi pemicu rendahnya respon dan semangat
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dimana pada kondisi ini anak tidak
lagi dalam keadaan optimal untuk menerima pelajaran sebab energi sudah
berkurang, udara yang panas waktu siang mempercepat proses kelelahan sehingga
siswa menjadi jenuh dan bosan yang berimbas terhadap penerimaan materi
pelajaran tidak optimal.

Faktor-faktor di atas merupakan salah satu penyebab mengapa hasil belajar


kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dimana rata-rata hasil belajar
kelas eksperimen sebesar 79,12 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar
63,84. Untuk melihat adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
picture and picture terhadap hasil belajar dilakukan dengan uji t dengan taraf α =
0,05 dan derajat kebebasan (dk= 40 + 39 -2 = 77). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Handayani (2013) menyatakan bahwa pembelajaran model picture and
picture berbantuan spesimen pada materi invertebrata dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil siswa di SMA Teuku Umar Semarang, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu guru berhasil melakukan pengajaran yang baik, guru mampu
mengembangkan perubahan tingakah laku siswa yang merupakan tujuan
pembelajaran, guru memberikan motivasi belajar yang berpengaruh terhadap hasil
belajar dan guru menggunakan model pembelajaran yang menggairahkan
semangat siswa. Secara umum siswa menyatakan bahwa penerapan model
51

pembelajaran dengan model pembelajaran koopertaif tipe picture and picture


dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, siswa
memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas dan tidak mudah lupa
akan materi pelajaran dan pembelajaran jadi lebih menyenangkan.

4.2.2 Aktivitas Belajar Siswa


Untuk melihat adanya pengaruh lain dari model pembelajaran kooperatif
tipe picture and picture maka selanjutnya digunakan untuk menilai aktivitas
belajar siswa. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe picture and picture terhadap aktivitas belajar siswa.
Dari delapan aktivitas peneliti membatasi aktivitas belajar menjadi 4 aktivitas
yaitu aktivitas melihat, aktivitas berbicara, aktivitas mendengar dan aktivitas
menulis.
Aktivitas yang pertama adalah aktivits melihat, deskriptor yang diamati
dalam aktivitas melihat ada tiga yaitu membaca materi pelajaran (sistem
reproduksi manusia), memperhatikan gambar (sistem reproduksi manusia) dan
memperhatikan penjelasan guru. Untuk menilai aktivitas yang dilakukan oleh
siswa maka peneliti dibantu oleh tiga orang observer. Setelah melakukan
pengolahan data maka diperoleh nilai rata-rata untuk aktivitas melihat, pada kelas
eksperimen sebesar 86, 35 % dengan kategori sangat baik dan kelas kontrol
sebesar 76, 92 % dengan kategori baik. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
nilai aktivitas melihat kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertama, gambar yang digunakan dalam
kelas eksperimen lebih jelas dan bervariasi, ukurannya lebih besar dan keterangan
yang sesuai. Hal ini sesuai dengan pendapat Fauzi (2011) yang mengatakan dalam
model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture materi disajikan dalam
bentuk gambar sehingga siswa tertarik untuk mempelajari isi materi dari
gambar .Berbeda dengan kelas kontrol dimana siswa hanya melihat gambar
melalui buku, diamana gambar yang disajikan dalam buku tidak bervariasi,
ukuran yang kecil dan terdapat beberapa keterangan yang membingungkan siswa.
Kemudian dalam hal memperhatikan penjelasan guru, siswa kelas eksperimen
52

lebih fokus dalam memperhatikan penjelasan guru karena waktu belajarnya masih
dipagi hari dan belum banyak menerima materi pelajaran lain sedangkan kelas
kontrol perhatiannya tidak maksimal karena waktu belajar yang berada di jam
terakhir yang menyebabkan banyak siswa mengantuk dan merasa bosan dengan
penjelasan guru. Menurut Slameto (2010) mengatakan bahwa faktor sekolah
(metode mengajar, kurikulum, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung dan
tugas rumah) mempengaruhi belajar siswa dan penelitian yang dilakukan oleh
Lestari menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang siginifikan antara waktu
belajar terhadap hasil belajar siswa.
Aktivitas yang kedua adalah aktivitas berbicara, deskriptor yang diamati
dalam aktivitas berbicara ada tiga yaitu berdiskusi dengan teman kelompok,
mengemukakan pendapat dan memberi saran dan tanggapan. Persentase aktivitas
berbicara kelas eksperimen sebesar 68, 33 % dan kelas kontrol sebesar 64, 84 %.
Untuk aktivitas berbicara kedua kelas memiliki persentase yang tidak jauh
berbeda dan berada dalam kategori yang sama yaitu kategori baik, hal yang
menyebabkan nilai aktivitas berbicara kelas eksperimen lebih tinggi karena siswa
di kelas eksperimen lebih banyak yang terlibat diskusi dibandingkan kelas kontrol
dan penerapan model kooperatif tipe picture and picture mengharuskan siswa
untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan dari guru sesuai dengan sintaks
pembelajaran dimana siswa akan memberikan alasan mengapa menempel gambar
tersebut. Berdeda dengan kelas kontrol siswa jarang memberikan pertanyaan
ketika ada presentasi dan hanya beberapa siswa yang aktif dalam diskusi.
Aktivitas yang ketiga adalah aktivitas mendengar, deskriptor yang diamati
dalam aktivitas mendengar ada tiga yaitu mendengarkan penjelasan guru,
mendengarkan persentase kelompok dan mendengarkan pendapat teman.
Persentase aktivitas mendengar kelas eksperimen sebesar 84,32 % dan kelas
kontrol sebesar 79, 27 %. Kelas eksperimen berada dalam kategori sangat baik
dan kelas kontrol berada dalam kategori baik, hal ini dipengaruhi oleh antusiasme
dan motivasi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Daulay (2016) yang
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar
53

siswa. Selain itu pada kelas eskperimen guru mengajar dengan menyajikan
gambar sebagai materi pelajaran yang menjadikan siswa fokus terhadap gambar
dan penjelasan guru sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan ceramah saja.
Aktivitas yang keempat adalah aktivitas menulis, deskriptor yang diamati
dalam aktivitas menulis ada tiga yaitu menulis pertanyaan, menulis hasil diskusi
dan menulis kesimpulan pembelajaran. Persentase aktivitas menulis kelas
eskperimen sebesar 63,65 % dan persentase aktivitas menulis kelas kontrol
sebesar 50,53 %. Kelas eksperimen berada dalam kategori baik dan kelas kontrol
berada dalam kategori cukup. Nilai kelas eksperimen lebih tinggi karena siswa di
kelas eksperimen lebih aktif dalam kerja kelompok dan seluruh siswa ikut
berkontribusi dalam bekerja kelompok sedangkan kelas kontrol ada beberapa
siswa dalam kelompok yang melimpahkan tugas ke temannya dan ada juga siswa
yang hanya duduk diam dikelompok.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajasa (2016)
yang menyimpulkan penggunaan metode gabungan model picture and picture dan
group investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa. Tingkat keaktifan siswa
pada kondisi awal sebesar 54.3 % dan pada siklus I meningkat menjadi 65,0 %
dan pada siklus II menjadi sebesar 88,6 %. Selain itu siswa dalam kelompok pada
kelas eskperimen terbentuk dari latar belakang prestasi yang berbeda. Dalam satu
kelompok terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah. Tujuannya
adalah supaya siswa lebih tertantang dalam belajar. Hal ini sesuai dengan teori
Slavin yang mengatakan bahwa konsep utama dari kooperatif adalah memiliki
Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan
bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang
untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok
sangat bernilai (Slavin, 2009).
54

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah
1. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe picture and
picture terhadap hasil belajar siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Medan
pada materi sistem reproduksi, dimana nilai hasil belajar kelas eskperimen
sebesar 79.12 dan nilai hasil belajar kelas kontrol sebesar 63.84.
2. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe picture and
picture terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 12 Medan
pada materi sistem reproduksi, dimana nilai aktivitas belajar kelas eskperimen
sebesar 75,62 % dan nilai aktivitas belajar kelas kontrol sebesar 67.97 %

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan:
1. Bagi guru biologi agar memvariasikan model pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe picture and picture. Karena telah terbukti dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada
materi sistem reproduksi dapat mengoptimalkan hasil belajar dan aktivitas
belajar siswa.
2. Bagi mahasiswa yang ingin menerapkan model kooperatif tipe picture and
picture dalam penelitiannya, perlu dicari dan dibuat gambar yang tepat atau
sesuai dengan materi, gradasi gambar yang sesuai dan gambar tampak jelas.

54
55

DAFTAR PUSTAKA

Abu, A & Widodo, S. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Afidah, I,N. 2012. Pengaruh Penerapan Metode Socratic Circles Disertai Media
Gambar terhadap kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan
Biologi 4 (3): 1-15.

Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum


2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi


Aksara.

Baransano, A.Y., Yohanita, A.M., Damopolii, I. Penerapan Model Pembelajaran


Picture And Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa.
Konservasi, Matematika, Sains dan Teknologi, 12 Juli 2017.

Dale, Edgar. 1969. Audio Visual Methods in Teaching. New York: Holt, Rinehart
and Winston Inc. The Dryden Press.
Darmodjo. 2009. Penggunaan Media Pembelajaran dalam Pembelajaran IPS di
Sekolah Dasar. IKIP Bandung: Bandung
Daulay, U.A., Syarifuddin., Manurung, B. 2016. Pengaruh Blended Learning
Berbasis Edmodo dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi
dan Retensi Siswa pada Sistem Peredaran Darah Manusia di Kelas VIII
SMP Negeri 5 Medan. Jurnal Pendidikan Biologi 6 (1): 260-266.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Diastuti, R. 2009.Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

E. M. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Fatimah., Soewarno dan Suci. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Picture And
Picture Terhadap Hasil Belajar Pada Subtema Indonesiaku, Bangsa Yang
Berbudaya Kelas V Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar 1: 19 – 25.

55
56

Fauziah, T & Bermawi, Y. 2014. Penerapan Model Kooperatif Tipe Picture And
Picture Pada Materi Peninggalan Sejarah Di Sekolah Dasar Negeri Banda
Aceh. Jurnal Pesona Dasar 2 (3): 79 – 87.
Fauzi, R., Dwiastuti, S., Harlita. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Picture
and Picture Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi Siswa Kelas
VIII D SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Pendidikan Biologi 3 (3): 72-78.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Handayani, D., Bintari,S.H., Lisdiana. 2013. Penerapan Model pembelajaran


Picture and Picture Berbantuan Spesimen Pada Materi Invertebrata.
Jurnal Of Biology Eduacation 2 (3): 322-328.

Istanti, A.W., Trieidjaja, H.A. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Picture and
Picture Pada Pembelajaran IPA Anak Tunagrahita SDLB. Jurnal P3LB 1
(2): 169 – 174.

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Julianto, T. 208. Peningkatan Kualitas Pembelajaran: Antara Profesionalitas Guru,


Media Pembelajaran dan Kualitas Pembelajaran. Jurnal Ilmu
Kependidikan 1 (1): 32-38.

Rianto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.
Riyono, B dan Retnoningsih, A. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Picture
and Picture Dengan Strategi Inkuiri Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar
Siswa. Journal of Biology Education 4 (2): 166-172.

Sadulloh, U. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Sagala, R dan Djulia, E. 2016. Pengaruh Model Kooperatif Tipe Think Pair Share
Berbantuan Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Siswa
Pada Materi Sistem Reproduksi Pada Manusia di Kelas XI IPA SMA
Katolik 1 Kabanjahe. Jurnal Pelita Pendidikan 4 (2): 61-67.
Sanjaya, W. 2010. Perencanaan dan Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sasmita, G.A.D., Gitakarma, M.S., Santiyadnya, N. 2015. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Prakarya dan Kewirausahaan Siswa Di Kelas Xi Mipa 1
SMAN 3 Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal JPTE 4 (1): 12-21.

56
57

Sihaloho, I dan Hasairin, A. 2016. Perbandingan Model Kooperatif Tipe Jigsaw


Dengan Tipe Two Stay Two Stray Menggunakan Media Audiovisual
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia di
SMA Negeri 1 Pangururan. Jurnal Pelita Pendidikan 4 (3): 51-57.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

Slavin, E.R. 2009. Cooperating Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.

Sriyanti, L. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Ombak.


Sugiarta,M,M. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Media
Pembelajaran Video Partisipasi Terhadap Keterampilan Proses Sains Sma
Negeri 7 Denpasar. Jurnal Santiaji Pendidikan 7: 12-19.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV


Alvabeta.
Sukarta., Husain, S.N., Tangge, L.N. 2014. Penerapan Media Gambar Pada Mata
Pelajaran Sains Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN
Lakea. Jurnal Kreatif Tadulako Online 5 (3): 158- 169.

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan PAIKEM. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Syah, M. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Taiyeb, A.M., Muklhlisa, N. 2015. Hubungan Gaya Belajar dan Motivasi Belajar
Dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tanete
Rilau. Jurnal Bionature 16 (1): 8-16.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:


Kencana.
Tutiliana., Sabri, M., Khairil. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Student
Teams Achievement Division (Stad) Dengan Konvensional Terhadap Hasil
Belajar, Motivasi dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Konsep Sistem
Reproduksi Manusia di SMA Negeri 2 Kutablang Kabupaten Bireuen.
JESBIO 2 (3): 6-11.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

57
58

Lampiran 1
SILABUS PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI MIPA
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Biologi
Kompetensi Inti:
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI-3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI SUMBER


WAKTU BELAJAR
Struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem reproduksi
 Pengerjaan
1.1. Mengagumi keteraturan dan Struktur dan fungsi Mengamati Lembar aktivitas 3 minggu  Buku siswa
kompleksitas ciptaan Tuhan sel pada sistem  Membaca teks tentang reproduksi dari siswa x 4 JP  Buku
tentang struktur dan fungsi sel, reproduksi referensi
berbagai sumber.
jaringan, organ penyusun
59

sistem, dan bioproses yang  Struktur dan fungsi berbagai


terjadi pada mahluk hidup. alat-alat reproduksi Menanya sumber
pada laki-laki dan  Mengapa dapat terjadi pembentukan janin  Torso alat
1.2. Menyadari dan mengagumi pola wanita. reproduksi
dalam tubuh?
pikir ilmiah dalam kemampuan  Proses manusia,
mengamati bioproses. pembentukan sel  Bagaimana proses tersebut dan organ-  charta
kelamin organ apa saja yang berfungsi dalam sistem
1.3. Peka dan peduli terhadap  Ovulasi dan reproduksi reproduksi
permasalahan lingkungan Menstruasi. manusia .
hidup, menjaga dan  Fertilisasi, gestasi Mengumpulkan Data  gambar
menyayangi lingkungan sebagai dan persalinan. (Eksperimen/Eksplorasi) gametogene
manisfestasi pengamalan  ASI. sis
ajaran agama yang dianutnya.  Diskusi kelas menggunakan torso,
 KB. charta/gambar mengidentifikasi organ-organ  gambar/film
 Kelainan/penyakit penyusun sistem reproduksi pada laki-laki proses
2.1. Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, yang terjadi. perkembang
dan wanita dan mengkaji gambar
jujur terhadap data dan fakta, gametogenesis, menemukan proses an janin
disiplin, tanggung jawab, dan pembentukan sperma/sel telur.  gambar/foto
peduli dalam observasi dan  Mengamati sel-sel penyusun jaringan pada contoh-
eksperimen, berani dan santun ovarium dan testes atau dengan gambar contoh alat
untuk memahami struktur penyusunnya. kontrasepsi
dalam mengajukan pertanyaan
 Mengkaji literatur tentang ovulasi dan  gambar/foto
dan berargumentasi, peduli contoh
lingkungan, gotong royong, mendiskusikannya dalam kelompok.
kelainan-
bekerjasama, cinta damai,  Menemukan siklus menstruasi dibantu
kelainan
charta siklus menstruasi melalui kegiatan
berpendapat secara ilmiah dan dalam
diskusi kelas.
kritis, responsif dan proaktif sistem
 Mendiskusikan hubungan antara kesehatan
dalam dalam setiap tindakan reproduksi
reproduksi, program KB dan kependudukan.
dan dalam melakukan  LKS
 Mengkaji literatur dari berbagai sumber
pengamatan dan percobaan di tentang fertilisasi, gestasi dan persalinan
dalam kelas/laboratorium dalam kelompok dan mengkomunikasikan
maupun di luar dalam bentuk laporan tertulis/lisan.
kelas/laboratorium.  Menggali informasi dari litertatur/petugas
60

kesehatan, dll untuk menemukan alasan


2.2. Peduli terhadap keselamatan pentingnya ASI pertama keluar bagi
diri dan lingkungan dengan seorang bayi melalui tugas kelompok.
menerapkan prinsip  Menemukan penyebab kelainan/penyakit
keselamatan kerja saat yang terjadi pada sistem reproduksi dari
melakukan kegiatan berbagai sumber literatur/media melalui
pengamatan dan percobaan di penugasan individu.
laboratorium dan di lingkungan
sekitar. Mengasosiasikan
 Menganalisis keunikan sel-sel pada jaringan
3.12. Menganalisis hubungan antara sistem reproduksi dikatkan dengan
struktur jaringan penyusun
fungsinya
organ reproduksi dengan
fungsinya dalam proses  Menyimpulkan hasil analisis tentang
reproduksi manusia melalui berbagai proses reproduksi dengan
studi literatur, pengamatan, kesehatan diri dan masyarakat.
percobaan, dan simulasi.  Menyimpulkan mengapa KB harus dilakukan
dari hasil diskusi hubungan reproduksi
3.13. Menerapkan pemahaman
dengan kependudukan.
tentang prinsip reproduksi
manusia untuk menanggulangi
pertambahan penduduk melalui Mengkomunikasikan
program keluarga berencana  Memaparkan hasil kajiannya dan hasil
(KB) dan peningkatan kualitas pengamatan tentang proses reproduksi
hidup SDM melalui pemberian pada tubuh uaitu struktur sel-sel dan fungsi-
ASI ekslusif. fungsi dari organ serta prosesnya.
4.13. Menyajikan hasil analisis  Menjelaskan secara lisan hubungan antara
tentang kelainan pada struktur sistem reproduksi dengan pengendalian
dan fungsi organ yang penduduk, kesehatan, dan kesejahteraan
menyebabkan gangguan sistem keluarga.
reproduksi manusia melalui
berbagi bentuk media
61

presentasi.

4.14. Memecahkan masalah


kepadatan penduduk dengan
menerapkan prinsip reproduksi
manusia.

4.15. Merencanakan dan melakukan


kampanye tentang upaya
penanggulangan pertambahan
penduduk dan peningkatan
kualitas SDM melalui program
keluarga berencana (KB) dan
pemberian ASI ekslusif dalam
bentuk poster dan spanduk.
62

Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(MODEL KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE)
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas /Semester : XI MIPA/Genap
Materi Pokok : Sistem Reproduksi
Alokasi waktu : 12 x 45 Menit ( 6 Pertemuan x 2 Jam Pelajaran)

A. Kompetensi Inti

KI 1 dan 2
Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”. Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia”.
KI 3 KI 4

Memahami, menerapkan, Mengolah, menalar, dan menyaji


menganalisis pengetahuan faktual, dalam ranah konkret dan ranah
konseptual, prosedural berdasarkan abstrak terkait dengan
rasa ingintahunya tentang ilmu pengembangan dari yang
pengetahuan, teknologi, seni, dipelajarinya di sekolah secara
budaya, dan humaniora dengan mandiri dan mampu menggunakan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, metoda sesuai kaidah keilmuan
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
masalah

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

No KD Pengetahuan No KD Keterampilan
3.12 Menganalisis hubungan
antara struktur jaringan
penyusun organ reproduksi
dengan fungsinya dalam
proses reproduksi manusia
melalui studi literatur,
pengamatan, percobaan, dan
simulasi.
63

3.13 Menerapkan pemahaman 4.13 Menyajikan hasil analisis


tentang prinsip reproduksi tentang kelainan pada struktur
manusia untuk dan fungsi organ yang
menanggulangi menyebabkan gangguan sistem
pertambahan penduduk reproduksi manusia melalui
melalui program keluarga berbagi bentuk media presentasi.
berencana (KB) dan
peningkatan kualitas hidup
SDM melalui pemberian
ASI ekslusif.

4.14 Memecahkan masalah kepadatan


penduduk dengan menerapkan
prinsip reproduksi manusia.

4.15 Merencanakan dan melakukan


kampanye tentang upaya
penanggulangan pertambahan
penduduk dan peningkatan
kualitas SDM melalui program
keluarga berencana (KB) dan
pemberian ASI ekslusif dalam
bentuk poster dan spanduk.

C. Indikator
Pertemuan I
3.12.1 Menganalisis organ-organ reproduksi manusia beserta fungsinya.
Pertemuan II
3.12.2 Menganalisis dan mengurutkan secara sistematis dan logis proses
pembentukan gamet pada sistem reproduksi.
Pertemuan III
3.12.3 Menganalisis proses menstruasi pada wanita.
Pertemuan IV
3.12.4 Menganalisis dan mengurutkan secara sistematis proses fertilisasi dan
gestasi
Pertemuan V
3.13.1 Mengetahui kandungan ASI dan fungsinya
3.13.2 Mengetahui alat-alat KB dan fungsinya

Pertemuan VI
64

3.13.3 Mengidentifikasi penyakit pada sistem reproduksi

D. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan I
1. Siswa mampu menganalisis organ-organ reproduksi pada manusia beserta
fungisnya
Pertemuan II
1. Siswa mampu menganalisis dan mengurutkan secara sistematis dan logis
proses pembentukan gamet pada sistem reproduksi.
Pertemuan III
1. Siswa mampu menganalisis proses menstruasi pada wanita.
Pertemuan IV
1. Siswa mampu menganalisis dan mengurutkan secara sistematis proses
fertilisasi dan gestasi
Pertemuan V
1. Siswa mampu mengetahui kandungan ASI dan fungsinya
2. Siswa mampu Mengetahui alat-alat KB dan fungsinya
Pertemuan VI
1. Siswa mampu mengidentifikasi penyakit pada sistem reproduksi

E. Materi Pembelajaran
a. Alat-alat reproduksi pada manusia
b. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) dan pembentukan ovum
(oogenesis)
c. Siklus menstruasi
d. Fertilisasi dan kehamilan
e. ASI
f. KB dan penyakit pada sistem reproduksi

F. Metode dan Model Pembelajaran


1. Metode :ceramah, diskusi, Tanya jawab
2. Model pembelajaran :kooperatif tipe picture and picture
G. Kegiatan Pembelajaran
65

a. Pertemuan I (2 x 45 menit)

b. Kegiatan Pembuka Alokasi


Sintaks Kegiatan Waktu
Pembelajaran (Menit)
1. Penyampaian 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi
Kompetensi salam
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
“mengapa makhluk hidup bisa berkembang 10
biak dan bertambah jumlahnya? Organ apa
yang berperan didalamnya?”
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok,
tiap kelompok beranggotakan lima orang.
Kegiatan Inti
Sintaks Kegiatan
Pembelajaran
2. Penyampaian 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang 70
Materi “organ-organ reproduksi manusia dan
fungsinya”.
3. Menunjukkan/m 2. Guru menunjukkan gambar organ-organ
emperlihatkan reproduksi manusia kepada siswa.
gambar 3. Siswa mengamati gambar organ reproduksi
manusia yang ditunjukkan oleh guru.
4. Memasang atau 4. Guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan
menempelkan organ reproduksi pria dan wanita beserta
gambar fungsinya dan siswa dapat mengumpulkan
data dengan cara membaca atau mencari dari
buku atau literatur yang berhubungan dengan
sistem reproduksi.
5. Setelah data dikumpulkan, siswa
mengasosiasikan/menalarkan gambar yang
cocok atau yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
6. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara
bergantian untuk menempelkan gambar organ
reproduksi sesuai dengan nama organ
reproduksi.
5. Menanyakan 8. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran
alasan siswa mengapa menempelkan gambar terebut
sesuai dengan namanya.
6. Menanamkan 9. Alasan siswa tersebut kemudian diluruskan
konsep materi kebenarannya oleh guru dan memberikan satu
jawaban yang pastti dari seluruh alasan siswa
(mengkomunikasikan).
10. Dari gambar tersebut guru memberikan
66

konsep dasar tentang organ reproduksi yang


sesuai dengan indikator pembelajaran
Kegiatan Penutup
Sintaks Kegiatan
Pembelajaran
7. Kesimpulan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 10
untuk memberikan kesimpulan
2. Guru memberikan kesimpulan akhir tentang
organ reproduksi dan fungsinya
3. Guru memberikan salam penutup di akhir
pembelajaran

c. Pertemuan II (2 x 45 menit)

d. Kegiatan Pembuka Alokasi


Sintaks Kegiatan Waktu
Pembelajaran (Menit)
1. Penyampaian 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi
Kompetensi salam
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 10
5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok,
tiap kelompok beranggotakan lima orang.
Kegiatan Inti
Sintaks Kegiatan
Pembelajaran
2. Penyampaian 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran 70
Materi tentang proses pembentukan gamet atau
gametogenesis.
3. Menunjukkan/m 2. Guru menunjukkan gambar organ-organ
emperlihatkan reproduksi manusia kepada siswa.
gambar 3. Siswa mengamati gambar gametogenesis
manusia yang ditunjukkan oleh guru.
4. Memasang atau 4. Guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan
menempelkan proses gametogenesis beserta fungsinya dan
gambar siswa dapat mengumpulkan data dengan cara
membaca atau mencari dari buku atau literatur
yang berhubungan dengan proses
gametogenesis.
5. Setelah data dikumpulkan, siswa
mengasosiasikan/menalarkan gambar yang
cocok atau yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
6. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara
bergantian untuk menempelkan gambar proses
gametogenesis secara sistematis.
67

5. Menanyakan 8. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran


alasan siswa mengapa menempelkan gambar terebut
sesuai dengan namanya.
6. Menanamkan 9. Alasan siswa tersebut kemudian diluruskan
konsep materi kebenarannya oleh guru dan memberikan satu
jawaban yang pastti dari seluruh alasan siswa
(mengkomunikasikan)
10. Dari gambar tersebut guru memberikan
konsep dasar tentang proses gametogenesis
yang sesuai dengan indikator pembelajaran
Kegiatan Penutup
Sintaks Kegiatan
Pembelajaran
7. Kesimpulan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 10
untuk memberikan kesimpulan
2. Guru memberikan kesimpulan proses
gametogenesis.
3. Guru memberikan salam penutup di akhir
pembelajaran

e. Pertemuan III (2 x 45 menit)


f.

Kegiatan Pembuka

Alokasi Waktu (Menit)

Sintaks

Pembelajaran

Kegiatan

1. Penyampaian

Kompetensi

1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam.


2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran. “apakah siswa perempuan pernah
mengamati adanya darah yang keluar dari daerah kelamin tetapi tanpa ada
luka? Apa yang sebenarnya terjadi? Menpa bisa keluar cairan merah tanpa ada
luka dan kenapa hanya perempuan saja yang mengalaminya?.
68

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok, tiap kelompok beranggotakan
lima orang.

10

Kegiatan Inti

Sintaks

Pembelajaran

Kegiatan

2. Penyampaian Materi
1. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang siklus menstruasi pada
wanita.

70

2. Menunjukkan/memperlihatkan gambar
2. Guru menunjukkan gambar siklus menstruasi pada wanita.

3. Siswa mengamati gambar sikus menstruasi yang ditunjukkan oleh guru.

4. Memasang atau menempelkan gambar


4. Guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan siklus menstruasi wanita dan siswa
dapat mengumpulkan data dengan cara membaca atau mencari dari buku atau
literatur yang berhubungan dengan siklus menstruasi.
69

5. Setelah data dikumpulkan, siswa mengasosiasikan/menalarkan gambar yang


cocok atau yang sesuai dengan materi pembelajaran.
6. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk menempelkan
gambar siklus menstruasi pada wanita.

7.

5. Menanyakan alasan
8. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran siswa mengapa menempelkan
gambar terebut sesuai dengan namanya.

6. Menanamkan konsep materi


9. Alasan siswa tersebut kemudian diluruskan kebenarannya oleh guru dan
memberikan satu jawaban yang pastti dari seluruh alasan siswa
(mengkomunikasikan)
10. Dari gambar tersebut guru memberikan konsep dasar tentang siklus
menstruasi yang sesuai dengan indikator pembelajaran

Kegiatan Penutup

Sintaks Pembelajaran

Kegiatan

7. Kesimpulan
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kesimpulan

10

2. Guru memberikan kesimpulan siklus menstruasi.


70

3. Guru memberikan salam penutup di akhir pembelajaran

g. Pertemuan IV (2 x 45 menit)
h.
Kegiatan Pembuka

Alokasi Waktu (Menit)

Sintaks

Pembelajaran

Kegiatan

1. Penyampaian

Kompetensi

1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam.


2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran. “pernahkah terpikir dibenak
kalian bagaima seorang bayi bisa terbentuk? Apa proses awal yang dilalui
sehingga bayi terbentuk?”
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok, tiap kelompok beranggotakan
lima orang.

10

Kegiatan Inti
71

Sintaks

Pembelajaran

Kegiatan

2. Penyampaian Materi
1. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang proses fertilisasi dan gestasi.

70

2. Menunjukkan/memperlihatkan gambar
2. Guru menunjukkan gambar proses fertilisasi dan gestasi.

3. Siswa mengamati gambar proses fertilisasi dan gestasi yang ditunjukkan oleh
guru.

4. Memasang atau menempelkan gambar


4. Guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan proses fertilisasi dan gestasi dan
siswa dapat mengumpulkan data dengan cara membaca atau mencari dari buku
atau literatur yang berhubungan dengan proses fertilisasi dan gestasi.
5. Setelah data dikumpulkan, siswa mengasosiasikan/menalarkan gambar yang
cocok atau yang sesuai dengan materi pembelajaran.
6. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk menempelkan
gambar proses fertilisasi dan gestasi.

7.

5. Menanyakan alasan
8. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran siswa mengapa menempelkan
gambar terebut sesuai dengan namanya.
72

6. Menanamkan konsep materi


9. Alasan siswa tersebut kemudian diluruskan kebenarannya oleh guru dan
memberikan satu jawaban yang pastti dari seluruh alasan siswa
(mengkomunikasikan)
10. Dari gambar tersebut guru memberikan konsep dasar tentang proses
fertilisasi dan gestasi yang sesuai dengan indikator pembelajaran

Kegiatan Penutup

Sintaks Pembelajaran

Kegiatan

7. Kesimpulan
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kesimpulan

10

2. Guru memberikan kesimpulan tentang proses fertilisasi dan gestasi

3. Guru memberikan salam penutup di akhir pembelajaran

i. Pertemuan V (2 x 45 menit)

j. Kegiatan Pembuka Alokasi


Sintaks Kegiatan Waktu
Pembelajaran (Menit)
1. Penyampaian 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi
Kompetensi salam.
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
“pernahkah kalian melihat bayi menyusu 10
kepada ibunya? Apa tujuan bayi tersebut
menyusu?”
73

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok,
tiap kelompok beranggotakan lima orang.

Kegiatan Inti
Sintaks Kegiatan
Pembelajaran
2. Penyampaian 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang 70
Materi ASI dan alat-alat kontrasepsi.
3. Menunjukkan/m 2. Guru menunjukkan gambar alat-alat kontrasepsi
emperlihatkan 3. Siswa mengamati gambar alat-alat kontrasepsi
gambar ditunjukkan oleh guru.
4. Memasang atau 4. Guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan
menempelkan gambar alat-alat kontrasepsi dan siswa dapat
gambar mengumpulkan data dengan cara membaca
atau mencari dari buku atau literatur yang
berhubungan dengan alat-alat kontrasepsi
5. Setelah data dikumpulkan, siswa
mengasosiasikan/menalarkan gambar yang
cocok atau yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
6. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara
bergantian untuk menempelkan gambar alat-alat
kontrasepsi.
5. Menanyakan 8. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran
alasan siswa mengapa menempelkan gambar terebut
sesuai dengan namanya.
6. Menanamkan 9. Alasan siswa tersebut kemudian diluruskan
konsep materi kebenarannya oleh guru dan memberikan satu
jawaban yang pastti dari seluruh alasan siswa
(mengkomunikasikan)
10. Dari gambar tersebut guru memberikan
konsep dasar tentang ASI dan alat-alat
kontrasepsi yang sesuai dengan indikator
pembelajaran
Kegiatan Penutup
Sintaks Kegiatan
Pembelajaran
7. Kesimpulan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 10
untuk memberikan kesimpulan
2. Guru memberikan kesimpulan tentang ASI
dan alat-alat kontrasepsi
3. Guru memberikan salam penutup di akhir
pembelajaran
74

k. Pertemuan VI (2 x 45 menit)

l. Kegiatan Pembuka Alokasi


Sintaks Kegiatan Waktu
Pembelajaran (Menit)
1. Penyampaian 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi
Kompetensi salam.
2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
“bisakah organ reproduksi dapat menyebabkan 10
penyakit pada manusia? Kalau bisa penyakit
apa yang bisa ditularkan melalui organ
reproduksi?”
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok,
tiap kelompok beranggotakan lima orang.
Kegiatan Inti
Sintaks Kegiatan
Pembelajaran
2. Penyampaian 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang 70
Materi penyakit pada sistem reproduksi.
3. Menunjukkan/m 2. Guru menunjukkan gambar penyakit pada
emperlihatkan sistem reproduksi.
gambar 3. Siswa mengamati gambar penyakit pada sistem
reproduksi.
4. Memasang atau 4. Guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan
menempelkan gambar penyakit pada sistem reproduksi dan
gambar siswa dapat mengumpulkan data dengan cara
membaca atau mencari dari buku atau literatur
yang berhubungan dengan penyakit pada sistem
reproduksi
5. Setelah data dikumpulkan, siswa
mengasosiasikan/menalarkan gambar yang
cocok atau yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
6. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara
bergantian untuk menempelkan penyakit pada
sistem reproduksi
5. Menanyakan 8. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran
alasan siswa mengapa menempelkan gambar terebut
sesuai dengan namanya.
6. Menanamkan 9. Alasan siswa tersebut kemudian diluruskan
konsep materi kebenarannya oleh guru dan memberikan satu
jawaban yang pastti dari seluruh alasan siswa
(mengkomunikasikan)
10. Dari gambar tersebut guru memberikan
75

konsep dasar tentang penyakit pada sistem


reproduksi yang sesuai dengan indikator
pembelajaran
Kegiatan Penutup
Sintaks Kegiatan
Pembelajaran
7. Kesimpulan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 10
untuk memberikan kesimpulan
2. Guru memberikan kesimpulan tentang
penyakit pada sistem reproduksi
3. Guru memberikan salam penutup di akhir
pembelajaran

H. Alat, Media, Sumber Belajar


1. Alat belajar
 Laptop
 Handphone
 LCD
2. Media belajar
 Power Point
 Gambar
3. Sumber Belajar

 Diastuti, Renni. 2009.Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.
 Bakhtiar, Suaha. 2011.Biologi Untuk SMA dan MA Kelas XI.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
 Rachmawati, Faidah., dkk 2009. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI
Program IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

 Penilaian Kognitif
 Teknik Penilaian : Tes tertulis 20 soal
 Bentuk Instrumen: pilihan ganda
 Instrumen : Soal pre test dan post test
 Penilain Psikomotorik : Aktivitas Siswa
76

Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
((METODE DISKUSI DAN CERAMAH)
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas /Semester : XI MIA/Genap
Materi Pokok : Sistem Reproduksi
Alokasi waktu : 12 x 45 Menit ( 6 pertemuan x 2 Jam Pelajaran)

A. Kompetensi Inti

KI 1 dan 2
Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”. Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia”.
KI 3 KI 4

Memahami, menerapkan, Mengolah, menalar, dan menyaji


menganalisis pengetahuan faktual, dalam ranah konkret dan ranah
konseptual, prosedural berdasarkan abstrak terkait dengan
rasa ingintahunya tentang ilmu pengembangan dari yang
pengetahuan, teknologi, seni, dipelajarinya di sekolah secara
budaya, dan humaniora dengan mandiri dan mampu menggunakan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, metoda sesuai kaidah keilmuan
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
masalah

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

No KD Pengetahuan No KD Keterampilan
3.12 Menganalisis hubungan
antara struktur jaringan
penyusun organ reproduksi
dengan fungsinya dalam
proses reproduksi manusia
melalui studi literatur,
pengamatan, percobaan, dan
77

simulasi.

3.13 Menerapkan pemahaman 4.13 Menyajikan hasil analisis tentang


tentang prinsip reproduksi kelainan pada struktur dan fungsi
manusia untuk organ yang menyebabkan gangguan
menanggulangi sistem reproduksi manusia melalui
pertambahan penduduk berbagi bentuk media presentasi.
melalui program keluarga
berencana (KB) dan
peningkatan kualitas hidup
SDM melalui pemberian
ASI ekslusif.

4.14 Memecahkan masalah kepadatan


penduduk dengan menerapkan prinsip
reproduksi manusia.

4.15 Merencanakan dan melakukan


kampanye tentang upaya
penanggulangan pertambahan
penduduk dan peningkatan kualitas
SDM melalui program keluarga
berencana (KB) dan pemberian ASI
ekslusif dalam bentuk poster dan
spanduk.

C. Indikator
Pertemuan I
3.12.1 Menganalisis organ-organ reproduksi manusia beserta fungsinya.
Pertemuan II
3.12.2 Menganalisis dan mengurutkan secara sistematis dan logis proses
pembentukan gamet pada sistem reproduksi.
Pertemuan III
3.12.3 Menganalisis proses menstruasi pada wanita.
Pertemuan IV
3.12.4 Menganalisis dan mengurutkan secara sistematis proses fertilisasi dan
gestasi
Pertemuan V
3.13.1 Mengetahui kandungan ASI dan fungsinya
3.13.2 Mengetahui alat-alat KB dan fungsinya
Pertemuan VI
78

3.13.3 Mengidentifikasi penyakit pada sistem reproduksi


D. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan I
2. Siswa mampu menganalisis organ-organ reproduksi pada manusia beserta
fungisnya
Pertemuan II
2. Siswa mampu menganalisis dan mengurutkan secara sistematis dan logis
proses pembentukan gamet pada sistem reproduksi.
Pertemuan III
2. Siswa mampu menganalisis proses menstruasi pada wanita.
Pertemuan IV
2. Siswa mampu menganalisis dan mengurutkan secara sistematis proses
fertilisasi dan gestasi
Pertemuan V
3. Siswa mampu mengetahui kandungan ASI dan fungsinya
4. Siswa mampu Mengetahui alat-alat KB dan fungsinya
Pertemuan VI
2. Siswa mampu mengidentifikasi penyakit pada sistem reproduksi
E. Materi Pembelajaran
g. Alat-alat reproduksi pada manusia
h. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) dan pembentukan ovum
(oogenesis)
i. Siklus menstruasi
j. Fertilisasi dan kehamilan
k. ASI
l. KB dan penyakit pada sistem reproduksi

F. Metode dan Model Pembelajaran


3. Metode : diskusi, ceramah, presentasi
4. Model pembelajaran :-
79

G. Kegiatan Pembelajaran
a. Pertemuan I (2 x 45 menit)
b.

Tahap Kegiatan

Uraian Kegiatan

Alokasi Waktu (Menit)

Kegiatan Awal

1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam


2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
“mengapa makhluk hidup bisa berkembang biak dan bertambah jumlahnya?
Organ apa yang berperan didalamnya?
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok, tiap kelompok beranggotakan
lima orang.

10
80

Kegiatan Inti

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mengamati


materi organ-organ sistem reproduksi manusia.
2. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang “organ-organ reproduksi
manusia dan fungsinya”.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat materi organ-organ
reproduksi manusia beserta fungsinya
4. Guru bertanya kepada siswa mengenai organ-organ reproduksi manusia dan
fungsinya.
5. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang organ-organ reproduksi dari
dalam sampai keluar (siswa dapat mengumpulkan data dari internet, buku
atau sumber lain)
6. Setelah data dikumpulkan, siswa memilih atau menalar informasi atau materi
mana yang sesuai dengan bahan diskuai.
7. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi tentang organ
reproduksi.
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan
kepada kelompok yang persentase
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari
temannya
10. Guru membantu melengkapai jawaban dari siswa apabila jawabannya kurang
tepat dan memilah jawaban dari banyak siswa menjadi satu jawaban yang tepat
(Mengkomunikasikan)
11. Guru memberikan penilaian atas persentasi tiap kelompok

70
81

Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kesimpulan


2. Guru memberikan kesimpulan akhir tentang organ reproduksi dan fungsinya
3. Guru memberikan salam penutup

10

c. Pertemuan II (2 x 45 menit)
d.

Tahap Kegiatan

Uraian Kegiatan

Alokasi Waktu (Menit)

Kegiatan Awal

1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam


2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran tentang gametogenesis dan
tahapannya
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok, tiap kelompok beranggotakan
lima orang.

10
82

Kegiatan Inti

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mengamati


materi tentang gametogenesis dan tahapannya.
2. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang gametogenesis dan tahapannya.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat materi tentang
gametogenesis dan tahapannya
4. Guru bertanya kepada siswa mengenai organ-organ tentang gametogenesis dan
tahapannya
5. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang tentang gametogenesis dan
tahapannya (siswa dapat mengumpulkan data dari internet, buku atau sumber
lain)
6. Setelah data dikumpulkan, siswa memilih atau menalar informasi atau materi
mana yang sesuai dengan bahan diskusi
7. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi tentang
gametogenesis dan tahapannya
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan
kepada kelompok yang persentase
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari
temannya
10. Guru membantu melengkapai jawaban dari siswa apabila jawabannya kurang
tepat dan memilah jawaban dari banyak siswa menjadi satu jawaban yang tepat
(Mengkomunikasikan)
11. Guru memberikan penilaian atas persentasi tiap kelompok

70
83

Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kesimpulan


2. Guru memberikan kesimpulan akhir tentang gametogenesis dan tahapannya
3. Guru memberikan salam penutup

10

\
e. Pertemuan III (2 x 45 Menit)
Tahap Uraia Kegiatan Alokasi
Kegiatan Waktu
(Menit)
Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam 10
Awal 2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran
tentang proses siklus menstruasi “apakah siswa
perempuan pernah mengamati adanya darah
yang keluar dari daerah kelamin tetapi tanpa ada
luka? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa
bisa keluar cairan merah tanpa ada luka dan
kenapa hanya perempuan saja yang
mengalaminya?”
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru membagi siswa dalam delapan kelompok,
tiap kelompok beranggotakan lima orang.
Kegiatan Inti 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 70
untuk membaca dan mengamati materi tentang
siklus menstruasi.
2. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang
siklus menstruasi..
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencatat materi tentang siklus menstruasi.
4. Guru bertanya kepada siswa mengenai siklus
menstruasi.
5. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang
siklus menstruasi (siswa dapat mengumpulkan
data dari internet, buku atau sumber lain).
6. Setelah data dikumpulkan, siswa memilih atau
menalar informasi atau materi mana yang sesuai
dengan bahan diskusi.
7. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusi tentang siklus menstruasi.
84

8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa


untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok
yang persentase.
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan dari temannya.
10. Guru membantu melengkapai jawaban dari
siswa apabila jawabannya kurang tepat dan
memilah jawaban dari banyak siswa menjadi
satu jawaban yang tepat
(Mengkomunikasikan).
Guru memberikan penilaian atas persentasi tiap
kelompok .
Kegiatan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 10
Akhir untuk memberikan kesimpulan.
2. Guru memberikan kesimpulan akhir tentang
siklus menstruasi.
3. Guru memberikan salam penutup.

f. Pertemuan IV (2 x 45 menit)

Tahap Uraia Kegiatan Alokasi


Kegiatan Waktu
(Menit)
Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam 10
Awal 2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran
tentang “pernahkah terpikir dibenak kalian
bagaima seorang bayi bisa terbentuk? Apa proses
awal yang dilalui sehingga bayi terbentuk?”
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru membagi siswa dalam delapan kelompok,
tiap kelompok beranggotakan lima orang.
Kegiatan Inti 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 70
untuk membaca dan mengamati materi tentang
fertilisasi dan gestasi.
2. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang
fertilisasi dan gestasi.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencatat materi tentang fertilisasi dan
gestasi.
4. Guru bertanya kepada siswa mengenai
fertilisasi dan gestasi.
5. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang
proses fertilisasi dan gestasi (siswa dapat
mengumpulkan data dari internet, buku atau
sumber lain).
6. Setelah data dikumpulkan, siswa memilih atau
85

menalar informasi atau materi mana yang sesuai


dengan bahan diskusi.
7. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusi tentang fertilisasi dan gestasi.
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok
yang persentase.
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan dari temannya.
10. Guru membantu melengkapai jawaban dari
siswa apabila jawabannya kurang tepat dan
memilah jawaban dari banyak siswa menjadi
satu jawaban yang tepat
(Mengkomunikasikan).
11. Guru memberikan penilaian atas persentasi tiap
kelompok .
Kegiatan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 10
Akhir untuk memberikan kesimpulan.
2. Guru memberikan kesimpulan akhir tentang
fertilisasi dan gestasi.
3. Guru memberikan salam penutup.

g. Pertemuan V (2 x 45 menit)

Tahap Uraia Kegiatan Alokasi


Kegiatan Waktu
(Menit)
Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam 10
Awal 2. Guru mengabsen siswa
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran
“pernahkah kalian melihat bayi menyusu kepada
ibunya? Apa tujuan bayi tersebut menyusu?”
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok,
tiap kelompok beranggotakan lima orang.
Kegiatan Inti 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 70
untuk membaca dan mengamati materi tentang
ASI dan alat kontrasepsi.
2. Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang
ASI dan alat kontrasepsi.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencatat materi tentang ASI dan alat
kontrasepsi.
4. Guru bertanya kepada siswa mengenai ASI dan
alat kontrasepsi.
5. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang
ASI dan alat kontrasepsi. (siswa dapat
mengumpulkan data dari internet, buku atau
86

sumber lain).
6. Setelah data dikumpulkan, siswa memilih atau
menalar informasi atau materi mana yang sesuai
dengan bahan diskusi.
7. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusi tentang ASI dan alat kontrasepsi.
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok
yang persentase.
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan dari temannya.
10. Guru membantu melengkapai jawaban dari
siswa apabila jawabannya kurang tepat dan
memilah jawaban dari banyak siswa menjadi
satu jawaban yang tepat
(Mengkomunikasikan).
11. Guru memberikan penilaian atas persentasi tiap
kelompok .
Kegiatan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 10
Akhir untuk memberikan kesimpulan.
2. Guru memberikan kesimpulan akhir tentang ASI
dan alat kontrasepsi.
3. Guru memberikan salam penutup.

h. Pertemuan VI (2 x 45 menit)

Tahap Uraia Kegiatan Alokasi


Kegiatan Waktu
(Menit)
Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan memberi 10
Awal salam.
2. Guru mengabsen siswa.
3. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran
“bisakah organ reproduksi dapat menyebabkan
penyakit pada manusia? Kalau bisa penyakit apa
yang bisa ditularkan melalui organ reproduksi?”
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5. Guru membagi siswa dalam delapan kelompok,
tiap kelompok beranggotakan lima orang.
Kegiatan Inti 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 70
untuk membaca dan mengamati materi tentang
penyakit pada sistem reproduksi.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencatat materi tentang penyakit pada
sistem reproduksi.
3. Guru bertanya kepada siswa mengenai penyakit
pada sistem reproduksi.
4. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi penyakit
87

pada sistem reproduksi. (siswa dapat


mengumpulkan data dari internet, buku atau
sumber lain).
5. Setelah data dikumpulkan, siswa memilih atau
menalar informasi atau materi mana yang sesuai
dengan bahan diskusi.
6. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusi tentang penyakit pada sistem
reproduksi.
7. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memberikan pertanyaan kepada kelompok
yang persentase.
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan dari temannya.
9. Guru membantu melengkapai jawaban dari
siswa apabila jawabannya kurang tepat dan
memilah jawaban dari banyak siswa menjadi
satu jawaban yang tepat
(Mengkomunikasikan).
10. Guru memberikan penilaian atas persentasi tiap
kelompok .
Kegiatan 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 10
Akhir untuk memberikan kesimpulan.
2. Guru memberikan kesimpulan akhir tentang
penyakit pada sistem reproduksi.
3. Guru memberikan salam penutup.

H. Alat, Media, Sumber Belajar


4. Alat belajar
 Laptop
 Handphone
5. Sumber Belajar

 Diastuti, Renni. 2009.Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.
 Bakhtiar, Suaha. 2011.Biologi Untuk SMA dan MA Kelas XI.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
 Rachmawati, Faidah., dkk 2009. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI
Program IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar

 Penilaian Kognitif
 Teknik Penilaian : Tes tertulis
 Bentuk Instrumen: pilihan ganda
 Instrumen : Soal pre test dan post test
88

 Penilaian Psikomotik : Aktivitas Siswa

Lampiran 4

PETUNJUK PENGERJAAN GAMBAR

a. Pertemuan I: Organ-Organ Repoduksi Wanita

Petunjuk:
1. Gambar ditempelkan di dinding atau di papan tulis secara acak
2. Siswa mengamati dan mendiskusikan gambar dengan teman kelompok
3. Siswa menempelkan gambar dan menyusun gambar organ reproduksi manusia
(siswa dipilih dengan cara diundi)
4. Guru memeriksa kesesuain gambar yang ditempel siswa
5. Guru menanyakan alasan siswa menempel gambar
6. Guru menanamkan konsep kepada siswa

Organ Reproduksi Wanita

1 2 3 4

9 5
10 6
8 7

Organ Reproduksi Pria


89

b. Pertemuan II: Gametogenesis

Petunjuk:
1. Gambar ditempelkan di dinding atau di papan tulis secara acak
2. Siswa mengamati dan mendiskusikan gambar dengan teman kelompok
3. Siswa menempelkan gambar tentang gametogenesis secara sistematis (siswa
dipilih dengan cara diundi)
4. Guru memeriksa kesesuain gambar yang ditempel siswa
5. Guru menanyakan alasan siswa menempel gambar tersebut
6. Guru menanaman konsep kepada siswa

Gambar Spermatogenesis

Gambar Oogenesis
90

D
E C

B A
F
A
G

c. Pertemuan III: Menstruasi

Petunjuk:
1. Gambar ditempelkan di dinding atau di papan tulis
2. Siswa mengamati dan mendiskusikan gambar dengan teman kelompok
3. Siswa menempelkan gambar siklus menstruasi secara sistematis
4. Guru memeriksa kesesuain jawaban yang ditempel siswa
5. Guru menanyakan alasan siswa menempel gambar tersebut
6. Guru menanamkan konsep kepada siswa tentang menstruasi
91

d. Pertemuan IV: Fertilisasi dan Gestasi

Petunjuk:
1. Gambar ditempelkan di dinding atau di papan tulis
2. Siswa mengamati dan mendiskusikan gambar dengan teman kelompok
3. Siswa menempelkan gambar dan menyusun gambar proses fertilisai dan
gestasi dengan sistematis (siswa dipilih dengan cara diundi)
4. Guru memeriksa kesesuain gambar yang ditempel siswa
5. Guru menanyakan alasan siswa mengapa menempel gambar tersebut
6. Guru memberikan konsep tentang fertilisasi dan gestasi kepada siswa

Gambar Fertilisasi
92

Gambar Gestasi

e. Pertemuan V: ASI dan Kontrasepsi

Petunjuk:
1. Gambar ditempelkan di dinding atau di papan tulis
2. Siswa mengamati dan mendiskusikan gambar dengan teman kelompok
3. Siswa menempelkan gambar dan menyusun gambar tentang ASI dan
kontrasepsi (siswa dipilih dengan cara diundi)
4. Guru memeriksa kesesuain gambar yang ditempel siswa
5. Guru menanyakan alasan siswa menempel gambar tersebut
6. Guru menanamkan konsep tentang ASI dan kontrasepsi

Gambar Payudara
93

Gambar Alat Kontrasepsi


94

Diafragma Kondom
Spiral
Pil KB

Susuk KB

f. Pertemuan VI: Penyakit


Sistem Reproduksi

Petunjuk:
1. Gambar ditempelkan di dinding atau di
papan tulis
2. Siswa mengamati dan
mendiskusikan gambar dengan teman kelompok
3. Siswa menempelkan gambar dan menyusun gambar berdasarkan cirri-ciri yang
ditampilkan dalam PPT (siswa dipilih dengan cara diundi)
4. Guru memeriksa kesesuain gambar yang ditempel siswa
5. Guru menanyakan alasan siswa menempel gambar tersebut
6. Guru menanamkan konsep kepada siswa tentang penyakit reproduksi

Gambar Penyakit Pada Sistem Reproduksi

Sifilis Epididimitis
95

Kanker Ovarium AIDS

Lampiran 5 bertujuan menghalangi masuknya


sperma adalah….
INSTRUMEN TES HASIL
BELAJAR a. diafragma

Nama : b. spon vagina


Kelas :
Bidang Studi : Biologi c. IUD (spiral)
Materi Pokok : Sistem Reproduksi
d. susuk kb
Petunjuk:
Pililah jawaban yang paling tepat
e. karet kb
dengan cara memberi tanda (x) pada
pilihan jawaban yang tersedia.

1. Proses pembentukan sperma pada


laki-laki disebut dengan…. Untuk menjawab soal no 8-9, perhatikan
a. oogenesis gambar di bawah ini!
b. miosis
c. spermatogenesis
d. meosis

e. ovulasi

2. Alat kontrasepsi yang digunakan


untuk menutup serviks yang
96

berubah menjadi korpus rubrum


yang banyak mengandung darah,
4 3 fase ini dapat dikategorikan sebagai
fase….
2
5 a. fase luteum

6 1 b. fase fertilisasi

c. fase sekresi

d. fase peluruhan
3. Bagian yang berperan dalam
reproduksi wanita ditunjukan oleh e. fase proliferasi
nomor….

a. 1,6,3,5
6. Pada manusia, setelah telur dibuahi
b. 5,3,2,1 oleh sperma kemudian terbentuklah
zigot yang akan berkembang secara
c. 4,6,1,5 bertahap melalui beberapa tahapan.
Proses yang terjadi pada fase
gastrulasi awal yaitu ....
d. 2,3,4,6
a. pembentukan jaringan berbentuk
e. 6,2,5,3
seperti bola padat yang
mempunyai kutub berbeda.

b. pembelahan sel terus menerus


4. Apabila sel telur yang telah sehingga terbentuk massa sel
dilepaskan tidak dibuahi oleh sel berbentuk seperti bola.
sperma maka akan terjadi pelurahan
endometrium (dinding rahim). Proses
c. pembentukan massa sel yang
peluruhan terjadi pada nomor....
berbeda-beda sehingga terbentuk
3 lapisan sel yang tidak sama.
a. 6
d. pembentukan massa sel seperti
b. 3 bola yang mempunyai rongga
berisi cairan.
c. 2
e. perubahan mesoderm menjadi
d. 4 bentuk awal sebuah organ.

e. 5

7. Mengapa saat menjelang dan


sesudah menstruasi sebagian
5. Fase yang ditandai pada hari ke 14 remaja putri sering cepat lelah dan
sampai dengan hari ke 28 dari mudah marah atau sensitif? ….
siklus menstruasi. Folikel Graaf
yang pecah pada saat ovulasi
97

a. karena pada masa menstruasi b. terasa perih saat kencing dan


terjadi peningkatan kadar hormon mengeluarkan cairan seperti
yang memicu timbulnya emosi nanah
yang tidak stabil
c. badan kurus dan selera makan
b. karena pada saat menstruasi hilang
terjadi peningkatan hormone yang
tidak terkontrol d. rasa pedih disekitar mulut dan
kemaluan
c. karena pada masa tersebut
merupakan masa pubertas e. terjadi pembengkakan pada
epididimis
d. karena pada masa itu merupakan
masa subur

e. karena pada masa itu merupakan 10. Sel telur pada wanita dibentuk
masa menopause di……, apabila sel telur yang telah
dilepaskan bertemu dengan
8. Antara penyakit AIDS dengan sperma, maka akan terjadi
endometriosis manakah yang fertilisasi di…., setelah terjadi
mungkin disembuhkan? fertilisasi maka akan terbentuk
Mengapa?... zigot, kemudia zigot akan
menempel di endometrium yang
a. AIDS, karena AIDS dapat terdapat di…..
disembuhkan dengan operasi a. ovarium - tuba falopi - uterus
b. ovarium – uterus – tuba falopi
c. ovarium – vagina – uterus
b. endometriosis, karena dapat d. vagina – ovarium – uterus
disembuhkan dengan rehabilitasi e. tuba falopi – vagina – uterus

c. endometriosis, karena dapat


disembuhkan dengan operasi 11. Perhatikan data berikut ini:

1. Tuba Fallopii
d. endometriosis dan AIDS sama-
sama tidak bisa disembuhkan
2. Oviduk

e. endometriosis dan AIDS sama- 3. Ovarium


sama bisa disembuhkan
4. Uterus
Berdasarkan data diatas, maka urutan
yang benar mengenai pembentukan sel
9. Gejala yang dialami seseorang telur hingga proses fertilisasi sampai
apabila terkena penyakit Gonorrhea pada penempelan embrio adalah….
adalah…. a. 1, 2,3,4

a. timbulnya bintik merah dan rasa b. 3,2,1,4


gatal di sekitar kelamin
c. 3,1,2,4

d. 4,1,3,2
98

e. 2,3,1,4 Manakah kalimat hipotesis yang


tepat untuk permasalahan di
atas?

12. Perhatikan gambar berikut ini! a. perbedaan hasil akhir pada


spermatogenesis dan oogenesis
adalah: pada spermatogenesis
dari 1 spermatogonium
dihasilkan 4 sperma yang
haploid dan fungsional
sedangkan pada oogonium
dihasilkan 1 ovum yang
fungsional dan haploid

b. perbedaan hasil akhir pada


spermatogenesis dan oogenesis
adalah: pada spermatogenesis
dari 1 spermatogonium
dihasilkan 1sperma yang
Saluran yang dipotong atau diikat dalam haploid dan fungsional
proses vasektomi ditunjukkan oleh sedangkan pada oogonium
nomor…. dihasilkan 4 ovum yang
fungsional dan haploid
a. 1
b. 2 c. perbedaan hasil akhir pada
c. 3 spermatogenesis dan oogenesis
d. 4 adalah: pada spermatogenesis
e. 5 dari 1 spermatogonium
dihasilkan 4 sperma yang
13. Wanita dewasa umumnya akan diploid dan fungsional
mengalami menstruasi secara sedangkan pada oogonium
periodik yang ditandai dengan dihasilkan 1 ovum yang
keluarnya darah dari vagina. Yang fungsional dan haploid
terjadi pada saat menstruasi
adalah…. d. perbedaan hasil akhir pada
a. lepasnya ovum dari ovarium spermatogenesis dan oogenesis
b. pertemuan antara sel sperma dan adalah: pada spermatogenesis
sel telur dari 1 spermatogonium
c. luruhnya ovarium setelah dihasilkan 4 sperma yang
ovulasi haploid dan fungsional
d. luruhnya dinding endometrium sedangkan pada oogonium
karena tidak ada implantasi dihasilkan 1 ovum yang
e. sisa hormone yang diproduksi fungsional dan diploid
tidak terpakai
6
e. perbedaan hasil akhir pada
spermatogenesis dan oogenesis
14. Permasalahan: “ apa perbedaan adalah: pada spermatogenesis
hasil akhir pada spermatogenesis dari 1 spermatogonium
dan oogenesis?” Hipotesis : dihasilkan 4 sperma yang
…………. haploid dan fungsional
sedangkan pada oogonium
99

dihasilkan 2 ovum yang d. salah satu penyebab perbedaan


fungsional dan diploid waktu menstruasi adalah faktor
makanan dan genetis

e. salah satu penyebab perbedaan


15. Masalah: “ apakah pemberian ASI waktu menstruasi adalah faktor
berbahaya bagi bayi?” kebiasaan dan lingkungan.
Hipotesis :…………………
a. pemberian ASI sangat 17. Masalah :” apakah penggunaan
berbahaya karena mengandung diafragma pada progam KB mampu
bibit penyakit mencegah kehamilan pada seorang
wanita ?”
b. pemberian ASI mempengaruhi Hipotesis :…..
kecerdasan a. penggunaan diafragma tidak
berpengaruh terhadap kehamilan
c. pemberian ASI mempererat seorang wanita
ikatan batin ibu dan bayi
b. diafragma mampu mencegah
d. pemberian ASI penting untuk kehamilan seorang wanita
imunitas bayi karena diafragma berfungsi
menutup jalan masuknya
e. pemberian ASI tidak sperma ke dalam rahim
membahayakan karena ASI
tidak mengandung bibit c. diafragma mampu mencegah
penyakit kehamilan seorang wanita
karena diafragma dapat
16. Banyak faktor yang menyebabkan memperlambat produksi
perbedaan siklus menstruasi. Salah hormone reproduksi
satunya adalah karena masalah gizi.
Contohya ada remaja putri yang d. diafragma mampu mencegah
mendapat menstruasi pertama kehamilan seorang wanita
diusia 9-10 tahun, namun ada pula karena diafragma mampu
yang pada usia14 tahun. Akan membunuh sel sperma yang
tetapi pada umumnya menstruasi masuk ke dalam rahim
pertama terjadi di sekitar usia 12
tahun. Berdasarkan uraian di atas, e. diafragma mampu mencegah
identifikasikanlah faktor penyebab kehamilan wanita karena
perbedaan waktu menstruasi! diafragma mampu mencegah
a. penyebab perbedaan waktu implantasi calon embrio
menstruasi ditentukan oleh
umur

b. penyebab perbedaan waktu 18. Perhatikan ciri-ciri penyakit


menstruasi disebabkan oleh reproduksi berikut ini!
hormon oleh tempat tinggal
1. Cairan vagina encer, berwarna
c. penyebab perbedaan waktu kuning kehijauan, berbusa, dan
menstruasi disebabkan oleh berbau busuk
tempat tinggal
100

2. Vulva agak bengkak,


kemerahan, gatal, dan rasa tidak
nyaman

3. Nyeri saat kencing


Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penyakit menular
seksual (PMS) tersebut disebabkan
oleh…………….
a. Human papiloma virus
b. Trichomonas vaginalis
c. Neisseria gonorrhoeae
d. Treponema pallidum
e. Chlamydia trachomatis Ootid yang memiliki kromosom haploid
(n) dan fungsional ditunjukkan oleh
19. Syarat terjadinya kehamilan adalah nomor ....
apabila terjadi fertilisasi. a. 1 b. 2
Pernyataan yang benar berkaitan c. 3 d. 4
dengan fertilisasi adalah… e. 5
a. penempelan zigot pada dinding (Fernidan,
tuba falopii 2009)
b. penempelan embrio pada
endometrium
c. pertemuan sperma dan telur
pada vagina
d. pertemuan sperma dan telur
pada tuba falopii
e. pertemuan sperma dan telur
pada endometrium

20. Perhatikan Gambar di bawah ini!

Lampiran 6

SKALA PENILAIAN AKTIVITAS SISWA

No Indikator Deskriptor Skor Penilaian


1 Aktivitas a. Membaca meteri 1. Tidak ada deskriptor
Melihat pembelajaran tampak
b. Memperhatikan gambar 2. Satu deskriptor tampak
c. Memperhatikan penjelasan 3. Dua deskriptor tampak
guru 4. Tiga deskriptor tampak
101

2 Aktivitas a. Berdiskusi dengan kelompok 1. Tidak ada deskriptor


Berbicara b. Mengemukakan pendapat tampak
atau pertanyaan 2. Satu deskriptor tampak
c. Memberikan saran dan 3. Dua deskriptor tampak
tanggapan 4. Tiga deskriptor tampak
3 Aktivitas a. Mendengarkan penjelasan 1. Tidak ada deskriptor
Mendengar guru tampak
b. Mendengarkan presentase 2. Satu deskriptor tampak
kelompok 3. Dua deskriptor tampak
c. Mendengarkan pendapat 4. Tiga deskriptor tampak
teman
4 Aktivitas a. Menulis pertanyaan 1. Tidak ada deskriptor
Menulis b. Menulis hasil diskusi tampak
c. Menulis kesimpulan materi 2. Satu deskriptor tampak
pembelajaran 3. Dua deskriptor tampak
4. Tiga deskriptor tampak
Lampiran 7

TABEL VALIDITAS SOAL


96

Lampiran 8

PERHITUNGAN VALIDITAS TES

Untuk menghitung validitas butir tes hasil belajar siswa digunakan rumus
Korelasi product Moment Pearson, yaitu:

XY
X
Y
∑¿
¿
¿
¿
X
Y
∑ ¿2
rxy = ¿
}
¿
∑ ¿ 2 }{ N ∑ Y 2−¿
X 2−¿
N∑¿
∑ ¿¿
∑ ¿−¿
N¿
¿
Contoh untuk perhitungan validitas soal no. 1

N= 34 ∑ XY= 545 ∑ X= 24 ∑ X2= 24 (∑ X)2= 576

∑ Y= 724 ∑ Y2= 16764 (∑ Y)2= 524176

34 ( 545 ) −( 24 ) (724)
rxy (1) =
√ {( 34 ) ( 24 )− ( 576 ) } {( 34 )( 16764 ) – ( 524176 ) }
816−576
rxy (1) = √(¿)(569976−524176)
18350−17376
¿
1154
rxy (1) = √10992000
1154
rxy (1) = 3315
97

rxy (1) = 0,35

Dengan membandingkan rhitung dengan rtabel untuk n = 34 pada taraf


signifikansi α = 0,05 didapat rtabel = 0,33. Berdasarkan kriteria valid, apabila rhitung
> rtabel maka 0.35 > 0,33 yang berarti soal no 1 valid. Dengan cara yang sama
dapat dihitung validitas untuk soal no 2 sampai no 40. Hasil perhitungan validitas
keseluruhan soal dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Lampiran 9

TABEL HASIL PERHITUNGAN UJI VALIDITAS SOAL

No. rhitung rtabel KET No. rhitung rtabel KET


Soa Soa
l l
1 0,35 0,33 Valid 21 0,39 0,33 Valid
2 0,36 0,33 Valid 22 0,37 0,33 Valid
3 0,18 0,33 Tidak Valid 23 0,51 0,33 Valid
4 0,16 0,33 Tidak Valid 24 0,39 0,33 Valid
5 0,49 0,33 Valid 25 0,28 0,33 Tidak Valid
6 0,01 0,33 Tidak Valid 26 0,11 0,33 Tidak Valid
7 0,11 0,33 Tidak Valid 27 0,32 0,33 Tidak Valid
8 0,37 0,33 Valid 28 0,41 0,33 Valid
9 0,37 0,33 Valid 29 0,37 0,33 Valid
10 0,20 0,33 Tidak Valid 30 0,37 0,33 Valid
11 0,24 0,33 Tidak Valid 31 0,48 0,33 Valid
12 0,44 0,33 Valid 32 0,38 0,33 Valid
13 0,09 0,33 Tidak Valid 33 0,37 0,33 Valid
14 0,49 0,33 Valid 34 0,50 0,33 Valid
15 0,44 0,33 Valid 35 0,50 0,33 Tidak Valid
16 0,50 0,33 Valid 36 0,02 0,33 Tidak Valid
17 0,37 0,33 Valid 37 0,57 0,33 Valid
18 0,54 0,33 Valid 38 0,22 0,33 Tidak Valid
19 0,37 0,33 Valid 39 0,44 0,33 Valid
98

20 0,09 0,33 Tidak Valid 40 0,23 0,33 Tidak Valid

Setelah rhitung dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikan 0,05 dan n=
34 diperoleh dari 40 butir soal yang diuji cobakan terdapat 25 butir soal yang
valid. Dari 25 soal yang valid dipilih 20 soal yang layak digunakan sebagai
instrument penelitian.
98

Lampiran 10
TABEL RELIABILITAS TES
99
102

Lampian 11

PERHITUNGAN RELIABILITAS TES

Untuk menentukan reliabilitas test digunakan rumus Kuder


Richardson (KR-20), yaitu sebagai berikut :
S2 −∑ pq
r11 = ( )(
n
n−1 S2 )
n= 40 n-1= 39 ∑ p.q= 9,16 S2= 40,81
2
S −∑ pq
r11 = ( )(
n
n−1 S
2 )
r11 = ( 4039 )( 40,81−9,16
40,81 )

30,84
( 1,02 ) (
40 )
r11 =

r11 = 0,79
Soal dikatakan reliabel apabila setelah dihitung dengan menggunakan
rumus Kuder Richardson (KR-20) diperoleh nilai rhitung > rtabel. Dari hasil
reliabilitas tes diperoleh nilai r hitung = 0,79 dengan mengkonsultasikannya dengan
harga rtabel dengan n = 40 pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh r tabel= 0,31 ternyata
r hitung > r tabel sehingga tes yang disajikan seluruhnya reliabel. Kemudian r hitung

dikonsultasikan dengan indeks reliabilitas tes, maka tes termasuk dalam kategori
tinggi.
103

Lampiran 12

PERHITUNGAN TARAF KESUKARAN TES

Untuk menghitung taraf kesukaran tes digunakan rumus:

Np
P=
JS

Keterangan :
P = Indeks kesukaran
Np = Jumlah siswa yang menjawab tes dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Sebagai contoh soal no 1:

Diketahui: Np= 24

Js= 34

Maka:

Np
P=
JS

24
P=
34

P = 0,71

Setelah item no. 1 dikonsultasikan dengan taraf kesukaran soal, maka soal
no. 1 termasuk soal dalam kategori mudah. Dengan cara yang sama diperoleh
taraf kesukaran soal masing-masing item, sebagaimana tertera di tabel di bawah
ini:
104

Tabel Hasil Uji Taraf Kesukaran Tes

Dari perhitumgan reliabilitas tes diperoleh 6 soal mudah, 28. soal sedang
dan 6 soal sukar
105
105

Lampiran 13
TABEL DAYA PEMBEDA SOAL

Keterangan:
J = Jelek
C = Cukup
B = Baik
BS=Baiksekali
106

Lampiran 14

PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL

Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus:

BA BB
D= −
JA JB
Dari soal nomor 1 diketahui:
BA= 7 JA= 9
BB= 4 JB= 9

Maka,
BA BB
D= −
JA JB
7 4
D= −
9 9
D = 0,77 – 0,44
D= 0,33

Selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria daya pembeda soal, soal untuk


nomor 1 termasuk dalam soal kategori cukup. Dengan cara yang sama akan
diperoleh daya pembeda tiap soal, sebagaima tertera di tabel dibawah ini:
107

Tabel Hasil Uji Daya Pembeda Soal

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 soal dengan status
jelek, 17 soal dengan status cukup, 12 soal dengan status baik dan 2 soal dengan
status baik sekali.
108

Lampiran 15

DATA HASIL BELAJAR SISWA

1. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Ekperimen


109

2. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol


110

Lampiran 16

DATA AKTIVITAS BELAJAR SISWA

1. Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas Ekperimen


111

2. Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol


112

Lampiran 17
TABULASI DATA AKTIVITAS BELAJAR SISWA
113

Lampiran 18

Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan varian Nilai Pre Test

1. Kelas Ekperimen (X1)

Dari lampiran 15 diketahui: ∑ X1= 1185 ∑ X12= 39425 N= 40

a. Rata-rata : X́ 1 =
∑ X1 = 1185
= 29,62
N 40

∑ X 1 ¿2
¿
b. Standard Deviasi : SD= N ∑ X 21−¿
¿
√¿
1185 ¿2
¿
SD= (40.39425)−¿
¿
√¿
SD=
SD=
√ 1577000−1404225

√ 110,75
1560

SD= 10,52

c. Varians= S2 : Varians= SD2= (10,52)2= 110,75

2. Kelas Kontrol (X2)


Dari lampiran 15 diketahui: ∑ X2= 1110 ∑ X22= 36600 N= 39

a. Rata-rata : X́ 2 =
∑ X2 = 1110
= 28,46
N 39

∑ X 2 ¿2
¿
b. Standard Deviasi : SD= N ∑ X 22−¿
¿
√¿
114

1110¿ 2
¿
SD= (39.36600)−¿
¿
√¿
SD=
SD=
√ 1427400−1232100

√ 131,78
1482

SD= 11,47

c. Varians= S2 : Varians= SD2= (11,47)2= 131,78

Lampiran 19

Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan varian Nilai Post Test

3. Kelas Ekperimen (X1)

Dari lampiran 15 diketahui: ∑ X1= 3165 ∑ X12= 253175 N= 40

a. Rata-rata : X́ 1 =
∑ X1 =
3165
= 79,12
N 40

∑ X 1 ¿2
¿
b. Standard Deviasi : SD= N ∑ X 21−¿
¿
√¿
2
3165¿
¿
SD= (40.253175)−¿
¿
√¿
SD=
SD=
√ 10127000−10017225

√ 70,36
1560

SD= 8,38

c. Varians= S2 : Varians= SD2= (8,38)2= 70,36

4. Kelas Kontrol (X2)


Dari lampiran 15 diketahui: ∑ X2= 2490 ∑ X22= 161650 N= 39
115

a. Rata-rata : X́ 2 =
∑ X2 =
2490
= 63,84
N 39

∑ X 2 ¿2
¿
b. Standard Deviasi : SD= N ∑ X 22−¿
¿
√¿
2490 ¿2
¿
SD= (39.161650)−¿
¿
√¿
SD=
SD=
√ 6304350−6200100

√ 70,34
1482

SD= 8,39

c. Varians= S2 : Varians= SD2= (8,39)2= 70,34

Lampiran 20

Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan varian Nilai


Aktivitas Belajar siswa
1. Kelas Ekperimen (X1)

Dari lampiran 17 diketahui: ∑ X1= 3025 ∑ X12= 230285 N= 40

a. Rata-rata : X́ 1 =
∑ X1 = 3025
= 75,62
N 40

∑ X 1 ¿2
¿
b. Standard Deviasi : SD= N ∑ X 21−¿
¿
√¿
116

3025¿ 2
¿
SD= (40.230285)−¿
¿
√¿
SD=
SD=
√ 9211400−9150625

√ 38,95
1560

SD= 6,24

c. Varians= S2 : Varians= SD2= (6,24)2= 38,95

2. Kelas Kontrol (X2)


Dari lampiran 17 diketahui: ∑ X2= 2651 ∑ X22= 182231 N= 39

a. Rata-rata : X́ 2 =
∑ X2 = 2651
= 67,97
N 39

∑ X 2 ¿2
¿
b. Standard Deviasi : SD= N ∑ X 22−¿
¿
√¿
2
2651 ¿
¿
SD= (39.182231)−¿
¿
√¿
SD=
SD=
√ 7107009−7027801

√ 53,44
1482

SD= 7,31

c. Varians= S2 : Varians= SD2= (7,31)2= 53,44

Lampiran 21

UJI NORMALITAS DATA PENELITIAN

Uji normalitas data penelitian dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors


terhadap hasil pretest dan hasil posttest dair kelas eksperimen dan kelas control.
117

1. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen


Contoh perhitungan pretest:
Dari lampiran 18 diketahui nilai dari: X́ 1 = 29, 62 SD X1= 10,52 N=40
X i −X́ 10−29,62
a. Z i= = =−1,86
S 10,52
b. Harga F (Zi) dilihat pada tabel kurva normal dengan nilai -1,86=0,0322
F Kum 2
c. Harga S(Zi)= = =¿ 0,0500
N 40
d. Harga [F(Zi)-S(Zi)]= 0,0322-0,0500= 0,0178
Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui normalitas
data pretest dari kelas eksperimen seperti pada tabel di bawah ini:
X f F Kum Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
1 2 2 -1,86 0,0322 0,0500 0,0178
0
1 3 5 -1,38 0,0885 0,1250 0,0365
5
2 4 9 -0,91 0,1711 0,2250 0,0539
0
2 7 16 -0,43 0,3264 0,4000 0,0736
5
3 1 26 0,03 0,5199 0,6500 0,1301
0 0
3 5 31 0,51 0,7088 0,7750 0,0662
5
4 7 38 0,98 0,8289 0,9500 0,1211
0
4 1 39 1,46 0,9265 0,9750 0,0485
5
6 1 40 3,36 0,99960 1,0000 0,0004
5

Dari tabel di atas, diperoleh harga Lhit (L0)= 0,1301, Sedangkan dari tabel
L untuk Liliefors dengan jumlah sampel (N)= 40 (>30) dan taraf nyata α= 0,05,

0,886
Maka diperoleh Ltabel adalah Ltabel= =0,1401, Jika nilai L0 dibandingkan
√ 40
dengan nilai Ltabel diketahui bahwa Lhit < Ltabel (0,1301 < 0,1401), Maka dapat
118

disimpulkan bahwa data hasil pretest siswa pada kelas eksperimen tersebut
berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol


Dari lampiran 18 diketahui nilai dari: X́ 2 = 28,46 SD X2= 11,47 N=39
Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui normalitas
data pretest kelas kontrol seperti pada tabel di bawah ini:
X f F Kum Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
1 2 2 -1,61 0,0495 0,0513 0,0018
0
1 5 7 -1,17 0,1251 0,1795 0,0544
5
2 7 14 -0,74 0,2266 0,3590 0,1324
0
2 5 19 -0,30 0,3632 0,4872 0,124
5
3 7 26 0,13 0,5596 0,6667 0,1071
0
3 6 32 0,57 0,7734 0,8205 0,0471
5
4 1 33 1,01 0,8531 0,8462 0,0069
0
4 3 36 1,44 0,9265 0,9231 0,0034
5
5 2 38 1,88 0,9678 0,9744 0,0066
0
5 1 39 2,31 0,9906 1,0000 0,0094
5

Dari tabel di atas, diperoleh harga (L 0)= 0,1324, Sedangkan tabel L untuk
Liliefors dengan jumlah sampel (N)= 39 dan taraf nyata α = 0,05 diketahui nilai

0,886
Ltabel= = 0,1419. Jika nilai Lhit dibandingkan dengan nilai Ltab diketahui
√ 39
bahwa Lhit < Ltab (0,1324 < 0,1419. Maka dapat disimpulkan bahwa data hasil
pretest siswa pada kelas kontrol tersebut berdistribusi normal.
3. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen
Dari lampiran 19 diketahui nilai dari : X́ 1 = 79,12 SD X1= 8,38 N=40
119

Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui normalitas


data posttest dari kelas ekperimen seperti pada tabel di bawah ini:
X f F Kum Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
6 2 2 -2,28162 0,0122 0,0500 0,0378
0
6 2 4 -1,68496 0,0495 0,1000 0,0505
5
7 4 8 -1,08831 0,1469 0,2000 0,0531
0
7 6 14 -0,49165 0,3264 0,3500 0,0236
5
8 1 26 0,10501 0,5596 0,6500 0,0904
0 2 2
8 9 35 0,70167 0,7734 0,8750 0,1016
5 1
9 3 38 1,29832 0,8944 0,9500 0,0556
0 9
9 2 40 1,89498 0,9678 1,0000 0,0322
5 8

Dari tabel di atas, diperoleh harga L0 = 0,1016. Sedangkan dari tabel L


untuk Liliefors dengan jumlah sampel (N)= 40 dan taraf nyata α = 0,05 diketahui

0,886
nilai Ltabel = = 0,1401. Jika nilai L0 dibandingkan dengan nilai Ltabel
√ 40
diketahui bahwa L0 < Ltabel (0,1016 < 0,1401). Maka dapat disimpulkan bahwa
data hasil posttest siswa pada kelas ekperimen tersebut berdistribusi normal.
4. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol
Dari lampiran 19 diketahui nilai dari : X́ 2 = 63,84 SD X2= 8,39 N=39
Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui normalitas data
posttest dari kelas kontrol seperti pada tabel di bawah ini:
X f F Kum Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
5 2 2 -1,64958 0,0495 0,05128 0,00178
0 2
5 9 11 -1,05364 0,1469 0,28205 0,13515
5 1
6 7 18 -0,45769 0,3264 0,46153 0,13514
0 8
6 9 27 0,13826 0,5596 0,69230 0,13271
5 8
120

7 5 32 0,73420 0,7734 0,82051 0,04711


0 7 3
7 4 36 1,33015 0,9115 0,92307 0,01158
5 5 7
8 3 39 1,92610 0,9744 1 0,0256
0 3

Dari tabel di atas, diperoleh harga (L0)= 0,13515, Sedangkan tabel L untuk
Liliefors dengan jumlah sampel (N)= 39 dan taraf nyata α = 0,05 diketahui nilai

0,886
Ltabel= = 0,1419. Jika nilai Lhit dibandingkan dengan nilai Ltab diketahui
√ 39
bahwa Lhit < Ltab (0,13515 < 0,1419. Maka dapat disimpulkan bahwa data hasil
posttest siswa pada kelas kontrol tersebut berdistribusi normal.
5. Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen
Dari lampiran 20 diketahui nilai dari : X́ 1 = 75,62 SD X1= 6,24 N=40
Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui normalitas
data aktivitas belajar dari kelas ekperimen seperti pada tabel di bawah ini:
X f F Kum Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
5 1 1 -3.625 0,00013 0.0250 0.0001
3
6 1 2 -2.0208 0,0202 0.0500 0.0298
3
6 1 3 -1.22045 0,1056 0.0750 0.0306
8
6 5 8 -1.06061 0,1469 0.2000 0.0531
9
7 1 9 -0.74204 0,2266 0.2250 0.0016
1
7 3 12 -0.58347 0,2912 0.3000 0.0088
2
7 2 14 -0.4254 0,3264 0.3500 0.0236
3
7 1 15 -0.26783 0,4013 0.3750 0.0263
4
7 1 16 -0.11076 0,4404 0.4000 0.0404
5
7 2 18 0.04581 0,5199 0.4500 0.0699
6 4
7 1 19 0.20189 0,5987 0.4750 0.1237
7 3
121

7 2 21 0.35748 0,6368 0.5250 0.1118


8
7 6 27 0.51257 0,7088 0.6750 0.0338
9 9
8 4 31 0.66719 0,7422 0.7750 0.0328
0
8 5 36 0.82131 0,8023 0.9000 0.0977
1 7
8 2 38 0.97496 0,8289 0.9500 0.1211
2 1
8 2 40 1.12812 0,8944 1.0000 0.1056
3 5

Dari tabel di atas, diperoleh harga Lhit (L0)= 0,1237, Sedangkan dari tabel
L untuk Liliefors dengan jumlah sampel (N)= 40 (>30) dan taraf nyata α= 0,05,

0,886
Maka diperoleh Ltabel adalah Ltabel= =0,1401, Jika nilai L0 dibandingkan
√ 40
dengan nilai Ltabel diketahui bahwa Lhit < Ltabel (0,1237 < 0,1401), Maka dapat
disimpulkan bahwa data hasil aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen
tersebut berdistribusi normal.
6. Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Kelas Kontrol
Dari lampiran 20 diketahui nilai dari : X́ 1 = 67,97 SD X1= 7,31 N=39
Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui normalitas
data aktivitas belajar dari kelas kontrol seperti pada tabel di bawah ini:
X f F Kum Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
5 1 1 -2,18468 0,0158 0,02564 0,00984
2 1
5 1 2 -1,77428 0,0401 0,05128 0,01118
5 2
5 1 3 -1,50068 0,0606 0,07692 0,01632
7 3
5 2 5 -1,36389 0,0885 0,12820 0,03971
8 5
6 1 6 -1,09029 0,1469 0,15384 0,00695
0 6
6 2 8 -0,95349 0,1711 0,20512 0,03403
1 8
6 1 9 -0,67989 0,2578 0,23076 0,027031
3 9
122

6 1 10 -0,54309 0,2912 0,25641 0,03479


4
6 5 15 -0,40629 0,3264 0,38461 0,05822
5 5
6 1 16 -0,26949 0,4013 0,41025 0,00896
6 6
6 3 19 -0,13269 0,4404 0,48717 0,04678
7 9
6 2 21 0,00410 0,5199 0,53846 0,01856
8 4 2
6 2 23 0,14090 0,5596 0,58974 0,03014
9 3 4
7 3 26 0,27770 0,5987 0,66666 0,06797
0 2 7
7 1 27 0,41450 0,6736 0,69230 0,01871
1 1 8
7 1 28 0,5513 0,7088 0,71794 0,00915
2 9
7 2 30 0,68809 0,7422 0,76923 0,02703
3 8 1
7 2 32 0,82489 0,8023 0,82051 0,01821
4 7 3
7 3 35 0,96169 0,8289 0,89743 0,06854
5 6 6
7 1 36 1,09849 0,8531 0,92307 0,06998
6 5 7
8 1 37 1,64569 0,9505 0,94871 0,001782
0 1 8
8 1 38 2,05608 0,9798 0,97435 0,005441
3 8 9
8 1 39 2,32968 0,9906 1 0,0094
5 5

Dari tabel di atas, diperoleh harga (L 0)= 0,0699, Sedangkan tabel L untuk
Liliefors dengan jumlah sampel (N)= 39 dan taraf nyata α = 0,05 diketahui nilai

0,886
Ltabel= = 0,1419, Jika nilai Lhit dibandingkan dengan nilai Ltab diketahui
√ 39
bahwa Lhit < Ltab (0,0699 < 0,1419, Maka dapat disimpulkan bahwa data hasil
aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol tersebut berdistribusi normal.
123

Lampiran 22

UJI HOMOGENITAS DATA PENELITIAN

Seperti halnya pada uji normalitas, uji homogenitas juga dilakukan


terhadap data pretest dan posttest dari kedua kelas penelitian. Untuk menguji
homogenitas data pretest kelas ekperimen dan kontrol digunakan rumus:
Varians terbesar
F=
Varians terkecil
1. Uji Homogenitas Data Pretest
Dari hasil perhitungan pada lampiran 18, diketahui nilai dari:
Hasil pretest kelas ekperimen (X1)
124

X́ 1 = 29, 62 SD X1= 10,52 SD2= 110,75 N=40 V1= 39


Hasil pretest kelas kontrol (X2)
X́ 2 = 28,46 SD X2= 11,47 SD2= 131,78 N=39 V1= 38
Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat dihitung
homogenitas data penelitian seperti pada rumus di bawah ini:
Varians terbesar
F=
Varians terkecil
131,78
F=
110,75
F=1,18

Dari hasil perhitungan, diperoleh harga Fhitung= 1,18. Sedangkan untuk nilai
persentil distribusi F dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk pembilang 38 serta dk
penyebut 39 maka diperoleh nilai Ftabel= 1.70. karena harga Fhit lebih kecil dari
harga Ftabel (1,18 < 1,70), maka dapat disimpulkan bahwa data hasil pretest dari
kedua kelas tersebut memiliki varians yang seragam (homogen).

2. Uji Homogenitas Data Posttest


Dari hasil perhitungan pada lampiran 19, diketahui nilai dari:
Hasil posttest kelas ekperimen (X1)
X́ 1 = 79,12 SD X1= 8,38 SD2= 70,36 N=40 V1= 39
Hasil posttest kelas kontrol (X2)
X́ 2 = 63,84 SD X2= 8,39 SD2= 70,34 N=39 V1= 38
Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat dihitung
homogenitas data penelitian seperti pada rumus di bawah ini:
Varians terbesar
F=
Varians terkecil
70,36
F=
70,34
F=1,00

Dari hasil perhitungan, diperoleh harga Fhitung= 1,00. Sedangkan untuk nilai
persentil distribusi F dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk pembilang 39 serta dk
penyebut 38 maka diperoleh nilai Ftabel= 1.71. karena harga Fhit lebih kecil dari
125

harga Ftabel (1,00< 1,70), maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest dari
kedua kelas tersebut memiliki varians yang seragam (homogen).

3. Uji Homogenitas Data Aktivitas Belajar Siswa


Dari hasil perhitungan pada lampiran 20, diketahui nilai dari:
Hasil aktivitas belajar kelas ekperimen (X1)
X́ 1 = 75,62 SD X1= 6,24 SD2= 38,95 N=40 V1= 39
Hasil aktivitas belajar kelas kontrol (X2)
X́ 2 = 67,97 SD X2= 7,31 SD2= 53,44 N=39 V1= 38
Dengan diketahuinya nilai-nilai tersebut, maka dapat dihitung
homogenitas data penelitian seperti pada rumus di bawah ini:
Varians terbesar
F=
Varians terkecil
53,44
F=
38,95
F=1,37

Dari hasil perhitungan, diperoleh harga Fhitung= 1,37. Sedangkan untuk nilai
persentil distribusi F dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk pembilang 38 serta dk
penyebut 39 maka diperoleh nilai Ftabel= 1.70. karena harga Fhit lebih kecil dari
harga Ftabel (1,37 < 1,70), maka dapat disimpulkan bahwa data aktivitas belajar
siswa dari kedua kelas tersebut memiliki varians yang seragam (homogen).

Lampiran 23
PENGUJIAN HIPOTESIS
Uji hipotesis dihitung dengan menggunakan uji statistic t dengan rumus:
X´ 1− X´ 2
thitung =
S (√ n11 + n12 )
1. Uji Hipotesis Data Pre Test
a. Kelas eksperimen : X́ 1 = 29, 62 SD2= 110,75 n=40
126

b. Kelas kontrol : X́ 2 = 28,46 SD2= 131,78 n=39


Dengan:

2 ( n1−1 ) s2 x 1+ ( n2−1 ) s 2 x 2
s=
n1+ n2−2
( 40−1 ) 110,75 + ( 39−1 ) 131,78
s 2=
40+39−2
( 40−1 ) 110,75 + ( 39−1 ) 131,78
s 2=
77
4319,25+5007,64
s 2=
77
s 2=¿ 121, 12
s=¿ 11,00
Maka:
X´ 1− X´ 2
thitung =
S (√ n11 + n12 )
29,62−28,46
thitung =
11,00 (√ 401 + 391 )
thitung = 0, 47
Harga ttabel diperoleh dari t pada dk = (n1 + n2 -2) = 77 dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dan t dapat dicari pada daftar distribusi t dengan interpolasi:
t(0,05, 60)= 2,00
t(0,05, 120)= 1,98

t(0,05, 77) = 2,00 + ( 1,98−2,00


120−60 )
( 77−60 )

= 2,00 + (-0,0003) (17)


= 1,99
Dari daftar distribusi t untuk α = 0,05 dan dk = 40 +39 -2 = 77 diperoleh
ttabel = 1,99. Dengan membandingkan antara t hitung dengan ttabel atau 0, 47 < 1,99
sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang
sama.
127

2. Uji Hipotesis Data Post Test


a. kelas ekperimen (X1) : X́ 1 = 79,12 SD12= 70,36 n=40
b. kelas kontrol (X2) : X́ 2 = 63,84 SD22= 70,34 n=39
Dengan:

2 ( n1−1 ) s2 x 1+ ( n2−1 ) s 2 x 2
s=
n1+ n2−2
( 40−1 ) 70,36+ ( 39−1 ) 70,34
s 2=
40+39−2
( 40−1 ) 70,36+ ( 39−1 ) 70,34
s 2=
77
2 2744,94+2672,92
s=
77
2
s =¿ 70,36
s=¿ 8,38
Maka:
X´ 1− X´ 2
thitung =
S (√ n11 + n12 )
79,12−63,84
thitung =
8,38 (√ 401 + 391 )
thitung = 8,30
Harga ttabel diperoleh dari t pada dk = (n1 + n2 -2) = 77 dengan taraf signifikansi α
= 0,05 dan t dapat dicari pada daftar distribusi t dengan interpolasi:
t(0,05, 60)= 2,00
t(0,05, 120)= 1,98

t(0,05, 77) = 2,00 + ( 1,98−2,00


120−60 )
( 77−60 )

= 2,00 + (-0,0003) (17)


= 1,99
Dari daftar distribusi t untuk α = 0,05 dan dk = 40 + 39 -2 = 77 diperoleh
ttabel = 1,99. Dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel, maka thitung > ttabel
128

atau 8,30 > 1,995. Jadi dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar model kooperatif tipe picture and picture dengan metode
ceramah dengan materi pokok sistem reproduksi di kelas XI MIPA SMA N 12
Medan Tahun Pembelajaran 2017/2018.

3. Uji Hipotesis Data Aktivitas Belajar Siswa


a. kelas ekperimen (X1) : X́ 1 = 75,62 SD2= 38,95 n=40
b. kelas kontrol (X2) : X́ 2 = 67,97 SD2= 53,44 n=39
Dengan:

2 ( n1−1 ) s2 x 1+ ( n2−1 ) s 2 x 2
s=
n1+ n2−2
( 40−1 ) 38,95+ (39−1 ) 53,44
s 2=
40+39−2
( 40−1 ) 38,95+ (39−1 ) 53,44
s 2=
77
1519,05+2030,72
s 2=
77
2
s =¿ 46,10
s=¿ 6,78
Maka:
X´ 1− X´ 2
thitung =
S (√ n11 + n12 )
75,62−67,97
thitung =
6,78 (√ 401 + 391 )
thitung = 5,13
Harga ttabel diperoleh dari t pada dk = (n1 + n2 -2) = 77 dengan taraf signifikansi α
= 0,05 dan t dapat dicari pada daftar distribusi t dengan interpolasi:
t(0,05, 60)= 2,00
t(0,05, 120)= 1,98
129

t(0,05, 77) = 2,00 + ( 1,98−2,00


120−60 )
( 77−60 )

= 2,00 + (-0,0003) (17)


= 1,99
Dari daftar distribusi t untuk α = 0,05 dan dk = 40 + 39 -2 = 77 diperoleh
ttabel = 1,99. Dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel, maka thitung > ttabel
atau 5,13 > 1,995. Jadi dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara aktivitas belajar siswa yang diajarkan dengan model kooperatif tipe picture
and picture dengan metode ceramah pada materi pokok sistem reproduksi di kelas
XI MIPA SMA N 12 Medan Tahun Pembelajaran 2017/2018.
130

Lampiran 24

TABLE OF R PRODUCT MOMENT


Taraf Signif Taraf Signif N Taraf Signif
N N
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345
4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330
5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317

6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306


7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296
8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286
9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278
10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270

11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263


12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256
13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230
14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210
15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194

16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181


17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148
18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128
19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115
20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105

21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097


22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091
23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086
24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081
25 0.396 0.505 49 0.281 0.364
26 0.388 0.496 50 0.279 0.361
131

Lampiran 25

TABEL NILAI KRITIS UNTUK UJI LILIEFORS

Ukuran Taraf nyata 


0.01 0.05 0.10 0.15 0.20
Sampel
n = 4 0.417 0.381 0.352 0.319 0.300
5 0.405 0.337 0.315 0.299 0.285
6 0.364 0.319 0.294 0.277 0.265
7 0.348 0.300 0.276 0.258 0.247
8 0.331 0.285 0.261 0.244 0.233
9 0.311 0.271 0.249 0.233 0.223
10 0.294 0.258 0.239 0.224 0.215
11 0.284 0.249 0.230 0.217 0.206
12 0.275 0.242 0.223 0.212 0.199
13 0.268 0.234 0.214 0.202 0.190
14 0,261 0.227 0.207 0.194 0.183
15 0.257 0.220 0.201 0.187 0.177
16 0.250 0.213 0.195 0.182 0.173
17 0.245 0.206 0.289 0.177 0.169
18 0.239 0.200 0.184 0.173 0.166
19 0.235 0.195 0.179 0.169 0.163
20 0.231 0.190 0.174 0.166 0.160
25 0.200 0.173 0.158 0.147 0.142
30 0.187 0.161 0.144 0.136 0.131
n > 30 1 . 031 0. 886 0. 805 1 . 768 1 . 736
√n √n √n √n √n

Lampiran 26
132

DAFTAR NILAI PERSENTIL UNTUK DISTRUSI T


132

Lampiran 27

TABEL NORMAL KURVA STANDAR


133
134

Lampiran 28

DOKUMENTASI PENELITIAN

Peneliti Membagikan Soal Pre Test Siswa Mengerjakan Soal Pre Test

Siswa Sedang Berdiskuai Peneliti Menempel Gambar


135

Siswa Sedang Menyusun Gambar Peneliti Memberikan Konsep

Observer Mengamati Siswa Foto Bersama dengan Siswa


136

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Syariel Diputra Sihole
NIM : 4141141072
Tempat/ Tanggal Lahir : Sihotang, 2 Maret 1996
Agama : Kristen Katolik
Anak : 3 dari 5 bersaudara

II. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah : Damses Sihole
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Roma Uli Gultom
Pekerjaan : Petani
Alamat : Samosir, Desa Aek Sipitu Dai

III. RIWAYAT PENDIDIKAN


Tahun 2003 – 2008 : SD Negeri 173781 Limbong
Tahun 2008 – 2011 : SMP Negeri 1 Sianjur Mulamula
Tahun 2011 – 2014 : SMA Negeri 1 Sianjur Mulamula
Tahun 2014 – 2018 : Universitas Negeri Medan
137
138
139
140
141
142
143
144
144

Anda mungkin juga menyukai