Anda di halaman 1dari 8

DIETETIKA DASAR

Rencana Asuhan Gizi


“Diet Penyakit Hati”

Oleh :
Ni Putu Dian Puspita Sari
P07131217020

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
2019
KASUS 2

Seorang bapak pekerjaan petani umur 48 tahun, TB = 166 cm, BB=55 kg.
Dirawat di rumah sakit karena mengalami perdarahan saluran cerna
(hematemesis). Perdarahan dialami sejak tiga hari yang lalu dalam jumlah sedikit,
tetapi bertambah parah menjelang dibawa ke rumah sakit. Setelah dilakukan
tindakan medis, hematemesis sudah bisa diatasi. Saat ini kondisi pasien masih
agak lemah, terasa mual dan hanya bisa bergerak disekitar tempat tidur karena
merasa cepat lelah.

Hasil pemeriksaan fisik dan klinis ditemukan pembesaran perut karena


timbunan cairan/asites (+) tingkat ringan, oedem, tensi 110/70 mmHg, nadi
76x/menit, suhu tubuh 36.5oC. Penderita menyatakan sering diare yang berbusa
walaupun tidak setiap hari. Ditemukan spider naevi disekitar dada dan punggung.
Penderita juga menyatakan cepat capek sejak 6 bulan yang lalu walaupun masih
bisa bekerja di sawah. Tetapi sejak sebulan lalu tidak bisa bekerja lagi.

Hasil pemeriksaan lab menunjukkan : Hb= 8.6 mg/dL, Albumin= 2.9 mg/dL,
Bil direk= 3.3 mg, AST= 85 U/I, ALT= 94 U/I.

Hasil anamnase diperoleh penderita mempunyai riwayat mengonsumsi


minuman keras sejak umur 21 tahun dan perokok. Penderita juga punya riwayat
suka mengonsumsi analgetik jika merasa pusing atau sakit kepala. Nafsu makan
sejak 2 bulan lalu menurun karena sering merasa mual dan perut terasa penuh jika
diisi makanan dan hanya menghabiskan ½ porsi dari biasanya. Asupan makan
selama dirumah yaitu energi 60% kebutuhan, protein 70% kebutuhan dan lemak
70% kebutuhan. Aktifitas sejak 1 bulan yang lalu hanya dirumah karena tidak
sanggup bekerja akibat kondisi yang dialami.

Tentuka diagnosa gizi dan susun asuhan gizi yang tepat untuk pasien ini!
A. PENGKAJIAN GIZI
Data Terkait Gizi Standar/Nilai Normal Masalah
Antropometri
Umur : 48 tahun IMT normal : 18.5 – 25 BBI = 90%×(166-100)
BB : 55 kg BBI : 59.4 kg = 59.4 kg
TB : 166 cm BB kering : 56.4 kg 55 55
IMT = (1.66)2 = 2.7556
Jenis kelamin : Laki-laki
= 19.9 (normal)
BB kering = 59.4 kg – 3 kg
= 56.4 kg
Biokimia
Hb : 8.6 g/dL Hb normal : 13.8 – 17.2 g/dL
Albumin : 2.9 g/dL Albumin normal : 4 – 5.2 g/dL
Bil direk : 3.3 mg/dL Bil direk normal : <0.4 mg/dL
AST : 85 U/I AST normal : <37 U/I
ALT : 94 U/I ALT normal : <42 U/I
Suhu : 36.5oC Suhu normal : 36.5 – 37.5oC
Klinis / fisik
Hematemesis Pasien diduga mengalami
Diare berbusa sirosis hepatis dengan adanya
Spider naevi spider naevi dan mengalami
Asites, oedem ringan asites ringan.
Pembesaran perut
Tensi 110/70 mmHg
Nadi 76x/menit
Diet / riwayat gizi
Energi : 1,353 kkal Energi : 2,255 kkal Asupan energi terpenuhi
Protein : 59.22 gram Protein : 84.6 gram Energi : 60%
Lemak : 35 gram Lemak : 50 gram Protein : 70%
Asupan energi, protein dan KH : 338.25 gram Lemak : 70%
lemak tidak adekuat.
Mengonsumsi alcohol dari
umur 21 tahun.
Perokok.
Riwayat individu
Bekerja sebagai petani. Bekerja sebagai petani.
Kebiasaan merokok dan Kebiasaan merokok dan
minum minuman minum minuman beralkohol.
beralkohol. Kebiasaan meminum obat
Kebiasaan meminum obat analgetik saat pusing.
analgetik saat pusing. Mengalami perdarahan
Mengalami perdarahan saluran cerna.
saluran cerna.

B. DIAGNOSA GIZI
1. Domain asupan : asupan makanan tidak adekuat yang berhubungan dengan
anoreksia, ditandai dengan porsi makanan yang kurang dan asupan energi
< 80%.
2. Domain klinis : penurunan BB berkaitan dengan asupan energi yang
kurang
3. Domain perilaku : kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman tidak tepat
berkaitan dengan kurangnya pemahaman tentang fungsi makanan yang
ditandai dengan kebiasaan minum alcohol dan merokok.

C. INTERVENSI GIZI
Tujuan diet :
1. Meningkatkan regenarasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dan/atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
2. Mencegah katabolisme protein.
3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila
kurang.
4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esophagus, dan hipertensi
portal.
5. Mencegah koma hepatic.
Jenis diet : Diet Hati I
Syarat diet :
1. Diberikan pada keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi.
2. Makanan dalam bentuk cincang atau lunak.
3. Diberikan formula BCAA jika perlu.
4. Pemberian protein dibatasi 30g/hr
5. Apabila ada asites dan diuresis belum semperna, pemberian cairan
maksimal 1liter/hr

Perhitungan gizi :
BEE = 66 + (13.7 𝑥 𝐵𝐵) + (5 𝑥 𝑇𝐵) − (6.8 𝑥 𝑈)
= 66 + (13.7 𝑥 56.4) + (5 𝑥 166) − (6.8 𝑥 48)
= 66 + 772.68 + 830 − 326.4
= 1,342.28 kkal
TEE = 𝐵𝐸𝐸 𝑥 𝐴𝐹 𝑥 𝑆𝐹
= 1,342.28 𝑥 1.2 𝑥 1.4
= 2,255 kkal
15% 𝑥 2,255
Protein = 4

= 84.6 gram
20% 𝑥 2,255
Lemak = 9

= 50 gram
60% 𝑥 2,255
KH = 4

= 338,25 gram

D. EDUKASI GIZI
Sirosis hati adalah suatu keadaan penyakit yang mengakibatkan cedera hati
yang terjadi dalam jangka waktu lama dan menimbulkan kerusakan serius
pada struktur hati. Akibatnya, kerja hati seperti produksl berbagai zat yang
dibutuhkan tubuh dan fungsi penetralisasi zat racun yang masuk ke dalam
tubuh menjadi berkuranq. Sirosis hati cenderung tidak mudah diobati.
Penyaklt ini dapat berkembang sebagai akibat dari infeksi hepatitis B dan C
menahun, penyakit hati karena konsumsi alkohol yang berlebihan, dan
autoimun. Sirosis juga lebih sering terjadi pada orang dengan kelebihan berat
badan (obesitas) dan perlemakan hati atau menumpuknya lemak di organ hati.
Bila tidak diobati, sirosis hati dapat berujung pada komplikasi, berkembang
menjadi kanker hati, hingga kematian.
Menurut Riset Kesehatan Oasar (Riskesdas, 2013), diperkirakan sebanyak
18 juta orang menderita hepatitis B dan 3 juta orang menderita hepatitis C di
Indonesia. Sekitar 50 persen dari orang tersebut memiliki penyakit hati yang
berpotensi kronis dan 10 persen nya menuju sirosis hati. Sementara itu, satu
kasus sirosis hati membutuhkan biaya pengobatan sekitar Rp 1 miliar dan
pengobatan kanker hati sekitar Rp 5 miliar dengan angka kesembuhan yang
minimal. (Kemenkes, 2017)
Gejala sirosis hati umumnya berhubungan dengan komplikasinya. Pada
tahap sirosis hati ringan, bisa tidak terlihat adanya gejala sama sekali. Jika
sudah muncul gejala, kerusakan hati umumnya sudah meluas. Gejala sirosis
hati, antara lain kehilangan selera makan, keletihan, kekurangan energi, dan
mudah menqantuk; pembengkakan pada pergelangan kaki dan perut atau
edema; penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba; demam dan
menggigil; sesak napas; kulit dan putih mata berwarna kuning atau sakit
kuning (jaundice).
Komplikasi sirosis hati yang sering ditemukan, antara lain
peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan pada rongga selaput perut.
Gejala yang dapat muncul, antara lain berupa nyeri perut dan demam.
Komplikasi sirosis pada susunan saraf pusat dapat berupa ensefalopati hepatik,
yaitu kelainan neuropsikiatri karena gangguan detoksifikasi oleh hati. Pasien
mula-mula mengalami gangguan tidur seperti insomnia atau sukar untuk tidur,
kemudian kesadarannya terganggu hingga berlanjut menjadi koma. Gangguan
fungsi ginjal juga dapat terjadi sebagai komplikasi sirosis yang ditandai
dengan peningkatan ureum dan kreatinin. Komplikasi sirosis yang sering
dijumpai adalah varises esofagus atau pelebaran pembuluh darah yang berada
di kerongkongan sehingga bila tekanan semakin tinggi dapat berakibat pecah
pembuluh darah.
Melakukan terapi berdasarkan penyebab yang mendasari dan seberapa parah
kerusakan hati yang ada yaitu dengan terapi obat-obatan yang harus
dikombinasi dengan terapi tanpa obat-obatan. Berikut ini akan dipaparkan
mengenai terapi tanpa obat-obatan bagi pasien dengan strosis hati:
1. Diet seimbang. Insiden malanutrisi sering terjadi karena penyakit sirosis
dapat mengambil nutrisi dan tubuh dan otot sehingga otot menjadi kecil.
Diet pada hal ini berarti mengatur jumlah kalori yang dikonsumsi beserta
menu makanan yang baik untuk hati. Kalori yang dianjurkan adalah 35-40
kkal/KgBB ideal dengan protein 1.2-1.5/KgBB/hari.
2. Aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti berolahraga dapat mencegah
pengecilan ukuran otot (atrofi otot) dan sehat untuk tubuh.
3. Stop konsumsi alkohol. Untuk melindungi hati, Anda harus berhenti
minum alkohol. Hal ini mungkin dapat menjadi hal yang tidak mudah,
terutama bila Anda ketergantungan alkohol. Bila kesulitan, konsultasikan
diri ke dokter.
4. Pembatasan obat-obatan yang berbahaya bagi hati (hepatotoksik) dan
ginjal (nefrotoksik). Setiap obat memiliki efek samping, tetapi bermanfaat
bila digunakan sesuai anjuran dari dokter. Terdapat beberapa obat yang
justru dapat berbahaya bagi hati dan ginjal di mana dapat memperparah
kerusakan hati dan ginjal yang mempengaruhi perjalanan penyakit sirosis.

Penyakit sirosis hati tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati.


Dengan pengobatan yang adekuat, kerusakan hati lebih lanjut dapat dicegah,
komplikasi menjadi berkurang, dan kualitas hidup menjadi lebih baik.
Konsultasikan dengan dokter untuk mengendalikan kondisi sirosis hati agar
selalu stabil dengan komplikasi yang rendah.

E. MONITORING DAN EVALUASI


Parameter Evaluasi Pelaksanaan Target
Asupan Makanan Membandingkan asupan Setiap hari Asupan makanan
kalori pasien dengan 100% dari kebutuhan
asupan yang dianjurkan energi.
dengan bentuk
cincang/lunak.
Nilai laboratorium Meningkatkan makanan Setiap bulan Menurunnya kadar
tinggi protein dan bilirubin menjadi
mengurangi garam, normal, peningkatan
lemak dan makanan kadar albumin total
yang mengandung gas. dan albumin.
Pengetahuan terkait Memberikan informasi Setiap minggu Pola makan menjadi
pengetahuan dan zat tentang makanan teratur, mengurangi
gizi seimbang makanan tinggi lemak
dan soft drink dan
mengonsumsi
makanan seimbang.

Anda mungkin juga menyukai