KONSEP KUNCI
I. PENDAHULUAN
Saluran pencernaan dibagi menjadi 2 bagian, pembagian ini didasarkan atas letak
organ terhadap lig. Treitz (m. suspensorium duodeni) yg terletak pada flexura
duodeno jejunales yang merupakan batas antara duodenum dan jejunum.
Pembagian salauran pencernaan didasarkan atas dengan suatu keadaan klinis
apabila terjadi sebuah perdarahan pd system pencernaan atas, darah akan
bercampur dg HCl yg dihasilkan oleh gaster shg menyebabkan faeces menjadi
berwarna kehitaman, yg secara klinis disebut dg melena. Sedangkan apabila terjadi
perdarahan pada saluran cerna bawah, akan berdampak pada faeces yg berwarna
merah segar/ terdapat tetes2an darahnya.
Saluran pencernaan termasuk esofagus, lambung, usus halus dan usus besar.
Perdarahan Saluran Pencernaan Bagian Atas terjadi pada bagian awal dari saluran
pencernaan: esofagus, lambung, dan duodenum (bagian awal dari usus halus).
Perdarahan Saluran Pencernaan Bagian Atas lebih sering terjadi bila dibandingkan
dengan Perdarahan Saluran Pencernaan Bagian Bawah.
a. Ulkus Peptikum adalah erosi terlokalisasi pada dinding saluran pencernaan dan
muncul sebagai akibat rusaknya pembuluh darah .
Setiap tanda adanya darah pada feses atau pada bagian manapun pada saluran
pencernaan bagian atas memerlukan perhatian medis secepatnya.
Tanda dan gejala Perdarahan Saluran Pencernaan Bagian Atas yang mungkin
timbul:
• Kram perut
• Pusing
• Sakit perut
• Sesak nafas
—–Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronik, ulkus
peptikum, pasca operasi lambung yang sering diikuti dengan ”dumping sindrome”
dan kanker lambung. Ganguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan emosi
atau psikoneurosis dan/atau makan terlalu cepat karena kurang dikunyah serta
terlalu banyak merokok.
A. GASTRITIS
ASUHAN GIZI PADA SALURAN PENCERNAAN Hal. 4
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (Medicastore, 2003). Gastritis
adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung (Suyono,
2001). David Ovedorf (2002) mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa
gaster akut atau kronik. Pengertian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu
peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves,
2002).
Klasifikasi
Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis
kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling
berhubungan. Gastritis kronik juga masih dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe
A dan tipe B.
Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan
pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa
berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan
dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
Penyebab
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yana kuat.
Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa
penyebab. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh
Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan
lambung).
Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung
yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri
bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetap atau
gastritis sementara.
Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba.
Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau
penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan. Gastritis eosinofilik bisa
terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Eosinofil
(sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan
lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang
menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut.
Gastritis ini juga cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya
telah diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa
menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vitamin B12
dari makanan. Pada gastritis atrofik, infiltrat menginflamasi lamina propria dengan
menghilangnya kelenjar-kelenjar. Jika atrofi gaster menjadi komplit, elemen kelenjar
berkurang atau hampir tidak ada, tetapi tidak terdapat sel radang, anemia pernisiosa
dapat timbul pada gastritis jenis ini.
Segera setelah cedera, timbul memar kecil di dalam lapisan lambung. Dalam
beberapa jam, memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan gastritis bisa
menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita
tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami perdarahan, biasanya dalam
waktu 2-5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna
kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat,
tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal. Pada
sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimptomatis. Keluhan itu
misalnya nyeri pada ulu hati yang biasanya ringan.
Gejala dari gastritis erosif kronis berupa mual ringan dan nyeri di perut sebelah atas.
Tetapi banyak penderita (misalnya pemakai aspirin jangka panjang) tidak merasakan
nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut
kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya bisa
berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal (melena), serta muntah darah
(hematemesis) atau makanan yang sebagian sudah dicerna, yang menyerupai
endapan kopi. Gejala lainnya dari gastritis kronik adalah anoreksia, mual-muntah,
diare, sakit epigastrik dan demam. Perdarahan saluran cerna yang tak terasa sakit
Pada gastritis eosinofilik, nyeri perut dan muntah bisa disebabkan oleh penyempitan
atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju ke usus dua belas jari. Pada
penyakit Méniére, gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung.
Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang
terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan
pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya protein dari
lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi
lambung dan dibuang dari tubuh.
Pada gastritis sel plasma, nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam di kulit dan diare. Gastritis akibat terapi penyinaran menyebabkan
nyeri, mual dan heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar di belakang tulang dada),
yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak di
lambung. Tukak bisa menembus dinding lambung, sehingga isi lambung tumpah ke
dalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri
yang luar biasa. Perut tampak kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan
pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut
yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju ke usus dua belas
jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan
pelindung lambung, sehingga bakteri bisa masuk ke dalam dinding lambung dan
menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba-tiba.
Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada penyakit
lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung
dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien. Prinsip diet diantaranya pasien
dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu kenyang dan tidak boleh
berpuasa. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung cukup kalori dan protein
(TKTP) namun kandungan lemak/minyak, khususnya yang jenuh harus dikurangi.
Makanan pada diet lambung harus mudah dicernakan dan mengandung serat
makanan yang halus (soluble dietary fiber). Makanan tidak boleh mengandung
Tujuan diet
Tujuan diet ini adalah untuk menghilangkan gejala penyakit, menetralisir asam
lambung, mengurangi gerakan paristaltik lambung serta memperbaiki kebiasaan
makan penderita. Dengan cara itu diharapkan luka di dinding lambung perlahan-
lahan akan sembuh.
Syarat diet penyakit gastritis Makanan yang disajikan harus mudah dicerna, tidak
merangsang tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan gizi, jumlah energipun
harus disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Sebaliknya, asupan protein harus
cukup tinggi (sekitar 20-25% dari total jumlah energi yang biasa diberikan),
sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein berperan dalam menetralisir asam
lambung. Bila terpaksa menggunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung
jenis asam lemak tak jenuh. Pemberian lemak atau minyak perlu dipertimbangkan
dengan teliti. Lemak yang berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak
di ulu hati dan muntah karena tekanan dari dalam lambung meningkat.
Sumber hidrat arang (nasi atau penggantinya) Beras, dibubur atau ditim, kentang
direbus atau dipures, makaroni, mi bihun direbus, roti, biskuit, marie, dan tepung-
tepungan dibuat bubur atau puding. Sumber protein hewani (daging atau
penggantinya) Ikan, hati, daging sapi empuk, ayam digiling atau dicincang dan
direbus, disemur, ditim, atau dipanggang, telur ayam direbus, didadar, diceplok air,
atau dicampurkan dalam makanan, susu. Sumber protein nabati Tahu, tempe,
direbus, ditim atau ditumis, kacang hijau direbus dan dihaluskan. Lemak Margarin,
minyak (tidak untuk menggoreng) dan santan encer. Sayuran Sayuran yang tidak
banyak serat dan tidak menimbulkan gas, misalnya : bayam, labu siam, wortel,
tomat direbus atau ditumis. Buah-buahan Pepaya, pisang rebus, sawo, jeruk garut,
sari buah
Bumbu-bumbu Gula, garam, vetsin, kunyit, kunci, sereh, salam, lengkuas, sedikit
jahe, dan bawang. Jenis-jenis makanan yang tidak boleh diberikan pada penyakit
gastritis Sumber hidrat arang Beras ketan atau wajik, bulgur, jagung, ubi singkong,
kentang goreng, cake, dodol, dan kue yang terlalu manis. Sumber protein hewani
Daging, ikan, ayam yang dikalengkan, digoreng, dikeringkan (dendeng), telur ceplok
atau goreng. Sumber protein nabati Tahu, tempe digoreng, kacang merah, kacang
tanah digoreng Lemak Lemak hewan, santan kental Sayuran Sayuran yang banyak
serat dan menimbulkan gas, sayuran mentah. Buah-buahan Buah yang banyak
serat dan menimbulkan gas, misalnya jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka,
dan buah yang dikeringkan (sale pisang, manisan pala, dan sebagainya). Bumbu-
bumbu Lombok atau cabai, merica, cuka dan bumbu-bumbuan yang merangsang.
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab : Untuk
menetralisasi asam, digunakan antasida umum (misal : aluminium hidroksida) untuk
menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas
atau berat, emetik dan lavasz dihindari karena bahaya perforasi Terapi pendukung
mencakup intubasi, analgesik dan sedatir, antasida serta cairan intravena.
Endoscopy fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan serta mungkin diperlukan
untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastro J & Junostomi atau
reaksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter pylori, maka diberikan bismuth,
antibiotik (misalnya amoksisilin dan klaritromisin) dan obat anti-tukak (omeprazol).
Penderita gastritis karena stres akut banyak yang mengalami penyembuhan setelah
penyebabnya (penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi
sekitar 2% penderita gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering
berakibat fatal.
Gastritis erosif kronis bisa diobati dengan antasid. Penderita sebaiknya menghindari
obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan
makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi
resiko terbentuknya ulkus karena obat anti peradangan non-steroid. Untuk
meringankan penyumbatan di saluran keluar lambung pada gastritis eosinofilik, bisa
diberikan kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
B. ULKUS PEPTIKUM
Ulkus speptikum adalah suatu luka terbuka yang berbentuk bundar atau oval
pada lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum). Ulkus pada
lambung disebut ulkus gastrikum, sedangkan ulkus pada usus duabelas jari
disebut ulkus duodenalis.
Ulkus peptikum mengacu pada semua ulkus yang ada pada daerah yang
mukosanya terendam dalam asam hidroklorat dan pepsin cairan lambung (yaitu
lambung dan duodenum bagian atas). Adapun faktor yang mempengaruhi
terjadinya ulkus adalah :
perimbangan antara faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor pertahanan
(defensif) dari mukosa.
Faktor pertahanan ini antara lain adalah pembentukan dan sekresi mukus,
sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan difusi kembali ion hidrogen pada
epitel serta regenerasi epitel.
daerah geografis,
jenis kelamin,
faktor stress,
herediter,
merokok,
infeksi bakteri (Helicobacter pylori),
konsumsi alkohol,
Gejala-gejala
Rasa panas kronik di perut
Nyeri abdomen yg tersa perih setelah makan (tukak lambung)
Nyeri abdomen yg terasa perih 2 – 3 jam setelah makan (tukak duodenum)
Mual
Diere
muntah
TERAPI DIET :
DIET LAMBUNG
TUJUAN DIIT
—–Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan
secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan
sekresi asam lambungg yang berlebihan.
—–SYARAT DIIT
Diit Lambung I
Diet lambung ini diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus peptikum,
paska perdarahan, dan tifus abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari
Diet pasca hematemesis-melena, atau setelah fase akut teratasi.
Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan
serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Pada Diet Lambung I
(Makanan Saring)
Diet Lambung II
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada
pasien dengan ulkus peptikum, gastritis kronik, atau tifus abdominalis yang
hampir sembuh.
Makanan berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi pasien
Makanan inii cukup energi dan zat gizi lainnya.
STANDAR PEMBAGIAN
LATIHAN KASUS
1. Pak Totok perokok berat, umur 50 tahun, BB 60 kg, TB. 178 kg. Tekanan
darah 160/90, riwayat keluarga pengidap asma, pak totok mempunyai
penyakit ulkus peptikum kronik, karena salah makan penyakit tukak
lambungnya kambuh, pak totok mendapat pengobatan obat anti ulcer tablet
cimetidin 300 mg, 3×1 hari selama 2 minggu. Buatkan terapi gizi (NCP) untuk
pak totok agar tidak terjadi kekambuhan.
2. Seorang pasien wanita dengan usia 45 tahun, TB 156 cm, dan BB 57 kg MRS
dengan keluhan muntah, mual dan sulit menelan. Pasien juga sering
mengeluh nyeri di uluhati,mual dan kembung terutama sejak 2 bulan
terakhir.Pasien mengaku mempunyai riwayat penyakit maag sejak 4 tahun
yang lalu dan mempunyai kebiasaan minum jamu yang di racik sendiri(kunyit,
kencur) pada saat sebelum keluhan datang hingga sekarang. Pasien
merupakan seorang IRT. Diagnosa sementara adalah Gastritis akut
HasilRecall :
- MakanPagi :
Nasi (150 gr), telur asin (1 btr), tahugoreng (50 gr)- Selingan
:Pisanggoreng (100 gr), jamu beras kencur (150 ml)-
MakanSiang :
Nasi (100 gr), ikan mas goreng (50 gr), tempegoreng (50 gr), sayurasem
(50 gr)-
Selingan :
Martabaktelur (100gr), jamu lempuyang (150 ml)-
MakanMalam :
Nasi (100 gr), sotobabat (150 gr),kerupukudang (20 gr),tempegoreng (50
gr)
Buatlah terapi gizinya.
LATIHAN SOAL
1 Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi dan ulkus adalah perimbangan antara
faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor pertahanan (defensif) dari mukosa.
2 Faktor berikut merupakan faktor disposisi terjadinya gastritis dilihat dari nutrisi ,
yaitu
a. Faktor antiinflamsi
b. Potasium clorida
c. kafein
d. stress
e. merokok
3 Ahmad perokok berat, umur 40 tahun, BB 50 kg, TB. 178 kg. Tekanan darah
160/90, riwayat keluarga pengidap asma, Ahmad mempunyai penyakit ulkus
peptikum kronik, karena salah makan penyakit tukak lambungnya kambuh,
Ahmad mendapat pengobatan obat anti ulcer tablet cimetidin 300 mg, 3×1 hari
selama 2 minggu. Disarankan untuk melakukan konsultasi gizi ke Ahli gizi
Pertanyaan untuk soal 2 – 5 berdasarkan kasus diatas.
Hitung IMT Ahmad:
a. 15.78
b. 17.78
c. 19.78
d. 21.78
e. 23,78
4 Problem yang dihadapi Ahmad berdasarkan status gizi adalah :
a. Kurang energi protein
b. Status gizi kurang
ASUHAN GIZI PADA SALURAN PENCERNAAN Hal. 21
c. Status gizi baik
d. Status gizi lebih
e. Obesitas
5 Faktor penyebab terjadinya ulkus peptikum yang diderita Ahmad adalah :
a. Asma
b. Perokok
c. Salah makan
d. Obat Cimetidin
e. Tekanan darah tinggi
6 Berapakah kebutuhan energi Ahmad?
a. ± 1600 kkal
b. ± 2000 kkal
c. ± 2200 kkal
d. ± 2300 kkal
e. ± 2500 kkal
7 Diet yang tepat diberikan kepada Ahmad adalah :
a. Diet Lambung I bentuk makanan cair
b. Diet Lambung I bentuk makanan lunak
c. Diet lambung II bentuk makanan Lunak
d. Diet lambung III bentuk Makanan lunak
e. Diet lambung III bentuk makanan biasa
8 Kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrium, kembung,
nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang.yang biasa terjadi pada penderita
penyakit lambung disebut dengan :
a. Dumping syndrom
b. Syndrom dispepsia
c. Syndrom disfagia
d. Syndrom digestiv
e. Disfagia
9 Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan
secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan
sekresi asam lambungg yang berlebihan. Untuk mencapai tujuan tersebut ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu, kecuali
a. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan
b. Energi dan protein cukup,sesuai dengan kemampuan pasien unutuk
menerimanya.
c. Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
d. Tinggi serat, terutama serat yang larut air .
e. Cairan cukup, terutama bila ada muntah
KUNCI : E C A B B B C B D C D D C E E