Antara lain : Proses Odem, Hiper, dan Hipo Elektrolit, Asidosis dan
Alkalosis
1. DIFUSI: Suatu proses ketika materi padat, partikel, seperti gula didalam
cairan, berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah,
sehingga distribusi partikel didalam cairan menjadi merata atau partikel
akan melewati membrane sel yang permeabe terhadap subtansi tersebut.
2. OSMOSIS: Perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran
semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi
solute rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solute tinggi.
Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solute di dalam larutan,
suhu larutan, muatan listrik solute, dan perbedaan antara tekanan
osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.
3
3. FILTRASI : Suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut
secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan.
Proses ini bersifat aktif di dalam bantalan kapiler. Tekanan hidrostatik
adalah tekanan yang di hasilkan oleh suatu likuid di dalam sebuah
ruangan.
4. TRANSPOR AKTIF : Merupakan suatu mekanisme mengenai sel-sel
yang mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk
melakukan aktivitas metabolic. memerlukan aktivitas metabolic dan
pengeluaran energi untuk menggerakan berbagai materi guna menebus
membrane sel.
Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel
tersebut, selain itu sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah
berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Contoh transport aktif adalah pompa
natrium dan kalium.
PENGATURAN ELEKTROLIT
A. Kation
Kation utama, yakni natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+),
dan magnesium (Mg2+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel.
1) Pengaturan Natrium
Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam
cairan ekstrasel. Nilai laboratorium normal untu natrium serum adalah
135-145 mEq/L.
2) Pengaturan Kalium
Kalium merupakan kation intrasel utama yang mengatur eksitabilitas
neuromuscular dan kontraksi otot. Nilai laboratorium normal kalium
serum adalah 3,5-5,3 mEq/L.
3) Pengaturan Kalsium
Terdapat banyak kalsium di dalam tubuh. Tubuh membutuhkan
kalsium untuk integritas dan struktur membrane sel, konduksi jantung
yang adekuat, koagulasi darah, pertumbuhan dan pembentukan
tulang, dan relaksasi otot. Berikut adalah bentuk-bentuk kalsium yang
terdapat di dalam cairan tubuh.
a) Terionisasi (4,5 mg/100 ml)
b) Tidak dapat berdifusi, yang merupakan kalsium kompleks terhadap
anion protein (5 mg/ 100 ml)
c) Garam kalsium, seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/
100 ml) Nilai laboratorium normal kalsium serum yang terionisasi
dalam tubuh adalah 4-5 mEq/L.
4) Pengaturan magnesium
5
A. Pengaturan kimiawi
Buffer kimia yang paling banyak di dalam caira ekstrasel adalah system
buffer asam karbonat-bikarbonat. System berespons dalam beberapa detik
untuk mengubah ph, sehingan system tersebut menjadi system buffer
6
tercepat. System ini merupakan system yang adaptif dan memiliki efek yang
relative singkat.
Ekskresi karbon dioksida yang dihasilkan dari proses metabolisme,
terutama dikendalikan oleh paru-paru. Ekskresi ion hydrogen dan bikarbonat
dan dikendalikan oleh ginjal. Reaksi dari substansi hydrogen dan bikarbonat
ini akan menjadi buffer asam yang kuat atau basa yang kuat untuk
mempertahankan pH yang secara relative konstan.
System buffer kimia yang kedua melibatkan protein plasma
(albumin,fibrinogen,dan protombin) dan gama globin, yang membenyuk
sekitar 6% sampai 7% plasma darah. Protein ini dapat melepaskan atau
berkaitan dengan ion hydrogen untuk memperbaiki asidosis atau
alkalosis.namun kapasitas protein plasma untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan ekstrasel terbatas, dan protein tidak
mampu memperbaiki ketidakkeseimbangan asam basa yang berlangsung
dalam jangka panjang.
B. Pengaturan biologis
Buffer biologis terjadi jika ion hydrogen diarbsobsi atau dilepaskan oleh
sel-sel tubuh.Ion hydrogen memiliki muatan positif dan harus ditukar dengan
ion yang bermuatan positif ,seringkali ion yang digunakan adalah
kalium.Pada kondisi kelebihan asam, ion hydrogen memasuki sel,dan ion
kalium meninggalkan sel kemudian memasuki cairan ekstrasel.Cairan
ekstrasel kemudian menjadi kurang asam karena ion hydrogen
berkurang.Walaupun begitu , pertukaran ini menyebabkab tingginya
kandungan kalium dalam serum.Setelah oksidasi diperbaiki,kalium kembali
memasuki sel,dan kadar kalium kembali normal.Bufer biologis ini menjadi
setelah buffer kimiawi jangaka pendek,dan berlangsung selama 2-4 jam.
Tipe buffer biologis yang ke 2 adalah :system hemoglobin
oksihemoglobin.Karbon dioksida berdifusi ke dalam SDM dan membentuk
asam karbonat.Asam karbonat membelah menjadi ion hydrogen dan
bikarbonat.Ion hydrogen terikat pada hemoglobin, dan ion bikarbonat dapat
digunakan untuk melakukan buffer dengan cara menukarnya dengan klorida
yang berada ekstrasel
C. Pengaturan fisiologis
1. Paru-paru
7
Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan,
ruang cairan, membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi
cairan dan elektrolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah
bergerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial
dan komponen nya bergerak diantara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan
dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan
mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
a. Difusi, adalahperpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel
b. Osmosis, adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel
dari area berkonsentrasi rendah menuju area berkonsentrasi tinggi
c. Tansport Aktif, adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh
molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient
konsentrasinya.
1. Rasa haus
Rasa haus muncul apabila Osmolalitas Plasma mencapai 295 mOsm/kg.
Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipothalamus sensitif
terhadap perubahan osmolalitas pada cairan ekstrasel. Bila Osmolalitas
meningkat, sel akan mengerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat
kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut :
a) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan renin, yang akhirnya
menghasilkan Angiotensin II. Angiotensin II merangsang
hipothalamus untuk melepaskan substrat neuron yang bertanggung
jawab meneruskan sensasi haus.
9
Etiologi :
• Akibat Hipoproteinemia
Penurunan tekanan (mis : Gagal Hepar)
Osmotik
Proses odem
a). Odem bisa disebabkan karena kelebihan cairan tubuh. Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. Menyebabkan volume
darah naik dan edema.
b). Peningkatan Natrium dapat menyebabkan edem. Karena sifat natrium yg
dapat mengikat/menarik air yang akhirnya bisa menyebabkan edema.
c). Edema radang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler
d). Edema dapat timbul akibat tekanan koloid osmotik plasma yang menurun
atau tekanan hidroststik kapiler yang meningkat.
Tekanan koloid osmotik plasma dapat berkurang akibat terjadinya kerusakan
hepar seperti terjadi pada sirosis hati. Pada sirosis hepatik hati tidak dapat
mensintesis protein. Sedangkan protein terutama albumin sangat berperan
dalam mempertahankan tekanan oloid osmotik plasma, sehingga pada sirosis
hepatik dapat terjadi edema.
e). Tekanan hidrostatik kapiler dapat meningkat pada hambatan aliran darah
vena seperti yang terjadi pada gagal jantung kongestif. Pada gagal jantung
kongestif, tekanan darah vena meningkat yang akan diikuti dengan
peningkatantekanan hidrostatik kapiler. Cairan akan didorong dari plasma ke
ruang interstitial sehingga cairan akan tertimbun di jaringan interstitial maka
terjadilah edema.
f). Edema perifer bisa juga terjadi akibat obstruksi vena atau obstruksi limfatik
atau karena pemberian garam dan air berlebihan. Obat-obatan seperti obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) dan blocker (penyekat) kanal kalsium (Calsium
12
a. Hiperelektrolit
Kondisi dimana terjadi kelebihan elektrolit didalam tubuh. Kondisi
ini bisa disebabkan karena asupan atau intake berlebih.
Kelebihan elektrolit bisa berupa :
1. Hipernatremia
Tanda & gejala : kulit & mukosa bibir kering, turgor kulit buruk, permukaan
kulit membengkak, oligouria/anuria, konvusi, suhu tubuh tinggi, & lidah
kering serta kemerahan. Hipernatremia disebabkan oleh asupan Na yang
berlebihan,kerusakan sensasi haus, diare, disfagia, poliuria krn diabetes
insipidus, & kehilangan cairan berlebihan dari paru-paru
2. Hiperkalemia
Keadaan kelebihan kadar kalium dlm CES. Pada pemeriksaan EKG
terdapat gelombang T memuncak, QRS melebar, & PR
memanjang.Tanda & Gejala : rasa cemas, iritabilitas, hipotensi,
parastesia, mual,hiperaktivitas sistem pencernaan, kelemahan & aritmia.
Hiperkalemia berbahaya krn dpt menghambat tramsmisi impuls jantung &
menyebabkan serangan jantung. Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien
luka bakar, penyakit ginjal, & asidosis metabolik. Jika terjadi hiperkalemia,
salah 1 upaya yang dapat dilakukan untuk menormalkan kadar kalium
adalah dengan pemberian insulin, karena insulin dapat mendorong
kalium masuk ke dalam sel.
3. Hiperkalsemia
Kondisi kelebihan kadar kalsium pd CES
Hiperkalsemia ditandai dengan penurunan kemampuan otot, mual,
muntah, anoreksia, kelemahan & letargi, nyeri pada tulang, & serangan
13
b. Hipoelektrolit
2. Hipokalemia
Keadaan kekurangan kadar kalium dlm CES yg menyebabkan kalium
berpindah keluar sel. Pada pemeriksaan EKG terdapat gelombang T
datar & depresi segmen ST. Hampir semua K+ berada di intraselular
maka hipokalemia bisa disebabkan karena perpindahan kalium yaitu dari
serum akan menurun. Hipokalemia ditandai dgn kelemahan, keletihan, &
penurunan kemampuan otot. Selain itu ini jg ditandai dgn distensi usus,
penurunan bising usus, denyut jantung (aritmia) tidak beraturan,
penurunan TD, tidak nafsu makan dan muntah-muntah.
3. Hipomagnesia
Kondisi kekurangan kadar magnesium dlm darah. Hipomagnesia ditandai
dgn iritabilitas, tremor, hipertensi, disorientasi, konvulsi, halusinasi,
kejang, kram pd kaki & tangan, refleks tendon profunda yg hiperaktif,
serta takikardia. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi alkohol
yangberlebihan.
4. Hipofosfatemia
Kondisi penurunan kadar ion fosfat di dalam serum. Hipofosfatemia
antara lain ditandai dengan anoreksia,parastesia, kelemahan otot, &
pusing. Kondisi ini dapat terjadi karena pengonsumsian alkohol secara
berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme, & ketoasidosis diabetes.
pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan diatas 7 disebut
basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk
mempertahankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa
yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah
terjadinya perubahan ion hydrogen. Keseimbangan asam-basa ditentukan
oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a. Sistem Buffer
b. Pengaturan pernapasan
a. Asidosis
1. Asidosis metabolik
2. Asidosis respiratorik
17
Keseimbangan asam basa yg ditandai dgn ↓pH akibat retensi CO2. Krn jumlah
karbon dioksida (CO2) ygkeluar melalui paru berkurang sehingga terjadi
peningkatan H2CO3 yang menyebabkan
peningkatan Hidrogen (H+) sehingga pH menurun.
b. Alkalosis
1. Alkalosis metabolik
Kadar penurunan jumlah ion hidrogen dlm plasma yg disebabkan oleh defisiensi
relatif asam-asam non-karbonat. Pd kondisi ini, pe↑HCO3- tdk diimbangi dgn
peningkatan CO2.
Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal
ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah- muntah dan minum obat-obat
alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
18
2. Alkalosis respiratorik
Keseimbangan asam basa yg ditandai dengan ↑ pH karena pengeluaran CO 2
berlebih akibat hiperventilasi. Peningkatan jumlah udara yg masuk ke paru-paru
akan menyebabkan
pengeluaran juga meningkat, pengeluaran yg berlebihan inilah yg menyebabkan
penurunan
kadar CO2.
Asidosis Resipiratorik
/N
Asidosis Metabolik /N
Alkalosis Resipiratorik /N
Alkalosis Metabolik /N
pH 7,35 – 7,45
Rumus
PCO2 35 – 45
pH = HCO3
PO2 80 – 100
PCO2
HCO3 22 – 26
Tot CO2 23 – 27
O2 % 95 – 100 %
Keterangan :
BE 2,3
g. Penyakit Ginjal Kronis, Kadar kalium yang terlalu rendah bisa juga menimbulkan
efek buruk bagi ginjal, terutama penyakit ginjal kronis. Lebih tepatnya, kondisi yang
bisa mengancam adalah gagal ginjal kronis di mana seharusnya ini berawal dari
kondisi ginjal yang ringan.