Anda di halaman 1dari 8

RESUME

AKUSTIK RUANG

NAMA; BAYU FEBRIAN


NIM; F221 18 102

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
2018
Pengertian Akustik Ruang
Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan
perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat
pantul benda atau objek pasif dari alam.

Micro Perforated Panel


Micro Perforated Panel (MPP) adalah sebuah elemen penyerap energi suara jenis baru. Fungsi
utamanya adalah menyerap energi suara yang datang ke permukaannya. Elemen akustik ini
merupakan alternatif elemen penyerap suara yang terbuat dari material berpori. MPP berbentuk
lembaran tipis yang memiliki lubang-lubang kecil di permukaannya. Ketebalan plat tipis ini pada
umumnya dalam range 0.5 – 2 mm, dengan luasan total lubang pada umumnya berkisar 0.5 – 2 %
dari luas total plat, tergantung dari aplikasinya.
Dimensi lubang pada MPP tidak lebih dari 1 mm, dengan ukuran umum di range 0.05 – 0.5 mm
Fungsi utama suatu elemen penyerap (absorber) adalah untuk mengubah energi suara atau energi
akustik menjadi energi kalor.

Formasi Elemen Akustik dalam Ruang

Formasi elemen akustik dalam sebuah ruangan akan menentukan kinerja akustik ruang tersebut
sesuai dengan fungsi nya. Beberapa catatan berikut dapat digunakan sebagai acuan perancangan
formasi penempatan elemen akustik pada ruang dengan fungsi tertentu.
Ruang Kelas: Elemen Pemantul atau Penyebar pada dinding depan, samping serta langit-langit
depan. Elemen penyerap atau penyebar pada dinding belakang serta langit-langit belakang. Lantai
bisa keramik atau parket atau karpet.

Masjid: Dinding depan elemen pemantul atau penyebar, dinding samping kombinasi pemantulan dan
penyerap, dinding belakang penyerap atau penyebar, langit-langit penyerap bila menggunakan
sound system atau kombinasi pemantul-penyebar bila tanpa sound system, lantai boleh karpet atau
keras (keramik atau parket)

Ruang Auditorium: Dinding depan pemantul atau penyebar, Dinding samping kombinasi pemantul –
penyerap atau penyebar – penyerap, Dinding Belakang penyerap atau penyebar, langit-langit
penyebar atau penyerap, dengan elemen pemantul di area atas panggung, lantai bebas. Bila
menggunakan sound system, harus diperhatikan type dan posisi pemasangan.

Ruang Konser Akustik/Philharmonik: hindari pemakaian elemen penyerap, maksimalkan


penggunaan pemantul dan penyebar pada seluruh bagian permukaan.

Ruang Studio: Banyak penyerap di ruang kontrol (bisa dikombinasikan dengan penyebar) dan
kombinasi penyerap=penyebar di ruang live.

Kamar Tidur, Living Room, Ruang rawat inap: kombinasi 3 elemen sesuai kondisi bising dan
kenyamanan individu.

Ruang rapat: Dinding kombinasi penyerap-penyebar, langit-langit dan lantai berlawanan


karakteristik (bila lantai penyerap, langit-langit pemantul atau penyebar, dan sebaliknya)

Ruang Bioskop: mayoritas permukaan dilapisi elemen penyerap.

Gelanggang Olah Raga: lantai keras, langit-langit kombinasi penyerap-penyebar, dinding kombinasi
pemantul-penyerap-penyebar (tergantung bentuk geometri nya)

Ruang Kantor tapak terbuka: dinding bebas, langit-langit penyerap, lantai bebas.
Ada 3 elemen utama yang dapat digunakan untuk mengatur karakteristik pemantulan ini yaitu:

1. Elemen Pemantul (Reflector)

Elemen ini pada umumnya digunakan apabila ruang memerlukan pemantulan gelombang
suara pada arah tertentu. Ciri utama elemen ini adalah secara fisik permukaannya keras dan
arah pemantulannya spekular (mengikuti kaidah hukum Snellius: sudut pantul sama dengan
sudut datang).

2. Elemen Penyerap (Absorber)

Elemen ini digunakan apabila ada keinginan untuk mengurangi energi suara di dalam
ruangan, atau dengan kata lain apabila tidak diinginkan adanya energi suara yang
dikembalikan ke ruang secara berlebihan. Efek penggunaan elemen ini adalah berkurangnya
Waktu Dengung ruang (reverberation time). Ciri utama elemen ini adalah secara fisik
permukaannya lunak/berpori atau keras tetapi memiliki bukaan (lubang) yang
menghubungkan udara dalam ruang dengan material lunak/berpori dibalik bukaannya, dan
mengambil banyak energi gelombang suara yang datang ke permukaannya. Khusus untuk
frekuensi rendah, elemen ini dapat berupa pelat tipis dengan ruang udara atau bahan lunak
dibelakangnya.

3. Elemen Penyebar (Diffusor)

Elemen ini diperlukan apabila tidak diinginkan adanya pemantulan spekular atau bila
diinginkan energi yang datang ke permukaan disebarkan secara merata atau acak atau
dengan pola tertentu, dalam level di masing-masing arah yang lebih kecil dari pantulan
spekularnya. Ciri utama elemen ini adalah permukaannya yang secara akustik tidak rata.

Sound System versus Akustik Ruang


Sound System disisi lain, pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang pada awalnya dirancang
untuk mengatasi KURANG nya energi suara yang sampai ke pendengar karena besarnya volume
space atau jauhnya jarak pendengar dari sumber. Itu sebabnya mengapa disebut sebagai Sound
Reinforcement System sebagai nama dasarnya, dan disingkat sebagai Sound System. Pada saat
sebuah sound system diaplikasikan di dalam ruangan atau spcae, dia berfungsi untuk meningkatkan
energi suara yang dihasilkan oleh sumber suara natural dan mendistribusikan energinya kepada
seluruh pendengar di dalam space atau ruangan tersebut.
Faktor pendengar di dalam ruangan atau space menjadi kunci dalam menjawab pertanyaan awal.
Telinga manusia yang berada dalam ruangan atau space akan menerima 2 komponen akustik dari
sumber suara, yaitu suara langsung (energi suara yang menempuh jalur langsung dari sumber ke
telinga) serta suara pantulan (energi suara yang sampai telinga setelah menumbuk satu atau lebih
permukaan di dalam ruangan). Interaksi 2 komponen ini yang akan menentukan nyaman tidaknya
kondisi mendengar di telinga pendengar tadi. Bila suara langsung dan suara pantulan bercampur
dengan baik (misalnya tidak ada delay yang berlebihan), maka pendengar akan nyaman merasakan
medan akustik di sekitar telinganya. Desain permukaan ruangan yang menghasilkan pola
pemantulan yang berinteraksi positif dengan suara langsung dari sumber menjadi sisi krusial dalam
desain Akustik Ruang. Suara pantulan ini tidak boleh lebih dominan dari suara langsung. Itu
sebabnya level energi suara dari sumber memegang peranan penting bagi pendengar. Apabila level
suara sumber memungkinkan untuk mencapai seluruh bagian ruangan (atau seluruh posisi
pendengar) maka ruangan tersebut pada dasarnya TIDAK MEMERLUKAN Sound System, karena
problemnya adalah bagaimana perancang ruangnya mendesain karakteristik pemantulan yang
dihasilkan permukaan dalam ruangan untuk memperkaya suara langsung yang sampai ke telinga
pendengar. Sedangkan bila level energi suara dari sumber tidak mungkin mengcover seluruh area
pendengar, pada saat itulah diperlukan Sound System. Dalam kondisi ini, problemnya bergeser dari
perancangan karakterisasi pantulan ruang menjadi perancangan posisi sumber suara non-natural.
Jadi, Sound System dan Akustik Ruangan sebenarnya adalah satu sistem yang tidak dapat
dipisahkan, sehingga pertanyaan awal tadi sebenarnya tidak perlu dijawab, karena keduanya
memegang peranan penting dalam porsinya masing-masing. Sound System memerlukan Akustik
Ruangan yang minimal baik untuk bekerja secara optimal, dan Akustik Ruangan memerlukan Sound
System bila energi sumber suara natural tidak mencukupi levelnya. Dan satu hal yang perlu diingat
adalah Sound System tidak boleh mengubah karakter sumber suara yang dia layani, karena
fungsinya adalah menjaga kualitas suara sumber supaya tetap terdengar baik di telinga pendengar.
Bagaimana kalau suara sumbernya tidak layak didengar? Kalau itu yang terjadi, persoalannya bukan
lagi masalah akustik, tetapi masalah sumber suara saja.
Sebagai ilustrasi penutup, mengapa seluruh permukaan didalam bioskop bersifat menyerap energi
suara (pantulan minimum)? Karena pendengar yang masuk ke dalam ruangan tersebut memang
diminta untuk mendengarkan suara “langsung” yang dihasilkan oleh Sound Systemnya, sembari
menikmati tayangan visual tentunya. Mana yang lebih penting Sound System nya atau Akustika
Ruangannya? Ya keduanya penting, karena kalau Sound Systemnya buruk, penonton (pendengar)
akan merasa tidak nyaman secara audial. Sebaliknya, bila kondisi akustik ruangan buruk (misalnya
ada pantulan berlebihan atau ada kebocoran suara dari luar), maka kondisi mendengar medan suara
yang dihasilkan oleh Sound System akan terganggu.

Respon Frekuensi Ruangan

Secara umum, sebuah ruangan tertutup dapat dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan respons
frekuensinya. Bagian pertama merupakan daerah frekuensi yang dibatasi oleh frekuensi cut off
ruangan. Pada bagian ini, analisis frekuensi harus dititik beratkan pada tekanan suara sumber yang
dimainkan dalam ruangan. Frekuensi cut off sendiri dapat dihitung dengan persamaan berikut:

freq cut off = c/(2 x dimensi terpanjang ruang), dengan c adalah cepat rambat suara di udara.

Bagian kedua atau region kedua adalah daerah frekuensi yang didominasi modes ruang dan disebut
sebagai daerah modal (modal region), yaitu daerah frekuensi mulai dari frekuensi (cut off) sampai
dengan frekuensi kritis ruang. Pada daerah frekuensi ini, analisis harus lebih difokuskan pada
karakterisitik modes ruang. (penjelasan menggunakan pendekatan medan difuse cenderung akan
gagal). Frekuensi kritis ruang dapat dicari dengan dua pendekatan. Yang pertama menggunakan
pendekatan Main Free Path, yang merupakan fungsi dari Volume (V) dan Luas Permukaan Ruangan
(S), dimana MFP = 4V/S. Frekuensi kritis dengan pendekatan MFP ini dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

frek kritis = (3/2) [c/MFP] , dengan c adalah cepat rambat suara di udara.

Pendekatan kedua didapatkan dengan memanfaatkan perhitung waktu dengung (RT atau T60).
Dengan pendekatan ini, frekuensi kritis dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

frek kritis = 2012 [akar kuadrat(T60/V)], dimana V adalah volume ruangan.

Daerah frekuensi ketiga, yaitu daerah frekuensi diatas frekuensi kritis, disebut sebagai daerah
diffuse alias <em>diffuse region</em>, dimana medan diffuse dapat terjadi, sehingga konsep waktu
dengung (reverberation time) bisa diterapkan.

Konsep frekuensi kritis tersebut, dapat juga digunakan untuk mengkategorikan ruangan dari sudut
pandang akustik. Ada dua kategori ruang yang bisa dibuat dari sudut pandang ini, yaitu ruangan
besar (large room) dan ruangan kecil (small room). Ruangan besar adalah sebuah ruangan yang
memiliki frekuensi kritis lebih rendah daripada frekuensi terendah sumber suara yang dimainkan
dalam ruangan tersebut. Sedangkan ruangan kecil adalah sebuah ruangan yang memiliki frekuensi
kritis didalam range frekuensi sumber suara yang dimainkan dalam ruangan tersebut. Contoh
ruangan besar misalnya Ruang Konser Philharmonik (Concert Hall), Katedral, dan ruangan studio
rekaman berukuran besar. Contoh ruangan kecil adalah Kamar tidur, kamar mandi atau normal size
living room.

Pengukuran Impulse Response


Salah satu cara untuk mengetahui kinerja akustik sebuah ruangan adalah dengan melakukan
pengukuran respon impuls (Impulse Response) dari ruangan tersebut. Dari pengukuran ini akan
didapatkan gambaran interaksi antara sumber suara dengan permukaan dalam ruangan, yang dapat
digambarkan dalam pola urutan waktu pemantulan energi suara pada suatu titip dalam ruangan
serta reduksi energi suara pada setiap waktu/setiap informasi suara pantulan. Dari pola urutan dan
reduksi energi suara ini dapat diturunkan parameter-parameter akustik ruangan tertutup, misalnya
SPL (distribusi tingkat tekanan suara), D50 (kejelasan suara ucapan), C80 (kejernihan suara musik),
G (kekuatan sumber suara), EDT (early decay time), Tx (waktu dengung ruangan), ITDG (waktu
tunda pantulan awal, intimacy), IACC (spaciousness dan envelopment), LEF(spaciousness dan
envelopment), dan turunan-turunannya.

Metodologi pengukuran dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat. Secara
kronologis waktu, metode pengukuran impulse response dapat diringkaskan sebagai berikut:

1. Pengukuran menggunakan sumber suara impulsive (Balon atau pistol start).

2. Pengukuran menggunakan transducer omnidirectional (dodecahedral loudspeaker dan omni


directional microphone)

3. Pengukuran secara elektro akustik menggunakan 1 sumber suara omnidirectional, perangkat


lunak dalam PC atau laptop, dan 1 mikropon omnidirectional. Sinyal suara yang digunakan misalnya
MLS (Maximum Length Sequences), TDL (Time Delay Spectrometry alias Sine sweep) dan ESS
(Exponential Sine Sweep). Pada era ini muncul perangkat lunak yang melegenda, MLSSA (simply
called Melissa) yang menjadi cikal bakal munculnya perangkat lunak pengukuran yang lain (TEF,
RTF, Dirac, dsb)

4. Pengukuran menggunakan sound card, 2 atau lebih loudspeaker dan multi microphones ( 2 – 8 ).
Pengukuran dengan 2 microphones kadang-kadang menggunakan kepala manusia atau kepala
tiruan (dummy head), misalnya untuk pengukuran IACC. Penggunaan jenis microphones juga bisa
divariasikan (berdasarkan konfigurasinya dan jenis directivity yang digunakan), misalnya untuk
pengukuran LEF. Sound card yang digunakan bisa dari type standard full duplex, (baik internal
maupun external). ataupun special external sound card multi channels. Pengukuran dengan metode
ini memungkinkan untuk mendapatkan response ruangan secara binaural maupun ambisonic. Di era
ini Sound Field Microphones banyak digunakan.

5. Saat ini, pengukuran yang melibatkan Array Loudspeaker system dan Array Microphone System,
untuk mendapatkan informasi pola arah (directivity pattern) yang lebih akurat di setiap titik
pendengar dalam ruangan, banyak dikembangkan, baik perangkat keras maupun perangkat
lunaknya.

Waktu Dengung Formulasi Sabine

Salah satu formulasi perhitungan waktu dengung yang paling banyak digunakan para desainer
ruangan adalah rumusan waktu dengung (reverberation time) yang diformulasikan oleh Sabine.
Dalam formulasi yang diturunkan berdasarkan percobaan empiris, Sabine menyatakan bahwa waktu
dengung (T60) berbanding lurus dengan Volume Ruangan (V) dan berbanding terbalik dengan Luas
Permukaan Ruangan (S) dan rata-rata Koefisien Absorpsi permukaan ruangan (alpha). Formulasi ini
sampai saat ini masih sering digunakan orang, terutama di dalam proses awal desain dan penentuan
material finishing ruangan, sesuai dengan fungsi ruangannya.
Formula Sabine: T60 = 0,161 V / S.alpha

Beberapa hal yang seringkali dilupakan dalam aplikasi formula ini adalah:

1. T60 adalah fungsi frekuensi, karena Koefisien Absorpsi (Alpha) adalah fungsi frekuensi.

2. Formula ini dibuat dengan asumsi, seluruh permukaan ruang memiliki probabilitas yang sama
untuk didatangi energi suara.

3. Formula ini disusun dengan asumsi Medan Suara Ruangan bersifat Diffuse.

4. Formula ini hanya “berlaku” dengan baik apabila rata-rata Alpha < 0,3 dan perbedaan Alpha antar
material penyusun partisi tidak terlalu besar. Untuk harga Alpha rata-rata > 0,3, formula ini akan
memberikan kesalahan T60 > 6%.

5. Harga T60 yang dihasilkan dengan formula ini adalah harga rata-rata saja,sehingga tidak
menunjukkan kondisi di setiap titik dalam ruangan.

note: Formulasi Sabine ini kemudian disempurnakan oleh Norris-Errying.

(T60 = -0,161 V/S.ln(1-Alpha)

FSTC vs STC
Salah satu parameter akustik yang banyak dikenal di kalangan desainer ruangan adalah Sound
Transmission Class or STC. Parameter ini merupakan angka tunggal yang digunakan untuk
menunjukkan kinerja insulasi akustik dari material penyusun ruangan. Secara khusus digunakan
untuk menyatakan kinerja suatu partisi atau dinding ruangan. Harga STC ditentukan secara grafis
dengan cara membandingkan kurva rugi transmisi suara atau sound transmission loss (STL) dengan
kurva standard STC. STL partisi atau dinding terpasang dapat diukur dengan mengacu pada
standard ASTM E 336, sedangkan harga STC nya dapat dihitung berdasarkan standard ASTM E 416.
Harga STC secara umum menunjukkan kondisi kinerja optimal dari sebuah partisi atau dinding,
karena didapatkan melalui pengukuran STL di laboratorium. Dalam kondisi riil, setelah partisi atau
dinding tersebut dipasang di dalam ruangan, harga STC tersebut sulit sekali dicapai. Hal ini
disebabkan oleh dua faktor utama yaitu kebocoran (leakage) energi suara dan Adanya flanking path
di ruangan. Kebocoran energi suara ini bisa disebabkan oleh komponen-komponen dalam sistem
partisi atau dinding itu sendiri (kualitas pemasangan, sambungan antar bagian, dsb) maupun oleh
sistem-sistem yang lain (pintu, jendela atau partisi/dinding yang lain). Sedangkan flanking adalah
perambatan energi suara lewat jalur selain menembus dinding, misalnya melewati langit-langit
ruangan atau bukaan di bagian dinding yang lain. Sebagai akibatnya, kinerja insulasi ruangan (atau
terkadang disebut juga kinerja isolasi antar ruang) seringkali dinyatakan dengan besaran Field
Sound Transmission Class (FSTC) yang menunjukkan kinerja rugi transmisi partisi atau dinding
dalam kondisi terpasang dalam ruangan.
FSTC merupakan sebuah ukuran kinerja isolasi antar ruang yang dipengaruhi oleh bising latar
belakang, volume ruangan, koefisien absorpsi bahan penyusun interior ruangan, luas permukaan
dalam ruangan dan karakteristik spektral sumber suara yang dibunyikan dalam ruangan. Harga
FSTC suatu partisi atau dinding pada umumnya 5 – 7 skala lebih rendah dari harga STC nya. Dua
buah partisi atau dinding yang memiliki harga FSTC yang setara mungkin saja memiliki karakteristik
akustik yang berbeda, misalnya sebuah partisi/dinding beton setebal 20 sm dengan FSTC 50 akan
bekerja lebih baik dibandingkan dengan partisi/dinding dari dry wall (double gypsum atau double
hardwood sistem) ber-FSTC 50 juga, apabila digunakan dalam ruangan yang difungsikan untuk
kegiatan yang melibatkan suara dengan frekuensi rendah (bass), misalnya untuk kegiatan musik.
Secara umum, nilai STC maupun FSTC berkaitan dengan persepsi manusia terhadap suara yang
didengarkan dalam konteks antar ruang. Semakin besar nilai STC maupun FSTC, menunjukkan
kinerja partisi/dinding yang semakin baik dalam mengisolasi ruangannya dari aktifitas akustik di
ruangan yang berbatasan. Sebuah partisi atau dinding yang permukaannya terdiri dari berbagai
jenis material, nilai STC atau FSTC nya cenderung ditentukan oleh STC yang paling rendah dari
material penyusun. (itu sebabnya, celah pada partisi akan membuat harga STC atau FSTCturun
drastis). Beberapa contoh berikut (sumber International Building Code IBC) dapat digambarkan
untuk memberikan gambaran efektifitas kinerja partisi/dinding secara subyektif terkait dengan nilai
STC (FSTC).

Anda mungkin juga menyukai