Anda di halaman 1dari 15

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untukmemelihara,


meningkatkan dan melindungi kesehatannya dengan kesadaran dankemampuan serta upaya
mengembangkan lingkungan sehat, mencakup aspekperilaku yaitu upaya memotivasi,
mendorong dan meningkatkan potensi yangdimiliki masyarakat agar mereka mampu
memelihara kesehatan diri sendiri dankeluarga. Di samping itu promosi kesehatan juga
mencakup aspek yang berkaitandengan lingkungan dan perkembangan perilaku yang
berhubungan dengan sosialbudaya, pendidikan ekonomi, politik dan pertahanan keamanan
(Depkes, 2003).Program dasar promosi kesehatan terdiri dari enam program
unggulanmencakup pendidikan kesehatan bertujuan melakukan perubahan, pemeliharaan dan
pengembangan perilaku masyarakat, penyuluhan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat dalam promosi kesehatan serta upaya penyediaan dan penyebarluasan informasi
kesehatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)dilakukan dengan upaya jalur komunikasi
dan edukasi, pemasaran sosial melalui pengenalan produk secara meluas kepada masyarakat
sehingga mereka dapat mengenal, memilih dan memanfaatkan hidup sehat. Mobilisasi sosial
dilakukan melalui advokasi dan bina suasana yang merupakan upaya pembujukan dan
menciptakan lingkungan kondusif (Depkes, 2002).

Berdasarkan rumusan WHO (1994) dalam (Notoatmodjo, 2005), strategi promosi kesehatan
secara global terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu :

1.Advokasi (advocacy) yaitu kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu
atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi dilakukan
kepada pejabat yang merupakan penentu kebijakan di berbagai sektor, dan diberbagai tingkat, sehingga
para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.

2.Dukungan sosial (social support) yaitu kegiatan untuk mencari dukungansosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formalmaupun informal. Tujuan utama dari kegiatan ini
adalah agar para tokohmasyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai
programkesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.
3.Pemberdayaan masyarakat (empowerment) yaitu strategi promosi di kesehatanyang ditujukan
langsung pada masyarakat. Tujuan utama pemberdayaanadalah mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara danmeningkatkan kesehatan mereka sendiri (Visi Promosi Kesehatan).
Bentukkegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan seperti, penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembanganmasyarakat

2.2.Metode Promosi Kesehatan

Tersedia banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan promosi


kesehatan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara
cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan penerima
informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan
komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan,
sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil(Depkes,
2008).Pemberdayaan dapat dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dialog, debat, seminar,
kampanye, petisi/resolusi, dan lain-lain. Sedangkan advokasi, dapat dilakukan dengan pilihan metode
seminar, lobi dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007). 2.2.1
Metode CeramahMetode ceramah merupakan metode pertemuan yang paling sederhana dan sering
digunakan serta paling sering diselenggarakan untuk menggugah kesadaran dan minat sasaran. Ceramah
merupakan suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada hadirin
ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Dalam metode ini penceramah lebih
banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi dengan sedikit memberikan
kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Notoatmodjo, 2007). Beberapa
keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali
jika ada materi yang kurang jelas ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat
dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang
tersedia sangat minim, maka metode inilah yang dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu
singkat. Selain keuntungan ada juga kelemahan menggunakan metode ceramah, salah satunya adalah
pesan yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama (Lunandi, 1993). Kunci dari keberhasilan
pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah,
penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah
singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya. Penceramah juga harus mempunyai sikap dan
penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup
keras dan jelas, pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (dipertengahan),
sebaiknya tidak duduk. Ceramah juga akan berhasil apabila teknik ceramah dimodifikasi dengan
melakukan tanya jawab sesudah penyampaian materi. Hal ini bertujuan agar peserta dapat bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahaminya tentang materi yang sudah diberikan penceramah
(Notoatmodjo, 2007). Adapun kelebihan metode ceramah, adalah :

a. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah dalam arti, proses
ceramah tidak memerlukan peralatan dan perlengkapan yang rumit seperti pada metode
demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah berarti ceramah hanya mengandalkan suara
penceramah.
b. Ekonomis waktu dan biaya karena waktu dan materi dapat diatur penceramah secara langsung,
materi dan waktu sangat ditentikan oleh sistem nilai yang dimiliki oleh penceramah yang
bersangkutan.
c. Ceramah dapat menjangkau penyajian materi pembelajaran yang lebih luas. Ini berarti banyak
materi pembelajaran yang dapat dirangkum dan dijelaskan pokok-pokoknya saja oleh
penceramah dalam waktu singkat.
d. Ceramah dapat terfokus hanya pada pokok-pokok materi inti. Dalam arti, penceramah dapat
mengatur pada materi mana yang menjadi prioritas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
indikator yang ingin dicapai.
e. Dengan metode ceramah, penceramah dapat memantau keadaan ruangan, karena kelas
sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya saat menyampaikan materi pembelajaran.
f. Bahan materi sudah dipilih atau dipersiapkan sehingga memudahkan untuk mengklasifikasi dan
mengkaji aspek-aspek bahan pembelajaran
g. Dengan metode ceramah pengorganisasian ruang menjadi lebih sederhana dan praktis, oleh
karena tidak membutuhkan persiapan-persiapan yang macam-macam. Asalkan peserta dapat
menempati posisi tempat duduknya dan mendengarkan materi pembelajaran yang
disampaikanpenceramah (UHAMKA, 2009).

Adapun kelemahan metode ceramah, antara lain :


a) Materi yang dikuasai oleh peserta terbatas hanya pada apa yang telah dikuasai dan disampaikan
penceramah. Ini merupakan kelemahan yang paling dominan pada metode ceramah, oleh karena
apa yang telah disampaikan penceramahitulah yang diperolehnya dan dikuasainya.
b) Penyampaikan ceramah yang tidak dibarengi dengan peragaan dan contoh-contoh hanya bersifat
verbalistik dan menbosankan. Ini merupakan kelemahan yang dimiliki metode ceramah, karena
penceramah dalam penyajiannya hanya mengandalkan bahasa verbal sedangkan peserta hanya
mengandalkan kemampuan auditifnya. Di sisi lain kemampuan peserta secara auditif berbeda-beda,
termasuk dalam menangkap materi pembelajaran melalui pendengaran.
c) Sulit bagi yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencata yang baik
d) Kemungkinan menimbulkan verbalisme
e) Materi pembelajaran lebih cenderung pada aspek ingatan
f) Kemampuan penceramah berbicara dan bertutur kata-kata yang tidak baik, sering kali menjemukan
dan membosankan peserta, sehingga peserta menjadi tidak memperhatikan materi pembelajaran,
mengantuk atau mengobrol dengansesama peserta . peserta terkadang tidak mengerti dengan apa
yang disampaikan penceramah karena penyampaiannya yang tidak menarik
g) Sangat kurang memberikan kesempatan pada peserta untuk berpartisipasi secara total (hanya proses
mental, tetapi sulit dikontrol)h)Dengan metode ceramah, sangat sukar untuk mengetahui apakah
peserta sudah mengerti dan sudah memahami dengan apa yang telah disampaikanpenceramah. Ketika
penceramah mengadakan pertanyaan pada umumnya lebih banyak yang diam dan tidak menjawab
pertanyaan, meskipun tentu tidak semua peserta sama (UHAMKA, 2009).
2.2.2. Syarat-Syarat Menjadi Komunikator/Penceramah

Mulyana (2005), mengemukakan diperlukan persyaratan tertentu untuk para


komunikator/penceramah dalam sebuah program komunikasi, baik dalam segi sosok kepribadian
maupun dalam kinerja kerja. Dari segi kepribadian, agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh
khalayak maka sseorang komunikator mempunyai hal berikut :

1.Memiliki kedekatan (proximility) dengan khalayak. Jarak seseorang dengan sumber memengaruhi
perhatiannya pada sepsan tertentu. Semakin dekat jarak semakin besar pula peluang untuk terpapar
pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak secara fisik ataupun secara sosial.

2.Mempunyai kesamaan dan daya tarik sosial dan fisik. Seorang komunikator /penceramah cenderung
mendapat perhatian jika penampilan fisiknya secara keseluruhan memiliki daya tarik (attractiveness)
bagi audiens.
3.Kesamaan (similirity) merupakan faktor penting lainnya yang memengaruhi penerimaan pesan oleh
khalayak. Kesamaan ini antara lain meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial, ras,
hobi, dan kemampuan bahasa. Kesamaan juga bisa meliputi maslah sikap dan orientasi terhadao
berbagai aspek seperti buku, musik, pakaian, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. Preferensi khalayak
terhadap seorang komunikator/penceramah berdasarkan kesamaan budaya, agama, ras, pekerjaan, dan
pendidikan berpengaruh terhadap proses seleksi, interpretasi, dan pengingatan pesan sepanjang
hidupnya. Kesamaan antara komunikator/penceramah dan khalayak dengan prinsip homofili antara
kedua belah pihak ini sangat efektif bagi penerimaan pesan. Tetapi kadang-kadang diantara keduanya
terjadi hubungan yang bersifat heterofili, suatu keadaan yang tidak setara anyata sumber dan target
sasaran.

4.Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan dan mengingat pesan dari
sumber yang mereka percata sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau pengetahuan yang lias.
Menurut Ferguson, ada dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber: dapat
dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor lainnya adalah tenang/sabar
(compusere), dinamisn, bisa bergaul (sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan
audiens. Menunjukkan motivasi dan niat. Cara komunikator/penceramah menyampaikan pesan
berpengaruh terhadap audiens dalam memberi tanggapan terhadap pesan tersebut. Respon khlayak
akan berbeda menanggapi pesan yang ditunjukkan untuk kepentingan informasi (informative) dari
pesan yang diniatkan untuk meyakinkan (persuasive) mereka.

5.Pandai dalam cara penyampaian pesan. Gaya komunikator/penceramahmenyampaikan (delivery)


pesan juga menjadi faktor penting dalam proses penerimaan informasi.

6.Dikenal status, kekuasaan dan kewenangannya. Status di sini menunjuk kepada posisi atau ranking
baik dalam struktur sosial maupun organisasi. Sedangkan kekuasaan (power) dan kewenangan
(authority) mengacu pada kemampuan seseorang memberi ganjaran (reward) dan hukuman
(punishment) (Mulyana, 2005).

2.6. TB Paru

2.6.1. Definisi TB Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007). Menurut Yunus (1989) yang dikutip Achmadi (2008), sebagian
besar kuman tuberkulosis menyerang paru-paru, akan tetapi dapat menyerang organ lain di dalam
tubuh. Secara khas kuman membentuk granuloma dalam paru menimbulkan nekrosis atau kerusakan
jaringan.

2.6.2.Klasifikasi TB Paru

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dibagi dalam 2 bagian yaitu : 1.TB paru BTA
positif (sangat menular) yaitu sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil yang
positif. Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen dada menunjukkan TB
aktif.2.TB paru BTA negatif, yaitu pemeriksaan dahak hasilnya masih meragukan. Jumlah kuman yang
ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif. Foto rontgen dada menunjukkan
hasil positif (Laban, 2007). 2.6.3.Etiologi Penyakit Tuberkulosis Paru Bakteri ini berbentuk batang,
berukuran panjang 1-4 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri tuberkulosis cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan lipid, yang membuat lebih tahan asam, sifat lain
adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan kaya oksigen, terutama bagian apical posterior. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat tidur (dormant), tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes RI, 2002)

2.6.4.Cara Penularan TB Paru

Menurut Depkes (2008), penderita dapat menularkan kuman TB pada orang lain melalui cara
:a)Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. b)Penularan terjadi
dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selamabeberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.c)Daya penularan seorang pasien
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. d)Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan
kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.

2.6.5.Gejala Penyakit TB
Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yangtimbul sesuai
dengan organ yang terlibat (Depkes, 2006). Gambaran secara klinistidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga sangat sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala umum meliputi (Depkes, 2006) :

a)Deman tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama badan dapat mencapai 40-410

b)Batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan berdahak), karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk dapat bersifat kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan lebih lanjut adalah batuk bercampur darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah, hal ini terjadi pada kavitas atau pada ulkus dan dinding bronkus. C,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul, penurunan nafsu makan dan berat badan.

c)Perasaan tidak enak (malaise), lemah. nafsu makan berkurang, tidak enak badan, berkeringat pada
malam hari walaupun tanpa kegiatan, serta berat badan menurun, demam mering lebih dari sebulan.
Sedangkan gejala khusus yaitu (Depkes, 2006):

a)Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran
yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara nafas melemah yang disertai sesak. Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasi sudah terjadi
setengah bagian paru-paru

b)Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,
sehingga menimbulkan pleuritis.c)Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.d)Pada anak-anak yang dapat mengenai otak (lapisan pembuluh otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.

2.6.6.Diagnosis TB Paru

1)Pada Orang Dewasa Diagnosis TB Paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya
positif. Apabila hanya satu spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau
pemeriksaan SPS diulang. Jika hasil rontgen menunjukan TBC, maka penderita didiagnosis sebagai
penderita Paru BTA positif. Dan jika hasil rontgen tidak mendukung TB Paru, maka pemeriksaan dahak
SPS diulang (Depkes, 2005). Pemeriksaan lainnya seperti foto toraks dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
Paru hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks. Foto toraks tidak selalu memberi gambaran yang khas
pada TB Paru, sehingga sering terjadi over diagnosis. Gambaran Kelainan radiologik Paru tidak selalu
menunjukan aktifitas penyakit TB Paru (Chin, 2000).

2) Diagnosis Tuberkulosis pada Anak Diagnosis yang paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman
tuberkulosis dari penderita, misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit
dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran
klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu penting memikirkan adanya
tuberkulosis pada anak kalau terdapat tanda-tanda yang mecurigakan atau gejala-gejala seperti di
bawah ini : Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis kalau Mempunyai sejarah kontak
(serumah) dengan penderita tuberkulosis BTA Positif yaitu : Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah
penyuntikan BCG (Bacillus Calmette et Guerin) dalam 3-7 hari, Terdapat gejala umum tuberkulosis
(Depkes, 2002). Gejala umum tuberkulosis pada anak :

a) Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam satu
bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).

b)Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik dengan adekuat.
c)Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran napas akut),
dapat disertai keringat malam.

d)Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel, paling sering di daerah
leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).

e) Gejala-gejala dari saluran napas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab
lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri di dada.

f) Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan

diare, benjolan (massa) di abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.


Gejala spesifik tuberkulosis pada anak : Gejala spesifik biasanya tergantung dibagian tubuh mana yang
terserang, misalnya :

a)Tuberkulosis kulit (skrofuloderma).

b)Tuberkulosis tulang dan sendi yaitu : Tulang punggung, tulang pangguldengan pembengkakan di
pinggul, tulang lutut dengan pincang dan atau bengkak, tulang kaki dan tangan

c)Tuberkulosis otak dan syaraf, Meningitis dengan gejala : iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan
kesadaran menurun.

d)Tuberkulosis Mata dengan gejala : Konjungtivitis fliktenularis danTuberkel koroid (hanya terlihat
dengan fundusckopi) (Depkes, 2002).

2.6.7.Pencegahan Penyakit TB Paru

Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat danpetugas kesehatan melalui
(Hiswani, 2004):

1)Pengawasan pederita, kontak dan lingkungan

a)Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk/bersindan membuang
dahak tidak disembarangan tempat.

b)Oleh masyarakat dapat dilakukan terhadap bayi dengan memberikan vaksinasiBCG.

c)Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TByang antara lain
meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.

d)Isolasi, pemeriksaan kepada orang–orang yang terinfeksi, pengobatan khususTBC. Pengobatan


mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang memerlukan pengembangan
program pengobatannya yang karenaalasan-alasan sosial ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki
pengobatanjalan.

e)Desinfeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perluperhatian khusus
terhadap muntahan dan ludah (piring, tempat tidur, pakaian)ventilasi rumah dan sinar matahari yang
cukup.
f)Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang–orang sangatdekat (keluarga,
perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasinya dengan vaksin BCG dan tindak
lanjut bagi yang positif tertular

g)Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggotakeluarga dengan foto


rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ininegatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama
3 bulan, perlu penyelidikan intensif.

h)Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepatobat-obat
kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter di minum dengan tekun dan teratur, waktu yang lama (6
atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaaan penyelidikan oleh
dokter.

2)Tindakan Pencegahan.

a)Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, sepertikepadatan hunian,
dengan meningkatkan pendidikan kesehatan. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan
penderita, kontak atau suspect harus selalu dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi
penderita, kontak, suspect.

b)Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif


dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.

c) vaksinasi diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan
keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tindakan
pencegahan

d)Memberantas penyakit TB pada pemerah air susu dan tukang potong sapi dan pasteurisasi air
susu sapi.

e)Tindakan pencegahan bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udarayang tercemar
debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.f)Pemeriksaan bakteriologis dahak
pada orang dengan gejala TB paru. g)Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada
kelompok berisiko tinggi,seperti para emigran, orang-orang kontak dengan penderita, petugas
dirumahsakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen. Pemeriksaan foto rontgen pada
orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test.
2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

Kelompok perlakuan
dengan metode ceramah

Pre-test Pre-test

- Perlakuan dan - Perlakuan


sikap masyarakat masyarakat
terhadap tb paru terhadap tb paru
-

- Kelompok
perlakuan dengan
metode diskusi
terarah

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Pra experimental dengan rancangan pretest – posttest untuk
mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat
mengenai cara pencegahan Tb paru di puskesmas …… . Dimana dalam penelitian ini ada
kelompok pembanding (control) dan dilakulan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan
peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya penyuluhan ( Notoatmojo,2005)

B. Tempat dan waktu penelitian


C. Populasi dan sampel
a. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien tb paru di puskesmas daerah……….
b. Sampel penelitian

D. Alur Penelitian

3.4.Alur Penelitian
1.Persiapan untuk mengurus izin kepada puskesmas .

2.Menentukan populasi dengan kriteria inklusi dan eklusi, dan melakukan penghitungan jumlah sample.

3.Pemberian pre-test pertama untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku sebelum diberikan
penyuluhan.

4.Pemberian materi dengan metode ceramah. Materi ceramah akan diberikan oleh dokter yang bersedia.

5.Pemberian post-test setelah dilakukan intervensi melalui ceramah

6.Pengolahan data

3.5.Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

3.5.1.Variabel terikat (dependent) yakni pengetahuan, sikap dan perilaku dalam memilih jajanan

3.5.2.Variabel bebas (independent) yakni promosi kesehatan

3.6.Definisi Operasional

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan agar penelitian tidak menjadi terlalu
luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1Definisi Operasional Penelitian

variabel Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil Skala


Pengetahuan Pengetahuan wawancara kuisioner 0-100 % Numerik
merupakan hasil fari Rasio
“tahu” yang terjado
setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap suatu objek
tertentu
(Notoatmodjo,2007)
Sikap Reaksi atau respon Wawancara Kuisioner 0 – 100 % Numerik
sesorang yang masih Rasio
tetrtutup terhadap
suatu stimulus atau
objek
(Notoatmodjo,2007)
Perilaku atau Respon atau reaksi Wawancara kuisioner 0 – 100 % Numerik
tindakan sesorang terhadap Rasio
stimulus atau
rangsangan dari luar
(Notoatmidjo,2007)
Promosi Upaya memasarkan , Kategorik
kesehatan menyebarluaskan
atau mengenalkan
kesehatan
(Notoatmodjo,2007)

3.7.Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini datayang diperoleh adalah data primer, yaitu yang bersumber dari:

1.Data dari hasil wawancara terstruktur dengan instrumen penelitian yang digunakan berupa
kuesioner.

2.Data sekunder : data nama & jumlah orang yang terkena tb

3.9.Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1.Pengolahan DataData yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan
diolah dengan menggunakan program analisis statistik. langkah-langkah pengolahan data
meliputi :

a.Editing, penyuntingan data.


b.Koding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam
simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

c.Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.

d.Cleaning, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan
ke komputer.

e.Output computer, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak

3.9.2.Analisis Dataa

a. Analisis univariate

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap


variabel penelitian. Untuk variabel kategorik disajikan dalam persentase sedangkan variabel
numerik disajikan dalam nilai rata-rata, median dan standar deviasi(Notoadmodjo, 2005).

b.Analisis bivariate

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat. Dikarenakan variabel-variabel dalam penelitian ini berskala numerik dan
numerik, maka analisa ini dilakukan dengan menggunakan uji paired t-test.Dilakukan uji
normalitas data tersebut dengan menggunakan kolmogorov smirnov karena jumlah sample ≥
50.Apabila setelah dilakukan uji normalitas tidak didapatkan data terdistribusi dengan
normal,data akan ditransformasikan dan kemudian dilakukan uji normalitas kembali, apabila
data masih tidak terdistribusi dengan normalmaka akan digunakanuji alternatifyaitu ujiWilcoxon
test.Tingkat kepercayaanyang digunakan adalah95% dan derajat kemaknaan (taraf signifikan)
yang dipakai adalah α = 0,05, sehingga bila p-value <0,05 maka hasil statistik bermakna dan
bila p-valueI >0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna(Dahlan, 2011).

Anda mungkin juga menyukai