Rasa puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Maternitas.
Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada arwah junjungan umat yakni nabi besar
Muhammad SAW yang telah berjuang untuk membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga
zaman yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada orang tua yang menyayangi dan
memberi dukungan kepada penulis hingga saat sekarang ini dapat duduk di bangku jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian dosen pembimbing atas saran-sarannya serta teman-
teman yang telah membantu proses pembuatan makalah. Penulis minta maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan.
Akhirnya penulis ucapkan sekian dan terima kasih.
Daftar Isi
1
Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Patofisiologi 11
2.4 Pemeriksaan 12
3.1 Pengkajian 20
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 28
Daftar Pustaka 29
2
BAB I
PENDAHULUAN
Endometriosis uteri adalah suatu keadaan dimana jaringan endometriosis yang masih
berfungsi terdapat diluar kavum uteri, Jaringan ini yang terdiri dari atas kelenjar-kelenjar dan
stroma terdapat didalam miometrium ataupun diluar uterus, bila jaringan endometrium terdapat
didalam miometrium disebut adenomiosis. Endometriosis paling sering ditemukan pada
perempuan yang melahirkan diatas usis 30 tahun disertai dengan gejala menoragia dan
dismenorea yang progresif. Kejadian adenomiosis bervariasi antara 8- 40% dijumpai pada
pemeriksaan diri semua spesimen histerektomi. Dari 30% pasien ini ditemukan adanya
endometrium dalam rongga peritoneum secara bersamaan.
Induksi endometriosis sulit dikuantifikasi oleh karena sering gejalanya asimtomasis dan
pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis sensitifitasnya rendah. Perempuan
dengan Endometriosis bisa tanpa gejala, subfertil atau menderita rasa sakit pada daerah pelvis
terutama pada waktu menstruasi (dismenorea). Pada perempuan endometriosis yang asimtomatis
pravelensinya sekitar 2 sampai 22% tergantung pada polusinya. Oleh karena berkaitan dengan
inertilitas dan rasa sakit dirongga panggul prevalensinya bisa meningkat 20 sampai 50%.
Tujuan umum
BAB II
TINJAUAN TEORI
Aspek evolusi
Manusia merupakan salah satu spesies yang mempunyai siklus reproduksi bulanan, atau
setiap 28 hari. Siklus haid sebagai akibat pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium
uterus. Pada akhir fase haid endometrium menebal lagi atau fase proloferasi. Setelah ovulasi
pertumbuhan endometrium berhenti, kelenjer atau glandula menjadi lebih aktif atau fase sekresi.
Perubahan endometrium dikontrol oleh siklus ovarium. Rata-rata siklus 28 hari dan terdiri atas :
(!) fase folikular (2) ovulasi (3) pasca ovulasi atau fase luteal. Jika siklusnya memanjang, fase
folkularnya memanjang, sedangan fase lutealnya setiap 14 hari.Siklus haid normal karena (1)
adnya hipotalamus pituilari ovarium endokrin axis (2) adanya respon folikel dalam ovarium dan
(3) fungsi uterus. (Prawirahardjo, Sarwono. Edisi Keempat 2014 : 131)
Pematangan folikel dan ovulasi dikontrol oleh hipotalamus pituilari ovarium endokrin
axis. Hiptalamus mengontrol siklus, tetapi ia sendiri dapat dipengaruhi oleh senter yang lebih
tinggi di ot, misalnya kecemasan dan stress dapat mempengaruhi siklus. Hiptalamus memacu
kelenjer hipofisis dengan menyekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) suatu dekan
peptide yang disekresi secara pulsatil oleh hipotalamus.
Pulsasi sekitar 90 menit, menyekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil disistem portal
kelenjer hipofisis ke hipofisis anterior, gonadotropin hipofisis memacu sintesis dan pelepasan
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), meskipun ada dua
gonadotroopin, ada satu relealising hormone untuk keduanya.
FSH adalah hormone glikoprotein yang memacu pematangan folikel selama fase folikular
dari siklus. FSH juga membantu LH untuk memacu sekresi hormone steroid terutama estrogen
oleh sel granulose dari folikel matang.
5
LH juga termasuk glikoprotein. LH ikut dalam steroidogenesis dalam folikel dan
berperan penting dalam ovulasi yang tergantung pada mid cycle surge dari LH. Produksi
progesterone oleh korpus luteum juga dipengaruhi oleh LH.
FSH dan LH dan dua hormone glikoprotein lainnya yaitu thyroid stimulating hormone
(TSH) dan human chorionic gonadotropin (Hcg) dibentuk olhe dua subunit protein , rantai alfa
dan beta. Aktivitas siklik dalam ovarium atau siklus ovarium dipertahankan oleh mekanisme
umpan balikyang bekerja antara ovarium, hipotalamus dan hipofisi. (Prawirahardjo, Sarwono.
2008 : 131)
Siklus ovarium
Hari ke 1-8
Pada Awal siklus, kadar FSH dan LH lebih tinggi dan memacu perkembangan 10-28 hari
folikel dengan satu folikel dominan. Folikel dminan tersebut tampak pada fase mid filicular, sisa
folikel mengalami atresia. Relative tingginya kadar FSH dan LH merupakan trigger turunnya
estrogen dan progesterone pada akhir siklus. Selama dan segera sedudah haid kadar estrogen
relative rendah tapi mulai meningkatkan karena terjadi perkembangan folikel.
Hari ke 9-14
Pada saat ukuran folikel meningkat lokalikasi akumulasi cairan tampak sekitar sel pada
mukosa dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan diruangan yang
disebut antrum yang merupakan transformasi folikel primer menjadi sebuah grafun folikel
dimana oosit menempati posisi eksetrik, dikellingi oleh 2 sampai lapis sel granulose yang disebut
cumulus ooforus.
Perubahan hormone hubungannya dengan pematangan folikel adalah ada kenaiakan yan
progresif dalam produksi estrogen (terutama estradiol) oleh sel granulose dari folikel yang
berkembang.mencapai puncak 18 jam sebelum ovulasi. Karena kadar estrogen meningkat,
pelepasan kedua gonaditropin ditekan( umpan balik negative)yang beguna untuk mencegah
hiperstimulasi dari ovarium dan pematangan banyak folikel.Sel granulose juga meghasilkan
inhibin dan mempunyai implikasi sebagai factor dalam mencegah jumlah folikel yang masing-
masing. (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi Keempat 2016 : 132)
Ovulasi
Ovulasi adalah pembesaran folikel secara ceoat yang diikuti dengan protusi dengan
permukaan korteks varium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempel oleh
cumulus oofurus. Pada beberapa perempuan saat ovulasi dapat dirasakan dengan adanya nyeri
difosa iliaka. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya rasa sakit yang terjadi sebelum folikel
pecah.
6
Perubahan horomon : estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui hipotalamus)
mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan estrogen (umpan balik positif). Segera
sebelum ovulasi terjadi dalam 8 jam dari mid-cycle surge LH. (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi
Keempat 2016 : 134)
Fase Lateral
Hari ke 15-25
Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipentrasi oleh kapilar dan fibroblast dari teka. Sel
granulose mengalami letuinasi menjadi korpus luteu. Korpus luteum merupakan sumber utama
hormone steroid seks, estrogen dan progesterone disekresi oleh ovarium pada fase pasca-ovulasi.
Kospus luteum dalam ovarium dipenitrasi progesteron dan estradiol. Kedua hormon tersebut
diproduksi dari perkusor yang sama.
Selama fase luteal kadar gonatotropin mencapa nadir dan tetap rendah sampai terjadi
regresi korpus luteum yang terjadi pada hari ke 26-28. Jika terjadi konsepsi dan impluntasi ,
korpus luteum tidak mengalami regresi karena dipertahakan oleh gonadotrofin yang dihasilka
oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi korpun luteum akan diikuti disikuti
peningkatan adar gonadotropin untuk inisiasi siklus berikutnya. (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi
Keempat 2016 : 134)
Siklus uretra
Dengan diproduksinya hormone steroid secara ovarium secara siklik akan menginduksi
perubahan penting pada uterus, yang melibatkan endometrium dan mukosa servis.
1. Endometrium
Endometrium terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan superficial yang akan mengelupas saat
haid dan lapisan basal yang tidak ikut dalam proses haid, tetapi ikut dalam proses regenerasi
lapisan superficial untuk siklus berikutnya. Batas antara 2 lapis tersebutditandai dengan
perubahan dalam karakteristik arteriola yang memasok endometrium. Basal endometrium kuat,
tapi karena pengaruh hormon menjadi berkeluk dan memberikan kesempatan a, spiralis
berkembang. Susunan anatomi terebut sangat penting dalam fisiologi pengelupasan lapisan
superfisial endometrium. (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi Keempat 2016 : 134)
1) Fase proliferasi
7
Selama fase folikular di ovarium, endometrium dibawah pengaruh estrogen. Pada
akhir haid proses regenerasi berjalan dengan cepat. Saat ini disebut fase proliferasi,
kelenjer tubular yang tersusun tapi sejajar dengan sedikit sekresi.
2) Fase sekretoris
3) Fase haid
Normal fase luteal berlangsung selama 4 hari. Pada akhir fase ini terjadi regresi
korpus luteum yang ada hubungannya dengan menurunnya produksi estrogen dan
progesterone ovarium. Penurunan yang diikuti oleh kontraksi spasmodic yang intens dari
bagian arteri spiralis kemudian endometrium menjadi iskemik dan nekrosis , terjadi
pengelupasan lapisan superficial endometrium dan terjadilah pendarahan.
Mucus serviks
Pada perempuan ada kontuinitas yang langsung antara alat genital bagian bawah dengan
kavum peritonei. Kontiniutas ini sangat penting untuk akses spermatozoon menuju ke ovum ,
fertilisasi terjadi dalam tuba falopii. Ada resiko infeksi yang asendens, tetapi secara alami resiko
tersebut divegah dengan adanya mucus serviks sebagai barier yang permeabilitasnya bervariasi
selama siklus haid.
8
seperti daun pakis atau fern-like pattern yang parallel dengan kadar estrogen sirkulasi,
maksimum pada saat sebelum ovulasi, setelah itu perlahan-lahan hilang.
Meskipun tujuan perubahan siklik pada hormone ovarium berpengaruh pada alat
genital, hormone tersebut ikut sirkulasi keseluruh tubuh dan berpengaruh pada organ-organ lain.
Kenikan suhu badan basal sekitar 1 derajat F atau 0.5 derajat C terjadi pada saat ovulasi
dan terus bertahan sampai terjadi haid. Hal ini disebabkan oleh efek termogenik
progesterone pada tingkat hipotalamus. Bila terjadi konsepsi kenaikan suhu badan basal
akan dipertahankan selama kehamilan. Efek yang sama jika diinduksikan dengan
pemberian progesterone.
Kelenjer mamae manusia sangat sensitive terhadap pengaruh estrogen dan progesterone.
Pembesaran mamae merupakan tanda pertama puberitas, merupakan respon peningkatan
estrogen ovarium. Estrogen dan progesterone berefek sinergis pada mamae selama siklus
9
pembesaran mamae pada fase luteal sebagai respon kenaikan progesterone. Pembesaran
mamae disebabkan oleh perubahan vascular. Bukan karena perubahan kelenjar.
3) Efek psikologis
Pada beberapa perempuan ada perubahan mood selama siklus haid. Pada fase luteal akhir
ada peningkatan labilitas emosi. Perubahan ini langsung karena penurunan progesterone .
meskipun demikian, perubahan mood tidak sinkron dengan fluktuasi hormone.
1. Pada saat permulaan siklus, kadar FSH dan LH relative tinggi dan merangsang
perkembangan 10-20 folikel. Sebuah folikel dominan yang masuk memproduksi
estrogen. Sisanya mengalami atresia. Pada saat kadar estrogen naik, terjadi
penekananpelepasan kedua gonadotropin (umpan balik negative) sehingga
mencegah terjadinya hiperstimulasi ovarium dan pemasakan banyak folikel.
2. Estradiol praovulasi yang tinggi memacu umpan balik positif mid-cycle surge
LH dan FSH yang dalam gilirannya memacu ovulasi. Sisa Folikel matang
membentuk korpus luteum sumber utama progresteron
Gejala knilis
Terdapat dua masalah yang sering terjadi keluhan perempuan dengan endometriosis, yaitu
dan infestilitas atau kesulitan punya anak. Berdasarkan eksplorasi yang dilakukan beberapa studi
pada penderita endometriosis dihasilkan suatu daftar panjang keluhan dan tanda endometriosis
antara lain nyeri haid, nyeri panggul, nyeri senggama, keluhan intestinal siklik, capai/kelelahan
dan infertilitas. Keluhan nyeri tersebut biasanya berhubungan dengan siklus haid. Tergantung
pada lokasi lesi endometriosis tetapi tidak pada stadium (1,3). Kadang kala keluhan diatas tidak
spesifik karena tumpang tindih dengan kedaan lain, missal penyakit radang panggul, irritable
bowel syndrome, interstitial cystitis dan gangguan otot tulang.
Keluhan endomestriosis :
5. Nyeri berkemih
2.2 Patofisiologi
11
Pada pemerikasaan dalam dijumpai rahim yang membesar secara merata . Rahim
biasanya nyeri tekan tekan dan sedikit lunak bila dilakukan pemeriksaan bimanual
seblum pra haid(tanda Halban). (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi Ketiga, 2014 : 240)
2.4 Pemeriksaan
1) Ultrasonografi(USG)
Dengan melakukan USG kita dapat melihat adanya uterus yang membesar secara
difus dan gambaran penebalan dinding rahim terutama pada bagian posterior dengan fokus-
fokus ekogenik, rongga endometrios eksentrik, adanya penyebaran dengan hiperokoik,
kantung-kantung kistik 5-7 mm yang menyebar menyerupai sarang lebah
2) MRI
Penanganan adenomiosis
Secara medik agak sulit . Bila pasien masih ingin mempunyai anak dan usia muda
maka pertimbangan yang perlu dilakukan adalah melakukan pengobatan hormonal GnRH
agonis selama 6 bulan dengan atau disertai penangan bedah reseksi minimalisasai jaringan
adenomiosis dilanjulatkan dengan program teknologi berbantu. Penanganan secara medik
sehubungan dengan keluahan perdarahan atau nyeri dapat dilakukan dengan:
12
Fungsinya menghambat enzim aromatase yang menghasilakan esterogen seperti
anastrazole dan letrozole.
Histerektomi
Dilakukan pada perempuan yang tidak membutuhkan funsgi reproduksi
(Prawirahardjo, Sarwono.Edisi Ketiga, 2014 : 241)
Prognosis
Adenomiosi merupakan suatu penyakit yang progresif selam masa reproduksi dan akan
mengalami regresi bila memasuki masa menopose. Tidak mempunyai kecendrungan menjadi
ganas. (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi Ketiga, 2014 : 242)
Endomentriosis Eksterna
Endomentriosis eksterna adalah suatu kelainan di mana dijumpai adanya kelenjar dan
stroma endometrium diluar rongga uterus. Endometriosis eksterna terutama tumbuh di rongga
pelvik,ovarium,kavum Douglasi dan jareang seklai dapat tumbuh sampai ke rektum dan kandung
kemih. Ada yan dapat timbul diluar rongga panggul (ekstrapelvik)sampai ke rongga
paru,pleura,umbilikus. Kejaidan endometriosis 10-20% pada usia reproduksi perempuan. Jarang
sekali terjadi pada perempuan yang haidnya banyak dan lama,perempuan yang menarkenya pada
usia dini,perempuan dengan kelainan sealuran Mulleri, lebih sering dijumpai pada ras Asia
daripada Kaukasia. (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi Ketiga, 2014 : 242)
1. Patofisiologi
1) Teori refleks haid dan implementasi sel endometrium di dalam rongga peritomium, hal
ini pertama kali diterangkan oleh Jhon Sampson (1921). Teori ini dibuktikan dengan
ditemukan adanya darah haid dalam rongga peritonium pada waktu haid dengan
laparaskopi, dan sel endometrium yang ada dalam haid pada sel menotel peritoneum
2) Teori koelemik metaplasia, di mana akibat stimulus tertentu terutama hormon, sel mesotel
dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik. Teori ini terbukti dengan
ditemukannya endometriosis pada perempuan pramenarke dan pada daerah yang tidak
berhungan langsung dengan refluks haid seperti dirongga paru disamping
itu,endometrium eutopik adalah dua bentuk yang jelas berbeda baik secara morfologi
maupun fungsional.
3) Penyebaran melalui aliran darah (hematogen) dan limfogen
4) Pengaruh genetik . Pola penurunan penyakit endometriosis terlihat berperan secara
genetik. Risiko menjadi 7 kali lebih besar ditemukan endometriosis pada ibu atau atau
saudara kandung
5) Patoimunologi
Reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha membersihkan refluks haid dalam
rongga peritoneum, malah memfasilitasi terjadinya endometriosis Apoptosis sel-sel
endometrium ektopik menurun. Pada endometriosis ditemukan adanya peningkatan
junmlah makrofag dan monosis didalam cairan peritoneum, yang teraktivitasi
menghasilkan faktor pertumbuhan dan sitokin yang merangsang tumbuhnya endometrium
13
ektopik. Dijumpai adanya penigkatan aktivitas aromatase intrinsik pada sel endometrium
ektopik terhadap progesteron menurun. Peningkatan sekresi molekul neurogenik seperti
nerve growth factor dan reseptornya yang merangsang tumbuhnya syaraf sensoris pada
endometrium. Pengangkatan interleukin-1(II-1) dapat meningkatkan perkembangan
endometriosis dan merangsang pelepasan faktor angiogenik (VEGF), intelerleukin-6,
interleuikin-8 dan merangsang pelepasan intercelular adhesion molecule-1 (ICAM-1)
yang membantu sel endometrium yang refluks ke dalam rongga peritoneum terlepas dari
pengawasan imunologis. Interleukin-8 merupakan suatu sitokin angiogenik yang kuat.
Interleukin-8 merangsang perlengketan sel stroma sendometrium ke protein matrix
intracelular,meningkatan aktivitas matrix metaloproteinase yang membantu implantasi
dan pertumbuhan endometrium ektopik. (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi Ketiga, 2014 :
242)
2. Diagnosis/Gejala Klinik
1) Dismenorea
Nyeri haid yang disebakan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga
peritonium,akibat pendarahan lokal pada sarang endometrium dan adanya infiltrasi
endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul.
2) Syok Pelvis
Akibat perlengkatan, lama –lama dapat mengakibatkan nyeri pelvik yang kronis, rasa
nyeri sampai bisa menyebar jauh ke dalam panggul,punggung dan paha dan bahkan
menjalar sampai rektum dan diare. Duapertiga perempuan dengan endometrium
mengalami nyeri intermenstrual.
3) Dispareunia
Paling sering timbul terutama bila endometriosis sudah tumbuh disekita Kavum Douglasi
dan ligamentum sakroterinas dan terjadi perlengketan sihingga uterus dalam posisi
retrofleksi
4) Diskezia
Keluah sakit buang air besar bila endometriosis sudah tumbuh dalam dinding
rektosigmoid dan terjadi hematokezia pada saat siklus haid
5) Subfertilitas
14
Perlengketan pada ruang pelvis yang diakibatkan endometriosis dapat mengganggu
pelepasan oosit dari ovarium atau menghambaat perjalanan ovum untuk bertemu dengan
sperma.
3. Pemeriksaan
1) Ultrasonografi ( USG)
MRI tidak menawarkan pemerksaan yang lebih superior dibandingkan dengan USG.
MRI dapat digunakan untuk melihat kista, massa ekstraperitoneal, adaanya onvasi ke
usus dan septum rektovagina.
Serum CA 125 adalah pertanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium.
Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini
15
mempunyai nilai sensitifitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkat pada
keadaan infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat
digunakan sebagai monitor prognostik pascaoperatif endometriosis bila nilainya
tinggi berarti prognostik kekambuhannya tinggi. Bila didapati CA 125 > 65 m IU / ml
praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.
4) Bedah laparoskopi
Laparoskopi merupakan alat diagnosis endometriosis, lesi aktif yang baru berwarna
merah terang, sedangkan lesi aktif yang sudah lama berwarna merah kehitaaman. Lesi
nonaktif terlihat berwarna putih dengan jaringan parut. Pada endometriosis yang
tumbuh di ovarium dapat terbentuk kista yang disebut endometrioma. Biasanya isinya
berwarna coklat kehitaman sehingga juga diberi nama kista coklat. Sering
endometriosis ditemukan pada laparoskopik diagnostik, tetapi pasien tidak mengeluh.
Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis adalah didapatkan adanya kelenjar dan
stroma endometrium.
Klasisfikasi
4. Penanganan
1) Penanganan medis
2) Pengobatan simtomatik
3) Kontrasepsi oral
16
Penangan terhadap endometriosis dengan pemberian pil kontrasepsi dosis rendah.
Kombinasi monofasik (1kali sehari dalam 6-12 bulan ) merupakan pilihan pertama
yang sering dilakukan untuk menimbulkan kondisi kehamilan palsu dengan
timbulnya amenorea dan desisualisasi jaringan endometrium Kontrasepsi oral
merupakan pengobatan dengan biaya lebih rendah dibandingkan dengan yang
lainnya dan bisa sangat membantu terrhadap penanganan endometriosis jangka
pendek, dengan potensi keuntungaan yang bisa dirasakan jangka panjang.
4) Progestin
17
GnRHa menyebabkan sekresi terus menerusFSH dan LH dengan hipofisa
mengalami disensitisasi dengan menurunnya sekresi FSH dan LH mencapai
keadaan hipogonadotropik hipogonadisme, dimana ovarium tidak aktif sehingga
tidak terjadi siklus haid. GnRHa dapat diberikan intramuskular, subkutan,
intranasal. Biasanya dalam bentuk depot satu bulan ataupun depot tiga bulan. Efek
samping antara lain, rasa semburan panas, vagina kering, kelelahan, sakit kepala,
pengurangan libido, depresi atau penurunan densitas tulang. Berbagai jenis GnRHa
antara lain leuprobide busereline dan gosereline. Untuk mengurangi efek samping
dapat disertai dengan terapi addback, dengan estrogen dan progesteron alamiah.
GnRHa diberikan selama 6-12 bulan.
8) Aromatase inhibitor
Fungsinya menghambat perubahan C19 androgen menjadi C18 estrogen. Aromatase
P450 banyak ditemukan pada perempuan dengan gaangguan organ reproduksi
seperti endometriosis, adenomiosis dan mioma uteri. (Prawirahardjo, Sarwono.Edisi
Ketiga, 2014 : 247-248)
3.1 Pengkajian
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu
dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan.
c) Dispareun
d) Nyeri ovulasi
e) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual.
h) Hipermenorea.
19
i) Menoragia.
j) Feces berdarah
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.
Biologis
21
4. Kehilangan nafsu tepat
makan
8. Dorong pasien untuk
5. Mengerang dan memonitor nyeri dan
menangis menangani nyerinya dengan
tepat
22
kriteria hasil 2. Batasi jumlah pengunjung
7. Lakukan tindakan
pencegahan yang bersifat
unifersal
23
3. Tingkatkan asupan nutrisi
yang cukup
4. Anjurkan istirahat
1.
25
6. peningkatan frekuensi nadi 5. berikan informasi faktual
terkait diagnosis, perawatan dan
7. peningkatan frekuensi prognosis
pernafasan
6. berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
Teknik menenangkan(431)
6. Identifikasi orang-orang
terdekat klien yang bisa
membantu klien.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim. Permukaannya terdiri
atas selapis sel kolumnar yang bersiliadengan kelenjer sekresi mukosa rahim yang
berbentuk invaginasi ke dalam stroma selular.
27
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakata :PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta :PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
28
Pathway Endometriosis
Faktor Internal
Faktor ekternal
Gen Abnormal
Gangguan Mentruasi
Post op
Luka Operasi
Pre Op
Dikontuinitas Jaringan imobilisasi
Retensi Urine
30