Anda di halaman 1dari 37

Kamis, 16 Januari 2014

PROSES / PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI MINYAK CPO

Dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga menjadi minyak CPO, ada proses
yang harus dilalui dan proses tersebut pada intinya untuk semua pabrik sama. Namun seiring
dengan perkembangan teknologi maka ada beberapa modifikasi pada masing-masing stasiun
pengolahan, untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Dasar pengolahan TBS kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut;

1. STASIUN PENERIMAAN TBS


1 (satu) unit timbangan, jembatan timbangan (weighbridge) buatan USA dengan kapasitas
30.000 kg menggunakan empat load cell, perlu disediakan dan dipasang di kantor. Loading
Ramp (tempat penimbun) dengan 7 pintu dan digerakkan secara hydraulic buatan USA dengan
kapasitas + 12,5 ton TBS per pintu dipasang di ujung bangunan.
Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Weighbridge/ Jembatan Timbang

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Loading Ramp Area

2. STASIUN REBUSAN (STERILIZER)


2 (dua) unit sterilizer dengan ukuran diameter 2700 mm, dengan panjang + 22.000 mm yang
memuat 7 (tujuh) lorry sekali merebus termasuk yang akan kami laksanakan. Lorry (fruit cages)
mempunyai kapasitas 5 ton TBS dan jumlah lorry yang kami usulkan 35 (tiga puluh lima) unit
dengan memakai “bronze bushing” dan Roller Bearing. Sterilizer akan dioperasikan secara
automatic. Dengan system automatic bisa melaksanakan perebusan “triple peak” yang kebanyakan
dilaksanakan di pabrik-pabrik minyak kelapa sawit di Sumatera Utara.

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Fruit Cages

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Horizontal Sterilizer


3. STASIUN PENEBAH (THRESHING STATION)
1 (satu) unit Hoisting Crane buatan Germany/USA yang dioperasikan di atas lantai Marshalling
Yard dengan ketinggian + 7 m. Fruit Cages hanya diangkat ± 50 cm diatas lantai jadi jauh lebih
safety dari pada hoisting crane yang tingginya 14,5 m.
1 (satu) unit Bunch Conveyor dan 1 (satu) unit mesin penebah (Thresher) diperlukan
dalam stasiun ini.

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Tippler

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Inclined Fruit Bar Conveyor


Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Rotary Thresser Drum

4. STASIUN KEMPA (PRESSING STATION)


2 (dua) unit Kempa (Screw Press) dengan kapasitas 15 ton TBS/jam, buatan Malaysia atau bisa
juga buatan local Medan yang akan digunakan. Berikut dengan 2 (dua) unit mesin pelumat
(Digester) dengan kapasitas 3500 L.

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Digester & Screw Press

5. STASIUN PEMURNI (CLARIFICATION STATION)


3 (tiga) unit mesin Sludge Centrifuge buatan Malaysia dan 2 (dua) unit mesin Purifier dan 1
(satu) unit mesin pengering Vacuum Dryer buatan Malaysia merupakan mesin-mesin yang di
pasang, termasuk perlengkapannya, seperti pompa vakum, pompa transfer dan lain-lain.
Pemurnian secara terus-menerus (continue) termasuk dalam system ini, dan di gunakan
Integrated 5 in 1 Tank.
Dalam system ini 5 (lima) unit tangki dijadikan satu atau istilahnya “Five in One”, yaitu :
1. Continuous Settling Tank (C.S.T)
2. Sludge Oil Tank (S.O.T)
3. Hot Water Tank (H.W.T)
4. Pure Oil Tank (P.O.T)
5. Sludge Drain Tank (S.D.T)
Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Clarification Station & Oil Storage Tank

6. STASIUN KERNEL (KERNEL RECOVERY PLANT)


Cracked mixture akan diproses dengan memakai proses kering yaitu “Dry Separation Coloumn”.
Pada kolom pertama, yang dikerjakan yaitu kernel utuh dikirim langsung ke kernel silo dan pada
kolom yang kedua yaitu kernel dan sebagian cangkang (shell) akan dikirim ke hydrocyclone untuk
pemisahan selanjutnya. Jadi di sini terjadi 3 kali pemisahan antara kernel dengan cangkang yaitu
di kolom LTDS pertama, kolom LTDS kedua kemudian di Hydrocyclone atau claybath.

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Kernel Station

7. WATER SUPPLY
Yang termasuk dalam water supply adalah :
1. Raw Water Treatment Plant
2. Boiler Feed Water Treatment Plant
Secara umum apabila karakteristik dari air sungaibelum diketahui, ,maka pada Boiler Feed Water
Treatment Plant, memakai “Demin Plant” saja dan bukan “Water Softener”.
Namun seandainya air sungai yang di gunakan kadar silicanya (SiO2) kurang dari < 8 ppm, maka
di sarankan memakai “Water Softener”.
Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Thermal deaerator Platform

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Anion Cation


8. STEAM BOILER
1 (Satu) unit ketel (Steam Boiler) diperlukan untuk proses pabrik kelapa sawit. Ketel dengan
kapasitas 20.000 kg/jam, merupakan ketel pipa air (Water Tube Boiler) dan uapnya merupakan
“Superheated Steam” dan mempunyai temperatur 260°C dan tekanan 21 kg/cm².
Pada waktu mulai mengadakan “Pengeringan (Drying Out)” ketel waktu pertama kali bahan bakar
(kayu) dan chemical supaya disediakan sendiri oleh Owner. Kami akan menggunakan Boiler
lisensi dari Inggris.
Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Boiler
9. PEMBANGKIT TENAGA LISTRI (POWER PLANT STATION)
1 (Satu) unit Turbin kapasitas 900 KW dan 2 (dua) unit diesel generator set 350 KW (400 KVA)
dan 200 KW merupakan design yang di berikan untuk start up/shut down boiler gensetnya buatan
Inggris. Turbin memakai buatan USA. Namun selama pembangunan proyek Genset yang 200 KW
akan kami pakai dahulu untuk bekerja dan setelah proyek selesai akan dipakai untuk maintenance
pabrik.
Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Steam Turbin Generator

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Back Pressure Vessel


Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit -Generator Set

10. PENGENDALIAN AIR LIMBAH (EFFLUENT TREATMENT PLANT)


Yang perlu diperhatikan adalah memasang dan menyediakan cooling tower, pompa recirculation,
surface aerator dan pipa-pipa dari PVC (Leaflet terlampir).
Pembuatan kolam-kolam di Effluent Treatment seperti Anaerobic Pond dan lain-lain, serta
pembuatan parit-parit menjadi tanggung jawab Pemilik. Akan ada limbah 8 (delapan) kolamyaitu
masing-masing untuk :

Kolam Pendingin ( Cooling Pond )


2 ( dua ) unit Kolam Pendingin yang akan berfungsi juga untuk dapat melakukan pengutipan
minyak apabila terjadi kandungan minyak pada limbah tampak terlihat .
Kolam pendingin dibuat dengan ukuran 22.000 mm X 22.000 mm ( pada bibir kolam atas ) dengan
kedalaman 4.000 mm (finish level), dinding kolam dibuat miring 1:1 ( 45 derajat ) dan dilapisi
pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya
dibuat dengan landasan pasangan batu.
Pekerjaan penggalian tanah untuk kolam pendingin ini akan ditunjukkan lay out di site pada posisi
yang kontour tanah yang tinggi supaya dapat memungkinkan proses selanjutnya dari kolam
pendingin ke kolam berikutnya dengan cara aliran gravitasi.
Pengeluaran limbah cair yang sudah turun temperaturnya dengan pipa HDPE diameter 300 mm
dialirkan ke kolam pembiakan bakteri/mixing pond, valve yang digunakan adalah stainless steel
ball valve.

Kolam Pembiakan Bakteri ( Mixing Pond )


3 ( tiga ) unit Kolam Pembiakan Bakteri ( mixing pond ) dibuat dengan ukuran 22.000 mm X
22.000 mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm ( finish level ), dinding kolam
dibuat miring 1: 1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal
200 mm, demikian pula untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu. Pada kolam ini pH
akan terkoreksi dari 4,2 akan menjadi 5,5 s/d 6.
Hal ini dilakukan pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan selanjutnya menaikkan
pH dapat dilakukan dengan daur ulang ( sirkulasi ) cairan yang sudah matang dimana pH-nya
sudah diatas kurang lebih 6.
Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas kolam
pendingin sekurangnya 3.000 mm ( perbedaan kontour ) sehingga dapat memungkinkan aliran
gravitasi . Untuk tahap pertama pabrik kapasitas 30 ton TBS per jam hanya dibuat kolam 2 unit
saja, tetapi area level tanah disini dibuat untuk memungkinkan menjadi 4 kolam pada saat
pengembangan kapasitas pabrik menjadi 60 ton TBS per jam.
Kolam Anaerobic ( Anaerobic Pond )
2 ( dua ) unit Kolam Anaerobic primer dengan bentuk bulat lingkaran, ukuran bibir atas kolam
adalah 44.000 mm diameter dengan kedalaman kolam tidak kurang dari 5.000 mm.
Dinding kolam dilapisi dengan pasangan batu ukuran minmal 200 mm, kemiringan dinding adalah
1: 1 ( 45 derajat ), lantai dasar kolam dilapisi dengan pasangan batu.
Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas kolam
mixing sekurangnya adalah 3.500 mm, karena untuk dapat memungkinkan aliran proses effluent
treatment dengan aliran gravitasi.
Aliran gravitasi dari kolam mixing ke kolam anaerobic ini dengan menggunakan pipa HDPE
diameter 300 mm dan valve jenis sounder yang digunakan.
Untuk proses sirkulasi umpan bakeri aktif ke kolam mixing ( back mixing ) dengan menggunakan
pompa type centrifugal pump ( 2 unit ) dengan kapasitas minimal 40 m3 per jam, pipa yang
digunakan adalah pipa HDPE diameter 152 mm.
Kolam Pengendapan ( contact pond )
2 ( dua ) unit Kolam pengendapan ( contact pond ) yang berfungsi untuk mengendapan solid
terbawa cairan dari kolam anaerobic. Kolam ini dibuat dengan ukuran 18.000 mm X 18.000 mm
dengan kedalaman 3.000 mm, dimana dinding kolam dibuat miring dan dilapisi pasangan batu
(rip–rap) ukuran batu 200 mm, perbandingan kemiringan adalah 1 : 1 ( 45 derajat ).
Elevasi tanah area ini dibuat lebih rendah dari elevasi tanah area kolam anaerobic tidak kurang
dari 1.500 mm, hal ini untuk pengeluaran aliran limbah yang diproses di kolam anaerobic dapat
dialirkan secara overflow.
Dua unit kolam pengendap ini bekerja secara seri yaitu aliran overflow dari kolam anaerobic akan
masuk dulu ke kolam pengendapan no 1 dan dari kolam pengendapan no 1 akan overflow ke kolam
pengendapan no 2 . Diantara dua unit kolam ini disediakan 2 unit pompa jenis slury pump untuk
digunakan mengembalikan endapan solid kembali ke kolam anaerobic.
Jenis pompa dengan kapasitas tidak kurang dari 40 m3 dan pipa yang digunakan untuk
mengembalikan solid dengan pipa HDPE diameter 152 mm dan sounder valve yang digunakan.
Sedangkan pengeluaran aliran cairan dari kolam pengendapan no 2 ke kolam selanjutnya dengan
aliran overflow.
Kolam Aerasi ( areasi pond )
1 ( satu ) unit Kolam Aerasi dipakai untuk memperkaya cairan limbah dengan oksigen dan
membunuh bakteri anaerob.
Kolam tanah ini dibuat dengan kedalaman tidak kurang dari 3.000 mm dan panjang 150.000 X
lebar tidak kurang dari 50.000 mm, dinding kolam dibuat dengan kemiringan 1: 1 ( 45 derajat ).
Untuk memperkaya pemasukan oksigen terhadap cairan limbah ini, maka di kolam ini dilengkapi
dengan 3 unit Arerator system 3Kw.
Elevasi tanah area kolam ini dibuat lebih rendah dari area kolam pengendapan ( contact pond ),
karena aliran yang diharapkan adalah dengan overflow.
Kolam Pelepasan
Satu ( 1 ) unit Kolam pelepasan dipakai untuk memberikan kesempatan perbaikan pH sebelum
limbah dilepaskan keluar.
Kolam tanah ini dibuat dangkal dengan isi 3.000 m3 dan kedalaman 2 m.
Kolam ini adalah kolam terakhir dalam proses air limbah, selanjutnya cairan dibuang ke sungai
dengan cara over flow, dan dilengkapi dengan basculator untuk perhitungan debit pembuangan
limbah.
11. PEKERJAAN LISTRIK
Pekerjaan Listrik meliputi :

5.15.1. Panel Induk


5.15.2. Kabel Distribusi & Kontrol
5.15.3. Panel Motor & Distribusi
5.15.4 Penerangan Pabrik
5.15.5 Stop Kontak
5.15.6 Earthing and Grounding
5.15.7 Ligthning Protection System
12. WATER RESERVOIR (WADUK)
Apabila sungainya kecil maka harus dibuat waduk (Water Reservoir) yang menampung air +
30.000 M3, sehingga tidak kesulitan untuk supply kebutuhan air. Untuk pabrik kapasitas 30 – 60
Ton TBS per jam diperlukan + 60 m3 air per jam. Jadi Water Reservoir tersebut muat 25 hari
kerja, berarti cukup menampung kebutuhan air selama 1 (satu) bulan.

Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit -Waduk

Diposting oleh Unknown di 19.10


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2014 (16)
o ► Februari (3)
o ▼ Januari (13)
 Zat Aktif Dalam Tanaman
 Buat Mandiri Tanaman Sekeliling Kita....!!!!!!!!
 Aplikasi pestisida
 KUTU KUTU TANAMAN
 Hama Tanaman Pertanian
 PROSES / PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI MINYAK
CP...
 PERANANAN MIKROORGANISME
 Isolasi fungi dari tanah gambut
 TEKNIK ISOLASI BAKTERI
 DO THE BEST, BE THE BEST, LIFE THE BEST..............
 soundtrack wechat
 Tanaman Beracun
 INSEKTISIDA pada PADI

 ► 2013 (25)

Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku

Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh minimil. Diberdayakan oleh Blogger.

makalah proses pengolahan minyak kelapa sawit

Kamis, 11 Juni 2015


proses pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit
PROSES PENGOLAHAN MINYAK GORENG DARI KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :

Margi Hastuti (I8314035)

Maya Andriyani (I8314036)

Merita Nur Andini (I8314037)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kelapa sawit merupakan tumbuhan pohon. Bunga dan buahnya berupa tandan dan bercabang
banyak. Memilki buah kecil dan apabila matang, akan berwarna merah kehitaman. Untuk daging buahnya
padat serta mengandung minyak. Minyak kelapa sawit ini digunakan sebagai minyak goreng. Kelapa sawit
sendiri dipanen harus berumur 4 tahun, dalam pemanenan yang perlu diperhatikan adalah kematangan
buah. Dalam perkebunan kelapa sawit ada beberapa kriteria buah yang layak untuk dipanen dan
kemudian diolah menjadi minyak goreng.

Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan minyak kelapa
sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan
kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas
unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia.

Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting
perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati
lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi
buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi
menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata
tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari
tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses
tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain
kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu
setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kelapa sawit
2. Bagaimana sejarah dari kelapa sawit
3. Apa ciri‐ciri fisiologi dari kelapa sawit
4. Bagaimana standar mutu dari minyak kelapa sawit
5. Apa komposisi kimia minyak kelapa sawit
6. Bagaimana proses pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil)
7. Apa manfaat dari minyak kelapa sawit

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang kelapa sawit
2. Untuk mengetahui sejarah dari kelapa sawit
3. Untuk mengetahui ciri-ciri fisiologi dari kelapa sawit
4. Untuk mengetahui standar mutu dari minyak kelapa sawit
5. Untuk mengetahui komposisi kimia minyak kelapa sawit
6. Untuk mengetahui proses pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil)
7. Untuk mengetahui manfaat dari minyak kelapa sawit
BAB II
PEMBAHASAN

A. KELAPA SAWIT
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri,
maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar, sehingga banyak
hutan dan perkebunan lama di konversi menjadi perkebunan kelapa sawit.Indonesia adalah penghasil
minyak kelapa sawit kedua dunia setelah malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, Pantai
Timur Sumatra, Jawa, sulawesi, dan Kalimantan.
Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat
yang dimilikinya, yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak
larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya lapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada
tubuh dalam bidang kosmetik. Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawitmentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku
margarin.

B. SEJARAH KELAPA SAWIT


Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan
untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis
guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika,
Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan
pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak.
Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit
buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin.
Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan
makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Urutan dari turunan Kelapa Sawit:


Kingdom : Tumbuhan

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Jenis : Elaeis

Spesies : E. Guineensis

C. CIRI‐CIRI FISIOLOGI KELAPA SAWIT

a. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih
muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras
dan tajam.

b. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang
mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.

c. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

d. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang
terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina
terlihat lebih besar dan mekar.

e. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

b) Mesoskarp, serabut buah

c) Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti

berkualitas tinggi.
D.STANDAR MUTU MNYAK KELAPA SAWIT
Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni dan
tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan
menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium.
Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga,
peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan
baku industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian,
kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit
sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.

Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut,

didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :

a) Crude Palm Oil

b) Crude Palm Stearin

c) RBD Palm Oil

d) RBD Olein

e) RBD Stearin

f) Palm Kernel Oil

g) Palm Kernel Fatty Acid

h) Palm Kernel

i) Palm Kernel Expeller (PKE)

j) Palm Cooking Oil

k) Refined Palm Oil (RPO)

l) Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)

m) Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)

n) Palm Kernel Pellet

o) Palm Kernel Shell Charcoal

Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:

a) Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975

b) Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975


c) Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975

d) Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975

E. KOMPOSISI KIMIA MINYAK KELAPA SAWIT


Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids, esterified,
serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids, antara
50% dan 80% dari masing‐masingnya. Minyak kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam
lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric
acid. Minyak kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari
vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K dan magnesium. Napalm
namanya berasal dari naphthenic acid, palmitic acid dan pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian
nafta dan minyak kelapa sawit. Ukuran dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit sebagai acuan:

Tabel II.1 Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Sawit

Tabel II.2 Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Inti Sawit


F. PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL)

Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan minyak kelapa
sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan
kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas
unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting
produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam
menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya.

1. LOADING RAMP

Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel
lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2 line sebelah
kiri dan kanan. Pada saat pintu dibuka lori yang berada dibawah cage akan terisi dengan TBS. Setelah
terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3 lori yang
masing – masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton. Dengan transfer carriage lori diarahkan ke rel
sterilizer yang diinginkan. Kemudian diserikan sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer.
Pemasukan lori ke dalam sterilizer menggunakan loader.

2. STERILIZER

Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Adapun
fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:

1. Mematikan enzyme.

2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.

3. Mengurangi kadar air dalam buah.

4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan pengepressan.

5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.

Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP (Back
Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar.

Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5
Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.

Berikut proses perebusan sistem tiga peak :

1. Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate terbuka.


2. Memasukkan uap untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10 menit. Biasanya tekanan mencapai
1,2 bar.

3. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit.

4. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar.

5. Uap kondensat dibuang lagi selama 3 menit.

6. Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 – 20 menit.

7. Setalah peak ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40 – 50 menit.

8. Uap kondensat dibuang selama 5 – 7 menit sampai tekanan 0

3. THRESSER

Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan mengggunakan hoisting
crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori diangkat dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto
feeder).

Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara berondolan
dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang telah direbus diatur pemasukannya dengan
menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari
tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan
kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan putaran 22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser, dipasang
batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan berondolan keluar dari
thresser. Untuk tandan kosong sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk didistribusikan
ke penampungan empty bunch.

4. STASIUN PRESS

Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut dengan fruit elevator
ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke distributing conveyor untuk dimasukkan
dalam tiap-tiap digester. Digester adalah tangki silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk
dengan kecepatan putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-tiap
digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor recycling, diteruskan ke elevator untuk
dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah
di-press. Untuk memudahkan pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.

Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas sehingga dihasilkan
minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak terlalu
kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak tersumbat, sehingga kerja screw press tidak
terlalu berat. Penyemprotan air dilakukan melalui nozzle-nozzle pada pipa berlubang yang dipasang pada
screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam.

Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah dan
screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas
tinggi.
Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil lain
adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan menggunakan cake breaker
conveyor (CBC).

5. STASIUN PEMURNIAN

Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal
dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar,
maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit
alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen,
Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge
Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.

a. Sand Trap Tank

Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung kotoran-kotoran.
Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai
densitas tinggi. Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.

b. Vibrating Screen

Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran dialirkan ke
ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai vibrating screen bertujuan untuk
memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari
sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating screen, dimana screen pertama
berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke
digester melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.

c. Crude Oil Tank (COT)

Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung sementara. Pada
crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan
90-95°C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).

d. Continous Settling Tank (CST)

Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran minyak
masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan
perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip
dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada
bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge
dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge drain tank .

e. Oil Tank

Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke oil purifier.
Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.

f. Purifier
Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada
minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan
perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian
yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros
dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding
di-blowdown ke saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.

g. Vacuum Drier

Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut,
minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian
dipompakan ke storage tank.

h. Sludge Tank

Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya dialirkan ke vibrating
screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk dipompakan ke sand cyclone. Untuk
mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-90oC) dengan menggunakan uap yang
dialirkan melalui coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur halus yang
melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki.

Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai umpan untuk decanter atau
sludge centrifuge.

i. Sludge centrifuge

Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan cara pemisahan berdasarkan gaya
sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk
bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat diganti
sesuai keinginan.

Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana pemisahannya, fraksi
berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah.
Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu
(paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk
alirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge (mengandung air) yang mempuyai densitas lebih besar akan
terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran
pembuangan menuju fat pit.

j. Sludge drain tank

Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu didrain menuju sludge drain tank. Di
sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow untuk mengalir dan ditampung pada
reclaimed tank, dan kemudian dipompakan kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan
kotoran dan air dialirkan menuju fat pit.
k. Fat Pit

Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit dengan
maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan uap sebagai
pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak yang ada pada
permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada sebuah bak pada
pinggiran kolam fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke sludge drain tank.

l. Storage Tank

Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu simpan 45-
55°C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang
disebut Crude Palm Oil (CPO).

6. STASIUN KERNEL

Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya
dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor
(CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.

a. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal masuk ke CBC. CBC
merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt persegi sebagai pelempar fiber dan nut.
CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke depericarper.

b. Depericarper

Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari CBC masuk ke separating
column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper
sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing
drum.

c. Nut Polishing Drum

Nut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari perputaran ini terjadi
gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut
jatuh, selanjutnya nut diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second depericarper) untuk memisahkan
batu dan benda – benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di
dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa ke dalam nut silo.

d. Nut Silo

Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air
sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.

e. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari cangkang. Biji yang masuk
melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat
yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur dengan kotoran-
kotoran di bawa ke kernel grading drum.

f. Kernel Grading Drum

Pada kernel grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan nut yang belum terpecahkan.
Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS. Sementara untuk nut atau yang tertahan
dikembalikan ke nut conveyor.

g. Light Tenera Dry Separator (LTDS)

Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan dihisap oleh LTDS
cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari cangkang dan serabut akan di bawa ke shell
hopper melalui fibre and shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan
lagi pada clay bath.

h. Clay Bath

Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah yang
menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran partikel CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath berfungsi
sebagai larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah =
1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 – 1,20, maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut dibuat
larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan
tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu
tertentu.

i. Kernel Silo

Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal dari pemisahan
di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan
proses pengeringan. Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari
steam heater yang dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan pada
temperatur 60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke kernel bulk silo melalui
dry kernel transport fan.

Untuk memperjelas alur proses pengolahan minyak goreng dapat dilihat pada Pengolahan CPO
menjadi Minyak Goreng sebagai berikut :
Gambar II. 4 Pengolahan CPO menjadi Minyak Goreng

a. Proses Degumming

Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang bersifat
koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah. Pada prinsipnya proses
degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat-zat terlarut dan zat-zat yang
bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk cukup besar untuk bisa
dipisahkan dari minyak. Proses degumming yang paling banyak digunakan adalah proses degumming
dengan menggunakan asam. Pengaruh yang ditimbulkan oleh asam tersebut adalah menggumpalkan dan
mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum dan resin yang terdapat dalam minyak mentah.

b. Proses Netralisasi

Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk menghilangkan
asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak bebas (FFA) dapat menimbulkan
bau yang tengik. Proses netralisasi yang paling sering digunakan dalam industri kimia adalah proses
netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam lemak bebas dengan
larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya sebagai berikut :

R----COOH + NaOH R-COONa + H2O

Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70 oC, dimana reaksinya
merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser ke sebelah kanan. Soda kostik yang direaksikan
biasanya berlebihan, sekitar 5 % dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan
cara pengendapan. Soda kostik disamping berfungsi sebagai penetralisir asam lemak bebas, juga memiliki
sifat penghilang warna (decoulorization).

c. Proses Bleaching

Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-zat warna
(pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut ataupun yang terdispersi. Warna minyak mentah dapat
berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses pengolahan CPO menjadi
minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu minyak mentah ialah carotenoid yang
berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin yang berwarna hijau.

Proses bleaching yang digunakan adalah proses bleaching dengan absorbsi. Proses ini menggunakan
zat penyerap (absorben) yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang
terdapat dalam minyak mentah. Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap zat yang
memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang paling banyak digunakan dalam
proses bleaching minyak dan lemak adalah tanah pemucat (bleaching erath) dan arang (carbon). Arang
sangat efektif dalam penghilangan pigmen warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya terlalu
mahal maka dalam pemakaiannya biasanya dicampur dengan tanah pemucat dengan jumlah yang
disesuaikan terhadap jenis minyak mentah yang akan dipucatkan.

d. Proses Deodorisasi

Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang tidak
dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak
enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul
rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang mempunyai volatilitas tinggi
lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup kecil telah cukup untuk memberikan
rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001 – 0,1 %.

Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang didasarkan pada perbedaan
harga volatilitas gliserida dengan senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau tersebut, dimana
senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida. Uap yang digunakan
adalah superheated steam (uap kering), yang mudah dipisahkan secara kondensasi. Proses deodorisasi
sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan waktu, yang kesemuanya harus disesuaikan
dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistim proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga
agar tidak sampai menyebabkan turut terdistilasinya gliserida. Tekanan diusahakan serendah mungkin
agar minyak terlindung dari oksidasi oleh udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada sistem
batch ini, tekanan operasi sekitar 3 torr dan temperatur 240 oC.

e. Proses Fraksionasi
Proses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada temperatur tertentu
dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah stearin dan yang tetap
cair adalah olein.Beberapa proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu :

· Fraksionasi kering (fraksionasi tanpa pelarut).

· Fraksionasi basah (fraksionasi dengan pelarut).

· Fraksionasi dengan menggunakan larutan deterjen sodium lauryl sulphat.

Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak dengan kondisi yang terkendali
tanpa penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang terlibat yaitu seeding, kristalisasi, dan
filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70 oC untuk memperoleh cairan homogen dan kemudian
didinginkan dengan air pendingin sampai temperatur 40 oC, selanjutnya didinginkan samapi temperatur
20 oC dan dipertahankan sampai proses kristalisasi dianggap selesai.

Fungsi pengadukan ini adalah agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga pemisahan olein
dan stearin lebih mudah.Temperatur pengkristalan ini tergantung pada kualitas minyak: Kualitas
consumer kristal lemak terbentuk pada temperatur 28°C.

Pada proses filtrasi RBDPO kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi ditransfer ke
filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Olein hasil dari filtrasi ditransfer ke SS tank dan MS tank.
SS tank untuk kualitas olein dianalisa jika sesuai dengan spesifikasi langsung masuk ke storage tank olein
(kualitas bottling), sedangkan MS tank digunakan untuk kualitas olein yang RBD oleinnya difilter spray dan
hasilnya langsung dialirkan ke storage tank olein (kualitas drumming, tinning dan industri). Sebelum
ditansfer ke intermediate tank, untuk kualitas bottling dan tinning ditambahkan antioksidan hal ini untuk
mempertahankan kualitas minyak. Sedangkan untuk kualitas drumming dan ndustri tidak ditambahkan
antioksidan. Hal ini disebabkan minyak dengan kualitas drumming dan industri segera
digunakan/dikonsumsi.

G. MANFAAT MINYAK KELAPA SAWIT

Manfaat lain dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain:
a. Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel

b. Sebagai nutrisi pakanan ternak (cangkang hasil pengolahan)

c. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang hasil pengolahan)

d. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik, industri makanan)

e. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

a. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun
bahan bakar (biodiesel).

b. Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palm.

c. Faktor‐faktor rendahnya mutu minyak kelapa sawit dapat langsung dari sifat induk pohonnya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.

d. Dalam pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit diperoleh beberapa tahap dan proses sebagai berikut:

1.Tahap pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit ( buah menjadi CPO )

1. Loding Ramp

2. Sterilizer

3. Stasiun Pres
4. Stasiun Pemurnian

5.

6.

2. Proses pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit ( CPO menjadi minyak

Produksi )

a. Proses Degumming

b. Proses Netralisasi

c. Proses Bleaching

d. Proses Deodorisasi

e. Proses Fraksionasi

B. SARAN

Penulis berharap dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui bagaiamana cara pengolahan kelapa
sawit menjadi minyak goreng

C. DAFTAR PUSTAKA

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya : Jakarta.

Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Afifa Nurjanah. 2014. Cara Pengolahan Minyak Kelapa Sawit.


http://nurjannahafifah03.blogspot.com/2014/04/cara-pengolahan-minyak-kelapa-sawit-cpo.html
diakses pada Senin, 01 juni 2015 jam 09.15 WIB

Anonim. 2007. Daftar Perusahaan Kelapa Sawit.


http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_kelapa_sawit_Indonesia diakses pada Rabu, 03 Juni
2015 jam 16.35 WIB
Aziz ,F. 2014. Proses Pembuatan Minyak goreng. http://farisjaisyulaziz.blogspot.com/2014/03/proses-
pembuatan-minyak-goreng.html diakses pada Senin, 01 Juni 2015 jam 10.05 WIB

Febri Hartiyana. 2012. Proses pembuatan minyak goreng. http://biecantik.blogspot.com/2012/09/proses-


pembuatan-minyak-goreng-dari.html diakses pada Rabu, 03 Juni 2015 jam 16.10 WIB

LAMPIRAN
PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA

 Berikut ini Perusahaan-Perusahaan Kelapa Sawit pemasok CPO untuk Minyak Goreng menurut
keputusan Menteri Pertanian tahun 2007 :

Pasukan CPO Total Luas Lahan di Luas Lahan yang


Nama Perusahaan (ton) Indonesia ditanami di Indonesia

Sinar Mas group/PT Golden Agri Resources 15.000 320.463 113.562

Wilmar International group 7.500 210.000 64.700

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) IV 6.675

Astra Agro Lestari group/PT Astra Agro


6.000 192.375 125.461
Lestari Tbk

Minamas Plantation group 6.000

Musim Mas group 6.000

PT Perkebunan Nusa ntara (PTPN) III 5.650

Asian Agri group/Raja Garuda Mas 5.000 259.075 96.330

Duta Palma groupp 5.000 65.800 25.450

Salim group/PT Salim


5.000 1.155.745 95.310
Plantations/Indofood group/PT IndoAgri

PT. Perkebunan Nusantara(PTPN) V 4.380

LONSUM group(PT PP London Sumatera


4.000 245.629 78.944
Indonesia)/Napan Group

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII 3.295

Dharma Satya Nusantara Group 9.000

Best Agro group 2.000

PT Socfindo/Socfin Group 2.000

PT. ToIan Tiga/SIPEF Group 1.600


Bakrie Plantation group/PT Bakrie Sumatra
1.200 49.283 23.392
Plantations

Sungai Budi group 1.000

Hindoli - Cargill 1.000

Rea Kaltim 1.000

PT. Tasik Raja 1.000

Lyhian Agro Group 750

PT. Gema Reksa Mekarsari 500

Makin group 500

Sawindo Kencana group 500

Unggul Widya group 500

Asam Jawa group 300

Triputra Agro Persada group 300

PT. First Mujur Plantation 250

PT. Musirawas 200

PT. Majuma Agro 100

PT. Mopoli Raya 100

Korindo group 100

PT. Paya Pinang 75

PT. Fajar Bajuri 50

Incasi Raya group 1.200

PT. Kencana Sawit Indonesia 1.000

Sampoerna Agro group 800

PT. Agro Indomas 500


PT. Gunung Maras Lestari 450

PT. Gunungsawit Binalestari 400

PT. Sime Indo Agro 350

Golden Hope group 350

PT. Fetty Mina Jaya 50

Diposting oleh Margi Hastuti di 01.40 2 komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Beranda

Langganan: Postingan (Atom)

Mengenai Saya

Margi Hastuti

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2015 (1)
o ▼ Juni (1)
 proses pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai