Dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga menjadi minyak CPO, ada proses
yang harus dilalui dan proses tersebut pada intinya untuk semua pabrik sama. Namun seiring
dengan perkembangan teknologi maka ada beberapa modifikasi pada masing-masing stasiun
pengolahan, untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Dasar pengolahan TBS kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut;
7. WATER SUPPLY
Yang termasuk dalam water supply adalah :
1. Raw Water Treatment Plant
2. Boiler Feed Water Treatment Plant
Secara umum apabila karakteristik dari air sungaibelum diketahui, ,maka pada Boiler Feed Water
Treatment Plant, memakai “Demin Plant” saja dan bukan “Water Softener”.
Namun seandainya air sungai yang di gunakan kadar silicanya (SiO2) kurang dari < 8 ppm, maka
di sarankan memakai “Water Softener”.
Foto : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit - Thermal deaerator Platform
Posting Komentar
Arsip Blog
▼ 2014 (16)
o ► Februari (3)
o ▼ Januari (13)
Zat Aktif Dalam Tanaman
Buat Mandiri Tanaman Sekeliling Kita....!!!!!!!!
Aplikasi pestisida
KUTU KUTU TANAMAN
Hama Tanaman Pertanian
PROSES / PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI MINYAK
CP...
PERANANAN MIKROORGANISME
Isolasi fungi dari tanah gambut
TEKNIK ISOLASI BAKTERI
DO THE BEST, BE THE BEST, LIFE THE BEST..............
soundtrack wechat
Tanaman Beracun
INSEKTISIDA pada PADI
► 2013 (25)
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh minimil. Diberdayakan oleh Blogger.
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelapa sawit merupakan tumbuhan pohon. Bunga dan buahnya berupa tandan dan bercabang
banyak. Memilki buah kecil dan apabila matang, akan berwarna merah kehitaman. Untuk daging buahnya
padat serta mengandung minyak. Minyak kelapa sawit ini digunakan sebagai minyak goreng. Kelapa sawit
sendiri dipanen harus berumur 4 tahun, dalam pemanenan yang perlu diperhatikan adalah kematangan
buah. Dalam perkebunan kelapa sawit ada beberapa kriteria buah yang layak untuk dipanen dan
kemudian diolah menjadi minyak goreng.
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan minyak kelapa
sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan
kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas
unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia.
Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting
perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati
lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi
buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi
menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata
tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari
tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses
tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain
kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu
setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kelapa sawit
2. Bagaimana sejarah dari kelapa sawit
3. Apa ciri‐ciri fisiologi dari kelapa sawit
4. Bagaimana standar mutu dari minyak kelapa sawit
5. Apa komposisi kimia minyak kelapa sawit
6. Bagaimana proses pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil)
7. Apa manfaat dari minyak kelapa sawit
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang kelapa sawit
2. Untuk mengetahui sejarah dari kelapa sawit
3. Untuk mengetahui ciri-ciri fisiologi dari kelapa sawit
4. Untuk mengetahui standar mutu dari minyak kelapa sawit
5. Untuk mengetahui komposisi kimia minyak kelapa sawit
6. Untuk mengetahui proses pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil)
7. Untuk mengetahui manfaat dari minyak kelapa sawit
BAB II
PEMBAHASAN
A. KELAPA SAWIT
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri,
maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar, sehingga banyak
hutan dan perkebunan lama di konversi menjadi perkebunan kelapa sawit.Indonesia adalah penghasil
minyak kelapa sawit kedua dunia setelah malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, Pantai
Timur Sumatra, Jawa, sulawesi, dan Kalimantan.
Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat
yang dimilikinya, yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak
larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya lapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada
tubuh dalam bidang kosmetik. Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawitmentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku
margarin.
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Jenis : Elaeis
Spesies : E. Guineensis
a. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih
muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras
dan tajam.
b. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang
mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.
c. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
d. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang
terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina
terlihat lebih besar dan mekar.
e. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
D.STANDAR MUTU MNYAK KELAPA SAWIT
Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni dan
tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan
menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium.
Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga,
peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan
baku industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian,
kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit
sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut,
d) RBD Olein
e) RBD Stearin
h) Palm Kernel
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan minyak kelapa
sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan
kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas
unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting
produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam
menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya.
1. LOADING RAMP
Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel
lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2 line sebelah
kiri dan kanan. Pada saat pintu dibuka lori yang berada dibawah cage akan terisi dengan TBS. Setelah
terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3 lori yang
masing – masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton. Dengan transfer carriage lori diarahkan ke rel
sterilizer yang diinginkan. Kemudian diserikan sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer.
Pemasukan lori ke dalam sterilizer menggunakan loader.
2. STERILIZER
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Adapun
fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan enzyme.
Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP (Back
Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar.
Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5
Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.
3. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit.
6. Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 – 20 menit.
3. THRESSER
Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan mengggunakan hoisting
crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori diangkat dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto
feeder).
Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara berondolan
dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang telah direbus diatur pemasukannya dengan
menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari
tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan
kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan putaran 22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser, dipasang
batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan berondolan keluar dari
thresser. Untuk tandan kosong sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk didistribusikan
ke penampungan empty bunch.
4. STASIUN PRESS
Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut dengan fruit elevator
ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke distributing conveyor untuk dimasukkan
dalam tiap-tiap digester. Digester adalah tangki silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk
dengan kecepatan putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-tiap
digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor recycling, diteruskan ke elevator untuk
dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah
di-press. Untuk memudahkan pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.
Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas sehingga dihasilkan
minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak terlalu
kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak tersumbat, sehingga kerja screw press tidak
terlalu berat. Penyemprotan air dilakukan melalui nozzle-nozzle pada pipa berlubang yang dipasang pada
screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam.
Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah dan
screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas
tinggi.
Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil lain
adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan menggunakan cake breaker
conveyor (CBC).
5. STASIUN PEMURNIAN
Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal
dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar,
maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit
alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen,
Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge
Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.
Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung kotoran-kotoran.
Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai
densitas tinggi. Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.
b. Vibrating Screen
Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran dialirkan ke
ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai vibrating screen bertujuan untuk
memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari
sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating screen, dimana screen pertama
berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke
digester melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.
Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung sementara. Pada
crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan
90-95°C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).
Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran minyak
masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan
perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip
dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada
bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge
dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge drain tank .
e. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke oil purifier.
Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
f. Purifier
Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada
minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan
perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian
yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros
dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding
di-blowdown ke saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.
g. Vacuum Drier
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut,
minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian
dipompakan ke storage tank.
h. Sludge Tank
Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya dialirkan ke vibrating
screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk dipompakan ke sand cyclone. Untuk
mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-90oC) dengan menggunakan uap yang
dialirkan melalui coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur halus yang
melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki.
Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai umpan untuk decanter atau
sludge centrifuge.
i. Sludge centrifuge
Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan cara pemisahan berdasarkan gaya
sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk
bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat diganti
sesuai keinginan.
Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana pemisahannya, fraksi
berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah.
Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu
(paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk
alirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge (mengandung air) yang mempuyai densitas lebih besar akan
terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran
pembuangan menuju fat pit.
Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu didrain menuju sludge drain tank. Di
sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow untuk mengalir dan ditampung pada
reclaimed tank, dan kemudian dipompakan kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan
kotoran dan air dialirkan menuju fat pit.
k. Fat Pit
Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit dengan
maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan uap sebagai
pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak yang ada pada
permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada sebuah bak pada
pinggiran kolam fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke sludge drain tank.
l. Storage Tank
Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu simpan 45-
55°C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang
disebut Crude Palm Oil (CPO).
6. STASIUN KERNEL
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya
dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor
(CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.
Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal masuk ke CBC. CBC
merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt persegi sebagai pelempar fiber dan nut.
CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke depericarper.
b. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari CBC masuk ke separating
column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper
sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing
drum.
Nut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari perputaran ini terjadi
gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut
jatuh, selanjutnya nut diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second depericarper) untuk memisahkan
batu dan benda – benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di
dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa ke dalam nut silo.
d. Nut Silo
Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air
sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.
e. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari cangkang. Biji yang masuk
melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat
yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur dengan kotoran-
kotoran di bawa ke kernel grading drum.
Pada kernel grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan nut yang belum terpecahkan.
Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS. Sementara untuk nut atau yang tertahan
dikembalikan ke nut conveyor.
Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan dihisap oleh LTDS
cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari cangkang dan serabut akan di bawa ke shell
hopper melalui fibre and shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan
lagi pada clay bath.
h. Clay Bath
Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah yang
menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran partikel CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath berfungsi
sebagai larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah =
1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 – 1,20, maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut dibuat
larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan
tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu
tertentu.
i. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal dari pemisahan
di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan
proses pengeringan. Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari
steam heater yang dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan pada
temperatur 60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke kernel bulk silo melalui
dry kernel transport fan.
Untuk memperjelas alur proses pengolahan minyak goreng dapat dilihat pada Pengolahan CPO
menjadi Minyak Goreng sebagai berikut :
Gambar II. 4 Pengolahan CPO menjadi Minyak Goreng
a. Proses Degumming
Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang bersifat
koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah. Pada prinsipnya proses
degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat-zat terlarut dan zat-zat yang
bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk cukup besar untuk bisa
dipisahkan dari minyak. Proses degumming yang paling banyak digunakan adalah proses degumming
dengan menggunakan asam. Pengaruh yang ditimbulkan oleh asam tersebut adalah menggumpalkan dan
mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum dan resin yang terdapat dalam minyak mentah.
b. Proses Netralisasi
Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk menghilangkan
asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak bebas (FFA) dapat menimbulkan
bau yang tengik. Proses netralisasi yang paling sering digunakan dalam industri kimia adalah proses
netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam lemak bebas dengan
larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya sebagai berikut :
Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70 oC, dimana reaksinya
merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser ke sebelah kanan. Soda kostik yang direaksikan
biasanya berlebihan, sekitar 5 % dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan
cara pengendapan. Soda kostik disamping berfungsi sebagai penetralisir asam lemak bebas, juga memiliki
sifat penghilang warna (decoulorization).
c. Proses Bleaching
Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-zat warna
(pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut ataupun yang terdispersi. Warna minyak mentah dapat
berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses pengolahan CPO menjadi
minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu minyak mentah ialah carotenoid yang
berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin yang berwarna hijau.
Proses bleaching yang digunakan adalah proses bleaching dengan absorbsi. Proses ini menggunakan
zat penyerap (absorben) yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang
terdapat dalam minyak mentah. Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap zat yang
memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang paling banyak digunakan dalam
proses bleaching minyak dan lemak adalah tanah pemucat (bleaching erath) dan arang (carbon). Arang
sangat efektif dalam penghilangan pigmen warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya terlalu
mahal maka dalam pemakaiannya biasanya dicampur dengan tanah pemucat dengan jumlah yang
disesuaikan terhadap jenis minyak mentah yang akan dipucatkan.
d. Proses Deodorisasi
Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang tidak
dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak
enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul
rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang mempunyai volatilitas tinggi
lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup kecil telah cukup untuk memberikan
rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001 – 0,1 %.
Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang didasarkan pada perbedaan
harga volatilitas gliserida dengan senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau tersebut, dimana
senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida. Uap yang digunakan
adalah superheated steam (uap kering), yang mudah dipisahkan secara kondensasi. Proses deodorisasi
sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan waktu, yang kesemuanya harus disesuaikan
dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistim proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga
agar tidak sampai menyebabkan turut terdistilasinya gliserida. Tekanan diusahakan serendah mungkin
agar minyak terlindung dari oksidasi oleh udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada sistem
batch ini, tekanan operasi sekitar 3 torr dan temperatur 240 oC.
e. Proses Fraksionasi
Proses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada temperatur tertentu
dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah stearin dan yang tetap
cair adalah olein.Beberapa proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu :
Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak dengan kondisi yang terkendali
tanpa penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang terlibat yaitu seeding, kristalisasi, dan
filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70 oC untuk memperoleh cairan homogen dan kemudian
didinginkan dengan air pendingin sampai temperatur 40 oC, selanjutnya didinginkan samapi temperatur
20 oC dan dipertahankan sampai proses kristalisasi dianggap selesai.
Fungsi pengadukan ini adalah agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga pemisahan olein
dan stearin lebih mudah.Temperatur pengkristalan ini tergantung pada kualitas minyak: Kualitas
consumer kristal lemak terbentuk pada temperatur 28°C.
Pada proses filtrasi RBDPO kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi ditransfer ke
filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Olein hasil dari filtrasi ditransfer ke SS tank dan MS tank.
SS tank untuk kualitas olein dianalisa jika sesuai dengan spesifikasi langsung masuk ke storage tank olein
(kualitas bottling), sedangkan MS tank digunakan untuk kualitas olein yang RBD oleinnya difilter spray dan
hasilnya langsung dialirkan ke storage tank olein (kualitas drumming, tinning dan industri). Sebelum
ditansfer ke intermediate tank, untuk kualitas bottling dan tinning ditambahkan antioksidan hal ini untuk
mempertahankan kualitas minyak. Sedangkan untuk kualitas drumming dan ndustri tidak ditambahkan
antioksidan. Hal ini disebabkan minyak dengan kualitas drumming dan industri segera
digunakan/dikonsumsi.
Manfaat lain dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain:
a. Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel
d. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik, industri makanan)
A. KESIMPULAN
a. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun
bahan bakar (biodiesel).
b. Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palm.
c. Faktor‐faktor rendahnya mutu minyak kelapa sawit dapat langsung dari sifat induk pohonnya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
d. Dalam pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit diperoleh beberapa tahap dan proses sebagai berikut:
1.Tahap pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit ( buah menjadi CPO )
1. Loding Ramp
2. Sterilizer
3. Stasiun Pres
4. Stasiun Pemurnian
5.
6.
2. Proses pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit ( CPO menjadi minyak
Produksi )
a. Proses Degumming
b. Proses Netralisasi
c. Proses Bleaching
d. Proses Deodorisasi
e. Proses Fraksionasi
B. SARAN
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui bagaiamana cara pengolahan kelapa
sawit menjadi minyak goreng
C. DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka : Jakarta.
LAMPIRAN
PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Berikut ini Perusahaan-Perusahaan Kelapa Sawit pemasok CPO untuk Minyak Goreng menurut
keputusan Menteri Pertanian tahun 2007 :
Beranda
Mengenai Saya
Margi Hastuti
Arsip Blog
▼ 2015 (1)
o ▼ Juni (1)
proses pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit