Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gagal Jantung

Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah
yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh. Gagal jantung kongestif adalah gagal jantung
kanan dan kiri. Gagal jantung kanan terjadi kelainan yang melemahkan pada ventrikel
kanan seperti hipertensi pulmonal primer/sekunder, tromboemboli paru kronik sehingga
terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan
distensi vena jugularis. Sedangkan pada gagal jantung kiri terjadi akibat kelemahan pada
ventrikel kiri, meningkatkan tekanan (Davy P, 2010).
Gagal jantung merupakan sindrom kompleks dengan tampilan gejala khas: sesak
saat istirahat atau saat aktivitas, kelelahan, serta tanda retensi cairan seperti kongesti paru
atau edema pergelangan kaki, tanda khas: takikardi, takipnea, ronki, efusi pleura,
peningkatan JVP, edema perifer, hepatomegali serta bukti objektif kelainan struktural atau
fungsional jantung saat istirahat: kardiomegali, bunyi jantung 3, murmur, kelainan pada
ekokardiografi, peningkatan natriuretic peptide. Pada gagal jantung, jantung tidak dapat
menghantarkan curah jantung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
(Dickstein K, 2008)
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat lagi memompa
darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun darah balik
masih dalam keadaan normal. Dengan kata lain, gagal jantung merupakan suatu
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (forward failure) atau kemampuan tersebut hanya
dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi (backward failure) atau
keduanya (Aru W.Sudoyo,dkk, 2006).
2.2 Etiologi Gagal Jantung

Penyebab umum gagal jantung adalah rusaknya atau berkurangnya massa otot
jantung karena iskemi akut atau kronik, peningkatan resistensi vaskuler karena hipertensi,
atau karena takiaritmia (misalnya fibrilasi atrial). Pada dasarnya semua kondisi yang
menyebabkan perubahan struktur ataupun fungsi ventrikel kiri merupakan predisposisi
untuk gagal jantung. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab terbanyak (60-75%),
diikuti penyakit katup (10%) dan kardiomiopati (10%). Dewasa ini studi epidemiologi
menunjukkan bahwa sekitar setengah pasien gagal jantung memiliki fraksi ejeksi (ejection
fraction, EF) ventrikel kiri yang baik (EF 40-50%), sehingga tidak lagi dipikirkan bahwa
gagal jantung secara primer terjadi akibat penurunan fraksi ejeksi ventikel kiri (Heart
Failure and Cor Pulmonale,2005).
Menurut beberapa penelitian penyakit jantung disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
(Panggabean. M. 2009)
a. Usia,
b. Jenis kelamin,
c. Konsumsi garam berlebihan,
d. Keturunan,
e. Hiperaktivitas system syaraf simpatis,
f. Stress,
g. Obesitas,
h. Olahraga tidak teratur,
i. Merokok,
j. Konsumsi alcohol dan kopi berlebihan,
k. Hipertensi,
l. Ischaemic heart disease,
m. Konsumsi alkohol,
n. Hypothyroidsm,
o. Penyakit jantung kongenital (defek septum, atrial septal defek, ventrical septal
defek),
p. Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik, restriktif), dan
q. Infeksi juga dapat memicu timbulnya gagal jantung.
Pada umumnya, etiologi gagal jantung pada orang tua sama seperti yang terjadi pada
dewasa muda, tetapi lebih multifactorial (Dickstein K,2008).
a. Penyakit Arteri Koroner
- Infark Miokard Akut
- Kardiomiopati Iskemik
b. Penyakit Jantung Katup
- Kalsifikasi Stenosis Aorta
- Regurgitasi Mitral
- Stenosis Mitral
- Insufisiensi Aorta
- Malfungsi Katup Prostesa
c. Kardiomiopati
- Dilatasi ( Noniskemik )
- Hipertrofi
- Restriktif
d. Endokarditis Infeksi
e. Miokarditis
f. Penyakit Perikardial
g. High Output Heart Failure
- Anemia Kronik
- Defisiensi Tiamin
- Hipertiroid
- Arteriovenous Shunting
h. Age-related Diastolic Dysfunction

2.3 Manifesasi Klinis Gagal Jantung


Manifestasi klinis dari gagal jantung adalah sulit bernafas, orthopnoe, edema,
fatigue dan intoleransi kerja. Akan tetapi, terutama pada usia 80 tahun ke atas dapat
ditemukan atypical symptomatology yaitu simptom tidak khas, sehingga gagal jantung pada
orang tua sering over atau underdiagnosed. Gejala sulit bernafas dan orthopnoe menjadi
manifestasi gagal jantung dengan penyakit yang mendasari berupa penyakit paru kronik,
pneumonia atau emboli pulmoner.

Pemeriksaan fisik pada orang tua dapat nonspesifik atau tidak khas. Tanda klasik
gagal jantung antara lain ronkhi paru, peningkatan tekanan vena jugularis, refluks
abdominojugular, gallop S3 dan pitting edema ekstremitas bawah. Tetapi ronkhi paru pada
orang tua dapat menjadi tanda penyakit paru kronik, pneumonia atau atelektasis. Edema
perifer dapat disebabkan oleh insufisiensi vena, penyakit ginjal atau obat seperti
penghambat kanal kalsium. Pasien usia tua dapat memiliki pemeriksaan fisik normal.
Pernafasan Cheyne – Stokes dapat menjadi satu-satunya tanda dugaan gagal jantung(Rich
MW, 2009).

2.4 Klasifikasi Gagal Jantung

A. Berdasarkan Tingkat Keparahan Gagal Jantung (Dickstein K,2008).


1. Klasifikasi menurut ACC/AHA
a. Stadium A
Memiliki risiko tinggi berkembang menjadi gagal jantung. Tidak terdapat
ganguan struktural atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau gejala.
b. Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan dengan
perkembangan gagal jantung. Tidak terdapat tanda atau gejala.
c. Stadium C
Gagal jantung asimptomatis yang berhubungan dengan penyakit struktural
jantung yang mendasari.
d. Stadium D
Penyakit struktural jantung yang lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat
bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal.
2. Klasifikasi menurut NYHA
a. Kelas I
Tidak terdapat batasan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
b. Kelas II
Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun
aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
c. Kelas III
Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, tetapi
aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak
d. Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istirahat.
Keluhan meningkat saat melakukan aktivitas
B. Berdasarkan Curah Jantung
1. Gagal Jantung Curah Tinggi
Pada pasien dengan gagal jantung curah-tinggi, curah jantung tidak melebihi batas
atas normal, tetapi mungkin lebih dekat dengan batas atas normal. Gagal jantung
curah-tinggi terlihat pada pasien hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula
arteriovenosa, beri-beri, dan penyakit Paget.
2. Gagal Jantung curah rendah
Pada gagal jantung curah-rendah, curah jantung berada dalam batas normal pada
saat istirahat, tetapi tidak mampu meningkat secara normal selama aktivitas fisik.
C. Berdasarkan Gangguan Fungsi
1. Gangguan Jantung Sistolik
Gagal jantung sistolik yang utama berkaitan dengan curah jantung yang tidak
adekuat dengan kelemahan, kekelahan, berkurangnya toleransi terhadap exercise,
dan gejala lain dari hipoperfusi.
2. Gangguan Jantung Diastolik
Gagal jantung diastolik berhubungan dengan peningkatan tekanan pengisian. Pada
banyak pasien yang mempunyai hipertrofi ventrikel dan dilatasi, abnormalitas
kontraksi dan relaksasi terjadi secara bersamaan.
D. Berdasarkan Letak
1. Gagal Jantung Kanan
Gagal jantung kanan terjadi Jika abnormalitas yang mendasari mengenai ventrikel
kanan secara primer seperti stenosis katup paru atau hipertensi paru sekunder
terhadap tromboembolisme paru sehingga terjadi kongesti vena sistemik.
2. Gagal Jantung Kiri
Pada gagal jantung kiri, ventrikel kiri secara mekanis mengalami kelebihan beban
atau melemah, mengalami dispnea dan ortopnea akibat dari kongesti paru.
DAFTAR PUSTAKA

Aru W.Sudoyo,dkk. .2006. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Davy P. 2010. At a glance medicine. Jakarta: EGC.
Dickstein K, et al. 2008. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure. Europian Society of Cardiology.: 29;2388-442.

Heart Failure and Cor Pulmonale. 2005. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL,

Longo DL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th ed. New York:

McGraw-Hill;, pp.

Maranatha, M .2014. Gagal Jantung pada Geriatri, 41(1), 19–24.


Panggabean. M. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam: Gagal Jantung. Volume 2. Jakarta
Rich MW. Heart Failure. 2009. In: Halter JB et al [edt.]. Hazzard’s Geriatric Medicine and
Gerontology. 6thed. USA: McGraw Hill Companies.. p. 931-49.
Sari, P. D., Yonata, A., & Swadharma, B. (2016). Penatalaksanaan Gagal Jantung NYHA II
disertai Pleurapneumonia pada Laki-laki Usia 38 Tahun Treatment of Congestive Heart
Failure of NYHA II with Pleurapneumonia in Thirty Eight Years Old Man, 6, 114–119.

Anda mungkin juga menyukai