Keperawatan jiwa adalah proses interpresonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau pelayan dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. American Nurses’ Association mendefinisikan keperwatn kesehatan jiwa sebagai “ suatu bidang spesialisasi praktik keperwatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya”. Praktek kontemporer keperawatn jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fisikal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik. Center For Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatn kesehatan jiwa sebagai salah satu lima inti disiplin kesehatan jiiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,teori kepribadian dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berfikir teoritis yang mendasari praktek keperawatan.
B. Tren dan Isu Keperawatan Jiwa
Pasien dengan gangguan mood seribg kali memunculkan pemikiran atau usaha bunuh diri. Diperkirakan sekitar 50% orang yabg di diagnosa gangguan depresi mayor melakukan usaha bunuh diri (Maris et al, 1992, dalam Davison, Neale, dan Kring, 2004 ). Berikut ini adalah rangkuman mengenai bunuh diri menurut Fremouw et al ( Dalam Davison, Neale, dan Kring 2004 ).
a. Definisi Bunuh Diri
Suatu upaya yabg didasari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan beruapay melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. ( Dalam Davison, Neale, dan Kring 2004 ). b. Bunuh Diri Sebagai Masalah Dunia Data dari WHO pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diridalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun. Pada umumnya, tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stres. Perilaku bunu diri berkembang dalam rentang diantaranya: 1) Suicidal ideation, tahap ini merupakan proses kontemplasi dari suicide atau sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwapasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati 2) Suicidal intent, pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri 3) Suicidal threat, pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya 4) Suicidal gesture, pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umunya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya 5) Suicidal attempt, pada tahap ini perilaku destriktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat mematikan (dalam Davison, Neale, dan Kring, 2004)
c. Penyebab Bunuh Diri
1) Faktor genetik dan teori biologi Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yabg berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri. 2) Teori Sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam tuga kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak terintekgrasi pada kelompok sosial), Atruistik ( melakukan siucide untuk kebaikan masyarakat ), dan Anomik ( suicide karena kesulitan dalam berhububgan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor ). 3) Teori Psikologi Sigmund Freud dan Karl Menninger menyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri. 4) Penyebab lain a. Adanya harapan untuk reuni dan fantasi b. Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusan dan ketidakberdayaan c. Tangisan untuk minta bantuan d. Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik