Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hiperemesis Gravidarum dan Anemia


Pada Ibu Hamil”

Kelompok 2 :2.C

Afifah Nadia Balqis (183110241)

Aulia Ihsan (183110244)

Irma Lona Sintia (183110257)

Tricia Andeska Putri (183110276)

Dosen Pembimbing :

Ns. Hj. Elvia Metti, S. Kep, M. Kep. Sp. Mat

Hj. Metri Lidya, S.KP, M. Biomed

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur kehadiran Allah SWT atas


limpahan dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ni.
Makalah Keperawatan Maternitas ini menjelaskan lebih mendalam mengenai
“Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hiperemesis Gravidarum dan Anemia Pada
Ibu Hamil”.

Dalam penulisan makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada


pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 17 Februari 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi
gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala –
gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic
Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum
jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai
4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan
perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan


asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks
dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap
menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil
biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat
dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi
bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.

Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa


oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan
curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan
fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain
(misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan
darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan
baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada
masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh
persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi
anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan
talasemia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar keperawatan pada kasus hiperemesis
gravidarum ?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan pada kasus anemia ibu hamil ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan pada kasus hiperemesis
gravidarum.
2. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan pada kasus anemia ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL.


ANATOMI FISIOLOGIS
1) ALAT KELAMIN LUAR (GENETALIA EKSTERNA)
a) Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b) Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi
satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah
kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c) Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d) Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio
mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora
adalah vestibulum.
e) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio
minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam
vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f) Himen (selaput darah)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-
beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang
lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari.
g) Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul
yang ditutupi oleh kulit perineum.

2) ALAT KELAMIN DALAM (GENETALIA INTERNA)


a) Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus
dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara introitus
vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih
pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-
lipat disebut rugae.
b) Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar  5 cm, tebal  2 cm. Berat 50 gr,
dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
1. Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan
usia kehamilan.
2. Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus
uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
(1) Endometrium
(2) Myometrium
(3) Parametrium
c) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel
tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum.
Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan
kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada
ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar
masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).dibawah tuba uterine dan terikat
di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d) Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan

A. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada
kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu. (Wikinjosastro Hanifah, 2002)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada


wanita hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk karena dehidrasi. (Rustam Mochtar,1998)

Mual (nausea) dan muntah(emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada trisemester I.Nausea dan muntah terjadi pada 60% sampai
80% wanita hamil.Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormone estrogen dan HCG dalam serum.Pengaruh fisiologik kenaikan hormone
ini belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung
yang kurang.Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan
ini,meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung
sampai 4 bulan.Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umumnya
menjadi buruk.Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.1 sampai 200
atau 1 sampai 300 membutuhkan terapi hidrasi parental.

B. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis grafidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan karena toksik,juga tidak ditemukan kelainan
secara kimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan
sumsum saraf, disebabkan oleh kekurangan vitaminserta zat-zat lainakibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisidan faktor lain yang telah ditemukanoleh
beberapa penulis sebagai berikut:
a) Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigrafida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa fakor
hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b) Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan ini merupakan faktor organik.
c) Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik.
d) Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
e) Zat Fe: efek samping Fe bisa menyebabkan mual atau muntah.
C. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogrn, yang terjadi
pada trimester pertama.hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal mungkin
berasaldari sistm saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pad


hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.wanita yang sebelum
kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka maka dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan dapat mengakibatkan


cadangan karbohidrat karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi.Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidrosi butirik dan aseton dalam
darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi,sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang.Natrium dan khorida darah turun, demikian pula khorida air
kemih.Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang.Hal ini menyebabkan jumah zat makanan dan oksigen ke
jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolic yang toksik.Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekresi lewat ginjal,
menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,dapat merusak hati dan
terjadinya lingkaran setan yang sulit dipatahkan.Disamping dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender
esophagus dan lambung(sindrom Mallory-Weiss)dengan akibat perdarahan
GI.Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri.Jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif.

D. MANIFESTASI KLINIS
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
tingkat:

a) Tingkatan I :
1) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
2) Ibu merasa lemah
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun dan
5) Merasa nyeri pada epigastrium
6) Nadi meningkat sekitar 100 permenit
7) Tekanan darah sistolik menurun
8) Turgor kulit mengurang
9) Lidah mengering
10) Mata cekung

b) Tingkatan II :
1) Penderita tampak lebih lemah dan apatis
2) Turgor kulit lebih mengurang
3) Lidah mengering dan tampak kotor
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu kadang-kadang naik
6) Mata sedikit ikterus
7) Berat badan turun
8) Mata menjadi cekung
9) Tekanan darah turun
10) Hemokonsentrasi
11) Oliguria
12) Konstipasi
13) Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing

c) Tingkatan III :
1) Keadaan umum lebih parah , muntah berhenti
2) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
3) Nadi kecil dan cepat
4) Suhu meningkat
5) Tensi menurun
6) Komplikasi terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati.
Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental.
Keadaan ini adalah akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)

E. PENGELUARAN CAIRAN TUBUH HARIAN


Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi asupan
cairan harus hati-hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan harian. Beberapa
pengeluaran cairan tidak dapat diatur dengan tepat. Sebagai contoh, ada
pengeluaran cairan yang berlangsung terus menerus melalui evaporasi dari traktus
respiratorius dan difusi melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan cairan sekitar
700 ml/hari pada keadaan normal. Hal ini lah yang disebut insibie water loss
karena kita tidak menyadarinya, walupun terjadi terus menerus pada mahluk
hidup.

Asupan dan Pengeluaran Cairan Harian (dalam ml/hari)

Normal
Asupan
Cairan dari makanan 2100
Dari metabolisme 200
Asupan total 2300
Keluaran
Insensible kulit 350
Insensible paru 350
Keringat 100
Feses 100
Urin 1400
Total pengeluaran 2300

a. Kehilangan cairan lewat keringat.

Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada
aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100
ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan
kadang-kadang meningkat sampai 1-2 L/jam. Hal ini akan dengan cepat
mengurangi volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan.

b. Kehilangan cairan lewat feses.

Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari).
Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare.

c. Kehilangan cairan lewat ginjal.

Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan lewat
ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin.
Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan asupan dan keluaran cairan seperti juga keseimbangan antara
asupan dan keluaran hamper semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan
mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini.

F. PENATALAKSANAAN
1) Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukesi tentang kehamilan
kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan factor psikis, rasa takut
juga tentang diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam
porsi sedikit-sedikit namun sering, jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun
pagi,karena akan terasa goyang, mual/ muntah. Defekasi hendaknya
diusahakan teratur.
2) Terapi obat menggunakan sedative (luminal, stesolid); vitamin (B1 dan B2)
anti muntah (mediamer B6, drammamin, avomin, torecan), antasida dan
anti mulas.
Farmakologi :
Factor pemberian:

B1:mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot dan jaringan GI,


meningkatkan pertumbukan dan perbaikan sel.

B6: membantu dalam sintesa lemak, dalam pembentukan sel darah merah.

B12: mengatur sintesa SDM dan mengatur perkembangan sel-sel saraf


fetus.

3) Hiperemesis gravidarum tingkat I dan III haris rawat inap di RS.

i. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di RS saja telah


banyak mengurangi mual muntahnya.
ii. Isolasi: jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan
dokter saja yang boleh masuk, kadang kala hal ini saja tanpa
pengobatan khusus telah mengurangi mual muntah.
iii. Terapi psikologik: berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu
hal tang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan
khawatir, cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan
sosial ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
iv. Penambahan cairan.Berikan infuse dekstrosa atau glukosa 5%
sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam.
v. Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan diatas
vi. Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat
memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu
aboertus buatan.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai esenfalopati
warnickle dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini
adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

H. PATHWAY
Faktor Predisposisi
Pemberian Fe Vili Faktor psikologis
-Kehamilan ganda khorialis stress
-Molahidatidosa
Masuk Mempengaruhi system
HCG meningkat Efek samping sirkulasi saraf simpatis
pemberian Fe maternal/
berlebihan peredaran
darah ibu
Estrogen meningkat
Peningkatan
Perubahan
mengeluaran
Estrogen metabolic H.epineprin,norepin
merangsang SSP dan meningkat eprin dan kortisol
pengosongan
lambung berkurang
As.lambung
meningkat
Asam lambung
meningkat

Mual dan muntah


Merespon
Gangguan
peningkatan
perubahan
peristaltic lambung
nutrisi kurang
Dehidrasi dari
kebutuhan
tubuh
ÿÿÿÿ1 Dehidrasi

Pembuluh darah Integumen Kardiovaskuler Ginjal


Serebal

Hemokonsentrasi  Turgor kulit Penurunan Kapiler


Penurunan
menurun menurun kontruktililitis glomerulus
vaskulerisasi
jantung
keserebal
Memperlambat Tekanan
Gangguan
peredaran
Penurunan hidrostatik
integritas kulit COP menurun
darah
transportasi meningkat
CO2
O2 dijantung tidak GFR ↓
Sirkulasi
adekuat
Hipoksia
kejaringan
menurun
Iskemik Reabsorpsi
Gangguan NaCl ↓
perfusi jaringan Gangguan
perfusi Vasokonstrik
jaringan si ginjal
Janin Ibu
Ketidak seimbangan
NaCl ↑
antara suplai dan
Kekurangan Metabolic kebutuhan
O2 anaerob
Umpan balik
Intoleransi tubuloglomerulus
Kematian As.laktat aktivitas
Volume cairan
tubulus ↓
Nyeri
Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit kurang
dari kebutuhan
tubuh
1.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Pemberian askep klien hiperemesis gravidarum dilakukan dengan menetapkan


rencana perawatan medis, pemberian terapi intravena, pemberian agen
farmakologi dan suplemen nutrisi, serta pemantauan respon klien terhadap
intervensi. Perawat melakukan observasi pada klien untuk mendeteksi adanya
tanda-tanda komplikasi seperti asidosis metabolik, ikterik.
Biasanya klien hiperemesis gravidarum berrepon terhadap terapi dan
prognsisnya baik. Klien bisa dipulangkan bila keseimbangan cairan dan elektrolit
tercapai, BB mulai meningkat.
Perawat bertugas membantu penanganan kondisi psikososial klien karena
kondisinya lemah baik secara fisik maupun emosional. Upaya meningkatkan
istirahat yang adekuat penting untuk klien dengan hiperemesis, maka perawata
mengoordinasikan tindakan terapi dan periode kunjungan sehingga klien
memilliki kesemapatan untuk beristirahat. Askep pada klien dengan hiperemesis
gravidarum dapat dijadikan melalui 5 tahapan proses keperawatan meliputi :
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pendekatan yang istematis untuk mengumpulkan data,
pengelompokan, dan menganalisis, sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan
untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan
gambarana secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan ibu yang
memungkinkan perawatan melakukan asuhan keperawatan.
Langkah pertama dalam pengkajian ibu hiperemesis gravidarum adalah
mengumpulkan data. Data-data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
1) Data Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu
sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum, yaitu : mual dan
muntah yang terus menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa
asam di mulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan
berat badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit.
Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum sebelumnya.
2. Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan
saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga


Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.

2) Data Fisik Biologis


Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum adalah
mamae yang membengkak, hiperpigmentasi pada areola mamae, terdapat kloasma
garvidarum, mukosa membran dan bibir kering, turgor kulit buruk, mata cekung
dan sedikit ikterik, ibu tampak pucat dan lemah, takikardi, hipotensi, serta pusing
dan kehilangan kesadaran.

3) Riwayat Menstruasi
a. Kemungkinan menarkhe usia 12-14 tahun.
b. Siklus 28-30 hari.
c. Lamanya 5-7 hari.
d. Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari.
e. Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan
muntah.

4) Riwayat Perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawian usia muda.

5) Riwayat Kehamilan dan Persalinan.


a. Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu makan.
b. Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat
badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.
6) Data Psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang labil,
mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih,
serta kekecewaan dapat memperberat mual muntah. Pola pertahanan diri (koping)
yang digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan serta
dukungan dari keluarga dan perawat.

7) Data Sosial Ekonomi


Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun
pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini
diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.

8) Pengkajian Bio-Psiko Sosial Dan Spiritual


a. Aktifitasistirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per
menit).
b. Integritasego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi
tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.

9) Eliminasi
Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.

10) Makanan/Cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan
merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang,
mata cekung dan lidah kering.
11) Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.

12) Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan
abortus terapeutik.

13) Interaksi Sosial


Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon
anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit,
sistem pendukung yang kurang.

14) Pembelajaran dan Penyuluhan


a. Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau
belangsung sudah lama.
b. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
c. Turgor kulit, lidah kering
d. Adanya aseton dalam urine

B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia atau hipotensi
otostatik, frekuensi pernafasan meningkat, atau adanya nafas bau aseton.
b. Tanda – tanda umum seperti distress emosional dan ada tidaknya toksik.
c. Berat badan meningkat atau menurun.
d. Status dehidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membrane mukosa (kering
atau lembap) dan oligouria.
e. Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi ( kuat atau lemah ), takikardia
atau terjadinya hipotensi ortostatik.
f. Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan
keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri tekan ,
adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, dan tanda Murpy dan tanda
Mc.Burney’s.
g. Genitourinaria seperti nyeri kostovestebral dan nyeri suprapubik.
h. Eliminasi seperti perubahan pada kosistensi feces, konstipasi, dan
penurunan frekuensi berkemih.
i. Keadaan janin meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus
uterus, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).

C. DATA PENUNJANG
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah dan
urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai hemaglobin dan hematokrit yang meningkat
menunjukan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan
urinalis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga
terdapatnya aseton di dalam urine.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah
dan intake cairan yang tidak adekuat
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat
muntah dan intake cairan yang tidak adekuat.
Kriteria hasil :
a. Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
b. Klien tidak muntah lagi
c. Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
Intervensi :
a. Kaji status intake dan output cairan
b. Timbang bb setiap hari
c. Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan
muntah yang menetap.
Kriteria hasil :
a. Kklien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat
b. Klien tidak mengalami mual muntah
c. Klien mengalami peningkatan bb yang sesuai selama kehamilan
Intervensi :
a. Batasi intake oral selama 24 – 48 jam
b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak
c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien
d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah
muntah
e. Pantau tfu dan djj

3) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi.


Kriteria hasil :
Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai
kemampuan

Intervensi :
a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup
b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang
c. Bantu klien dalam memenuhi kebersihan diri

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan merupakan langkah keempat dari proses keperawatan dan


merupaka wujud nyata dari rencana keperawatan yang bertujuan memenuhi
kebutuhan pasien akan keperawatan dengan melaksanakan kegiatan – kegiatan
sesuai dengan alternatif tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan
keperawatan sebagai data untuk rencana keperawatan.
G. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam keperawatan untuk menilai


pencapaian tujuan. Berdasarkan analisis, jika tujuan belum tercapai maka
dilakukan perencanaan selanjutnya (p) sebagai berikut :

1. Rencana dilanjutkan yang artinya diagnosa tetap berlaku, tujuan atau


intervensi masih memadai.
2. Direvisi yang artinya diagnosa tetap berlaku, tujuan atau intervensi perlu
direvisi.
3. Diagnosa keperawatan atau kemungkinan menjadi aktual atau bahkan
disingkirkan (untuk diagnosa kemungkinan). Jika diagnosa menjadi aktual
maka dibutuhkan perencanaan baru sehinggadalam planning (p) diuraikan
perencanaan yang dimaksud.
4. Tujuan tercapai maka perencanaan selanjutnya tidak perludilanjutkan,
tidak perlu direvisi dan tidak perlu perencanaan baru.
5. Rencana semula dipakai lagi, jika dalam analisis ditentukan bahwa
masalah atau diagnosa yang telah teratasi terjadi kembali.

2. KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL


A. DEFENISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi
oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim
terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap
kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I
dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam
kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya
relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita
yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin,
2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai
berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-
lain

C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai
berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a) Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat
menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b) Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat
besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian
preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg)
intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih
cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb
dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Hb 11 gr% : Tidak anemia
b) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan
ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi.
Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25
mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil
akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih
kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi.

4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.
Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi
hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL


Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
1. Ibu mengeluh cepat lelah,
2. Sering pusing,
3. Mata berkunang-kunang,
4. Malaise,
5. Lidah luka,
6. Nafsu makan turun (anoreksia),
7. Konsentrasi hilang,
8. Nafas pendek (pada anemia parah); dan
9. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting,.
WOC

Pengktn kebth. perdarahan Defisiensi nutrisi


Zat besi u/ Gangguan absorbs zat
prematuritas besi(sperti:gastrektomi,
colitis kronis
Volume darah

Peningkatan
kebutuhan volume
darah
Difisiensi zat
besi

Penegenceran
darah
Cadangan zat besi
kosong(iron
depleted)

Gangguan pd bentk
eritrosit(iron deficient
erythropoesis

Anemia( iron deficiency


anemia)

Pengetahuan Penurunan
asimptomati
terbatas gg. saluran cerna curah
k
jantung

gg.Kurang Mal butrisi


Aliran darah
pengetahuan
ke jaringan
gg. kebutuhan menurun
nutrisi Anoreksia,
mual, muntah

Aliran darah
ke jaringan
menurun
Hipoksia, Suplai O2 ke
pucat, lemah jaringan
berkurang

Transfer zat
besi ke janin
gg. gg. perfusi menurun
intoleransi jaringan
aktifitas
Nutrisi janin
berkurang

Risiko cidera
janin
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe
anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan gastrointestinal.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya)
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a) Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit,
anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik
herediter lain.
2. Kaji riwayat keluarga

b) Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.


1. Morfologi
a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan
matang
b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa

2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan


a. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang
normal dan sehat.
c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang
rendah, namun masih normal.
d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release,
seperti Slow-Fe setiap hari
e.Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3
kali/hari.
f.Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon
terhadap pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
(b) Kadar kosentrasizat besi serum
(c) Kapasitas pegikat zat besi
(d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f) Hitung trombosit
(g) ujiguaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien
keturunan Afika-Amerika.
(3) Konsultasikan dengan dokter
(4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
g.Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28
minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
2. Konsultasikan ke dokter bila:
a) Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat
terapi
b) Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil
sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
c) Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d) Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA

1. Pengkajian

1) Aktivitas/Istirahat
a) Keletihan, kelemahan, malaise umum.
b) Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja
c) Toleransi terhadap latihan rendah.
d) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak

2) Sirkulasi
a) Riwayat kehilangan darah kronis,
b) Palpitasi.
c) CRT lebih dari dua detik

3) Integritas Ego
a) Cemas, gelisah, ketakutan

4) Eliminasi
a) Konstipasi.
b) Sering kencing.

5) Makanan / cairan
a) Nafsu makan menurun
b) Mual/ muntah

6) Neurosensori
a) Sakit Kepala
b) Tinnitus
c) Vertigo
d) Keseimbangan buruk
e) Ketidak mampuan berkosentrasi
f) Insomia
g) Penurunan penglihatan
h) Kelemahan

7) Nyeri / kenyamanan
a) Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.

7) Pernapasan
a) Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifita

8) Seksualitasa
a) Dapat terjadi pendarahan pervagina
b) Pendarahan akut.sebelumnya
c) Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
 Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
 Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
 Intervensi :
a) Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. keseimbangan, gaya jalan
dan kelemahan otot.
b) Kaji kehilangan atau gangguan
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
c) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
d) Berikan lingkungan tenang, batasi
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
dan menurunkan regangan jantung dan paru.

2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya


pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan).
 Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
 Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema, dan demam.
 Intervensi :
a) Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial
b) Berikan perawatan kulit
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
c) Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi
d) Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
sistemik (kolaborasi).
e) Berikan antiseptic topical ; antibiotic
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan proses infeksi local.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
 Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
 Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan
nilai laboratorium normal. tidak mengalami tanda mal nutrisi. Menununjukkan
perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.
 Intervensi
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi pasien.
b) Observasi dan catat masukkan makanan
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
c) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
 Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
 Kriteria hasil : – menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
 Intervensi
a) Tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan
dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
b) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
c) Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ;


salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
 Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic
dan rencana pengobatan.
 Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan
penatalaksanaan penyakit. mengidentifikasi factor penyebab. Melakukan
tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
 Intervensi
a) Berikan informasi tentang anemia
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama
dalam program terapi
b) Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas
penyakitnya.
c) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
d) Berikan penjelasan pada klien tentang memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi kehamilan usia muda
pada umur kehamilan trimester satu sampai dengan memasuki trimester ke
dua, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum ibu yang sedang hamil
dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton
dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan
sebagainya namun karena adanya ketidak normalan ibu dalam menjalani
kehamilan ini.
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta pada
kehamilannya jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan
pada saat ibu hamil akan mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan
perkembangan janin terganggu.
Sedangkan anemia pada ibu hamil disebabkan karena kekurangan zat
besi. Menurut manuaba (2007) anemia dalam kehamilan memberi pengaruh
kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun nifas dan
masa selanjutnya. Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat anemia dapat menyebabkan Resiko kematian ibu, angka
prematuritas, BBLR, dan angka kematian bayi.untuk mengetahui kejadian
anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada
ibu hami, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise,
lidah luka, anoreksia, konsentrasi hilang, nafas pendek, dan keluhan mual dan
muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
DAFTAR PUSTAKA

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan
Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal
dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai