“Halusinasi”
(2.C)
DosenPembimbing :
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan hidayah yang Allah SWT anugerahkan kepada kita
sehingga dapat menyusun makalah dengan judul “Halusinasi”. Makalah ini disusun dengan
tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................!
DAFTAR ISI...............................................................................................................!!
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………...….
A. Kesimpulan………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan
oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di
14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus
gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,
2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian
tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat
mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian
meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami
gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Halusinasi?
2. Apa saja Jenis Halusinasi?
3. Bagaimana Penyebab Terjadinya halusinasi?
4. Bagaimana Proses Terjadi dari Halusinasi?
5. Bagaimana Rentang Respon dari Halusinasi?
6. Apa saja Tanda dan Gejala Halusinasi?
7. Apa Dampak atau tindak lanjut dari Halusinasi?
8. Apa saja Penatalaksanaan Halusinasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui Pengertian dari Halusinasi
2. Dapat mengetahui Jenis Halusinasi
3. Dapat mengetahui Penyebab terjadinya Halusinasi
4. Dapat mengetahui Proses terjadi Halusinasi
5. Dapat mengetahui Rentang Respon Halusinasi
6. Dapat mengetahui Tanda dan Gejala yang muncul pada Halusinasi
7. Dapat mengetahui Dampak atau Tindak lanjut dari Halusinasi
8. Dapat mengetahui Penatalaksanaan Halusinasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Halusinasi
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin halucinatio yang bermain secara mentak
mengembara atau menjadi linglung. Jardi, dkk (2013 menegaskan"The term halucination
comes from the latin" hallucinatio": to wonder mentally or to be absen -minder". Halusinasi
adalah persepsi atau tanggapan dari panca indra tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
(sutart & laraia 2005).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indra tanpa adanya ransangan
(stimulus) eksternal (stuart & laraia, 2005:laraia, 2009).hlusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu
stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan persepsi :merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perawan, atau penciuman. Pada gangguan
halusinasi penglihatan, misalnya, klien melihat suatu bayangan menakutkan, padahal tidak
ada bayangan tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul adalah halusinasi membuat klien
tidak ada memenuhi kehidupan sehari-hari. Halusinasi merupakan salah satu dari sekian
bentuk psikopatologi yang paling parah dan membingungkan. Secara fenomenologis,
halusinasi adalah gangguan yang paling umum dan paling penting. Selain itu, halusinasi
dianggap sebagai karakteristik psikologis.
B. Jenis-Jenis Halusinasi
1. Halusinasi dengar/suara (Auditory-hearing voice or sound Hallucinations)
1) Data objektif
a. Mengarahkan telinga pada sumber suara
b. Marah marah tanpa sebab yang jelas
c. Bicara atau ketawa sendiri
d. Menutup telinga
2) Data subjektif
a. Mendengar suara atau bunyi gaduh
b. Mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang
berbahaya
c. Mendengar suara yang mengajak bercakap cakap
d. Mendengar suara orang yang sudah meninggal
Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut :
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan paien.
Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data subjektif
Pasien mengatakan :
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4. Melihat bayangan,sinar, bentuk geometris,bentuk,kartun,melihat hantu atau
monster.
5. Mencium bau-bauan seperti bau darah,urin,feses,kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
6. Merasakan rasa seperti darah,urin dan feses
7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
b. Data objektif
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah-marah tanpa sebab
3. Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau bauan tertentu
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Muntah
11. Menggaruk-garuk permukaan kulit.
H. Penatalaksaan Halusinasi
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang
akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
6. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien halusinasi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut
Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan
adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus,
membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan halusinasi,
pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti
keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat / petugas kesehatan juga
membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina
kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan klien.
B. Saran
Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus
halusinasi yang terjadi dan kita harus mampu membedakan resiko halusinasi tersebut dan
bagaimana cara penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart. Gail wiscartz. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.