Anda di halaman 1dari 7

JTM

PENENTUAN TENSOR GRADIEN GRAVITASI


MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI FOURIER
Oleh :
Budhi Nhirwana*
Hendra Grandis*

Sari

Data gradien gravitasi yang diperoleh melalui teknik pengukuran gradiometer dapat memberikan informasi bawah-
permukaan yang lebih detil dibandingkan dengan data gravitasi komponen vertikal saja. Namun demikian pengukuran
gradiometer relatif lebih sulit dan memerlukan peralatan khusus sehingga tidak dilakukan secara rutin. Makalah ini
membahas penentuan komponen tensor gradien gravitasi dari data gravitasi komponen vertikal (gz) melalui transformasi
Fourier. Metode tersebut didasarkan pada hubungan antara komponen horizontal (gx dan gy) serta gradien setiap
komponen dengan komponen vertikal gravitasi (gz) dalam domain frekuensi spasial. Tensor gradien gravitasi dari
model prisma menggunakan FFT dibandingkan dengan hasil forward modelling dan diperoleh RMS error maksimum
1% (data tanpa noise) dan 11% (data dengan noise 5%). Metode ini diterapkan pula pada data gravitasi dari model
sintetik yang lebih kompleks dengan hasil memuaskan yang dapat membantu interpretasi.

Kata kunci : gravitasi, gradien

Abstract

The gravity gradient obtained from gradiometer measurements give more detailed subsurface information than vertical
component of gravity data. However, gradiometer measurements are more difficult and need special instruments such
that they are not performed routinely. The paper describes the determination of gravity gradient tensor components
from vertical component of gravity data (gz) using Fourier transformation. This technique is based on the relationship
between horizontal components of gravity (gx and gy) and gradient of each components to the vertical component of
gravity (gz) in the spatial frequency domain. The gravity gradient tensor of a prism model using FFT is compared to
results from forward modelling and the maximum RMS error are 1% (data without noise) and 11% (data with 5%
noise). The method is also applied to gravity data from a more complicated synthetic model with satisfactoy results,
which help the interpretation.

Keywords : gravity, gradient

* Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, ITB.

I. PENDAHULUAN Pengukuran menggunakan gravimeter pada level


ketinggian yang berbeda diperlukan untuk
Data gravitasi yang biasanya diukur adalah
memperoleh gradien vertikal dari komponen
komponen vertikal (gz) meskipun percepatan
vertikal gravitasi (gzz) di satu titik. Gradien
gravitasi merupakan vektor yang mempunyai
horizontal dari komponen vertikal gravitasi (gzx
komponen dalam arah x, y dan z atau g = (gx, gy,
dan gzy) dapat diperoleh dari perbedaan hasil
gz). Konsep gradien gravitasi baik vertikal
pengukuran gravitasi dalam arah horizontal
maupun horisontal untuk memperoleh informasi
(Hansen dkk., 1999).
bawah-permukaan yang lebih detil telah lama
diperkenalkan, terutama untuk mendelineasi Untuk memanfaatkan informasi yang terkandung
sumber anomali. Namun demikian dalam gradien gravitasi dan magnetik, beberapa
implementasinya di lapangan mengalami kendala peneliti menggunakan besaran gradien pada
teknis mengingat pengukuran gradiometer lebih metode-metode yang telah dikembangkan.
kompleks dan memerlukan waktu yang lebih Marson & Klingele (1993) mendiskusikan
lama daripada pengukuran gravitasi biasa. interpretasi gravitasi 3-D berdasarkan parameter
______________________________________________________________________________________
Jurnal Teknologi Mineral No. 4, Vol. VIII/2001
gradien vertikal gravitasi. Zang dkk. (2000) Percepatan gravitasi adalah gradien potensial
menggunakan gradien gravitasi dalam bentuk gravitasi (g =  ) yang memenuhi persamaan
tensor pada teknik dekonvolusi Euler. Gradien Laplace 2 = 0 sehingga dari   g = 0
anomali magnetik juga digunakan dalam diperoleh pasangan transformasi Fourier berikut :
kuantifikasi hasil interpretasi menggunakan
g z g y
sinyal analitik (Hsu dkk, 1996).   i k y Gz  k G y (2a)
y z
Dalam perkembangannya saat ini telah tersedia
g x g z
perangkat pengukuran tensor gradien gravitasi   k Gx  i k x Gz (2b)
namun masih dalam tahap ujicoba. Tensor z x
gradien gravitasi adalah gradien semua g y g x
komponen gravitasi terhadap semua arah sumbu   i k x G y  i k y Gx (2c)
x y
koordinat (x, y, z). Pengukuran tensor gradien
gravitasi belum akan operasional secara rutin dimana Gx(kx, ky), Gy(kx, ky) dan Gz(kx, ky) adalah
dalam waktu dekat. Hal ini mengingat kompleks komponen gravitasi dalam domain frekuensi
dan mahalnya instrumen yang hanya tersedia spasial yaitu hasil transformasi Fourier 2-D dari
dalam versi airborne atau shipborne (Vasco & gx, gy dan gz, (kx, ky) adalah bilangan gelombang
Taylor, 1991; Huston dkk., 1999). yang memenuhi hubungan (Blakely, 1995) :
Tensor gradien gravitasi pada prinsipnya dapat
dihitung berdasarkan data gravitasi komponen k  (k x2  k y2 )  i k z (3)
vertikal. Hal ini mengingat adanya hubungan
antara komponen-komponen horisontal gravitasi Persamaan (2) memanfaatkan sifat diferensiasi
(gx dan gy) dengan komponen vertikal gravitasi dalam domain Fourier dan menunjukkan bahwa
(gz) dalam domain frekuensi spasial. Disamping tensor gradien gravitasi bersifat simetrik karena
itu perhitungan gradien suatu komponen relatif gyx = gxy, gzx = gxz dan gzy = gyz. Dengan demikian
lebih mudah dilakukan dalam domain Fourier dalam tensor gradien gravitasi hanya terdapat 6
menggunakan teknik FFT. Makalah ini komponen tensor yang independen, yaitu gxx, gxy,
membahas implementasi metode penentuan gxz, gyy, gyz, dan gzz.
tensor gradien gravitasi yang telah dikemukakan Dari persamaan (2) diperoleh hubungan antara
oleh Mickus & Hinojosa (2001). komponen horisontal gravitasi gx dan gy dengan
Metode penentuan tensor gradien gravitasi komponen vertikal gravitasi gz dalam domain
menggunakan FFT diuji dengan data sintetik dari Fourier sebagai berikut :
model prisma baik tanpa noise maupun dengan i kx
noise 5%. Perbandingan dengan tensor gradien g x  Gx  Gz (4a)
k
gravitasi hasil forward modelling menunjukkan
bahwa RMS error maksimum adalah 1% (tanpa i ky
g y  Gy  Gz (4b)
noise) dan 11% (dengan noise) yang dapat k
dianggap masih cukup memadai. Penerapan
metode pada data gravitasi dari model sintetik Dengan demikian keenam komponen tensor
yang lebih kompleks menghasilkan informasi gradien gravitasi yang independen dapat
yang dapat membantu dalam interpretasi. diperoleh dari komponen vertikal gravitasi
melalui persamaan-persamaan berikut :
g x  k x2
II. METODOLOGI g xx   G xx  i k x G x  Gz (5a)
x k
Tensor gradien gravitasi secara lengkap memiliki
9 komponen yang dituliskan sebagai berikut : g x  kx k y
g xy   G xy  i k y Gx  G z (5b)
 g x g x g x  y k
 x y z 
  g x
g y g y g y g xz   G xz  k G x  i k x G z (5c)
 
  ij

 
x y z 

(1)
z
  g y  k y2
 g z g z g z  g yy   G yy  i k y G y  Gz (5d)
y k
 x y z 

g y
g yz   G yz  k G y  i k y G z (5e)
z
______________________________________________________________________________________
Jurnal Teknologi Mineral No. 4, Vol. VIII/2001
g z (1 Eötvös = 0.1 mGal/km) (Tabel 1). Relatif
g zz   G zz  k Gz (5f) terhadap harga yang sebenarnya, RMS error
z
tersebut adalah sekitar 1% untuk data tanpa noise
Dalam notasi matriks tensor gradien gravitasi dan 11% untuk data dengan noise 5%.
dapat dituliskan sebagai berikut : Mengingat faktor pembesaran noise atau error
maka noise sekitar 5% merupakan batas
 
  ij   1  K (k ) G (k ) 
z (6) maksimum agar perhitungan tensor gradien
gravitasi menggunakan teknik FFT dapat
dimana : memberikan hasil yang masih dapat diterima.

  k x2  kxk y  Informasi yang diperoleh dari tensor gradien


 i kx  gravitasi yang dapat membantu interpretasi
 k k  diantaranya adalah dalam hal geometri sumber
  anomali secara lateral. Komponen gxx
 K (k )     k x k y  k y2 
i ky 
(7) mempertegas batas-batas benda anomali yang
 k k
  tegak-lurus sumbu x, demikian sebaliknya untuk
  gyy. Posisi sudut-sudut benda anomali
 i k x i ky k  diperlihatkan oleh harga ekstrem (minimum atau
maksimum) pada komponen gxy. Kontur harga
untuk k  0 dan 1 adalah transformasi nol atau transisi antara harga maksimum dan
minimum pada komponen gxz dan gyz
Fourier invers.
menunjukkan adanya simetri yang melalui pusat
massa benda anomali, yaitu yang dilalui oleh.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen gzz mendelineasi benda anomali
pada semua sisi yang sejajar dengan sumbu
Forward modelling gravitasi 3-D (Blakely, 1995)
koordinat dan secara umum lebih baik dari pada
digunakan untuk menghitung data sintetik, yaitu
komponen vertikal gravitasi gz. Dalam
komponen vertikal gravitasi yang merupakan
interpretasi dikenal second vertical derivative
respons model prisma sederhana. Dimensi (x, y,
(SVD) yaitu turunan vertikal kedua dari data
z) model prisma yang digunakan adalah 5 × 5 × 1
gravitasi yang dapat mempertegas batas anomali
km3 pada kedalaman 1 km dengan kontras
atau memisahkan sumber anomali yang saling
densitas 0.5 gram/cm3. Posisi prisma terletak di
overlap. Pada dasarnya komponen gzz adalah
tengah-tengah daerah pengukuran seluas 15 × 15
turunan vertikal pertama (first vertical
km2 dengan interval perhitungan 0.5 × 0.5 km.
derivative) dengan sifat yang mirip dengan SVD.
Noise yang terdistribusi normal dengan rata-rata
nol dan standar deviasi 5% ditambahkan pada
Tabel 1. RMS Error (dalam Eötvös).
data sintetik untuk mensimulasi data lapangan.
Tensor gradien gravitasi melalui metode FFT gij tanpa noise Noise 5%
berdasarkan persamaan (5) atau (6) dihitung
menggunakan program komputer yang gxx 0.01922 0.21753
dimodifikasi dari Blakely (1995). Hasilnya gxy 0.00347 0.09422
dibandingkan dengan tensor gradien gravitasi gxz 0.00021 0.27080
yang dihitung secara langsung menggunakan gyy 0.01922 0.24646
teknik forward modelling (Vasco & Taylor,
1991; Zhang dkk., 2000). Pada kasus data gyz 0.00021 0.30573
sintetik tanpa noise (Gambar 1) secara visual gzz 0.05590 0.69121
tidak tampak perbedaan yang berarti dengan
hasil forward modelling. Komponen tensor dari
Pengujian dilakukan pula terhadap data gravitasi
data sintetik dengan noise 5% (Gambar 2) masih
dari model sintetik yang lebih kompleks dengan
menunjukkan kemiripan pola dengan hasil
dua prisma yang saling tegak lurus pada daerah
forward modelling meskipun terlihat adanya
seluas 15 × 15 km2 dengan interval perhitungan
pengaruh noise yang cukup besar akibat
0.5 × 0.5 km.. Dimensi masing-masing prisma
penggunaan proses FFT.
adalah 1 × 7 × 1 km3 pada kedalaman 1 km dan 8
Secara lebih kuantitatif RMS (root mean square) × 1 × 3 km3 pada kedalaman 2 km. Pada model
error maksimum adalah pada komponen gzz, tersebut ditambahkan anomali lokal berupa
yaitu sekitar 0.06 Eötvös untuk data tanpa noise kubus 1 km3 dekat permukaan untuk menguji
dan sekitar 0.69 Eötvös untuk data dengan noise kemampuan pemisahan anomali yang saling
______________________________________________________________________________________
Jurnal Teknologi Mineral No. 4, Vol. VIII/2001
overlap. Kontras densitas semua prisma adalah gradien gravitasi ditunjukkan pada Gambar 3.
0.5 gram/cm3. Data dan hasil perhitungan tensor

gxx gxy gxz

gyy gyz

gz gzz
0

10

11

MIN MAX

5 km

Gambar 1.
Komponen tensor gradien gravitasi (ij) hasil perhitungan menggunakan FFT dari data sintetik (gz) tanpa
noise. Kontur pada setiap panel secara kualitatif menyatakan harga minimum (putih) dan maksimum
(hitam) gradien gravitasi.

______________________________________________________________________________________
Jurnal Teknologi Mineral No. 4, Vol. VIII/2001
gxx gxy gxz

gyy gyz

gz gzz
0

10

11

MIN MAX

5 km

Gambar 2.
Komponen tensor gradien gravitasi (ij) hasil perhitungan menggunakan FFT dari data sintetik (gz) yang
telah ditambah noise terdistribusi normal 5%. Kontur pada setiap panel secara kualitatif menyatakan harga
minimum (putih) dan maksimum (hitam) gradien gravitasi.

______________________________________________________________________________________
Jurnal Teknologi Mineral No. 4, Vol. VIII/2001
DAFTAR PUSTAKA
Terlihat bahwa data gz sudah menunjukkan
adanya anomali magnetik yang cukup jelas, yaitu
anomali dengan arah baratdaya-timurlaut. 1. Bell, R.E., Anderson, R.N., Pratson, L.F.,
Mengingat anomali utama tidak simetris dengan 1997, Gravity Gradiometry Resurfaces,
sumbu koordinat namun hampir sejajar dengan The Leading Edge, January, 55-59.
sumbu y maka delineasi anomali lebih menonjol
2. Blakely, R.J., 1995, Potential Theory in
pada komponen gxy, gyy dan gzz Hal ini
Gravity and Magnetic Applications,
mengindikasikan adanya keterbatasan inter-
Cambridge University Press.
pretasi menggunakan tensor gradien.
3. Hansen R.O., Pearson, W.C., deRidder,
Johnson, W.M., 1999, The Gravity
IV. KESIMPULAN Gradiometer: Basic Concepts and
Tradeoffs, The Leading Edge, April,
Komponen tensor gradien gravitasi dapat
478-480.
dihitung dari data gravitasi komponen vertikal
(gz) menggunakan transformasi Fourier. 4. Hsu, S.K., Sibuet, J.C., Shyu, C.T., 1996,
Perbandingan antara tensor gradien gravitasi High-resolution Detection of Geologic
hasil metode FFT dengan hasil forward Boundaries from Potential-Field
modelling untuk model prisma sederhana (tanpa Anomalies, An Enhanced Analytic
noise dan dengan noise 5%) menghasilkan RMS Signal Technique, Geophysics, 61, 373-
error yang cukup baik (maksimum 1% dan 386.
11%). Hal ini menunjukkan validitas penentuan
5. Huston H.H., Sestak, H., Lyman, G.D., 1999,
tensor gradien gravitasi menggunakan
transformasi Fourier. Meskipun demikian, Methodology for Interpreting 3-D
pengaruh noise terhadap hasil perhitungan Marine Gravity Gradiometry Data, The
Leading Edge, April, 482-485.
mengharuskan kehati-hatian dalam penggunaan
teknik FFT yang memang sensitif terhadap 6. Marson, I., Klingele, E.E., 1993, Advantages
adanya noise. of Using the Vertical Gradient of
Gravity for 3-D Interpretation,
Penerapan pada data lapangan berupa data
magnetik yang telah direduksi ke kutub Geophysics, 58, 1588-1595.
menunjukkan bahwa tensor gradien tidak dapat 7. Mickus, K.L., Hinojosa, J.H., 2001, The
mendelineasi dengan baik anomali yang tidak Complete Gravity Gradient Tensor
simetris terhadap sumbu koordinat. Batas-batas Derived From The Vertical Component
anomali hanya dapat diperoleh dari komponen of Gravity : A Fourier Transform
yang merupakan gabungan arah x dan y. Technique, Journal of Applied
Keterbatasan ini lebih pada kandungan informasi Geophysics, 46, 156-176.
pada tensor gradien yang sangat bergantung pada
sistem koordinat yang dipilih, bukan pada 8. Pedersen, L.B., Rasmussen, T.M., 1990, The
metode penentuan tensor gradien gravitasi Gradient Tensor of Potential Field
menggunakan teknik FFT. Anomalies: Some Implications on Data
Collection and Data Processing of
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut dapat Maps, Geophysics, 55, 1558-1566.
digunakan prosedur rotasi tensor sebagaimana
dikenal pada metode magnetotellurik yang juga 9. Vasco, D.W., Taylor, C., 1991, Inversion of
sudah diperkenalkan oleh Pedersen & Rasmussen Airborne Gravity Gradient data, South-
(1990) untuk data medan potensial (gravitasi dan western Oklahoma, Geophysics, 56, 90-
magnetik). Dalam hal ini sistem koordinat 101.
dirotasi sehingga searah dengan arah struktur dan 10. Zhang, C., Mushayandebvu, M.F., Reid,
diperoleh komponen-komponen tensor gradien A.B., Fairhead, J.D., Odegard, M.E.,
gravitasi dengan karakteristik sebagaimana telah 2000, Euler Deconvolution of Gravity
dibahas di atas. Tensor Gradient Data, Geophysics, 65,
512-520.

______________________________________________________________________________________
Jurnal Teknologi Mineral No. 4, Vol. VIII/2001
gxx gxy gxz

gyy gyz

gz gzz
0

10

11

MIN MAX

5 km

Gambar 3.
Komponen tensor gradien gravitasi (ij) hasil perhitungan menggunakan FFT dari data sintetik (gz) untuk
model yang lebih kompleks. Kontur pada setiap panel secara kualitatif menyatakan harga minimum (putih)
dan maksimum (hitam) gradien gravitasi.

______________________________________________________________________________________
Jurnal Teknologi Mineral No. 4, Vol. VIII/2001

Anda mungkin juga menyukai