Anda di halaman 1dari 27

I.

Judul Percobaan : TITRASI ASAM BASA


II. Tanggal/Hari Percobaan : Senin, 16 Oktober 2017, Pukul 07.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Senin, 16 Oktober 2017, Pukul 10.20 WIB
IV. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOHdengan larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
3. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan menggunakan indikator
alami
V. Tinjauan Pustaka

Asam basa merupakan salah satu sifat suatu zat baik yang berebntuk larutan
maupun non pelarut. Sifat dari asam yaitu terasa masam dan basa terasa pahit dan
sifat asam basa juga bersifat beracun dan korosif. Hubungan asam basa dengan pH
adalah pH sebagai penentu agar suatu senyawa bisa diketahui bersifat asam atau
basa, jika pH senyawa lebih kecil dari 7 maka senyawa tersebut bersifat asam dan
jika suatu senyawa pH lebih besar dari 7 maka senyawa tersebut bersifat basa.

Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan


suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa di dasarkan pada reaksi netralisasi
asam basa. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi
kompleks. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
sitentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.

Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah
asam tepat dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi
perubahan pH. pH pada titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang
dihasilkan dari netralisasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam
basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik ekuivalen berada pada
umumnya, titik ekuivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah diamati adalah
titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik ekuivalen tercapai. Titik
akhir titrasi adalah kondisi saat indikator menunjukkan perbedaan warna. Titrasi
harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan
perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak terlalu berimpit dengan titik
ekuivalen, dengan pemilihan indikator yang tepat kita dapat memperkecil kesalahan
titrasi.

Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air
akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida
selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang
ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam air yaitu sama dengan 7 karena
titik ekuivalennya netral.

Secara umum asam memiliki sifat sebagai berikut :

1. Rasa : masam ketika dilarutkan ke dalam air


2. Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh, terutama pada asam kuat
3. Kereaktifan : asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam yaitu korosif
4. Hantaran listrik : asam meskipun tidak selalu ionik tetapi juga merupakan
elektrolit
5. Mengubah lakmus biru menjad merah

Sifat-sifat umum pada basa :

1. Kaustik
2. Rasanya pahit
3. Licin seperti sabun
4. Nilai pH lebih dari sabun (>7)
5. Mengubah lakmus merah menjadi biru
6. Dapat menghantarkan arus listrik

Larutan baku yang digunakan pada titrasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena
zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan jika dipakai
asam atau basa yang lebih lemah. Larutan baku asam dapat dibuat dari HCl, H2SO4,
atau HclO4, sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH.
Titrasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat, asam atau
basa lemah dengan basa atau asam kuat, seperti :
NH4OH + H3O+ ↔ NH4+ + 2H2O (Basa lemah dengan asam kuat)
CH3COOH + OH- ↔ CH3COOH + H2O (Asam lemah dengan basa
kuat)
CH3COO- + H3O+ ↔ CH3COOH +H2O (Garam dengan asam kuat)
NH4+ + OH- ↔ NH3 + H2O (Garam dengan asam kuat)
Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
1. Konsentrasi titrasi harus diketahui, Larutan seperti ini disebut larutan standart
2. Reaksi yang tepat antara titrasi dan senyawa yang dianalisis harus diketahui
3. Titik stokiometri atau titik ekuivalen harus diketahui indikator yang
memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekuivalen yang
sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
4. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen harus
diketahui secepat mungkin.

Pada titrasi terkadang juga terjadi ketidaksesuaian dengan teori yang ada,
penyebab kesalahan pada titrasi yang tidak sesuai dengan teori adalah :

1. Kesalahan dalm membuat larutan baku. Misalnya HCl yang harusnya dibuat
dengan konsentrasi 1 M karena tidak teliti maka malah membuat larutan
dengan konsentrasi 0,98 M
2. Kesalahan dalam mengamati perubahan warna indikator (biasanya universal)
3. Kesalahan dalam membaca skala ukur di biuret
4. Kesalahan dalam menentukan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi
5. Kesalahan dalam menghitung M1V1 = M2V2
6. Kesalahan dalam penambahan larutan yang ada di biuret secara berlebihan
terhadap larutan yang ada di tabung erlenmayer yang menyebabkan
perubahan warna yang tidak sesuai dengan teori.

Proses titrasi asam basa yang sering dipantau dengan penggambaran pH


larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar
yang diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi. Dalam titrasi, suatu
larutan yang harus dinetralkan, misalnya asam dimasukkan kedalam buret, lalu
dimasukkan ke dalam asam mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai
titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satu cara untuk mencapai titik setara
adalah melalui perubahan warna dari indikator asam basa. Titik pada saat dimana
indikator berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator. Yang
diperlukan adalah memadamkan titik akhir indikator dengan titik setara dari
penetralan, ini dapat tercapai jika kita dapat menemukan indikator yang perubahan
warnanya terjadi dalam selang pH yang meliputi pH seusai dengan titik setara.

Rumus umum Titrasi :

Pada saat titik ekuivalen, maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol
ekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut :

Mol ekuivalen asam : mol ekuivalen basa

Maka, N X V (asam) : N x V (basa)

atau

M x V x N (asam) : M x V x N (basa)

Keterangan :

N = Normalitas

V = Volume

N = Valensi (asam H+ atau basa OH-)

M = Molaritas

Cara menentukan titik ekuivalen ada 2 macam :

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi


2. Memakai indikator asam basa

Indikator yang paling sering digunakan dalam titrasi adalah indikator


universal. Indikator universal merupakan indikator pH larutan dari beberapa
senyawa yang menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang
pH antara 1-14 untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Komponen
utama larutan indikator universal adalah timol biru, metil merah, bromtimol biru
dan fenoftalein. Campuran ini sangat penting karena, masing-masing komponen
kehilangan atau mendpatkan elektron bergantung pada keasamana atau kebasaan
larutan yang akan diuji. Indikator universal jenis ini paling layak digunakan untuk
larutan tak bewarna, sehingga dapat meningkatkan akurasi pengujian.

VI. Alat dan Bahan :


1. Alat
 Buret 50 mL 1 Buah
 Labu Erlenmeyer 250 mL 3 Buah
 Gelas Kimia 25 mL 2 Buah
 Klem dan Statif 1 set
 Corong 1 Buah
 Pipet tetes 2 Buah
 Mortar dan Alu 1 Set

2. Bahan
 C2H2O4 0,05 M 30 mL
 NaOH secukupnya
 HCl 60 mL
 Indikator Universal secukupnya
 Ekstrak tumbuhan (bougenville) secukupnya
 Etanol secukupnya
VII. Alur Percobaan :
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku C2H2O4
menggunakan indikator universal

Larutan NaOH Larutan C2H2O4

- Digunakan untuk membilas buret - Dimasukkan ke labu Erlenmeyer


- Dimasukkan ke buret sampai skala >0 - Ditambah 2 tetes indikator universal
- Diturukan larutan sampai skala =0 - Dicatat keadaanya
- Dibersihkan sisa pada dinding buret
- Dicatat keadaan skala buret

- Diteteskan NaOH dalam C2H2O4 sampai berubah warna hijau


- Dicatat volume NaOH yang digunakan

Perubahan Warna
- Diulang 3 kali
- Dihitung kosentrasi larutan
Konsetrasi NaOH

Reaksi yang terjadi : 2NaOH(aq) + C2H2O4(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)

2. Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH menggunakan


indikator universal

Larutan NaOH Larutan HCl

- Digunakan untuk membilas buret - Dimasukkan ke labu Erlenmeyer


- Dimasukkan ke buret sampai skala >0 - Ditambah 2 tetes indikator universal
- Diturukan larutan sampai skala =0 - Dicatat keadaanya
- Dibersihkan sisa pada dinding buret
- Dicatat keadaan skala buret

- Diteteskan NaOH dalam HCl sampai berubah warna hijau


- Dicatat volume NaOH yang digunakan

Perubahan Warna
- Diulang 3 kali
- Dihitung kosentrasi larutan
Konsetrasi HCl
Reaksi yang terjadi : HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

3. Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH mengguakan


indikator alami

Larutan NaOH 10 mL Larutan HCl

- Digunakan untuk membilas buret - Dimasukkan ke labu Erlenmeyer


- Dimasukkan ke buret sampai skala >0 - Ditambah 2 tetes indikator alami
- Diturukan larutan sampai skala =0 - Dicatat keadaanya
- Dibersihkan sisa pada dinding buret
- Dicatat keadaan skala buret

- Diteteskan NaOH dalam HCl sampai berubah warna hijau


- Dicatat volume NaOH yang digunakan

Perubahan Warna
- Diulang 3 kali
- Dihitung kosentrasi larutan
Konsetrasi HCl

Reaksi yang terjadi : HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(l)


VIII. Hasil Pengamatan

No.
Prosedur Pengamatan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
1. Sebelum : Reaksi yang Kosentrasi
 C2H2O4 tidak NaOH
terjadi :
berwarna M1 = 0,66 M
 NaOH tidak 2NaOH(aq) + M2 = 0,65 M
berwarna C2H2O4(aq) → M3 = 0,65 M
 Volume C2H2O4
Na2C2O4(aq) + M rata-rata =
0,5 M = 10 mL
 Indikator Universal 2H2O(l) 0,653 M
merah

Sesudah :
 2NaOH(aq) +
C2H2O4(aq)
berwarna hijau
 V1 NaOH = 15,1
mL
 V2 NaOH = 15,2
mL
 V3 NaOH = 15,2
mL
Sebelum : Kosentrasi HCl
Reaksi yang
 HCl tidak M1 = 0,715 M
berwarna terjadi : M2 = 0,650 M
 NaOH tidak HCl(aq) + M3 = 0,670 M
berwarna
 Volume HCl = 10 NaOH(aq) → M rata-rata =
mL NaCl(aq) + 0,678 M
 Indikator Universal
H2O(l)
merah

Sesudah :
 HCl(aq) +
NaOH(aq)
berwarna hijau
 V1 NaOH = 11,0
mL
 V2 NaOH = 10,0
mL
 V3 NaOH = 10,3
mL
Reaksi yang Kosentrasi HCl
M1 = 0,676 M
Sebelum : terjadi :
M2 = 0,663 M
 HCl tidak HCl(aq) + M3 = 0,663 M
berwarna
NaOH(aq) →
 NaOH tidak M rata-rata =
berwarna NaCl(aq) + 0,667 M
 Volume HCl = 10 H2O(l)
mL
 Indikator alami
bunga bougeville
merah muda (pink)

Sesudah :
 HCl(aq) +
NaOH(aq)
berwarna kuning
 V1 NaOH = 10,4
mL
 V2 NaOH = 10,2
mL
 V3 NaOH = 10,2
mL
IX. ANALISIS DATA
Dalam percobaan tirasi asam basa ini, dilakukan tiga macam percobaan dan
dilakukan tiga kali pengulangan pada masing-masing percobaan. Percobaan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat
(C2H2O4) dengan menggunakan indikator universal.
Dalam percobaan pertama ini berttujuan menentukan konsentrasi larutan NaOH
dengan larutan baku asam oksalat (C2H2O4) dengan menggunakan indikator universal.
Dalam percobaan ini digunakan 10 ml C2H2O4 0,05 M yang kemudian ditetesi indikator
universal sebanyak 2 tetes. Setelah ditambahkan indikator tersebut, larutan tetap tidak
berwarna (bening). Kemudian larutan tersebut ditetesi secara perlahan dengan larutan
NaOH yang sudah dimasukkan dalam buret yang belum diketahui konsentrasinya.
Setelah ditetesi larutan NaOH Warna larutan berubah menjadi hijau. Reaksi yang terjadi
adalah:
C2H2O4(aq) + 2 NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 2 H2O(l)
Dari tiga kali percobaan yang dilakukan, larutan asam oksalat C2H2O4 mencapai
titik akhir dalam titrasi (berubah warna menjadi hijau) saat penambahan NaOH pada
masing-masing percobaan sebanyak 15,1 ml, 15,2 ml, 15,2 ml. Kemudian untuk mencari
konsentrasi NaOH digunakan rumus perbandingan mol yaitu:
M C2H2O4 x V C2H2O4 x n C2H2O4 = MNaOH x V NaOH x n NaOH
Pada percobaan 1 dengan 10 ml asam oksalat (C2H2O4) 0,05 M yang kemudian
diberi 2 tetes indikator universal , diperlukan 15,1 ml NaOH didapat konsentrasi
NaOH(aq) sebesar 0,66 M dan larutan berubah warna menjadi hijau muda. Kemudian
pada percobaan kedua dengan 10 ml asam oksalat (C2H2O4) 0,05 M yang kemudian diberi
2 tetes indikator universal , diperlukan 15,2 ml NaOH didapat konsentrasi NaOH(aq)
sebesar 0,65 M dan larutan berubah warna menjadi hijau muda. Dan pada percobaan
ketiga dengan 10 ml asam oksalat (C2H2O4) 0,05 M yang kemudian diberi 2 tetes
indikator universal , diperlukan 15,2 ml NaOH didapat konsentrasi NaOH(aq) sebesar
0,65 M dan larutan berubah warna menjadi hijau muda. Pada perhitungan ini diketahui
valensi dari asam oksalat (C2H2O4) adalah 2, dan valensi dari larutan NaOH adalah 1.
Dari ketiga pengulangan dalam percobaan pertama ini dapat diketahui rata-rata
konsentrasi NaOH yaitu sebesar 0,65 M.
2. Menentukan konsentrasi larutan HCL dengan larutan NaOH dengan
menggunakan indikator universal
Pada percobaan kedua ini bertujuan menentukan konsentrasi larutan HCl
dengan larutan NaOH yang sudah diketahui konsentrasinya dari percobaan pertama
dengan menggunakan indikator universal. Dalam percobaan ini digunakan 10 ml
HCl yang kemudian ditetesi indikator universal sebanyak 2 tetes. Setelah
ditambahkan indikator tersebut, larutan tetap tidak berwarna (bening). Kemudian
larutan tersebut ditetesi secara perlahan dengan larutan NaOH yang sudah
dimasukkan dalam buret yang sudah diketahui konsentrasinya dari percobaan
pertama, yaitu sebesar 0,65 M. Setelah ditetesi larutan NaOH, warna larutan
berubah menjadi hijau. Reaksi yang terjadi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Dari tiga kali percobaan yang dilakukan, larutan asam klorida (HCl) mencapai
titik akhir dalam titrasi (berubah warna menjadi hijau) saat penambahan NaOH
pada masing-masing percobaan sebanyak 11,0 ml, 10,0 ml, 10,3 ml. Kemudian
untuk mencari konsentrasi HCl digunakan rumus perbandingan mol yaitu:

M HCl x V HCl x n HCl = MNaOH x V NaOH x n NaOH

Pada percobaan 1 dengan 10 ml HCl yang kemudian diberi 2 tetes indikator


universal, diperlukan 11,0 ml NaOH 0,66 M didapat konsentrasi HCl(aq) sebesar
0,726 M dan larutan berubah warna menjadi ungu. Kemudian pada percobaan
kedua dengan 10 ml HCl yang kemudian diberi 2 tetes indikator universal ,
diperlukan 10,0 ml NaOH 0,65 M didapat konsentrasi HCl(aq) sebesar 0,650 M dan
larutan berubah warna menjadi hijau muda. Dan pada percobaan ketiga dengan 10
ml HCl yang kemudian diberi 2 tetes indikator universal , diperlukan 10,3 ml NaOH
0,65 M didapat konsentrasi HCl(aq) sebesar 0,670 M dan larutan berubah warna
menjadi hijau muda. Pada perhitungan ini diketahui valensi dari asam oksalat
(C2H2O4) adalah 2, dan valensi dari larutan NaOH adalah 1. Dari ketiga
pengulangan dalam percobaan pertama ini dapat diketahui rata-rata konsentrasi
HCL yaitu sebesar 0,682 M.
3. Menentukan konsentrasi larutan HCL dengan larutan NaOH dengan
menggunakan indikator ekstrak tumbuhan (bunga bugenville berwarna orange).
Pada percobaan ketiga ini bertujuan menentukan konsentrasi larutan HCl
dengan larutan NaOH yang sudah diketahui konsentrasinya dari percobaan pertama
dengan menggunakan indikator ekstrak tumbuhan (bunga bugenville berwarna
orange). Dalam percobaan ini digunakan 10 ml HCl yang kemudian ditetesi
indikator universal sebanyak 2 tetes. Setelah ditambahkan indikator tersebut,
larutan tetap tidak berwarna (bening). Kemudian larutan tersebut ditetesi secara
perlahan dengan larutan NaOH yang sudah dimasukkan dalam buret yang sudah
diketahui konsentrasinya dari percobaan pertama yaitu O,65 M. Setelah ditetesi
larutan NaOH, warna larutan berubah menjadi kuning. Reaksi yang terjadi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Dari tiga kali percobaan yang dilakukan, larutan asam klorida (HCl) mencapai
titik akhir dalam titrasi (berubah warna menjadi kuning) saat penambahan NaOH
pada masing-masing percobaan sebanyak 10,4 ml, 10,2 ml, 10,2 ml. Kemudian
untuk mencari konsentrasi HCl digunakan rumus perbandingan mol yaitu:
M HCl x V HCl x n HCl = MNaOH x V NaOH x n NaOH
Pada percobaan 1 dengan 10 ml HCl yang kemudian diberi 2 tetes indikator
ekstrak bunga bugenville, diperlukan 10,4 ml NaOH 0,66 M didapat konsentrasi
HCl(aq) sebesar 0,6864 M dan larutan berubah warna menjadi kuning. Kemudian
pada percobaan kedua dengan 10 ml HCl yang kemudian diberi 2 tetes indikator
ekstrak bunga bugenville, diperlukan 10,2 ml NaOH 0,65 M didapat konsentrasi
HCl(aq) sebesar 0,6630 M dan larutan berubah warna menjadi kuning. Dan pada
percobaan ketiga dengan 10 ml HCl yang kemudian diberi 2 tetes indikator ekstrak
bunga bugenville, diperlukan 10,2 ml NaOH 0,65 M didapat konsentrasi HCl(aq)
sebesar 0,6630 M dan larutan berubah warna menjadi kuning. Pada perhitungan ini
diketahui valensi dari HCL adalah 1, dan valensi dari larutan NaOH adalah 1. Dari
ketiga pengulangan dalam percobaan pertama ini dapat diketahui rata-rata
konsentrasi HCl yaitu sebesar 0,670 M.
X. PEMBAHASAN

1. Menentukan Konsentrasi Larutan Naoh dengan Larutan Baku Asam


Oksalat (C2H2O4)

Pada percobaan pertama, yaitu menentukan konsentrasi larutan NaOH


dengan larutan asam oksalat (C2H2O4) diperoleh hasil konsentrasi NaOH dengan
rata-rata sebesar 0,653 M. Berdasarkan teori, sebelum dan sesudah ditetesi indikator
universal pada C2H2O4 tidak bewarna, dan setelah dititrasi larutan C2H2O4
(ditetesi NaOH dari buret) yang ditetesi indikator universal berubah warna menjadi
hijau muda. Pada percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh hasil sesuai dengan
teori yang ada, yaitu sebelum dan sesudah ditetesi indikator universal larutan
C2H2O4 tidak bewarna, dan setelah dititrasi larutan C2H2O4 (ditetesi NaOH dari
buret) larutan asam oksalat yang ditetesi indikator universal berubah warna menjadi
hijau muda (hijau memudar).

Pada tiga pengulangan yang dilakukan pada percobaan pertama ini


didapatkan hasil volume NaOH ada yang berbeda yaitu 15,1 ml, 15,2 ml, 15,2 ml.
Pada percobaan yang kami lakukan terdapat sedikit perbedaan volume yaitu 0,1 ml
yang disebabkan oleh kurang ketelitian kami dalam membaca miniskus pada buret,
serta kesalahan pada penetesan larutan NaOH yang kurang tepat untuk
menghentikannya pada saat sudah terjadi perubahan warna, kesalahan pada saat
menggoyangkan labu erlenmayer untuk mengetahui titik akhir titrasi, atau
kesalahan membaca warna larutan C2H2O4 yang menunjukkan warna hijau muda
yang memiliki tingkat kepekatan warna yang berbeda.

Pada percobaan titrasi ini pemberian indikator universal dilakukan saat


larutan dititrasi, sedangkan larutan lain yang belum dititrasi tidak terlebih dahulu
diberikan indikator universal. Hal ini dilakukukan agar indikator yang diberikan
tidak menguap, karena indikator universal memiliki sifat mudah menguap pada
suhu ruang. Selain itu pada penambahan NaOH melalui buret dilakukan perlahan-
lahan agar memperoleh hasil yang lebih akurat dan diperoleh volume NaOH yang
tepat bereaksi dengan asam oksalat (mencapai titik akhir titrasi/terjadi perubahan
warna). Proses titrasi dihentikan ketika larutan telah berubah warna menjadi warna
hijau muda memudar. Perubahan warna ini disebabkan pemberian indikator
universal pada larutan C2H2O4, indikator universal akan berubah warna menjadi
hijau muda ketika larutan mencapai pH yang bersifat basa (dalam suasana basa),
larutan akan berubah warna menjadi ungu. Semakin basa sifat larutannya maka
semakin pekat warnanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator universal
merupakan indikator basa yang memiliki trayek pH dengan kisaran 8,3-10 dan
perubahan warnanya mulai dari tidak bewarna sampai hijau muda. Pada percobaan
pertama ini terjadi proses Titrasi penetralan. Asidimetri dan alkametri termasuk
reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan
ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Asidimetri adalah titrasi penetralan yang melibatkan basa dengan asam sebagai
larutan bakunya (asamnya sudah diketahui konsentrasinya), sedangkan alkalimetri
adalah titrasi penetralan yang melibatkan asam dengan basa sebagai larutan
bakunya (basanya sudah diketahui konsentrasinya).

2. Menentukan Konsentrasi Larutan Hcl Dengan Larutan Naoh dengan


Menggunakan Indikator Universal
Pada percobaan kedua, yaitu menentukan konsentrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH diperoleh hasil konsentrasi HCl dengan rata-rata sebesar 0,678 M.
Berdasarkan teori, sebelum dan sesudah ditetesi indikator universal larutan HCl
tidak bewarna, dan setelah dititrasi larutan HCl yang ditetesi indikator universal
berubah warna menjadi hijau muda (hijau muda memudar). Pada percobaan yang
telah kami lakukan, diperoleh hasil ada yang sesuai dan tidak sesuai dengan teori
yang ada.
Dari tiga pengulangan yang dilakukan pada percobaan kedua ini didapatkan
hasil volume NaOH yang berbeda-beda yaitu 11 ml, 10 ml, 10,3 ml, sehingga
diperoleh konsentrasi HCl yang berbeda-beda pula yaitu 0,715 M, 0, 650 M, 0,670
M. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori bahwa volume atau jumlah
NaOH yang tepat bereaksi dengan HCl adalah sama. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya ketelitian kami dalam membaca
miniskus pada buret, serta kesalahan pada penetesan larutan NaOH yang kurang
tepat untuk menghentikannya pada saat sudah terjadi perubahan warna, kesalahan
pada saat menggoyangkan labu erlenmayer untuk mengetahui titik akhir titrasi, atau
kesalahan membaca warna larutan HCl yang menunjukkan warna hijau muda yang
memiliki tingkat kepekatan warna yang berbeda. Pada pengulangan kedua kami
mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori, yaitu kami menghasilkan warna
ungu muda yang disebabkan kurang telitinya kami dalam melakukan proses
penambahan laturan NaOH dari buret yaitu banyaknya tetesan dari larutan NaOH
yang menyebabkan campuran antara larutan HCl dengan NaOH menjadi warna
ungu yaitu basa pekat.
Pada percobaan titrasi ini pemberian indikator universal dilakukan saat
larutan akan dititrasi. Hal ini dilakukan agar indikator yang diberikan tidak
menguap, karena indikator universal memiliki sifat mudah menguap pada suhu
ruang. Proses titrasi dihentikan ketika larutan telah berubah warna menjadi hijau
muda memudar. Perubahan warna ini disebabkan karena pemberian indikator
universal pada larutan HCl, indikator universal akan berubah warna menjadi hijau
muda ketika larutan mencapai pH yang bersifat basa (dalam suasana basa). Larutan
akan berubah warna menjadi hijau muda muda sampai warna ungu pekat. Semakin
basa sifat larutannya maka semakin pekat warnanya :
3. Menentukan Konsentrasi Larutan Hcl dan Larutan NaOH dengan
Menggunakan Indikator Ekstrak Tumbuhan (Bunga Bugenvil Orange)
Percobaan ketiga ini hampir sama dengan percobaan kedua, perbedaannya
yaitu kami menggunakan indikator ekstrak tumbuhan bunag bugenvil untuk
menentukan konsentrasi larutan HCl. Hasil pada percobaan ketiga ini yaitu
konsentrasi larutan HCl dengan rata-rata sebesar 0,667 M. Hampir sama dengan
percobaan kedua, perbedaannya yaitu kami menggunakan indikator ekstrak
tumbuhan bunag bugenvil untuk menentukan konsentrasi larutan HCl. Hasil pada
percobaan ketiga ini yaitu konsentrasi larutan HCl dengan rata-rata sebesar 0,667
M hampir sama dengan percobaan kedua, perbedaannya yaitu kami menggunakan
indikator ekstrak tumbuhan bunga bugenvil untuk menentukan konsentrasi larutan
HCl. Hasil pada percobaan ketiga ini yaitu konsentrasi larutan HCl dengan rata-rata
sebesar 0,667 M. Berdasarkan teori, sebelum ditetesi indikator ekstrak bunga
bugenvil larutan HCl tidak bewarna, dan setelah ditetesi indikator ekstrak bunga
bugenvil yang dicampur dengan ethanol larutan HCl tidak bewarna, Kemudian
setelah dititrasi larutan HCl yang ditetesi indikator ekstrak bunga bugenvil berubah
menjadi warna jingga. Dari percobaan yang telah kami lakukan, diperoleh hasil
sesuai dengan teori yang ada.
Dari tiga pengulangan yang dilakukan pada percobaan ketiga ini didapatkan
hasil volume NaOH sama dan ada yang berbeda yaitu 10,4 ml, 10,2 ml, dan 10,2
ml sehingga diperoleh konsentrasi HCl ada yang sama dan berbeda yaitu 0,676 M,
0,663 M, dan 0,663 M. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori bahwa
volume atau jumlah NaOH yang tepat bereaksi dengan HCl adalah sama. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya ketelitian kami
dalam membaca miniskus pada buret, serta kesalahan pada penetesan larutan NaOH
yang kurang tepat untuk menghentikannya pada saat sudah terjadi perubahan
warna, kesalahan pada saat menggoyangkan labu erlenmayer untuk mengetahui
titik akhir titrasi, atau kesalahan membaca warna larutan HCl yang menunjukkan
warna jingga yang memiliki tingkat kepekatan warna yang berbeda.
Proses titrasi dihentikan ketika larutan telah berubah warna menjadi warna
jingga. Perubahan warna ini disebabkan pemberian indikator ekstrak bunga
bugenvil pada larutan HCl, indikator akan berubah warna menjadi jingga ketika
larutan mencapai pH yang bersifat basa (dalam suasana basa). Bunga bugenvil
memiliki perubahan warna dari warna kuning pudar sampai jingga. Indikator alami
hanya bisa menunjukkan apakah zat tersebut bersifat asam atau basa tetapi tidak
dapat menunjukkan nilai pH nya. Indikator asam-basa dari bunga bugenvil ketika
di dalam larutan asam akan menjadi
Fungsi penambahan indikator dalam proses titrasi adalah untuk menentukan
titik ekuivalen ketika dua larutan lebih mencapai netralisasi, dengan perbandingan
perubahan warna yang terjadi di dalam larutan.
 Larutan baku primer yaitu larutan dimana dapat diketahui kadarnya dan
stabil pada proses penimangan, pelarutan, dan penyimpanan.

Adapun Syarat-Syarat Larutan Baku Primer :

- Mempunyai kemurnian yang tinggi


- Rumus molekulnya pasti
- Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
- Berat ekuivalen yang tinggi (agar kesalahan penimbangan dapat
diabaikan)
- Larutan satbil dalam penyimpanan
Contoh : Asam Oksalat (C2H2O4)
 Larutan baku sekunder yaitu larutan dimana konsentrasinya ditentukan
dengan jalan pembekuan dengan larutan atau secara langsung tidak dapat
diketahui kadarnya dan kestabilannya didalam proses penimbangan, pelarutan dan
penyimpanan.

Adapun syarat-syarat larutan baku sekunder :

- Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku pri


- Berat ekuivalennya tinggi
- Larutan relatif stabil didalam penyimpanan
Contoh : NaOH
 Larutan standar tersier yaitu larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan
ara menitrasi dengan larutan standar sekunder yang terlebih dahulu telah
distandarisasi dengan larutan standar primer.

Contoh : HCl.

XI. KESIMPULAN
Berdasarkan percoban yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Pada percobaan pertama , menentukan konsentrasi NaOH dengan larutan
baku asam oksalat diperoleh konsentrasi NaOH masing-masing sebesar 0,66
M, 0,65 M, 0,65 M, sehingga diperoleh rata-rata konsentrasi NaOH sebesar
0,653 M. Dari seluruh pengulangan terjadi perubahan warna menjadi hijau
muda pudar yang sesuai dengan teori.
 Pada percobaan kedua, menentukan konsentrasi HCl yang ditetesi indikator
universal dengan larutan NaOH, diperoleh konsentrasi HCl masing-masing
sebesar 0,715 M, 0,650 M, 0,670 M. Sehingga diperoleh rata-rata konsentrasi
HCl sebesar sebesar 0,678 M. Dari seluruh pengulangan terjadi perubahan
warna larutan menjadi hijau, dan terdapat satu kali pengulangan yang tidak
memenuhi kesesuaian dengan teori, yaitu berubah warna menjadi warna
ungu.
 Pada percobaan ketiga, menentukan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH
diperoleh konsnetrasi HCl masing-masing sebesar 0,676 M, 0,663 M, 0,663
M, sehingga diperoleh rata-rata konsentrasi HCl sebesar 0,667 M. Dari
seluruh pengulangan terjadi perubahan warna larutan menjadi jingga.
 Bunga bugenvil dapat digunakan sebagai indikator alami yang fungsinya
sama dengan indikator universal yaitu mengidentifikasi larutan yang bersifat
basa.
 Pada percobaan ini yang berfungsi sebagai larutan baku primer adalah asam
oksalat (C2H2O4)
 PADA PERCOBAAN INI YANG BERFUNGSI sebagai larutan baku
sekunder adalah NaOH
 Pada percobaan ini yang berfungsi sebagai larutan baku tersier adalah HCl.
XII. PERTANYAAN
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan
indikator phenolptalein ?
Jawab :
Karena indikator Phenolphthalein atau biasa disingkat sebagai PP adalah suatu
senyawa organik dengan rumus C20H14O4 dan biasa dipakai sebagai indikator
untuk titrasi asam basa. Tidak bewarna dalam larutan asam dan berwarna
fuksia (pink) bila dalam larutan basa. Phenolphthalein tidak akan berwarna
(bening) dalam keadaan zat yang asam atau netral, namun akan berwarna
kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah
8,3 Phenolphthalein tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka
warna merah muda yang semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa
maka warna yang ditimbulkan akan semakin. Seperti yang kita ketahui bahwa
NaOH merupakan larutan yang bersifat basa, sehingga asam oksalat yang
telah diberi indikator Phenolptalein akan berubah warna menjadi kemerahan
ketika ditetesi NaOH. Hal ini menyebabkan indikar PP sangat cocok
digunakan untuk dijadikan indikator pada titrasi asam basa, karena
perubahannya sangat terlihat dari awalnya tidak berwarna menjadi merah
muda.
2. Apa perbedaan titik ekuivalen dan titik akhir ?
Jawab :
Titik ekuivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi
dengan jumlah mol basa,atau bisa disebut saat larutan menjadi netral.
Sedangkan titik akhir adalah titik dimana telah terjadi perubahan warna pada
larutan.
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer, larutan
baku sekunder, dan larutan baku tersier ?
Jawab :
 Larutan baku primer = Asam Oksalat (C2H2O4)
 Larutan baku sekunder = NaOH
 Larutan baku tersier = HCl
LAMPIRAN

Lampiran Perhitungan

 Percobaan 1 M1 x 15,2 mL x 1 = 0,5 M x 10 mL x 2

Mencari konsentrasi NaOH dengan M1 = 0,65 M


titrat C2H2O4 menggunakan indikator
Rata-rata molaritas NaOH
universal
M(1)+ M(2)+ M(3)
V1 NaOH = 15,1 mL =
3

V2 NaOH = 15,2 mL 0,66 M + 0,65 M + 0,65 M


=
3
V3 NaOH = 15,2 mL = 0,65 M

Perhitungan konsentrasi NaOH pada  Percobaan 2


percobaan 1
Mencari konsentrasi HCl dengan
1. NaOH = C2H2O4 titran/titer NaOH menggunakan

M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2 indikator universal

M1 x 15,1 mL x 1 = 0,5 M x 10 mL x 2 V1 NaOH = 11,0 mL

M1 = 0,66 M V2 NaOH = 10,0 mL

V3 NaOH = 10,3 mL

2. NaOH = C2H2O4 Perhitungan konsentrasi HCl pada


percobaan 2
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
1. HCl = NaOH
M1 x 15,2 mL x 1 = 0,5 M x 10 mL x 2
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 = 0,65 M
M1 x 10 mL x 1 = 0,65 M x 11,0 mL x 1

M1 = 0,715 M
3. NaOH = C2H2O4

M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
2. HCl = NaOH Perhitungan konsentrasi HCl pada
percobaan 2
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
1. HCl = NaOH
M1 x 10 mL x 1 = 0,65 M x 10,0 mL x 1
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 = 0,650 M
M1 x 10 mL x 1 = 0,65 M x 10,4 mL x 1

M1 = 0,676 M
3. HCl = NaOH

M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
2. HCl = NaOH
M1 x 10 mL x 1 = 0,65 M x 10,3 mL x 1
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 = 0,670 M
M1 x 10 mL x 1 = 0,65 M x 10,2 mL x 1

M1 = 0,663 M
Rata-rata molaritas HCl

M(1)+ M(2)+ M(3)


=
3 3. HCl = NaOH

0,715 M + 0,65 M + 0,67 M M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2


=
3
= 0,678 M M1 x 10 mL x 1 = 0,65 M x 10,2 mL x 1

M1 = 0,663 M

 Percobaan 3

Mencari konsentrasi HCl dengan Rata-rata molaritas HCl


titran/titer NaOH menggunakan
M(1)+ M(2)+ M(3)
indikator alami (bunga bougenville) =
3
V1 NaOH = 10,4 mL 0,676 M + 0,663 M + 0,663 M
=
3
V2 NaOH = 10,2 mL
= 0,667 M

V3 NaOH = 10,2 mL
LAMPIRAN FOTO

Percobaan ke 1

Mencari konsentrasi NaOH

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Pengulangan 3
Percobaan ke 2

Mencari konsentrasi HCl

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Pengulangan 3
Percobaan ke 3

Mencari konsentrasi HCl menggunakan indikator alami (bunga bougenville)

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Pengulangan 3
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Titrasi Asam Basa. http://dokumen.tips/documents/laporan-4-


titrasi-asam-basa-doc.html. diakses pada tanggal 16 Oktober 2016.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar 1. Jakarta : Erlangga.

Keenan, A.Hadyana Pudjaatmaja,PH, CL. 1992. Kimia Dasar untuk


Universitas Jilid 2. Bandung : Erlangga.

Petrucci, H. Ralph, Suminar. 1989. Kimia Dasar Edisi 4 zjilid 2. Jakarta :


Erlangga.

RennJr. 2012. Laporan Praktikum Kimia Titrasi Asam Basa.


https://www.slideshare.net/mobile/RennJr/laporan-praktikum-
kimiatitrasi-asam-basa. diakses pada tanggal 16 Oktober 2016.

Wati, Mulya. 2014. Titrasi Asam Basa,


https://www.academia.edu/9890503/TITRASI_ASAM_BASA.
diakses pada tanggal 16 Oktober 2016.

Surabaya, 24 September 2017

Mengetahui,

Dosen / Asisten pembimbing Praktikan

(...............................................) (.............................................)

Anda mungkin juga menyukai