PKM Puri, Kurang Diagnosa Dan Implementasi
PKM Puri, Kurang Diagnosa Dan Implementasi
DosenPembimbing:
Dr. M. Sajidin, M. Kes
Disusun oleh :
Kelompok 11 & 12
PROGRAMSTUDI S1ILMUKEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2020
DAFTAR NAMA KELOMPOK
Kelompok 11 :
Kelompok 12 :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya Laporan Praktik Klinik
Keperawatan Komunitas yang berjudul Analisis Cakupan Antenatal Care K4 Program
Kesehatan Ibu dan Anak di wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam menyusun laporan ini. Maka kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Sajidin, M.Kes, Selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto dan selaku
pembimbing praktik klinik keperawatan komunitas.
2. Ibu Ana Zakiya, M.kep, Selaku ketua program studi S1 Ilmu Keperawatan.
3. Ibu dr. Retno Dhanarwarih , Selaku Kepala Puskesmas Puri
4. Bapak Imam Ajib , Selaku preseptor praktik klinik keperawatan komunitas.
5. Teman-teman kelompok program studi S1 Ilmu keperawatan yang telah membantu
menyelesaikan tugas laporan klinik ini.
Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan laporan ini, penulis sangat
menyadari bahwa tugas laporan klinik ini tentu masih jauh dari sempurna, dikarenakan sangat
terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh
penulis untuk menyempurnakan tugas laporan klinik ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar isi.........................................................................................................................ii
1.2 Tujuan............................................................................................................... 3
ii
2.2 Konsep Program Kesehatan Ibu dan Anak .................................................... 11
iii
2.4.11 Tanya Jawab ........................................................................................... 24
bab 3 ............................................................................................................................. 36
bab 5 ............................................................................................................................. 46
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data (Riskesdas, 2018) Proporsi pemeriksaan kehamilan K4 pada
perempuan umur 10-54 mengalami peningkatan yaitu sebesar 74,1 % dari tahun 2013
sebesar 70 %. Meskipun menglami peningkatan, namun peningkatan itu belum mencapai
target renstra 2017 yaitu 76%. Sedangkan proporsi pemeriksaan kehamilan k4 di Jawa
Timur menurut (Riskesdas, 2018) mengalami peningkatan sebesar 80,2 % dari
sebelumnya sebesar 77,2 % dan provinsi Jawa Timur sudah mencapi target. Proporsi
pemeriksaan kehamilan K4 di Mojokerto mengalami penurunan di tahun 2018 yaitu
sebesar 90% dari tahun 2013 sebesar 95%.
2
1.2 Tujuan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
5
2.1.5 Klasifikasi Puskesmas
Banyak konsep yang dapat diperguanakan untuk mengklasifikasikan
puskesmas antara lain dipakai:
a. Konsep Area
b. Konsep menurut Tingkatan Puskesmas
c. Konsep Menurut Tipenya.
d. Konsep Strata Puskesmas (Berdasarkan kualitas).
1) Konsep Area
Konsep ini berdasarkan pada pertimbangan lokasi serta wilayah kerja
puskesmas. Klasifikasinya dapat dibedakan menjadi:
a. Puskesmas Kawedanan
Letaknya di ibukota kawedanan hingga wilayah tugasnya meliputi
seluruh wilayah kawedanan.
b. Puskesmas Kecamatan
Biasanya berada di ibukota kecamatan. Puskesmas Kewedanan
membawahi beberapa puskesmas, kecamatan, tergantung pada jumlah
kecamatan yang ada di kawedanan. Puskesmas kecamatan bertanggung
jawab kepada puskesmas kawedanan.
c. Puskesmas Desa
Merupakan puskesmas yang berada dalam pembinaan kepada kepala
puskesams, kecamatan dan tersebar dalam desa yang membutuhkan.
2) Konsep menurut tingkatan puskesmas
Klasifikasi ini membedakan jenis-jenis puskesmas sebagai berikut:
a. Puskesmas Tingkat I (terbaik dengan kualitas grade 1)
b. Puskesmas Tingkat II (grade II, kualitas cukup, sudah berkembang)
c. Puskesmas Tingkat III (belum berkembang dari segi kualitas)
6
3) Konsep menurut tipe
Klasifikasi ini mebedakan jenis-jenis puskesmas sebagai berikut:
a. Puskesmas Tipe A (terbaik, identik dengan puskesmas kewedanan) dapat
membawahi 2 sampai 3 puskesmas tipe B.
b. Puskesmas tipe B (identik dengan puskesmas tingkat kecamatan) dan
dapat membawahi beberapa puskesmas desa
c. Puskesmas tipe C (identik dengan puskesmas belum berkembang)
7
terdiri atas maternal and child health care, medical care, environmental sanitation,
health edication (untuk kelompok-kelompok masyarakat), simple laboratory,
communicable disease control, dan simple statistic (pencatatan-recording atau
pelaporan-reporting) (Makhfudli, 2009).
8
Upaya ini ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ada di
masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya
pengembangan ini misalnya:
a. Upaya kesehatan sekolah.
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya perawatan kesehatan Masyarakat.
d. Upaya kesehatan kerja.
e. Upaya Kesehatan gigi dan mulut
f. Upaya kesehatan jiwa.
g. Upaya kesehatan mata.
h. Upaya kesehatan lanjut usia.
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional.
9
kabupaten atau kota, dan penetapannya dilakukan oleh peraturan daerah. Namun
pada umumnya seperti berikut ini(Swarjana, 2016):
a. Kepala Puskesmas
Kriteria untuk menjadi kepala puskesmas adalah dokter, dokter gigi, atau
sarjana kesehatan dengan latar belakang pendidikan kesehatan masyarakat.
Saat ini sudah banyak kepala puskesmas yang bukan dokter, misalnya perawat
dengan pendidikan diploma atau D3 keperawatan dan memiliki strata 1 sarjana
kesehatan masyarakat.
b. Unit Tatat Usaha Yang Bertanggung Jawab Membantu Kepala Puskesmas
Dalam Pengelolaan dan Informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan,
umum, dan pengawasan.
c. Unit pelaksana teknik fungsional puskesmas yang mencakup upaya kesehatan
masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBN serta upaya kesehatan
perorangan.
d. Jaringan pelayanan puskesmas, yaitu unit puskesmas pembantu, unit
puskesmas keliling, dan unit bidan didesa atau komunitas.
10
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan dan pengobatan, dan yang ke dua yaitu
keterpaduan lintas sektoral yaitu upaya memadukan program atau kegiatan
puskesmas (program wajib, pengembangan, maupun inovasi) dengan sektor
lainnya ditingkat kecamatan, termasuk organisasi masyarakat dan dunia
usaha, misalnya UKS dipadukan dengan sektor terkait lainnya seperti
pendidikan, kelurahan atau desa, pertanian, dan sektor lainnya.
4. Azas Rujukan
Mengingat puskesmas memiliki keterbatasan dalam beberapa aspek termasuk
fasilitas pelayanan kesehatan, maka rujukan menjadi sangat penting dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
diwilayah kerjanya(Swarjana, 2016).
11
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
1. Pelayanan antenatal :
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Standar minimal
“5T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b. Ukur tekanan darah
c. Pemberian imunisasi TT lengkap.
d. Ukur tinggi fundus uteri.
e. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1
kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
2. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat :
12
a. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
b. Dukun bayi :
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
c. Deteksi dini ibu hamil berisiko :
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari empat.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau
lebih dari 10 tahun.
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm.
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm.
6. Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
congenital.
7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul
13
11. Kehamilan ganda
12. Janin yang besar
13. Penyakit kronis pada ibu antara lain jantung, paru, ginjal.
14. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan
a. Pengertian :
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T
dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat
trimester 1 minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III
minimal 2 kali. Standar 5T yang dimaksud adalah :
1) Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan.
2) Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah.
3) Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus.
4) Pemberian imunisasi TT.
5) Pemberian tablet besi
b. Definisi operasional
14
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai
standar K4 di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk
sasaran ibu hamil.
c. Cara perhitungan
Pembilang : jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai
standar K4 di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
d. Sumber data :
1) Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar
K4 diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
2) Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik
atau BPS kabupaten atau provinsi.
e. Kegunaan
1. Mengukur mutu pelayanan ibu hamil.
2. Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan
standar dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
ANC sesuai standar K4 Perkiraan penduduk.
3. Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan ibu
hamil
15
Menurut Farrer (2001) pemeriksaan antenatal meliputi pengawasan yang
dilakukan selama kehamilan untuk mengetahui apakah kehamilannya berjalan normal,
deteksi dini penanganan setiap komplikasi yang timbul dan juga sebagai usaha untuk
mengantisipasi masalah yang timbul selama kehamilan, persalinan dan periode masa
nifas, serta penyuluhan mengenai kehamilan, perawatan bayi dan dukungan terhadap
masalah sosial dan psikologis.
Kunjungan pada ibu hamil bukan saja kunjungan yang dilakukan ibu hamil ke fasilitas
kesehatan akan tetapi setiap kontak dengan tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok
bersalin, kunjungan rumah serta mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
yang telah ditentukan maka bisa dikatakan sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2001).
16
Pemeriksaan kehamilan akan lebih baik dilakukan sedini mungkin atau segera setelah
ada tanda-tanda kehamilan. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan tahun 2014 menetapkan
kunjungan kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yang dilakukan minimal 1
kali pada trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu), 1 kali pada trimester ke 2
(usia kehamilan antara 14 sampai 28 minggu) dan 2 kali pada trimester 3 (usia kehamilan 28
sampai 40 minggu). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan diluar standar yang telah
ditentukan bila ditemukan kelainan/penyulit atau komplikasi pada masa kehamilan (Menteri
Kesehatan RI, 2014).
17
2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Antenatal
Kunjungan antenatal pada ibu hamil dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
18
abortus, hal ini dipengaruhi oleh rasa cemas ibu hamil terhadap
kandungan dan janinnya sehingga ibu lebih rutin memeriksakan
kehamilannya
6. belum semua petugas melakukan pelayanan antenatal berkualitas yang
sesuai standar. Menurut penelitian Wulandari dan Yanuaria (2013) ibu
hamil yang mendapatkan pelayanan kehamilan yang menyeluruh akan
lebih sering melakukan pelayanan ANC dibandingkan ibu hamil yang
tidak mendapatkan pelayanan secara menyeluruh,
7. dukungan keluarga, hasil penelitian Sumiati (2012) membuktikan terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan suami yang baik memiliki
peluang bagi ibu hamil melakukan kunjungan kehamilan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
2.4.1 Definisi
Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan (kontak) antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan.Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang
dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di posyandu (Depkes RI, 2005).
Kunjungan K-4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak
sebagai berikut : minimal 1 kali pada triwulan I, minimal 1 kali pada triwulan II, dan
minimal 2 kali pada triwulan III (Depkes RI, 1995).
19
Jumlah kunjungan ibu hamil keempat (K4)
X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
Tempat pemberian pelayanan antenatal dapat bersifat statis (tetap) dan aktif
(mobile), yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin desa, posyandu,
rumah penduduk, rumah sakit pemerintah / swasta, rumah sakit bersalin, rumah sakit ibu
dan anak, dan tempat praktek swasta (bidan, dokter) (Depkes RI, 2005).
20
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah
menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan
pangkat 2. Contoh, wanita dengan BB sebelum hamil 51 kg dan tinggi badan 157 meter.
Maka IMTnya 51/(1,57)2 = 20,7.
21
satu bulan. Imunisasi TT yang pertama diberikan pada kunjungan antenatal yang
pertama.
22
bahwa ia makan dengan cukup dan seimbang. Makanan yang mengandung banyak zat
besi antara lain daging, terutama hati dan jeroan, telur, polong kering, kacang tanah,
kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau seperti bayam, sawi hijau, dan lain-lain
(Pusdiknakes, 2003).
Tanpa persediaan zat besi yang cukup, ibu dapat mengalami anemia. Ibu yang
anemia akan cenderung mengalami kelahiran prematur, jatuh sakit (karena pertahanan
yang lemah terhadap infeksi), melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
perdarahan pasca salin, dan meninggal. Banyak ibu-ibu yang sudah mengalami anemia
saat ia hamil. Jarak kehamilan terlalu dekat, malaria, cacing tambang, dan infeksi yang
sering dan kronis, adalah beberapa penyebab anemia (Achsin, 2003).Untuk
meningkatkan persediaan zat besi selama kehamilan, semua ibu harus minum tablet
tambah darah.Berikan setiap ibu paling sedikit 90 tablet. Ibu harus meminum satu tablet
tambah darah setiap hari selama kehamilannya. Salah satu efek samping dari
penggunaan zat besi adalah sembelit. Bidan seharusnya memberikan konseling kepada
ibu bahwa mereka akan mengalami sembelit. Untuk mencegah atau mengurangi
sembelit, sebaiknya bidan mengajarkan ibu untuk mengkonsumsi makanan berserat,
banyak minum air putih, dan melakukan senam (exercise) setiap hari. (Pusdiknakes,
2003).
PMS bisa ditularkan dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya sebelum
dilahirkan atau sewaktu melahirkan. Pemeriksaan PMS dilakukan pada ibu yang
mengeluh pada fungsi organ seksualnya, seperti terjadinya keputihan, gatal pada daerah
kelamin, dan pencegahan terhadap penyakit infeksi menular seksual yang berbahaya
seperti HIV/AIDS.
23
2.4.11 Tanya Jawab
Seorang bidan, akan bertanya tentang riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya, termasuk berbagai masalah kesehatan lain seperti perdarahan atau bayi
yang telah meninggal. Keterangan ini akan membantu untuk mempersiapkan masalah
yang sama pada kehamilan kali ini. Dengan tanya jawab ini, bidan dapat membantu
memastikan ibu untuk makan dengan baik dan memberi nasehat makanan bergizi;
Memberikan tablet zat besi dan asam folat, untuk mencegah anemia; Memeriksa ibu,
untuk memastikan kesehatan ibu dan bahwa bayi berkembang dengan baik; Memberi
vaksinasi anti tetanus; memberikan obat pencegah malaria, dan memberikan
pemeriksaan laboratorium HIV/AIDS, dan shypilis (Burns, 2000).
1. Ibu mengeluarkan darah dari kemaluan sebelum ada tanda-tanda akan melahirkan,
timbul setelah kehamilan berumur 28 minggu. Jika tanda tersebut disertai dengan rasa
nyeri perut, kemungkinan terjadi kelainan ari-ari ibu yang terlepas dari perlekatannya
pada dinding rahim.
2. Ibu mengeluarkan cairan ketuban dari kemaluan, timbul sebelum terasa mulas-mulas
tanda dari awal persalinan. Cairan ketuban berwarna putih keruh mirip air kelapa, atau
mungkin juga sudah berwarna kehijauhijauan. Tanda-tanda tersebut menandakan ibu
mengalami ketuban pecah dini. Selaput ketuban sudah pecah lebih dahulu sebelum
persalinan dimulai.
3. Ibu hamil tampak pucat, mata berwarna merah dadu, bibir dan telapak tangan kurang
merah. Ini menandakan ibu mengalami kekurangan darah (anemia). Tanda-tanda ini
disertai pening, lesu, lemas, dan mudah lelah. Jika sudah berat, dapat timbul keluhan
sesak nafas, jantung berdebardebar.
4. Ibu mengalami kejang-kejang. Keadaan kejang berarti ada penyakit yang berat seperti
infeksi. Hal tersebut dapat membahayakan ibu sendiri maupun janin yang
dikandungnya. Keadaan ini kemungkinan ibu mengalami keracunan kehamilan
(Nadesul, 2005).
5. Nyeri perut bagian bawah Hal ini dapat disebabkan oleh robekan plasenta dari
dinding rahim. Ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa bila tidak segera
mendapatkan pertolongan. Nyeri yang hebat dirasakan sekitar bulan ke-7 atau 8
24
kehamilan bisa berarti akan mengalami persalinan yang lebih cepat. Hal ini dapat
disebabkan oleh bayi salah letak.
6. Perdarahan dari liang vagina Perdarahan yang terjadi pada trimester III kehamilan,
hal ini disebabkan oleh gangguan plasenta. Hal ini membahayakan jiwa ibu dan
bayinya.
7. Demam
Demam tinggi, terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit seluruh
tubuh, sangat pusing, bisa disebabkan oleh malaria.
8. Odema (pembengkakan)
Pembengkakan ringan pada kaki dan tumit sering merupakan hal yang biasa pada
kehamilan. Tetapi pembengkakan di tangan dan muka bisa merupakan tanda bahaya
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6 dan
bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah
terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
(Pusdiknakes, 2003).
25
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan
perilaku seseorang yang dikarenakan dorongan orang lain seperti dukungan dari
suami/keluarga, dan petugas kesehatan (Istiarti, 2000).
Misalnya ketika seorang ibu hamil terpaksa minta bantuan dokter / bidan
karena mengalami perdarahan yang pada awalnya melakukan pemeriksaan di dukun
bayi, tetapi karena pelayanan yang diberikan dokter (bidan) cukup baik maka ibu
hamil tersebut akan memanfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada (Istiarti, 2000).
2. Sikap
26
atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai dengan adanya perasaan tertentu, dan
memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku
dalam cara yang tertentu yang dipilihnya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung.
2. Keterpaparan Media
27
kunjungan K-4 berasal dari petugas kesehatan maupun melalui media massa.
Informasi yang diperoleh melalui petugas kesehatan dapat berupa penyuluhan-
penyuluhan kesehatan tentang kunjungan K-4 maupun melalui interaksi ibu dengan
petugas kesehatan.
Sedangkan informasi yang diperoleh dari media berasal dari media elektronik
(radio, televisi, VCD), sedangkan media cetak berupa brosur-brosur, bukubuku,
majalah, koran, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003).
Faktor pendorong dalam kunjungan K-4 selain dari petugas puskesmas adalah
dukungan suami dan keluarga.Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang
tidak dapat diabaikan dalam perubahan perilaku ibuhamil. Contohnya suami /
keluarga perlu memberikan penjelasan dan mengajarkan pada ibu untuk
memeriksa kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan. Dukungan seperti itu
memberi kontribusi yang besar dalam tercapainya kunjungan K-4 dan
meminimalkan risiko yang terjadi selama kehamilan dan persalinan
(Notoatmodjo, 2003).
Dukungan dari petugas puskesmas merupakan salah satu faktor penting dalam
perilaku kesehatan. Contoh dalam kasus kunjungan K-4, apabila seorang ibu telah
mendapat penjelasan tentang memeriksa kehamilan yang benar dari petugas
puskesmas dan mencoba menerapkannya, akan tetapi karena lingkungannya
belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing dan bukan tidak
mungkin ibu tidak mau melakukan kunjungan ke petugas kesehatan untuk
memeriksa kehamilannya (Notoatmodjo, 2003).
28
diikuti dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam perencanaan terdapat penentuan-
penentuan sebagai berikut: (Athoillah, 2010:98)
a. Bentuk atau jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
b. Prosedur pelaksanaan kegiatan;
c. Kebijakan yang dijadikan landasan kegiatan;
d. Arah dan tujuan yang hendak dicapai;
e. Personal yang melaksanakan rencana;
f. Waktu pelaksanaan rencana;
g. Anggaran biaya yang dibutuhkan.
Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah
perencanaan, yaitu: (Herlambang, 2012:20).
a. Analisa situasi.
b. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya.
c. Menentukan tujuan program.
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program.
e. Menyusun rencana kerja operasional.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh pimpinan dan staf jika organisasi
memiliki perencanaan yang baik. Mereka akan mengetahui : (Muninjaya, 2013:64)
Adapun lima unsur penting perencanaan kesehatan yang perlu dipahami yaitu:
(Muninjaya, 2013:84)
29
a. Unsur tujuan
Tujuan perencanaan harus jelas dirumuskan sesuai dengan hirarkinya.Tujuan
operasional harus mengikuti kaidah penyusunan sebuah tujuan.
b.Unsur kebijakan
Kebijakan dalam perencanaan harus tercermin di dalam strategi yang disusun oleh
pimpinan (manajer) untuk mencapai tujuan program.
c. Unsur prosedur
Dalam konsep perencanaan harus jelas standart operating procedure (SOP) setiap
kegiatan. Standar untuk kerja (standard of performance) harus juga disusun sebagai
pedoman kerja staf di lapangan.Pembagian tugas dan hubungan kerja antar staf
tercermin dalam unsur perencanaan ini.
d.Unsur kemajuan / progress
Di dalam perencanaan harus ditulis dengan jelas target atau standart keberhasilan
program. Unsur ini dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan setiap kegiatan
program.
e. Unsur program
Program harus disusun berdasarkan prioritas masalah dan prioritas alternatif
kegiatan untuk mencapai tujuan perencanaan.Perencanaan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain: (Notoatmodjo, 2007)
Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana
1. Rencana jangka pendek (Long term planning), yang berlaku antara 10-25 tahun.
2. Rencana jangka menengah (Medium range planning), yang berlaku antara5-7
tahun.
3. Rencana jangka pendek (Short range planning), umumnya berlaku hanya untuk 1
tahun.
30
Ditinjau dari ruang lingkupnya
31
d. Hasil pengorganisasian ialah terbentuknya wadah atau sering disebut struktur
organisasi yag merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksana.
Ada enam langkah penting dalam menyusun fungsi
pengorganisasian:(Herlambang, 2012)
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. organisasi sudah disusun pada saat
fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang mengemban tugas pokok organisasi sesuai
dengan visi dan misi organisasi. Untuk itu, ia membagi tugas pokoknya kepada staf
yang ada. Dari sini akan muncul gagasan departementalisasi, pengembangan
bidang-bidang, seksi-seksi dan sebagainya sesuai dengan kegiatan pokok.
c. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang praktis Pembagian
tugas pokok ke dalam elemen kegiatan harus mencerminkan apa yang harus
dikerjakan oleh staf.
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Misalnya,
pengaturan ruangan dan alat-alat kerja.
e. Penugasan personal yang terampil yaitu memilih dan menempatkan staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas. Bagian ini penting dipahami oleh
pimpinan personalia saat mengangkat atau memilih staf pejabat atau yang akan
melaksanakan tugas tertentu.
f. Mendelegasikan wewenang
Tugas-tugas staf dan mekanisme pelimpahan wewenang dalam sebuah organisasi
akan dapat diketahui melalui struktur organisasi. Dengan mengembangkan fungsi
pengorganisasian, seorang manajer akan dapat mengetahui: (Muninjaya, 2013:86)
Pembagian tugas untuk staf perorangan atau kelompok.Tugas pokok staf dan
prosedur kerja merupakan dokumen fungsi pengorganisasian, dan panduan kerja
staf.Hubungan organisatoris antar manusia dan orgaisasi. Hubungan ini akan
terlihat pada struktur organisasi. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan
organisasi akan melimpahkan wewenang kepada staf sesuai dengan tugas-tugas
pokok yang diberikan kepada mereka.Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang
dimiliki organisasi.Tugas staf dan pemanfaatan fasilitas fisik harus diatur dan
32
diarahkan semaksimal mungkin untuk membantu staf baik secara individu maupun
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating
Fungsi pelaksanaan berperan membuat seluruh anggota kelompok mau bekerja
sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Sumber daya manusia yang telah
diorganisasi tersebut selanjutnya perlu diarahkan aktivitasnya agar menghasilkan
pencapaian tujuan perusahaan.(Solihin, 2009).
33
harus dapat dipantau oleh pimpinan agar kegiatan bisa dilaksanakan sesuai dengan
prosedur dan tepat waktu.
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting untuk
meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi terlaksana dengan baik. Tanpa
pengawaasan, atau jika pengawasan yang dilaksanakan lemah, berbagai
penyalahgunaan wewenang akan terjadi.
3. Standar untuk kerja (standard of performance) harus dijelaskan kepada semua staf
pelaksana. Kinerja staf terus dinilai oleh pimpinan sebagai bahan pertimbangan
pemberian reward kepada mereka yang mampu bekerja profesional. Jika hal ini
berhasil diterapkan, staf akan lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmennya terhadap kegiatan program. Dalam hal ini, pengawasan berjalan lebih
objektif.
Agar pengawasan dapat berjalan dengan baik sekurang-kurangnya 3 hal yang
harus diperhatikan, yakni : (Notoatmodjo, 2009)
1. Objek Pengawasan
Yaitu hal-hal yang harus diawasi dalam pelaksanaan suatu rencana.Objek
pengawasan ini banyak macamnya, tergantung dari program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Secara garis besar objek pengawasan dapat dikelompokkan menjadi
empat, yakni :
a. Kuantitas dan kualitas program
Yakni barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan atau program
tersebut.Untuk program kesehatan yang diawasi adalah pelayanan yang diberikan
oleh unit kerja tersebut.
b. Biaya program, dengan menggunakan 3 macam standar Yakni modal yang
dipakai, pendapatan yang diperoleh, dan harga program. Dalam bidang kesehatan
yang dijadikan ukuran pengawasan adalah pembiayaan kegiatan atau pelayanan,
hasil yang diperoleh dari pelayanan, dan keuntungan kegiatan atau pelayanan.
c. Pelaksanaan (implementasi) program
Yaitu pengawasan terhadap waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan, dan proses
pelaksanaan apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
2. Metode Pengawasan
Tujuan pokok pengawasan bukanlah mencari kesalahan, namun yang
lebihutamaadalah mencari umpan balik (feedback) yang selanjutnya memberikan
pengarahandan perbaikan-perbaikan apabila kegiatan tidak berjalan
34
dengansemestinya. Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
antara lain :
a. Melalui kunjungan langsung atau observasi terhadap objek yang diawasi.
b. Melalui analisis terhadap laporan-laporan yang masuk.
c. Melalui pengumpulan data atau informasi yang khusus ditujukan terhadap
objek-objek pengawasan.
d. Melalui tugas dan tanggung jawab para petugas khususnya para pimpinan.
3. Proses Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses, hal ini berarti suatu pengawasan itu terdiri
atasbeberapa langkah:
a. Menyusun rencana pengawasan. Sebelum melakukan pengawasan
terlebihdahulu harus disusun rencana pengawsan yang antara lain mencakup :
tujuanpengawasan, objek pengawasan, cara pengawasan, dan sebagainya.
b. Pelaksanaan pengawasan: melakukan kegiatan pengawasan sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
c. Menginterpretasi dan menganalisis hasil-hasil pengawasan. Hasil-hasil
pengawasan yang antara lain berupa catatan-catatan dan dokumen-dokumen,
foto-foto, hasil-hasil rekaman dan sebagainya diolah, diinterpretasi, dan
dianalisis.
d. Menarik kesimpulan dan tindak lanjut. Dari hasil analisis tersebut kemudian
disimpulkan, dan menyusun saran atau rekomendasi untuk tindak lanjut
pengawasan tersebut. Fungsi pengawasan dalam sebuah organisasi jika
diterapkan dengan tepat.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas
yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi
sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
35
BAB 3
3.1 Pengkajian
Perencanaan ( Planning )
Kegiatan ANC terpadu adalah salah satu program kerja inovasi dari Puskesmas Puri ,
yang mana tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan cakupan K4 di
Puskesmas Puri yang dilakukan oleh pemegang program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA
ruang KIA Puskesmas Puri yang biasanya terjadwal pada hari selasa dengan metode
konseling dan pemeriksaan. Visi Misi dari program kerja ANC Terpadu adalah Visi
Misi :
kesehatan.
Pengorganisasian ( Organizing )
Untuk pengorganisasian dari program kerja tersebut tidak ada , hanya saja dalam
36
KONSEP PELAYANAN ANC TERPADU PUSKESMAS PURI
Persalinan Aman
Ibu hamil dan Bersih ,
sehat Perawatan BBL
37
Pelaksanaan ( Actuating )
Kegiatan ANC dilaksanakan oleh Bidan dan Dokter , yang mana fungsi dari bidan
adalah:
1) Sebagai koselor
2) Sebagai advokat
1) Sebagai konselor
2) Memberi pelayanan
Pengawasan ( Controling )
Program kerja ANC terpadu di awasi oleh ibu dr. Retno Dhanarwarih , dengan
Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA Puskesmas Puri Jumlah
penduduk dari 16 desa diwilayah Puskesmas Puri pada tahun 2019 bulan desember
adalah 68408 dengan jumlah ibu hamil 1194. Desa Banjar Agung sebagai desa
dengan jumlah ibu hamil terbanyak yiatu 137 ibu hamil dan desa ketamasdungus
sebagai desa dengan jumlah ibu hamil tersedikit yaitu 36 ibu hamil. Pada bulan
November 2019 capain K1 sebesar 91,6% sedangkan pada bulan desember 2019
capaian K1 naik sebesar 98%.
Selanjutnya Capaian pemeriksaan K4 (ibu hamil) yang mana K4 ada karena K1 telah
dilaksanakan. Dengan total pencapaian K4 pada bulan November 2019 sebesar 77,4
% sedangkan pada bulan desember menglami peningkatan sebesar 84%. Dari data
diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan presentase capaian K1 dengan K4
sangat mencolok, dimana K1 dapat mencapai diatas 90% sedangkan K4 masih
38
dibawah 90% padahal K4 sangat penting untuk menjaring dan menangani menangani
risiko tinggi obsetri.
39
jumlah ibu hamil
terbanyak yiatu 137
ibu hamil dan
2. Desa ketamasdungus
sebagai desa dengan
jumlah ibu hamil
tersedikit yaitu 36 ibu
hamil. Pada bulan
November 2019
Capain K1 sebesar 91,6%
sedangkan pada bulan
desember 2019 capaian K1
naik sebesar 98%.
Selanjutnya Capaian
pemeriksaan K4 (ibu hamil)
yang mana K4 ada karena K1
telah dilaksanakan. Dengan
total pencapaian K4 pada
bulan November 2019
sebesar 77,4 % sedangkan
pada bulan desember
menglami peningkatan
sebesar 84%.
40
3.3 Diagnosa keperawatan
41
ketidakpatuhan.
5. Berikan ceramah
untuk menyampaikan
informasi dalam jumlah
besar.
6. Libatkan individu,
keluarga, kelompok
dalam merubah
ketidakpatuhan
pemeriksaan k4.
7. Anjurkan keluarga
untuk memberi
dukungan dalam
kepatuhan pemeriksaan
k4.
8. Tekankan pentingnya
pemeriksaan k4.
42
Luaran Tambahan:Tingkat antenatal care.
Kepatuhan d. Anjurkan ibu untuk
Kriteria Hasil: rutin memeriksa
a. verbalisasi keamanan kehamilannya.
mematuhi program e. Berikan kesempatan
perawatan meningkat ibu untuk bertanya
Desa ketamasdungus
43
44
BAB 4 PEMBAHASAN
Dari berbagai data yang telah didapatkan meskipun cakupan K4 setiap bulan
mengalami peningkatan tetapi perbandingan cakupan K1 dan K4 masih terbilang sangat
kurang seimbang yang mana indikator cakupan pelayanan ibu hamil (K-4) dapat
diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil
di suatu wilayah, disamping menggambarkan 7 kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA (Depkes RI, 1995).
45
BAB 5
3.1 KESIMPULAN
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan
anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan masyarakat bidang KIA, masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan
persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari,
oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi
(telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan
dan informasi KB. Adapun Faktor pendukung dalam kunjungan K-4 dan Faktor
pendorong dalam kunjungan K-4.
1. Jarak Fasilitas Kesehatan adalah termasuk biaya, jarak, waktu/ lama pengobatan,
dan juga hambatan budaya seperti malu mengalami penyakit tertentu jika
diketahui masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
46
Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA Puskesmas Puri Jumlah
penduduk dari 16 desa diwilayah Puskesmas Puri pada tahun 2019 bulan desember adalah
68408 dengan jumlah ibu hamil 1194. Desa Banjar Agung sebagai desa dengan jumlah ibu
hamil terbanyak yiatu 137 ibu hamil dan desa ketamasdungussebagai desa dengan jumlah ibu
hamil tersedikit yaitu 36 ibu hamil. Pada bulan November 2019 capain K1 sebesar 91,6%
sedangkan pada bulan desember 2019 capaian K1 naik sebesar 98%. Selanjutnya Capaian
pemeriksaan K4 (ibu hamil) yang mana K4 ada karena K1 telah dilaksanakan. Dengan total
pencapaian K4 pada bulan November 2019 sebesar 77,4 % sedangkan pada bulan desember
menglami peningkatan sebesar 84%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan
presentase capaian K1 dengan K4 sangat mencolok, dimana K1 dapat mencapai diatas 90%
sedangkan K4 masih dibawah 90% padahal K4 sangat penting untuk menjaring dan
3.2 SARAN
1. Kegiatan program kesehatan ibu dan anak (KIA) lebih di tigkatkan lagi supaya hasil
2. Koordinasi dengan lintas sektoral lebih ditingkatkan lagi khususnya dalam pelacakan
3. Pembinaan kelas ibu hamil dan ibu balita di desa lebih ditingkatkan lagi.
47
DAFTAR PUSTAKA
48