Anda di halaman 1dari 16

MUQADDIMAH

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke-arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah barang siapa beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musyafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
sholat dan mengeluarkan zakat; dan orang-orang yang menepati janji apabila berjanji dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan (sakit) dan dalam peperangan
(perjuangan). Mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Albaqarah (2):177)

Ayat tersebut diatas merupakan motivasi utama Kelompok kerja keperawatan Islam dalam
mengembangkan perawatan professional Islam , upaya tersebut adalah sebuah tanggung
jawab moral ummat muslim dalam menegakkan Islam dalam semua bidang kehidupan
termasuk bidang kesehatan, juga dalam rangka menegakkan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar.

Kebangkitan dakwah Islam di Indonesia pada akhir-akhir ini menjadi fenomena yang
menarik untuk dibahas dan tampaknya semakin hari semakin marak. Hal itu dapat dilihat
dengan banyakya kajian-kajian untuk mencari atau menghidupkan kembali nilai-nilai Islam
dalam semua bidang kehidupan : sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, kesehatan
termasuk keperawatan yang merupakan bagian integral dibidang kesehatan.

Sebagai anggota komunitas profesi perawat Kelompok kerja keperawatan Islam merasa
terpanggil untuk megembangkan keperawatan Islam di Indonesia, hal ini didasari pada
keyakinan bahwa ummat Islam di negeri ini harus mendapatkan pelayanan/asuhan
keperawatan berqualitas sesuai dengan keimanannya sebagai seorang muslim sehingga
mendapatkan kepuasan, Kepuasan ummat akan dapat dicapai apabila pelayanan/asuhan yang
diterimanya dapat menyentuh fitrahnya sebagai manusia. Nilai-nilai Islam secara universal
sangat tepat di Integrasikan dalam asuhan keperawatan agar dapat memperhatikan fitrah
manusia dalam hal ini klien sebagai penerima asuhan melalui pengembangan asuhan
keperawatan yang Islami yang merupkan inti dari Keperawatan Islam.

Keperawatan Islam digali nilai-nilai agama Islam dalam keperawatan dari sumber yang
merupakan keyakinan umat Islam yaitu Alqur’an dan Hadist. Karena nilai-nilai Islam adalah
universal maka untuk dapat mengembangkan Keperawatan yang Islami harus dimulai pada
tataran falsafah atau keyakinan yang paling tinggi dalam profesi keperawatan yaitu
“Paradigma Keperawatan Islam”.

Paradigma Keperawatan Islam adalah fenomena sentral atau cara pandang profesi
keperawatan yang mendasari profesi keperawatan, maka Paradigma Keperawatan Islam
adalah sebagai acuan seluruh komunitas Keperawatan Islam di Indonesia baik dalam
pelayanan kesehatan maupun dalam penyelenggaraan pendidikan keperawatan Islam.

PARADIGMA KEPERAWATAN ISLAM

Paradigma keperawatan Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan
konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan
sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam. Paradigma keperawatan Islam dibangun melalui empat
komponen besar yaitu : Manusia dan kemanusiaan, lingkungan, sehat dan kesehatan serta
keperawatan.

1. MANUSIA DAN KEMANUSIAAN

Dasar Firman Allah: [QS. At-Tiin : 4] [QS. Shaad : 72] [QS. Al-Hijr : 29] [QS : Al-Israa’ :
70] [QS : Al-Israa’ : 73-74]

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik bentuknya yang dimuliakan Allah, terdiri
atas jasad, ruh, dan psikologis, dimana seluruh mahluk lainnya yang berada di langit dan
dibumi ditundukan oleh Allah kepada manusia kecuali Iblis yang menyombongkan diri.
Manusia di dalam Alquran diistilahkan antara lain dengan sebutan Al-Basyar Allah
menjelaskan dalam ayat-ayat :[QS. Shaad : 71] [ QS Al-Anbiyaa : 8 ] [ QS. Al-Mulk : 14 ]
makna Al-Basyar adalah gambaran manusia yang diciptakan dari tanah dan secara materi,
yang dapat dilihat, memakan sesuatu, mendengar, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. An-Nas[ QS. Al-Hujurat : 13 ] Makna An-Naas dalam Al-qur’an
mengindikasikan bahwa manusia adalah mahluk sosial.

Komponen Manusia
Manusia sebagai salah satu mahluk ciptaan Allah terdiri atas beberapa komponen yang
meliputi jasad (fisik ), ruh, dan nafs (jiwa).

Jasad (Fisik): [ QS. At-Tiin : 4 ], [ QS. Al-Anbiyaa : 8 ],[ QS. Al-Anbiya : 2] Komponen
fisik adalah komponen jasad/bentuk, yang dapat makan dan minum, berjalan, mendengar,
melihat, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti yang dijelaskan oleh
beberapa ayat dalam Al-quran.

Ruh Allah berfirman dalam Al-Quran [ QS. Shaad (38) : 72 ]

“Maka apabila telah kusempurnakan kejadiannya (manusia) dan kutiupkan kepadanya ruh
(ciptaan)-Ku; maka hendalah kamu (malaikat, jin dan iblis) tunduk dengan bersujud.”

Nafs (Jiwa) Allah berfirman dalam Al-Quran :

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat

Allah, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram .”[QS. Ar-Ra’d : 28 ]

Manusia juga dapat diterangkan dalam siklus kehidupannya melalui proses reproduksi hingga
regenerasi, yang meliputi fase : Pernikahan [Q.S Ar-Ruum:21], [Q.S. An-Nisaa’: 22-24],
Kehamilan [Q.S. Al-Hajj : 5], Kelahiran, Nifas, Tumbuh kembang [Q.S. Luqman: 14],
[Q.S. Al-Baqarah: 233], Kematian [Q.S Ali Imran : 185],
Berdasar peran dan fungsi manusia diyakini sebagai khalifah dan hamba Allah, sebagai
khalifah Allah di bumi, manusia diberi tugas untuk melaksanakan fungsi kemanusiaan
dianataranya :

(1) Memimpin dan mengatur bumi berdasarkan petunjuk dan peraturan Allah[Q.S Al-
Baqarah: 30] , [Q.S. Al-Ahzab:72].

(2) Memakmurkan bumi dan mengeluarkan potensi yang terkandung di dalamnya untuk
kesejahteraan umat manusia berdasarkan petunjuk dan peraturan Allah [Q.S Huud : 61].

(3) Menyebarkan keadilan dan kemaslahatan [ QS. Al-Hadiid (57): 25 ], [ QS. Shaad (38)
:26 ], [ QS. Al-Qasas (28): 77 ]

Sebagai hamba Allah yang diberi beban untuk beribadah kepada Allah semata, yakni ibadah
yang mencakup seluruh aspek kehidupan, sebagai mana firman Allah :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-KU.” [
QS. Adz-Dzariat (51) : 56 ].

Dari uraian diatas tentang manusia sebagai khalifah dan hamba Allah, maka manusia dalam
aspek keperawatan dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu manusia sebagai perawat dan
manusia sebagai klien. Manusia sebagai perawat adalah mahluk ciptaan Allah yang paling
mulia dan sempurna (terdiri dari jasad, ruh dan nafs) dan memiliki iman , ilmu dan
mempunyai kewajiban untuk mengamalkannya bagi kemaslahatan umat. Manusia sebagai
klien yang menjadi fokus pelayanan keperawatan pada dasarnya adalah makhluk yang
berpotensi secara aktif menjadikan dirinya sebagai manusia yang sempurna, sebagaimana
firman Allah :

“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
merubah suatu nikmat yang telah di anugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu
merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri dan sesungguhnya Allah maha mendengar
lagi maha mengetahui.” [ QS. Al-Anfal (8) : 53 ].

2. LINGKUNGAN

Dasar ayat-ayat yang menjelaskan tentang lingkungan: [ QS. Al-Baqarah (2) : 164 ]

[QS. Al-Jaatsiyah (45) ; ayat 3, 4, 5, 6, 7 ], [ QS. Al-A`raf (7), ayat 54 ].

Allah menjelaskan kepada kita bahwa alam semesta dan seisinya di ciptakan atas hak dan
kehendak Allah SWT dan di peruntukkan bagi manusia agar manusia bersyukur serta dapat
mempelajari alam semesta ini guna memperkokoh keimanan dan ketaqwaan terhadap sang
Maha Khaliq (Pencipta). Dan Allah juga mengancam manusia yang berdusta dan berdosa.

Betapa Allah telah menunjukkan kepada manusia terjadinya siklus cuaca dan bagaimana
hujan itu diturunkan kebumi dan bagaimana tumbuhan hidup yang tiada ain agar manusia
dapat menggali dan mempelajari makna ayat-ayat Allah dapat kita simak pada [ QS. Al-
A`raf (7) ; ayat 57 ] [ QS. Al-A`raf (7); ayat 58 ].

Melalui ayat-ayatNy [ QS Albaqarah (2) : 60 ] [ QS Al-Baqarah : 11 ] [ QS Al-A’raaf : 56 ] [


QS. Muhammad (47) : 22-23 ] [ QS Al-Ankabut (29) : 36-37 ] Allah menegaskan baik
buruknya kwalitas lingkungan akan berpulang kepada manusia yang mendiami muka bumi
ini dan kemudian memanfaatkannya. Apabila manusia mampu memelihara lingkungan
dengan baik maka akan baiklah kehidupan ini, begitupula sebaliknya jika manusia
merusaknya maka malapetakalah yang akan menimpanya, seperti : bencana banjir, wabah
penyakit-penyakit menular, polusi udara, dll.

Unsur lingkungan di bagi dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan
internal meliputi genetika [QS. An-Nisa : 19]., struktur fungsi tubuh“Tiap jasad yang
tumbuh dari yang haram maka neraka lebih utama bagunya.” (HR. Tirmidzi), psikologis [
QS : Al-Israa’ : 73-74 ]

dan internal spiritual[QS.Asy-Syams : 9-10], [QS. An-Nisa : 48-50] Sedangkan


lingkungan eksternal adalah lingkungan disekitar manusia baik fisik [QS. Al-A`raf (7) ; ayat
57], [QS. Al-Anfal (8) : 11], biologis, [QS. Al-Jaatsiyah (45) ; ayat 3, 4, 5, 6, 7 ] [QS. At-
Taubah :108], sosial [QS. An-Nisa (4) : 1] [QS. Al-Hujarat (49) : 13] [QS. Al-Hujarat
(49):10], dan spiritual [QS. Al-Baqarah (2) : 222], “Kebersihan itu adalah separuh dari
iman.” (Hadits riwayat Muslim) “Terangilah rumahmu dengan shalat dan membaca Al-
Qur`an.” (Al-Hadits)

Lingkungan internal dan eksternal akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia termasuk
persepsinya terhadap sehat-sakit. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai hubungan
yang dinamis dengan lingkunganya serta tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya tersebut.
Tindakan kebersihan lingkungan (baik internal maupun eksternal ) adalah merupakan
tindakan spiritual dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan
merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat
memberikan kebahagiaan. Sebaliknya kotor tidak saja merusak keindahan tetapi juga dapat
menimbulkan berbagai penyakit dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan
penderitaan.

Kebersihan harus diupayakan oleh manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dalam
rangka mewujudkan suatu kehidupan yang bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di
akhirat, memelihara lingkungan baik internal maupun eksternal harus diupayakan untuk
menciptakan nuansa yang Islami (spiritual) sebagai bagian dari perintah Allah SWT.

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam memandang lingkungan sebagai sesuatu rahmat yang
diperuntukkan bagi manusia yang harus senantiasa dijaga, dipelihara dan dilestarikan untuk
kemakmuran dan kesejahteraan manusia baik individu , kelompok dan masyarakat sebagai
sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. SEHAT DAN KESEHATAN

“ Ya Allah , ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Serta
peliharalah kami dari siksa api neraka” [Al-Baqarah (2) :201].
Islam mendorong ummat manusia yang beriman untuk mencapai sesuatu yang baik bagi
mereka didunia dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan ilmu dan amal
saleh dan sebagai prasyarat yang harus dimiliki adalah sehat /kesehatan.

Sehat dan kesehatan dalam perspektif Islam

“Ingatlah , hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” [QS. Ar-Rad :28].

“ Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya dan punya makanan untuk sehari-harinya,
maka seolah-olah dunia seisinya dianugerahkan kepadanya”. (Hadist riwayat At-Turmudzy
dan Ibnu Majah)

Berpedoman pada hadist tersebut diatas maka sehat bukan hanya bebas dari rasa sakit dan
cacat belaka. Sehat berabstraksi jauh lebih dalam lagi, yaitu berada dalam keadaan sejahtera,
penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek jasmani, rohani dan sosial.

Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan penuh
daya mampu. Dengan kemampuannya itu ia dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Ia memiliki kesempatan yang lebih luas untuk
memfungsikan dirinya sebaik mungkin untuk beramal sholeh dan beribadat serta menjadi
rahmat bagi lingkungannya.

Upaya Kesehatan

Dalam Al-Qur`an maupun hadist, telah diperingatkan akan pentingnya memperhatikan


kesehatan baik dalam konteks upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Beberapa dalil sebagi landasan upaya kesehatan adalah :

(1) Upaya promotif (QS: Al-Baqarah (2): 95 ).

“Ada dua kenikmatan yang sering dilalaikan orang, yaitu sehat dan waktu senggang”.

( HR. Bukhori dan Muslim )

Berdasarkan dalil tersebut di atas maka manusia dilarang merusak diri baik jasmani maupun
rohani, dalam arti manusia wajib memelihara kesehatan dan meningkatkannya.. Dan uraian
hadist tersebut dapat dipahami, janganlah kita mengabaikan kesehatan dan waktu senggang.

(2) Upaya Preventif [QS. At-Tahrim (66):6 ]

Berkaitan dengan upaya preventif dalam Al-Quran dan


Al-Hadist dijelaskan sebagai berikut. “Hai orang-orang
yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa
api neraka.......”
“Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu :1. Masa hidupmu
sebelum datang ajalmu, 2. Masa sehatmu sebelum datangnya sakit. 3. Masa lapangmu
sebelum datangnya sempitmu, 4. Masa mudamu sebelum datangnya masa tua dan 5. Masa
kayamu sebelum datangnya miskin.” (HR. Ahmad dan Baihaqi).

“Jika kamu mendengar berita ada wabah penyakit disuatu daerah, maka janganlah
memasuki daerah itu. Dan jika kamu berada didalamnya, janganlah kamu keluar dari daerah
itu.” (Al Hadits)

(3) Upaya kuratif[QS. Asy-Syuara (42) : 80 ]

“Berobatlah kamu wahai manusia, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu
penyakit tanpa menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua (mati)” (HR. Ashabus Sunan)

(4) Upaya rehabilitatif [ QS. Ar-Ra`du (13) :11]

“Berbuatlah untuk bekal duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya-lamanya dan
beramllah untuk bekal akheratmu seakan-akan engkau mati besok pagi.” (Al Hadist)

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada wajahmu dan hartamu, tetapi ia melihat hatimu
dan amalmu”. (Al Hadist)

Dapat disimpulkan bahwa manusia harus memelihara keseimbangan antara kehidupan


duniawi dan ukhrowi , antara jasmani dan rohani serta perlu adanya usaha pemulihan yang
didasari niat yang sungguh-sungguh dan bekerja keras.

4. KEPERAWATAN

“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk


memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat
saudaranya. Berkata Qabil :”Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah
dia orang diantara orang-orang yang menyesal.” [QS. Al-Maidah (5): 31]

“Dan orang-orang yang beriman , lelaki dan perempuan , sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf , mencegah
dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta`at kepada Allah dan
Rasul-Nya . Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” [QS. At-Taubah (9) : 71]

“Dan ingatlah hamba-hamba kami : Ibrahim, Ishaq dan Ya`qub yang mempunyai
perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” [ QS. Shaad (38):ayat 45]

“ Dan (ingatlah kisah) Ayub , ketika ia menyeru Tuhannya : “(Ya Tuhanku), sesungguhnya
aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua
penyayang.” [QS. Al-Anbiyaa (21): 83]
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya aku
diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan.” [QS. Shaad (38): 41]

“ Dan ambilah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah
kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) orang yang sabar.
Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-Nya .” [ QS. Shaad
(38): 44 ]

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung”. [QS Ali Imran (3) : 4].

“Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari
kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan atau hindarkan kesulitannya.” (HR.
Muslim).

Keperawatan dalam Islam diyakini sejak tegaknya Islam

Zaman Nabi Adam, A.S

Sebagaimana dalam Al qur’an Allah berfirman :

Dari firman Allah tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi awal mulanya konsep
perawatan jenazah. [ QS. Al Maidah (6) : 31]

Zaman Nabi Ayub AS

Ketika nabi Ayub terkena penyakit kulit, istrinya bernama Siti Rahmah selalu merawat
suaminya siang dan malam, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi nabi ayub AS Siti Rahmah
menukar gulungan rambut dengan empat potong roti. Setelah itu Siti Rahmah berkata : wahai
Tuhanku sesungguhnya perlakuanku ini hanya karena taatku kepada suamiku dan untuk
memberikan makan kepada nabi-Mu, maka telah saya jual gulungan rambutku. Nabi Ayub
berdoa kepada Allah agar penyakitnya di berikan kesembuhan. Firman Allah : [QS. Shaad
(38) : 41].

Zaman Nabi Isa as

"( Ingatlah, ketika Allah menyatakan : " Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku
kepadamu dan kepada Ibumu diwaktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul Qudus. Kamu
dapat berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian dan sesuadah dewasa; dan (
ingatlah ) diwaktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ( Ingatlah pula
) diwaktu kamu membentuk dari tanah ( suatu bentuk ) yang berupa burung dengan izin-Ku,
kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung ( yang sebenarnya ) dengan
se izin-Ku. Dan ( ingatlah ) waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam
kandungan ibu dan yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ( ingatlah) diwaktu
kamu mengeluarkan orang mati dari kubur ( menjadi hidup ) dengan seizin-Ku, dan (
ingatlah ) diwaktu Aku menghalangi bani Israil ( dari keinmginan mereka membunuh kamu )
dikala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-
orang kafir diantara mereka berkata: " Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata " [QS. Al-
Maidah (5) : 110]

Zaman nabi Muhammad SAW

Pada saat nabi Muhammad SAW menyiarkan agama Allah, banyak kaum wanita menarik
suami untuk ikut berjuang dan berperang dan para wanita tersebut mengikuti perjalanan,
selama perjalanan mereka tekun dalam memberikan pertolongan serta pengobatan kepada
pasukan yang terkena luka dan sakit dalam peperangan. Adapun wanita yang berbai’at
kepada Rasullah adalah :

Rubiyi binti Mu’awidz

Rubiyi adalah seorang sahabat wanita yang ikut serta meriwayatkan hadist dari Rasullah .
Peran Rubiyi dalam peperangan dapat diketahui dari riwayat Imam Bukhori, Nasai dan abu
Muslim Al Kajji yaitu bertugas memberi minum kepada mereka yang berperang, melayani
mereka, mengobati yang terluka,serta membawa orang-orang yang gugur ke madinah

Umu Sinan Al-Aslamiyah

Umu Sinan adalah seorang mujahid wanita yang agung ia datang kepada Rasulullah ketika
beliau hendak keluar ke Khaibar, lalu ia berkata : “ ya Rasulullah, bolehkah aku ikut keluar
bersamamu dalam perjalanan mu ini ? Aku akan menuangkan air minum dan mengobati
orang yang sakit dan terluka, Rasulullah mengizinkan umu sinan ikut serta dalam penaklukan
khaibar “( Al-Wagidi dalam Al Maghazi : 687, dan At Thabaqat 8 : 214 )

Umu Ziyad Al Asyja-iyah

Umu Ziyad Al Asyjaiyah seorang, pejuang wanita yang tangguh, umu tersebut dengan izin
rasulullah ikut dalam penaklukan khaibar, bertugas untuk mengobati orang-orang yang
terluka, menyiapkan makan dan minum.

Ku’aibah binti Sa’ad

Adalah seorang wanita yang cerdas, aktifitasnya tidak terbatas perannya pada waktu perang,
bahkan ia mengobati orang yang sakit pada saat kapan saja, ia telah dibuatkan ruang khusus
di masjid untuk mengobati orang-orang yang sakit atau terluka (Thabaqat ibnu Sa’ad 8 :
213). Ku’aibah sebagai orang yang merintis jalan dalam dunia pengobatan dan kedokteran
yang diberi gelas tokoh dan pakar medis

Umayah binti Qais Al Ghifariyah

Umayah bersama kelompok wanita bani Ghifar datang kepada rasulullah : ingin ikut
berperang bersama ke khaibar, kami ingin mengobati orang-orang yang terluka dan
membantu kaum muslimin sesuai dengan bidang dan kemampuan kami

Rufaidah Al-Anshariyah
Seorang wanita dari kabilah Asdam yang biasa mengobati orang-orang terluka yang tidak
memiliki perawat ia mengobati orang-orang terluka di kemahnya, di sebagian ruang masjid
nabawi.

Dalam kitab kumpulan syair Al-Ilyadzah Al islamiyah, penyair Ahmad Muharram menulis
tentang Rufaidah :

“Wahai Rufaidah, ajarkanlah kasih sayang kepada manusia dan tambahkan ketinggian
harkat kaummu, ambillah orang yang terluka, dan sayangilah, berkelilinglah di
sekitarnya dari waktu ke waktu bila orang-orang tidur mendengkur maka janganlah
engkau tidur demi mendengar rintihan orang yang sakit

Bumi terus berputar, tahun pun silih berganti, namun kemah Rufaidah di Masjid Nabawi
tetap menjadi contoh yang harum dalam pelayanan kesehatan pada permulaan Islam.

Dari risalah tersebut diatas menunjukkan bahwa Islam telah mengajarkan tentang
keperawatan yang memberikan pelayanan komprehensip baik bio-psiko-sosio-kultural
maupun spiritual yang ditujukan kepada individu maupun masyarakat. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Keperawatan dalam Islam merupakan manifestasi dari fungsi manusia sebagai khalifah dan
hamba Allah dalam melaksanakan kemanusiaanya, menolong manusia lain yang mempunyai
masalah kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya baik aktual maupun potensial .
Permasalahan klien dengan segala keunikannya tersebut harus dihadapi dengan pendekatan
silaturrahmi (interpersonal) dengan sebaik-baiknya didasari dengan iman, ilmu dan amal
serta memiliki kemampuan berdakwah amar ma’ruf nahi munkar.

ASUHAN KEPERAWATAN ISLAMI


Allah berfirman :

“Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebgaian yang lain. Mereka menyeruruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan mereka taat kepada
Allah dan RasulNya”. (Q.S. At-Taubah :71)

“…Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertawalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah maha berat siksa-Nya”.

(Q.S. Al-Maa-idah: 2) .

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”. ( Q.S. Al-Israa’:7)

“…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu…” (Q.S. Al-Qashash: 77)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu…” (Q.S. Ali Imran:159)

Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari
kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan kesulitannya (HR. Muslim).

Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia menyukai bagi saudaranya apa yang dusukai
untuk dirinya. (HR. Ahmad)

Ayat-ayat dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan asuhan keperawatan Islami yang
diberikan oleh seorang perawat muslim, ditambah dengan riwayat-riwayat wanita-wanita
dizaman Rasulullah dalam melakukan perawatan, maka itulah yang sebenarnya konsep
“Caring” dalam keperawatan Islam, bukan hanya asuhan kemanusiaan dengan lemah
lembut berdasarkan standar dan etika profesi, tetapi caring yang didasari keimanan pada
Allah dengan menjankan perintahNya melalui ayat-ayat Alqur’an dengan tujuan akhir
mendapatkan ridho Allah swt.

Asuhan Keperawatan Islami yang dikembangkan oleh Kelompok kerja Keperawatan Islam
adalah pada tataran nilai-nilai yang Insyaa Allah akan dapat menjadi acuan
pelaksanaan/Implementasi asuhan keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan Islami dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari masukan, proses dan
keluaran yang seluruhnya dapat digali dari nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Hadist.

Masukan (input)

Dalam asuhan keperawatan masukan adalah segala sumber-sumber yang mendukung


terjadinya proses asuhan keperawatan Islami. (1) Al-Qur’an dan Hadist sebagai keyakinan
manusia yang beriman (2) Manusia dalam Paradigma keperawatan di jelaskan sebagai
hamba dan sebagai khalifah; sebagai memimpin dan mengatur bumi ,memakmurkan bumi,
menyebarkan keadilan dan kemaslahatan. Klien sebagai mahluk yang berpotensi secara aktif.
Manusia juga sebagai mahluk yang mempunyai fitrah apakah sebagai perawat ataupunklien
sebagaimana Allah berfirman :

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui “(Q.S. Ar ruum : 30).

(2) Lingkungan eksternal dan Internal serta lingkungan spiritual. Tatanan pelayanan
kesehatan juga termasuk lingkungan yang harus disiapkan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan Islami. (3) Profesi Keperawatan yang merupakan manifestasi dari ibadah dan
media da’wah amar ma’ruf nahi munkar.

Proses pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islami

a. Ihsan dalam beribadah


Bagi perawat muslim pemahaman dan pengamala terhadap rukun iman dan Islam belumlah
cukup dikatagorikan dalam insan yang sempurna dalam pengamalan agamanya, jika belum
menerapkan rukun iman dan islam tersebut didasari oleh perbuatan yang ikhsan.

Jika rukun iman kita ibaratkan sebagai pondasi dan rukun islam sebagai bangunannya, maka
ikhsanul amal merupakan atapnya. Dalam sebuah bangunan yang utuh, atap berfungsi
sebagai pelindung bangunan dari panas dan hujan yang menjaga agar bangunan tersebut tetap
lestari, takl retak, dan berlumut karena panas dan hujan. Konsekuensi Ikhsan adalah bahwa
perbuatan baik yang berkualitas akan melahirkan dampak berupa keuntungan-keuntungan
kepada siapa saja yang melakukannya termasuk bagi perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan dan bukan keuntungan yang bersifat segera tetapi ada landasan spiritual.
Tuntunan ikhsan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentunya kami tidak akan menyia-
nyiakan pahala bagi orang-orang yang beramal (bekerja) dengan ikhsan”. [QS Al Kahfi:30]

“Dan jika kamu semua menginginkan (keridhoan) Allah dan Rasul-Nya serta kebahagiaan
akherat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja diantara kamu yang berbuat
ihsan pahala yang besar”. [QS Al Ahzab : 29]

“Tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan juga”. [QS Ar Rohman : 60]

Ketika Jibril menyamar sebagai manusia :

“Wahai Muhammad … terangkanlah terangkanlah kepadaku tentang ikhsan!” Jawab Rasul :


“Mengabdilah kamu kepada Allah, seakan kamu melihat Dia, jika kamu tidak melihat Dia,
Sesungguhnya Dia melihat kamu (HR Imam Muslim)

Dampak Perbuatan Ikhsan dalam asuhan keperawataN akan melahirkan : (1) Niat yang
Ikhlas, bahwa segala sesuatu diniatkan hanyalah kepada Allah semata, sehingga dengan
keikhlasan yang bersih hanya kepada Allah akan memberikan barier (benteng) bagi pekerjaan
kita agar tetap konsisten dalam garis-garis yang ditetapkan agama dan profesi. (2) Pekerjaan
yang Rapih, senantiasa berorientasi kepada kualitas yang tinggi karena merasakan segala
sesuatu berada dalam pengawasan Allah SWT. (3) Penyelesaian hasil yang baik, artinya
setelah berbuat maksimal atas segala aktivitas, maka secara sunatullah melahirkan pekerjaan
yang baik atau memiliki kualitas yang tinggi. Sehingga “ikhsan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan adalah menentukan mutu pelayanan”.

Dalam garis besarnya ikhsan ditetapan dalam hubungan dengan (1) Tuhan, sebagaimana
dijelaskan pada ayat dan hadits diatas yang dapat diartikan suatu pengakuan atau manifestasi
tentang kesyukuran manusia atas nikmat yang telah dilimpahkan Tuhan. (2) Sesama
manusia, berbuat baik menurut islam mempunyai lingkup yang luas, tidak terbatas pada satu
lingkungan, keturunan, ikatan keluarga, agama,suku, bangsa, sehingga ihsan itu sifatnya
humanistis dan universal, ukurannya hanya satu sebagai ummat manusia. (3) Terhadap
Mahluk lain selain manusia termasuk pada hewan dan lingkungan harus disayangi oleh
manusia.

b. Perlakuan/perilaku dalam asuhan


Implementasi asuhan keperawatan selanjutnya adalah bagaimana penjabaran konsep
“Caring” yang mendasari keperawatan Islam “Mummarid” yang telah diberikan contoh
oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar manusia ners-klien yang didasari keimanan
dan ihsan, seorang perawat muslim dalam memberikan asuhan keperawatan Islami tentu
harus berlandaskan pada keilmuannya, islam mementingkan professionalisme
berpengetahuan dan keterampilan seperti Allah jelaskan pada :

“Amat besar kebencian disisi Allah-kamu, memperkatakan sesuatu yang kamu tidak
melakukannya”.[QS Ash-Shaff:3]

“Maka bertanyalah kepada ahlinya bila kalian tidak mengetahuinya”.[QS An-Nahl:43]

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu tidak mengetahui tentangnya.
Sesungguhnya : pendengaran, penglihatan, akal budi semuanya itu akan diminta
pertanggung jawabannya”. [QS Al Israa : 36]

“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang
berilmu beberapa derajad….”[QS Al-Mujadillah ; 11]

“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya”. [HR Bukhari]

Disamping dalam pelaksanaan asuhan keperawatan islam perawat harus bersikap


Professional, dalam Islam adalah berahlaqul qarimah, sesuai tuntunan Rasul

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu….” [QS
Al-Ahzab :21]

“Yang sebaik-baik manusia adalah yang paling baik ahlaknya [HR Thabrani]

Bebarapa contoh ahlak yang harus dimiliki seorang perawat muslim : Tulus Ikhlas, Ramah
dan bermuka manis, Penyantun, Tenang, hati-hati dan tidak tergopoh-gopoh, sabar dan tidak
lekas marah, bersih lahir batin, cermat dan teliti, memegang teguh rahasia, memiliki disiplin
dan etos kerja yang tinggi. Dengan modal hal diatas seorang perawat dapat mencapai tujuan
dari asuhan keperawatan yang diberikannya.

Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan tidak bisa bekerja sendiri tetapi
memerlukan orang lain, apakah itu satu tim ataupun tim lain hal ini didasarkan pada konsep
manusia dalam paradigma keperawatan islam ia adalah sebagai An-Nas (mahluk sosial) dan
juga kerjasama dan kemitraan adalah perintah Allah (Q.S. Al-Maa-idah: 2), (QS Al
Hujarat : 10).

c. Bimbingan/Tausiah

Manusia adalah mahluk mulia, Dengan kemuliaannya harus berbuat yang mula pula. Salah
satu perbuatan mulia adalah mengikuti tujuan mengapa manusia diciptakan, tidak lain adalah
mengabdi dan menyembah kepada Allah [QS Adz Dzariat: 56], kemuliaan lain adalah
menegakkan agama Allah, perintah Allah dalam hal ini adalah seperti firmanNya:
“…Hendaklah ada segolongan diantara kamu yang menyuruh pada kebajikan dan mencegah
yang munkar..” [QS Ali Imtan :104]

“Katakanlah, ini jalanku, aku dan pengikutku dengan sadar mendakwahkan kamu menuju
Allah..”[QS Yusuf :108]

“Sampaikanlah apa-apa yang datang dariku meskipun hanya satu ayat (hadist)

Banyak lagi ayat-ayat yang menyeru kita untuk berdakwah, dalam konteks keperawatan islam
maka perawat selain melakukan pekerjaan professionalnya maka perawat juga sebagai Da’I
untuk dapat mengajak manusia (klien) dan lingkungannya menuju jalan Allah sehingga nilai
spiritual yang terintegrasi dalam asuhan keperawatan akan dapat menyentu fitah manusia dan
pada akhirnya mencapai tujuan hidup baik perawat ataupun klien.

Keluaran (Output)

Output yang daiharapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Islami adalah Qualitas
asuhan, refleksi dari qualitas bagi semua (perawat dan Klien) adalah kepuasan

Seorang muslim akan merasa puas bila asuhan yang diterimanya dapat menyentuh fitrah
manusia. Ftrah manusia dalam Alqur’an :

Sebagai Mahluk Mulia

“Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. [QS At
Tiin :4]

“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak adam, kami angkut mereka
didaratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan
[QS Al Israa:70]

Asuhan keperawatan harus dapat menempatkan klien pada fitrah kemuliaannya, tidak ada
satu manusiapun yang mau diposisikan lebih rendah dari kemulian manusia, oleh karena itu
nilai humanisme yang diterima klien sangatlah berarti bagi pencapaian kesehatan yang
sempurna seperti dijelaskan sebelumnya.

Sebagai mahluk Pengabdi

“Tidaklah Kujadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKu [Adz Dzariat
:56]

Sebagai hamba Allah maka manusia mempunyai hak untuk menyerahkan seluruh hidup dan
matinya hanya untuk Allah, keluaran ini menjadi fokus dari asuhan keperawatan islami
sehingga klien dapat beribadah dengan baik untuk menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah.

Sebagai mahluk yang Hanif


Fitrah manusia selalu untuk hanif (selalu ingin dalam kebaikan, lurus) terkadang tidak
disadari oleh manusia bahwa hal tersebut adalah fitrahnya, sejahat-jahatnya manusia pasti
mempunyai hanif sehingga fitrah ini harus dapat disentuh dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan syukur bila perawat dapat menyadarkan akan pentingnya fitrah hanif dalam
hidup ini. Ayat-allah tentang hanif dapat disimak pada [QS Ar Ruum : 30], [QS An ‘aam
:161], [QS Al Baqarah :135], [QS Ali Imran : 65], [QS An Nisaa: 125], [QS Yunus : 105].

Sebagai Mahluk yang merdeka

Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah yang memimpin,
mengatur dan menyebarkan keadilan bagi sekitarnya. Tidak hanya itu Allah juga memberikan
kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya, dan menjadikan manusia itu bebas
berbuat sesuai dengan keinginannya apakah itu kebaikan atau kejahatan, hanya Allah telah
menggariskan imbalan dari setiap tindakan manusia dimuka bumi. Allah berfirman.

“Dan katakanlah : “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin
beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir”
Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang Zalim di neraka.”[QS Al Kahfi : 29]

Ayat itu Allah menjelaskan bahwa kebebasan memilih dan memutuskan sesuatu tentang diri
manusia adalah adalah manusia itu sendiri sehingga fitra manusia disini adalah mempunyai
kemerdekaan. Aspek penting dalam keperawatan Islam untuk dapat menghargai potensi klien
untuk mencapai kebaikan dari dirinya sendiri, tetapi perawat juga dapat mengajak atau
memberikan bimbingan kepada klien apabila keputusannya itu adalah tidak sesuai dengan
Ajaran Islam maka Kemerdekaan menjadi orang yang beriman adalah menjadi sasaran
asuhan keperawatan Islami.

Mahluk dengan nilai Individual dan sekaligus mahluk dengan nilai-nilai komunal

Allah berfirman :

“Hai Manusia, bertaqwalah kepada kamu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu,
dan dari padanya Allah menciptakan Isterinya dan daripada keduanya memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. [QS An Nisaa : 1]

Dalam Ayat lain [QS Al Baqarah : 213] dan ditegaskan lagi [QS Yunus : 10] menunjukkan
bahwa fitrah dalam diri manusia kadang-kadang selalu individual sehingga ada batas-batas
yang tidak bisa diketahui orang lain, tidak membutuhkan orang lain, tetapi dilain waktu
manusia sebagai mahluk sosial pasti tergantung pada orang lain dan lingkungan dan minta
peltolongan. Asuhan keperawatan Islami harus dapat menyentuh fitrah ini pada saat yang
tepat klien dalam situasi ingin sendiri (individual) dan saat membutuhkan orang laindan
lingkungan sesuai dengan tuntunan Alqur’an.

Refleksi dari kepuasan akan fitrah manusia itu sebagai klien akan dalam ikhtiarnya untuk
mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang hakiki adalah bila klien sembuh maka akan
timbul rasa Syukur (tasyakur), bila ada ketidak sempurnaan dalam kondisinya klien akan
merasa Ridho, dan apabila dalam upaya ikhtiarnya tidak mendapatkan kemajuan bahkan
lebih buruk maka ia tidak akan merasa kecewa dan marah tetapi sabar dan Tawaqal kepada
Allah berserah diri pada apapun keputusan Allah dengan tetap dalam iman.

Pada akhirnya Outcome dari asuhan keperawatan Islam adalah untuk mencapai Ridho Allah
“Mardhotillah” baik itu bagi klien maupun perawat sebagai sasaran akhir dari hidup manusia
dimuka bumi ini.

KHATIMAH
“Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu[QS [QS Al Baqarah : 208]

Islam mengandung ajaran yang mencakup semua aspek hidup dan kehidupan manusia
termasuk didalammnya ajaran yang berkaitan dengan kesehatan jasmani, rohani, sosial,
kultural dan spiritual. Pengamalan ajaran Islam dalam bidang kesehatan wajib dilaksanakan
oleh umat sebagai perwujudan ibadahnya kepada Allah SWT dan sesama umat manusia,
diantaranya melalui pelayanan/asuhan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan.

Keperawatan sebagai bentuk layanan yang ditujukan bagi klien (individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat) dilandasi oleh suatu keyakinan yang dibangun berdasarkan
pandangannya yang kokoh yakni paradigma keperawatan meliputi manusia-kemanusiaan,
lingkungan, sehat-kesehatan dan keperawatan, yang kemudian disebut sebagai Paradigma
Keperawatan Islam..

Asuhan keperawatan Islam adalah Integrasi nilai-nilai Islam yang bersumber pada Alqur’an
dan Hadits, merupakan suatu sistem sehingga banyak faktor-faktor yang berpengaruh untuk
keberhasilan asuhan sehingga mempengaruhi tujuan akhir dari pemberian asuhan
keperawatan Islam. Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Islam selain perawat
melaksanakan profesi keperawqatan yang merupakan manifestasi dari Ibadahnya maka
asuhan perawtan Islam mempunyai nilai spiritual yang sangat tinggi karena merupakan
sarana da’wah amar ma’ruf nahi munkar.

Kepuasan terhadap asuhan keperawatan dalam pandangan keperawatan islam adalah dimana
fitrah manusia dapat disentuh oleh asuhan keperawaatan yang diberikan sehingga
merefleksikan rasa Syukur, ridho, sabar dan tawaqal terhadap pencapaian keberhasilan ikhtiar
manusia. Apabila klien dan perawat sudah bisa merasakan itu maka akan dicapai tujuan hidup
didunia ini adalah Mardhatillah.

Asuhan keperawaatan Islam dalam tataran nilai-nilai ini perlu dikembangkan pada konsep-
konsep yang dapat menjadi acuan operasional perawat muslim sehingga semakin cepat dan
semakin banyak kaum muslimin akan mendapatkan pelayanan sesuai dengan keyakinan dan
keimanannya yang pula merupakan fitrah manusia.
Upaya-upaya mengembangkan asuhan keperawatan Islami secara terus menerus dan simultan
menjadi tanggung jawab muslim sebagai manifestasi dari hamba Allah (pengabdi) dalam
menegakkan agama Allah, pengembangan tersebut secara komprehensif dan terintegrasi dan
sistematis bersumber pada Alqur’an dan Hadits yang merupakan warisan Rasulullah kepada
ummatnya.

Anda mungkin juga menyukai