Assalammuallaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan
rahmatnya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
keperawatan jiwa mengenai gangguan konsep diri ini dengan lancar dan tanpa
hambatan sedikitpun. Allah Maha Besar.
Namun, kami menyadari kalau kami adalah manusia biasa yang tak pernah
luput dari kekurangan demikianpun apa yang kami buat ini. Kami banyak berharap
kritik dan saran dari pembaca sehingga kami dapat menyempurnakan laporan-
laporan yang akan kami buat kedepannya.
Adapun tujuan kami membuat makalah yaitu untuk menyelesaikan tugas kuliah
keperawatan jiwa dan mengetahui segala hal tentang gangguan konsep diri.
Terimakasih kepada dosen – dosen yang mengajar kami sebagai pembimbing
kami dalam kuliah keperawatan jiwa dan semua teman-teman yang telah
memberikan pendapat, pertanyaan, waktu, dan tenaga sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
Kami tidak bisa membalas semua itu dan kami semoga semua itu akan di balas
dengan Allah SWT. Amien
Penyusun
BAB I
PANDAHULUAN
BAB II
ISI
2.1. PENGERTIAN KONSEP DIRI
Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang
diketahui ttg dirinya yg mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain (stuart, sundeen 1991). Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari
dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat
dan berarti bagi dirinya.
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, masalahnya serta
lingkungannya ( suliswati dkk, 2005 )
Konsep diri berkembang dengan baik apabila : budaya dan pengalaman
dikeluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yg berarti
bagi individu/lingkungan dan dapat beraktualisasi, sehingga individu menyadari
potensi dirinya..
2.2. PENGERTIAN HARGA DIRI RENDAH
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri dan adanya perasaan hilang kepercayaan diri,merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).Harga diri
seseorang umumnya diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.Gangguan harga diri
rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,perlakuan orang lainyang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah secara cendrung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.
Barbara kozier berpendapat : level of self esteem range from hight to low. A
person who has hight self esteem deals actively with the environment,adapts
effectively to change,and feels secure. A person with low selfesteem sees the
environment as negative and thereatening.(Driever dalam Barbara
Kozier,2003:845)
Menurut antai Ontongg (1995:297), self esteem dipengaruhi oleh
pengalaman individu dalam perkembangan fungsi ego ,dimana anak-anak yang dapt
beradaptasi terhadap lingkungan internal dan external biasanya memiliki perasaan
aman terhadap lingkungan dan menunjukan self esteem yang positif. Sedangkan
individu yang memiliki harga diri rendah cendrung untuk mempresepsikan
lingkungannya negative dan sangan mengancam. Mungkin pernah mengalami
depresi atau gangguan dalam fungsi egonya.
Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mental Illnes (2003 ) ,
Harga Diri Rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya. Barry
mengemukakan , Self esteem is a feeling of self acceptaince and positive self image.
Pengertian lain mengmukakan bahwa harga diri rendah adalah menolak dirinya
sendiri, merasa tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan
sendiri. Individu gagal menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
a. Faktor predisposisi
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima )
kategori :
1. Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan seperti konsep berikut ini :
2. Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan
dengan yang diinginkan
3. Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang
peran yang dilakukannya
4. Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang kompleks
5. Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan
dengan nilai untuk menyesuaikan diri
Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang
penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian
orang yang berarti
Transisi peran sehat – sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis,kegagalan berulang kali,kurang mempunyai tanggung jawab
personal,ketergantungan pada orang lain,ideal diri yang tidak realistis.
Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harag diri rendah adalah kehilangan bagian
tubuh,perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas yang
menurun.
Menunda keputusan
Sulit bergaul
Penurunan produktivitas.
A. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan
jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan
kebudayaa
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya
pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah
2. Faktor Presipitasi
1. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima ) kategori :
1. Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti
konsep berikut ini :
2. Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan
yang diinginkan
3. Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran
yang dilakukannya
4. Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan
seperangkat peran yang kompleks
5. Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan
nilai untuk menyesuaikan diri
2. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting
dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti
3. Transisi peran sehat – sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat
atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
4. Mekanisme Koping
B. Masalah Keperawatan
Masalah gangguan konsep diri berhubungan dengan rasa bersalah sering menimbulkan
kekacauan dan mengakibatkan respon koping yang maladaptive. Respon ini dapat dilihat
bervariasi pada berbagai individu, yang mengalami ancaman integritas diri atau harga diri.
Masalah keperawatan dan contoh diagnosa keperawatan lengkap yang berkaitan dengan
gangguan konsep diri, lihat tabel berikut ini.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan aktualisasi diri klien : dengan membantu menumbuhkan,
mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidakmampuan
2. Tujuan Khusus
Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan massalaha
yang berhubungan dengan konsep diri daan membantu klien agar lebih mengerti akan
dirinya secara tepat
3. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi
dan perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian
melakukan perubahan perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan
tindakan yang bertahap sebagai berikut :
1. Memperluas kesadaran diri; Tahap memperluas kesadaran diri
Untuk meningkatkan penerimaan klien secara unuk di dalam keluarga, diperlukan pendidikan
kesehatan mental yang dapat dilihat pada table berikut ini
Pendidikan kesehatan mental bagi keluarga
Tujuan Kegiatan Instruksional Evaluasi
Menegaskan Diskusikan keunikan masing 1. Klien dapat
konsep keunikan – masing anggota keluarga. mengidentifikasi fungsi
anggota keluarga Bantu klien keluarga
mengidentifikasikan tingkat
kemampuannya di antar
anggota keluarga
Uraikan Analisa tipe dan pola 1. Klien menguraikan
karakteristik hubungan dalam keluarga. pola hubungan dalam
perpaduan emosi Gunakan kertas dan pensil keluarga
untuk menggambarkan pola 2. Klien mengidentifikasi
keluarga peran dan perilakunya
1. Tujuan Umum :
1. Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya
2. Tujuan Khusus :
2. Diagnosa : Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
1. Tujuan Umum
1. Klien menunjukkan pengingkatan harga diri
2. Tujuan Khusus :
A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
1.1Faktor perkembangan
2. Faktor Presipitasi
3. Prilaku
a. Kurang spontan
d. Afek tumpul
g. Mengisolasi diri
k. Aktivitas menurun
l. Kurang energi(tenaga)
4. Fisik
5. Status emosi
Afek tidak sesuai merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga,rendah
diri dan kecemasan berat.
6. Status sosial
B. Diagnosa Keperawatan
3. kerusakan interaksi sosial; menarik diri b/d harga diri rendah kronis
4. sindrom defisit perawatan diri b/d intoleransi aktivitas
C. Perencanaan Keperawatan
a.Diagnosa keperawatan 1
Resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan yang diarahkan kepada orang lain
pada diri sendiri dan lingkungan b/d alusinasi pendengaran.
b.Tujuan
*Intervensi :
*Rasional:
*Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.
*Intervensi
1. adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap 5 menit setiap 1 jam, 10
menit setiap satu jam, atau 15 menit setiap satu jam
3. gambarkan tingkah laku alusinasi pada klien “apa yang terdenganr aatau
dilihat “.
4. terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak bagi perawat
(tidak membenarkan dan tidak menunjang)
5. klien dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata setelah 3-4
kali pertemuan dengan menceritakan hal-hal yang nyata.
6. klien dapat menyebutkan situasi yang menimbulkan halusinasi: sifat, isi,
waktu, frekuensi alusinasi, setelah 3x pertemuan.
1. identifikasi bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang berhalusinasi
2. beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya
3. diskusikan cara memutuskan halusinasi
4. dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi
5. beri pujian atas upaya klien
*Rasional
1. tindakan yang bisa dilakukan klien merupakan upaya mengatasi halusinasi
2. memberikan hal yang positif atau pengakuan akan meningkatkan harga diri klien
3. dengn halusinsi yang terkontrol untuk klien maka waham curiga tidak terjadi
4. pengulangan hasil diskusi yang dapat dilakukan klien merupakan suatu tanda konsentrasi pikir
dapat difokuskan
5. pujian meruoakan pengakuan yang dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien
Evaluasi
1. klien dapat menyebutkan tindakan yang bila sedang berhalusinasi setelah 3 x pertemuan
2. klien dapat menyebutkan 3 dari 4 cara memutuskan halusinasi
Rasional
1. meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum obat secara teratur
2. memastikan bahwa klien minum obat secara teratur
Evaluasi
klien minum obat secara teratur sesuai aturan minum obat setelah 3 x pertemuan
TUK 5 : klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Intervensi
1. dorong klien untuk memberitahu keluarga ketika timbul halusinasi
2. lakukan kunjungan keluarga, kenalkan pada halusinasi klien bantu dalam memutuskan
tindakan untuk mengontrol halusinasi klien, ajarkan cara merawat klien dirumah,
informasikan cara memotifikasi lingkungan agar mendukung realitas dan dorong keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam mengontrol halusinasi klien.
Rasional
1. sebagai upaya latihan klien sebelum berada di rumah
2. keluarga yang mampu merawat klien dengan halusinasi paling efektif mendukung kesembuhan
klien dengan masalah halusinasi
Evaluasi
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi setelah dirumah
Diagnosa keperawatan 2
Perubahan sensasi presepsi ; b/d keruskan interaksi sosial;menarik diri
TUM :klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan sehingga halusinasi dapat
dicegah
TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi
Bina hubungan saling percaya :
- sikap terbuka dan empati
- terima klien apa adanya
- sapa klien dengan ramah
- tepati janji
- jelaskan tujuan pertemuan
- pertahankan kontak mata selama interaksi
- penuhi kebutuhan dasar klien saat itu
Rasional
Kejujuran, kesediaan dan penerimaan, meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien
dengan perawat
Evaluasi
Setelah 2 x pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat
TUK 2 : klien dapat mengenal perasaan yang menyatakan perilaku menarik diri
Intervensi
1. kaji pengetahuan klien tentang menarik diri
2. beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
3. diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik dirinya
4. beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkannya
Rasional
1. mengetahui sejauh mana pengetahuan klien yang menarik diri sehingga perawat dapat
merencanakan tindakan selanjutnya
2. untuk mengetahui alasan klien menarik diri
3. meningkatkan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama tentang masalah klien
4. meningkatkan harga diri klien berani bergaul denngan lingkungan sosialnya
Evalusi
Setelah satu kali pertemuan klien dapat menyebutkan penyebab/alasan menarik daripada
dirinya
TUK 3 : klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain
Intervensi
1. diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
2. dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain
3. beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan
orang lain
Rasional
1. meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain
2. untuk mengetahui tingkat permohonan klien terhadap informasi yang telah diberikan
3. reinfocemet positif dapat meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan denngan orang lain
- mendapat teman
- mengungkapkan perasaan
- membantu pemecahan masalah
Rasional
1. untuk mengetahui pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan
2. klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu
dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain
3. membantu klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal
4. reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain, misalnya :
- mmembalas sapaan perawat
- menatap mata
- mau berinteraksi
TUK 5 : klien mendapatkan dukungan keluarga dan berhubungan dengan orang lain
Intervensi
1. diskusikan tentang manfaat berhubungan denga anggota keluarga
2. dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
3. beri brenforrcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasanya, manfaat
berhubungan dengan orang lain
Rasional
1. untuk mengetahui sejauh mana klien merasakan amanfaat dari berhubungan dengan orang lain
2. mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam berhubungan dengan orang lain
3. reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
evaluasi
klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
- diri sendiri
- orang lain
Diagnosa keperawatan 3
Kerusakan interaksi sosial ; menarik diri b/d harga diri rendah
Tujuan
TUM : klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri
TUK 1 : klien dapat memperkuat kesadaran diri
Intervensi
1. diskusikan dengan klien kelebihan yang dimilikinya
2. diskusikan kelemahan yang dimilikinya
3. beritahu klien bahwa tidak ada manusi yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan
kekurangan
4. beritahu klien bahwa kekurangan bisa dimiliki dengan kelebihan yang dimiliki
5. anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang dimiliki
6. beritahu klien bahwa ada hikmah dibalik kekurangan yang dimiliki
Rasional
1. mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien
2. mengingatkan klien bahwa klien manusia biasa yang mempunyai kekurangan
3. menghadirkan realita pada klien
4. memberikan garapan pada klien
5. memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi
6. agar klien tidak merasa putus asa
Evaluasi
1. klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada diri setelah 1 x pertemuan
2. klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan dalam
mencapai keberhasilan
TUK 2
Klien dapat menyelidiki dirinya
Intervensi :
1. diskusikan denga klien ideal dirinya apa harapan selama di RS
2. bantu klien mengembangkan antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya
3. beri kesempatan klien untuk berhasil
4. beri Reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
rasional
1. untuk mengetahui sampai dimana reaalistis dan harapan klien
2. membantu klien membentuk harapan yang realistis
3. meningkatkan percaya diri klien
4. memberi penghargaan terhadap perilaku yang positif
Evaluasi
Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuan setelah 1 x
pertemuan
TUK 3
Klien dapat mengevalusi diri
Intervensi
1. bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau keinginan yang bakl dicapainya
2. kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut
3. bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan seba-sebab kegagalan.
4. kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasinya
5. jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi
kesulitan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Rasional
1. mengingatkan klien bahwa ia tidak selalu gagal
2. memberikan kesempatan klien untuk menilai dirinya sendiri
3. mengetahui apakah kegagalan tersebut mempengaruhi klien
4. mengetahui kuping yang selama ini digunakan oleh klien
5. memnerikan kekuatan pada klien bahwa kegagalan itu bukan merupakan akhir dari suatu usaha
Evaluasi
1. klien dapat mmenyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 x pertemuan
2. klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 x pertemuan
TUK 4
Klien dapat membuat rencana realistis
Intervensi
1. bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai
2. diskusikan denngan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien
3. bantu klien memilih perioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya
4. beri kesempatan klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih
5. tunjukkan keterampuilan atau keberhasilan yang telah dicapai klien
6. ikut saatukan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok
7. beri reinforcment positif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok
Rasional
1. Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya
2. mempertahankan klien untuk tetap realistis
3. agar prioritas yang dipilih sesuai dengan kemampuan
4. menghargai keputusan yang telah di pilih klien
5. memberikan penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai
6. ikut sertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok
TUK 5
Klien dapat dukungan keluarga yang meningkatkan hanya dirinya
Intervensi
1. diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri rendah
2. tunjukkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan tiap anggota
keluarga
3. Diskusikan dengan keluarga cara merespon terhadap klien dengan harga diri rendah seperti
menghargai klien tidak mengejek, tidak menjauhi
4. tunjukkan pada keluarga untun memberikan kesempatan berhasil pada klien
5. tunjukkan kepada keluarga untuk menerima klien apa adanya
6. anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga
Rasional
1. mengatisipasi masalah yang timbul
2. menyiapkan suport sistem yang akurat
3. meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan harga diri rendah seperti
menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi
4. memberikan kesempatan pada klien untuk sukses
5. membantu meningkatkan harga diri klien
6. meningkatkan interaksi klien dengan anggota kelurga
Evaluasi
1. - keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah
- mengatakan diri tidak berharga tidak berguna dan tidak
- pesimis
- menarik diri dan realita
2. keluarga dapat merespon dan memperlakukan klien dengan harga diri rendah secara tepat
setelah 2 x pertemuan
Diagnosa keperawatan 4
Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan intrenon aktivitas
Tujuan
TUM : klien dapat mmelakukan perawatan diri
TUK 1 : klien mengetahui keuntungan melakukan perawatan diri
Intervensi
1. diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
2. dorong klien untuk menyebutkan kembali keuntungan dalam melakukan perawatan diri
3. beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan keuntungan melakukan perawatan
diri
Rasional
1. untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
2. untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yang telah diberikan
3. Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klienEvaluasi
Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri seperti :
- memelihara kesehatan
- memberi rasa nyaman
TUK 2
Klien mengetahui kerugian jika tidak melakukan perawatan diri
Intervensi
1. diskusikan tentang kerugian tidak melakuakn perawatan diri
2. beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan kerugian tidak melakukan
perawatan diri
Rasional
1. untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
2. Reinforcement positif untuk menyenangkan hati klien
Evaluasi
klien dapat menyebutkan kerugian dari tidak melakukan perawatan diri seperti
- terkena penyakit
- sulit mmendapat teman
Rasional
1. untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
2. reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk
melakukan perawatan diri
Evaluasi
Klien melakukan perawatan diri seperti :
Diagnosa keperawatan 5
Ketegangan peran memberi perawatan untuk berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga merawat pasien di Rumah
Tujuan
TUM:
Para pemberi perawatan akan mendemonstrasikan keterampilan memecahkan masalah yang
efektif dan membentuk mekanisme koping yang adaptip
TUK : Pemberian perawatan akan mendemonstrasikan pemahaman tentang cara-cara untuk
memudahkan peran memberi perawatan
Intervensi
1. kaji kemampuan pemberi perawatan sadar terhadap sistem pelayanan dimana mereka mencari
bantuan.
2. pastikan bahwa pemberi perawatan sadr terhadap sistem pelayanan kesehatan dimana mereka
dapat mencari bantuan
3. anjurkan pada para pemberi perawatan untuk mengekpresikan perasaanya terutama rasa marah
4. dorongan untuk berpartisipasi pada kelompok-kelompok pendukung yang berisi anggota-
anggota dengan situasi-situasi kehidupan yang sama
Rasional
1. para pemberi perawatan dapat tidak menyadari terhadap apa yang secara realistis dapat dicapai
oleh pasien mereka dapar tidak menyadari terhadap kemajuan alami dari penyakitnya
2. para pemberi perawatan memerlukan keinginan dari tekanan dan ketegangan setelah
memberikan perawatan 24 jam kepada mereka dapat mencari bantuan
3. pelepasan dari emosi-emosi ini dapat membantu mencegah fsikopatologi seperti defresi, atau
timbulnya kelainan fsikopatologis
4. mendengarkan orang lain mengalami masalah-masalah yang sama mendiskusikan cara-cara
yang telah mereka hadapi dapat membantu pemberi perawatan untuk mengadopsi strategi-
strategi yang lebih adaptif
Evaluasi
Para pemberi perawatan dapat mendemontrasikan keterampilan memecahkan
masalah yang efektif dan membentuk mekanisme koping yang adaptif.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Konsep diri secara fisiologis, emosional dan social dibentuk berdasarkan reaksi orang
lain terhadap seseorang dan kemudian oleh interpretasi individu tentang reaksi ini pada diri
sendiri. Komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran yang dapat
dipengaruhi oleh peran kesehatan, pengalaman keluarga, social dan okupasi, serta aktivitas
intelektual dan kesenangan. Identitas adalah rasa konsisten dari berbagai individu yang
berbeda dari orang lain. Stresor identitas selama masa remaja dapat menimbulkan
kebingungan identitas. Citra tubuh adalah gambaran mental tubuh seseorang yang
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan, nilai dan sikap budaya dan social, dan
persepsi individu tantang tubuh. Stresor citra tubuh mencakup perubahan dalam penampilan
fisik, struktur atau fungsi tubuh. Harga diri bergantung pada persepsi seseorang tentang ideal
diri dan stresor harga diri meliputi perkembangan dan hubungan, penyakit, pembedahan serta
respon individu lain terhadap perubahan individu yang di akibatkan oleh kejadian ini.
Dalam penanganan masalah konsep diri dibutuhkan peran perawat sebagai orang yang
paling dekat dengan klien secara intensif. Untuk itu diperlukan hubungan antara perawat-
klien yang akan mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan klien. Dalam hal ini
komunikasi terapeutik memegang peranan penting yang memiliki tujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan klien. Oleh karna itu perawat-klien dapat terlibat dalam
peningkatan kesadaran diri klien, mendorong eksplorasi diri klien, membantu klien dalam
evaluasi diri, membantu klien merumuskan tujuan dalam upaya adaptasi dan membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan.
SARAN
1. Untuk memepermudah seorang perawat dalam pengaplikasian teori ini hendaknya
seorang perawat memahami dan mampu membangun konsep dirinya sendiri yang
positif
2. Untuk menambah wawasan pembaca dapat melihat reverensi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-kharisatun-5764-2-babii.pdf
KESEHATAN MENTAL : GANGGUAN JIWA
Dari hasil berbagai penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan
mental.
Contoh dari gangguan jiwa yaitu :
1. Neurasthenia
Adalah salah satu gangguan jiwa yang sudah lama dikenal orang berbagai penyakit saraf,
yang dahulu disangka terjadi karena lemahnuya saraf, karena itu pengobatan-pengobatan
diwaktu itu dilakukan dengan jalan menyuruh pasien istirahat di tempat tidur, jauh dari
keributan dan cahaya, disamping memberikan obat-obat penguat dan penenang.
Seluruh badan letih, tidak bersemangat, perasaan tidak enak, sebentar-bentar ingin marah,
mengeretu, tidak sanggup berpikir tentang sesuatu persoalan, sukar mengingat dan
memusatkan perhatian.
Penyebab penyakit Neurasthenia adalah ketidak tenangan jiwa, kegelisahan, tekanan dan
pertentangan batin serta persaingan.
2. Hysteria
Hysteria terjadi akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran,
tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan dan pertentangan batin.
Diantara gejala-gejalanya ada yang berhubungan dengan fisik dan ada pula yang
berhubungan dengan mental.
a) Lumpuh Hysteria
Adalah lumpuhnya salah satu anggota fisik, akibat tekanan atau pertentangan batin yang tidak
dapat diatasi
b) Cramp husteri
Cramp hysteria di sebabkan oelh pula tekanan perasaan, yang sering kali terjadi penulis
mencari penghidupan dengan tulisan-tulisannya
c) Kejang hysteria
Badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadarkan diri, kadang-kadang sangat keras di sertai
dengan teriak-teriakkan dan kelebihan keluhan, tetapi air mata tidak keluar
d) Mutism (hilang kesanggupan berbicara)
Mutism itu ada dua macam pertama tidak sanggup bicara dengan suara keras kedua tidak
dapat bicara sama sekali biasanya gejala ini terjadi akibat tekanan prasaan kecemasan putus
asa, merasa hina, gagal dan sebagainya
Yang termasuk dalam gejala-gejala yang berhubungan dengan mental antara lain :
a) Hilang ingatan (Amnesia)
hilang mejala atau lupa akan kejadian-kejadian tertentu dalam hidup sangat erat hubungan
nya dengan emosi, orang yang hilang ingatan ia akan lupa segala sesuatu, akan semua orang
yang pernah dikenalnya bahkan lupa akan dirinya, namanya, rumahnya, pekerjaannya dsb
b) Kepribadian kembar (double personality)
adalah salah satu gejala hysteria yang disebabkan oleh kegelisaanyang amat sangat, dan
dijadikan cara untuk menghukum dirinya atau melepaskan diri dari ketegangan batin,
kecemasan atau konsflik yang dirasakannya.
c) Mengelana secara tidak sadar (Fugue)
Adalah gejala hiteria lain iyalah orang pergi mengelana berjalan tanpa tujuan, tidak tau
mengapa ia pergi dan kemana ia pergi
d) Jalan-jalan sedang tidur (somaagulism)
Orang yang diserang oleh gejala ini dikuasi oleh sejumlah pikiran dan kenang-kenangan yang
berhubungan satu sama lain.
3. Psyehasthenia
Adalah semacam gangguan jiwa yang bersifat paksaan yang berarti kurangnya kemampuan
jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal.
Gejala-gejala penyakit ini antara lain :
a. Phabia
Adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakut tiadak seimbang dengan
ketakutan
b. Obsesi
Yaitu gejala gangguan jiwa dimana sisakit dikuasi oleh suatu pikiran yang tidak bisa di
hindarinya.
c. Kampul si.
Ialah gangguan jiwayang menyebabkan orang terpaksa melakukan sesuatu, baik masuk akal
ataupun tidak.
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/10/kesehatan-mental-ganguan-jiwa.html
Gangguann mental atau penyakit mental adalah pola psikologis atau perilaku yang pada
umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari
perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif,
perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada
daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan
pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan
perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbdaan tentang definisi, penilaan dan
klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari
sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada
hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan
mental.
Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori
terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan
untk penyakit ini terpusat di Rumah Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian
diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela,
menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya
jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan
pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial,
dukungan lingkungan, dan pertolongan diri. Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa
atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat
menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa
kelainan mental atau dinilai memiliki kelainian mental), yang akan mengara ke berbagai
gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan
sosial
definisi dan klasifikasi kelainan mental adalah kunci untuk peneliti sebagaimana juga
penyedia layanan dan mereka yang mungkin terdiagnosa. Sebagian besar dokumen klinik
internasional menggunakan istilah "Kelainan mental". Terdapat dua sistem yang
mengklasifikasikan kelainan mental ICD-10 Chapter V: Mental and behavioural disorders,
bagian dari International Classification of Diseases yang diterbitkan oleh World Health
Organization (WHO), dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV)
diterbitkan oleh Psychiatric Association (APA).
kedua mendaftar kategori kelainan dan menyediakan standar kriteria untuk diagosis. Kedua
sistem ini telah merubah kode mereka pada revisi terakhir sehingga pedomannya dapat
dibandingkan, walaupun masih terdapat perbedaan signifikan. Skema klasifikasi lain
mungkin digunakan di budaya non-barat, dan panduan lain mungkin juga digunakan oleh
mereka yang menggunakan teori persuasi. Pada umumnya, kelainan mental diklasifikasikan
terpisah menjadi kelainan syaraf, ketidakmampuan belajar, atau kelainan mental.
Tidak seperti sistem di atas, beberapa pendekatan klasifikasi tidak menggunakan kategori
yang jelas atau pemisahan dikotomi yang digunakan untuk memisahkan antara yang tidak
normal dengan yang normal. Terdapat debat sains tentang beberapa kategori yang berbeda
berhubungan dengan kasus yang terkategori dengan kasus yang tidak terkategori, kemudian
mencakup sistem spektrum, dimensional, atau kontinyu
http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_kejiwaan
21
1.
Tidak banyak konflik yang serius dan tidak banyak konflik denganlingkungan.5.
Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas ataukesosialan7.
Menyalurkan kemarahan8.
Menyadari keterbatasan10.
Pos Natal (sesudah lahir)Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :4.
Fisik (Penampilan)5.
Intelektual6.
Saran
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Kartini Kartono, Patologi Sosial, jakarta, 2007.Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik. Pedomanpenggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III.
Jakarta: DepartemenKesehatan; 1993.Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas
PPDGJ-III. Jakarta: PT NuhJaya; 2001.Yustinus Semiun. 2010, Kesehatan Mental 2.
Yogyakarta: Kanisiushttp://www.scribd.com/doc/55858510/Definisi-Gangguan-
Jiwa http://imron46.blogspot.com/2009/02/faktor-penyebab-gangguan-
jiwa.html http://fransiscakumala.wordpress.com/2010/02/09/definisi-klasifikasi-gangguan-
jiwa-dan-diagnosis-multiaksial/ http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/gangguan-
jiwa-atau-mental-disorder.html
http://ww8.yuwie.com/blog/entry.asp?id=932768&eid=602755
http://www.scribd.com/doc/94224456/MAKALAH-GANGGUAN-JIWA
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi
psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan
disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari
suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan
gejala-gejala yang khas.
Setiap gangguan jiwa dinamai dengan istilah yang tercantum dalam PPDGJ-IV (Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi IV) atau DSM-IV-TR
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition with text revision).
Kendati demikian, terdapat pula beberapa istilah yang dapat digunakan untuk
mendeskripsikan gangguan jiwa :
pengertian gangguan jiwa, definisi gangguan jiwa, pengertian gangguan mental, pengertian
sakit jiwa, pengertian gangguan psikologis, pengertian kesehatan jiwa, makalah gangguan
jiwa, definisi sakit jiwa, klasifikasi gangguan jiwa, gangguan psikologi, pengertian gangguan
psikologi, konsep gangguan jiwa, definisi gangguan mental, pengertian gangguan kejiwaan,
makalah gangguan mental, gangguan psikologis, penggolongan gangguan jiwa di indonesia,
definisi gangguan psikologi, psikologi gangguan jiwa, pengertian sehat jiwa
http://psikologi.or.id/psikologi-umum-pengantar/pengertian-definisi-gangguan-jiwa.htm