Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia merupakan paduan yang serasi

dan seimbang antara fisik, mental (rohani) dan sosial. Salah satu

determinasi kualitas manusia adalah terpenuhinya kebutuhan gizi yang

diperoleh melalui konsumsi pangan. Terwujudnya kualitas sumber

daya manusia merupakan proses jangka panjang yang harus

diperhatikan sejak janin dalam kandungan hingga usia lanjut, sehingga

diperoleh manusia yang sehat, produktif dan tangguh dalam

menghadapi tantangan zaman. Untuk mewujudkan sumber daya

manusia yang berkualitas ditentukan oleh status gizi yang baik. Status

gizi yang baik dapat terwujud bila makanan yang dikonsumsi dapat

memenuhi kecukupan gizi yang diperlukan, baik dalam jumlah maupun

mutu dari makanan itu sendiri (Depkes RI, 2005).

Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan,

kesehatan dan ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan

status gizi masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status

gizi anak balita dan wanita hamil (Harahap, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya

manusia (SDM), antara lain adalah faktor kesehatan dan faktor gizi,

kedua faktor ini penting karena seseorang tidak mampu


2

mengembangkan kapasitasnya secara maksimal apabila yang

bersangkutan tidak memiliki status kesehatan dan gizi yang optimal.

Untuk memperoleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,

telah dikembangkan visi rencana strategis yang dicapai departemen

kesehatan adalah masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan,

diantaranya mewujudkan keadaan sehat fisik jasmani, mental, spiritual

dan sosial, yang mewujudkan setiap individu dapat hidup secara

proaktif, sosial dan ekonomis melalui operasionalisasi mandiri dan

berkeadilan dapat segera terwujud (Kemenkes RI, 2010).

Pencapaian Indonesia sehat 2015 program pangan dan gizi

memiliki tujuan yaitu meningkatkan ketersediaan pangan yang cukup

dan kualitas yang memadai serta tersedia sepanjang waktu yaitu

peningkatan bahan pangan penganekaragaman dan pengembangan

produksi pangan, meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai

keadaan gizi yang baik dalam upaya perbaikan status gizi untuk

mencapai hidup sehat (Depkes RI, 2003).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi

seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan

kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier.

2001).
3

Konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan aspek gizi dan

kesehatan. Konsumsi makanan yang selalu kurang dari kecukupan

dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan kurang gizi

walaupun tidak menderita penyakit. akan tetapi, konsumsi makanan

yang cukup apabila terdapat penyakit, dapat pula berakibat kurang gizi

(Riyadi, 2006).

Status gizi ibu hamil akan sangat berperan dalam kehamilan

baik terhadap ibu maupun janin. Salah satu unsur gizi yang penting

ketika hamil adalah zat besi.Kenaikan volume darah selama kehamilan

akan meningkatkan kebutuhan Fe atau zat besi. Jumlah Fe pada bayi

baru lahir kira-kira sebesar 300 mg, jumlah yang diperlukan ibu untuk

mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah sebesar

500 mg. Selama kehamilan, seorang ibu hamil menyimpan zat besi

kurang lebih sebesar 1000 mg yang berfungsi untuk keperluan janin,

plasenta dan hemoglobin ibu sendiri (Prasetyono, 2008).

Ibu hamil termasuk rawan gizi sehingga apabila konsumsi

pangan dari seorang ibu hamil kurang mencukupi kebutuhannya hal ini

akan menurunkan status gizi. Konsumsi makanan yang rendah

disebabkan oleh adanya penyakit terutama penyakit infeksi saluran

pencernaan. Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan

jumlah anak terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam

keluarga. (Supariasa, 2002).


4

Gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan

fisiologis mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan

nutrien (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

Pada kehamilan terjadi proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan

janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya.

Untuk mendukung proses pertumbuhan ini, maka kebutuhan makanan

sebagai energi juga meningkat. Kebutuhan kalori tambahan bagi ibu

hamil sekitar 300 sampai 350 kalori per hari. Demikian pula kebutuhan

protein meningkat dengan 10 gram sehari. Peningkatan metabolisme

berbagai zat gizi pada ibu hamil juga memerlukan peningkatan suplay

vitamin, terutama thiamin, reboflafin, vitamin A dan D. Kebutuhan

berbagai mineral, khususnya Fe dan Calsium juga meningkat. Apabila

kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak

dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi

kekurangan gizi (Notoatmodjo,2007).

Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan

tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi

protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan

energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000

kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu

tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama

hamil (Budianto, 2009).


5

Kebutuhan energi ibu hamil pada trimester I menjadi 2140

kalori, pada trimester II meningkat menjadi 2200 dan pada trimester III

mengalami penurunan yaitu 2020 kalori. Begitu juga dengan protein

yaitu trimester I adalah 75 gram, trimester II adalah 75 gram dan

trimester III adalah 70 gram. Zat besi dan mineral lainnya juga

mengalami penurunan jumlah asupan setelah trimester III (Budianto,

2009).

Gizi kurang pada ibu hamil akan mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin yang berisiko kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR).

Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan prevalensi BBLR sebesar 11,1%,

balita gizi kurang sebesar 17,9% dan balita pendek sebesar 35,6%.

Angka prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) di

Indonesia sebesar 13,6 % (Riskesdas, 2007).

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia

tertinggi di Asia Tenggara. Menurut Survey Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia yaitu 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, sedangkan Angka

Kematian Bayi (AKB) yaitu 32 per 1000 Kelahiran Hidup.

Dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2010, upaya

pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan yaitu

Menurunkan Angka Kematian Ibu Hingga Tiga Perempat Dalam Kurun

Waktu 1990-2015, Target MDGS di tahun 2015 yaitu angka Kematian

Ibu yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup.


6

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi

bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Salah satu

faktor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil adalah anemia.

Kematian ibu banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang

sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif seperti

pemeriksaan kehamilan berkesinambungan, pemberian gizi yang

memadai dan lain-lain (Manuaba,2007).

Menurut data pencapaian AKI Indonesia berdasarkan hasil

Analisis Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 AKI di

Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup, sementara data yang

tercatat pada Departemen Kesehatan berdasarkan hasil laporan dari

seluruh Dinas Kesehatan Propinsi di Indonesia AKI Indonesia 119 per

100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu langsung

adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Penyebab

tidak langsung adalah anemia 51% (Depkes, 2007).

Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 menempatkan kota

Makassar pada urutan 4 dalam persentase gizi buruk (BB/U) dengan

6,4%, sedangkan persentase gizi buruk di Sulsel hanya 5.4%.

Berdasarkan indikator TB/U juga ditemukan 16.8% anak sangat

pendek sedangkan di tingkat Sulsel hanya 13.9%, demikian juga

menurut indikator BB/TB kota Makassar dengan persentase sangat

kurus 7.4% sedangkan Sulsel hanya 5.7% (Balitbangkes RI, 2008).


7

Menurut Depkes RI tahun 2009, prevalensi ibu hamil KEK yaitu

24,6%. Sesuai Program Pembangunan Nasional tentang program

perbaikan gizi masyarakat pada tahun 2010 diharapkan menurunnya

KEK pada ibu hamil menjadi 8-9 % . Tahun 2010 di Kota Makassar

status gizi ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebanyak 1874

(6,72%) dan anemia sebanyak 12065 (43,3%). Wilayah kerja

Puskesmas Bara-baraya kota makassar kelurahan bara-baraya induk

dan bara-baraya timur pada tahun 2011-2012 tercatat dari 326 ibu

hamil yang memeriksakan kehamilannya, hanya 165 ibu hamil yang

dilakukan pengukuran LILA. Pemeriksaan LILA dilakukan untuk

screening KEK yang terjadi pada ibu hamil.

Berdasarkan dari laporan bulanan kegiatan program gizi di

wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2013

khusunya pada bulan Januari-Februari Tahun 2013 jumlah Ibu Hamil

yang berada di kelurahan Bara-Baraya Induk sebanyak 40 bumil, yang

mengalami KEK ada 3 bumil, kelurahan Bara-Baraya Timur sebanyak

65 bumil dan terdapat juga 3 bumil mengalalami KEK.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merasa tertarik

untuk melakukan Survey “Status Gizi Dan Konsumsi Pangan Ibu Hamil

Di Kelurahan Bara-Baraya Induk Dan Kelurahan Bara-Baraya Timur

Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar 2013”.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pertanyaan

penelitian adalah:

1. Bagaimana gambaran status gizi ibu hamil di kelurahan Bara-

Baraya Induk dan Bara-Baraya Timur wilayah kerja puskesmas

Bara-Baraya Kota Makassar Tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran Konsumsi Pangan pada Ibu Hamil di

Kelurahan Bara-Baraya induk dan Bara-Baraya timur wilayah kerja

Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar Tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Status Gizi dan Konsumsi Pangan Ibu Hamil

di Kelurahan Bara-Baraya Induk dan Bara-Baraya Timur wilayah

kerja puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar Tahun 2013

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui status gizi pada ibu hamil di kelurahan Bara-

Baraya Induk dan Kelurahan Bara-Baraya Timur wilayah kerja

Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar Tahun 2013.

b. Untuk mengetahui Konsumsi Pangan pada Ibu Hamil di

Kelurahan Bara-Baraya Induk dan Kelurahan Bara-Baraya

Timur wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar

Tahun 2013.
9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi bagi penelitian selanjutnya dan menambah wawasan,

pengetahuan serta pengalaman tentang “Status Gizi dan Konsumsi

Pangan Ibu Hamil” serta meningkatkan kemampuan dasar dalam

peningkatan mutu sebagai seorang sarjana Kesehatan Masyarakat.

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan sehingga dapat memberikan informasi yang

berguna sebagai bahan tambahan acuan untuk penelitian gizi

selanjutnya terutama gizi pada ibu hamil.

b. Bagi Jurusan kesehatan masyarakat, hasil penelitian ini dapat

memberikan sumbangan pemikiran khususnya bagi program

study kesehatan masyarakat peminatan Gizi Kesehatan

Reproduksi.

3. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

referensi bagi para instansi kesehatan terkait, khususnya tenaga

kesehatan yang bekerja di Puskesmas Bara-baraya dalam

memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil.


10

b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai

status gizi dan konsumsi pangan ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai