Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan
telah beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan,
dalam hal ini khususnya bangunan-bangunan di Indonesia. Kondisi iklim
seperti temperature udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah
hujan, mempengaruhi desain dari rumah-rumah tradisional.
Desain arsitektur tropis terdiri dari 4 buah paradigma yaitu :Line,Edge And
Shade Paradigm, Tradition Based Paradigm, The New Screen & Louver
Kitsch Paradigm, dan Critical Regionalism Paradigm.
Paradigma Tradition Based terbagi lagi menjadi 4 bagian yaitu :
a. Reinvigorating tradition, Paradigma ini mengutamakan aspek
kenyamanan yang cukup tinggi dengan penggunaan material serta
regional expression yang dapat berupa tradisional maupun modern
b. Reinventing tradition, Paradigma ini mengutamakan aspek
kenyamaman yang cukup tinggi dengan pemilihan material serta
regional expression tradisional dan modern yang dikombinasikan.
c. extending tradition, Paradigma ini mengutamakan aspek kenyamanan
yang cukup tinggi dengan penggunaan material serta regional
expression cenderung tradisional.
d. reinpreting tradition, Paradigma ini mengutamakan aspek kenyamanan
yang cukup tinggi dengan penggunaan material serta regional
expression cenderung modern.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah bangunan Gedung Juang termasuk dalam bangunan Arsitektur
Tropis?
2. Apakah karakteristik bangunan Gedung Juang mengandung paradigma
Reinventing Tradition?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Apakah bangunan Gedung Juang termasuk dalam bangunan
Arsitektur Tropis.

2. Mengetahui apakah karakteristik bangunan Gedung Juang mengandung


paradigma Reinventing Tradition.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dari konsep non fisik sustainability kita mengarahkan pembahasan dengan
spesifikasi pendekatan pada paradigma tradition based. Paradigma ini diungkapkan
oleh Tan Hock Beng dalam memberikan konsep evoke tradition dalam desain tropis.
Hal penting dari pandangan tropis ini adalah menghindari hegemoni dari pengaruh
globalisasi dan menjaga kekayaaan tradisi lokal. Upaya mengembangkan arsitektur
tardisional ditunjang dengan pemberian strategi/channel Reinventing tradition untuk
mencari paradigma baru dengan hibridisasi/persilangan dalam sense yang sama
(Tzonis, 2001).

Penerapan aturan-aturan tradisional pada bangunan modern diterjemahkan dengan


cara-cara baru tanpa harus menghilangkan ikatan tersebut. Aplikasi konsep reinventing
tradition dapat diilustrasikan pada desain tingkat tapak (village pattern, bangunan (form
dan layout), dan detail (decoration dan construction). Cakupan konsep ini ditekankan
pada kosmologi tapak (orientasi), hierarki tapak, bangunan, dan ruang, konsep harmoni
(sosial dan fisik), dan estetika (dekorasi).

Penerapan konsep reinventing tradition di Indonesia mulai berkembang sejak


zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Dimana ketika Belanda membangun
dengan ekspresi gaya Eropa namun dipadukan dengan iklim dan material setempat
sehingga muncullah gaya colonial di Indonesia. Contohnya pada bangunan Gedung
Sate di Bandung dimana Badan dari Gedung Sate itu sendiri mengingatkan kita pada
gaya arsitektur Italia di masa reinaissance, sedangkan atap bertingkat yang berdiri
tegak mirip dengan atap Pagoda, Ornamen yang kental dengan gaya arsitektur Hindu-
Buddha ini sering dijumpai pada gerbang masuk bangunan-bangunan lama di Jawa dan
Bali,. Ini merupakan ungkapan arsitektur yang berhasil menghasilkan keharmonisan
antara langgam Timur dan Barat.

2
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian berada di kelurahan Lolu Utara, kecamatan Palu Selatan,
Kota Palu, Sulawesi Tengah. Dilakukan dengan cara observasi langsung pada
lokasi tersebut. Penelitian dilakukan pada hari sabtu, 10 Februari 2020.

3.2 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari jenis penelitian yang
termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan
keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang
sebenarnya terjadi. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih,
hubungan antar variable yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta
pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.

3
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1. Gedung Juang Sebagai Bangunan Beraksitektur Tropis


arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah
beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan yang ada di daerah tropis,
dalam hal ini khususnya bangunan di Indonesia. Kondisi iklim seperti temperature
udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi disain
dari bangunan.

Gedung Juang yang berada di kota Palu, Sulawesi Tengah, dibangun untuk
pertama kalinya pada bulan November tahun 1905 yang sejak dibangun telah
digunakan sebagai Gedung Gezaghebber atau Kantor Pengawas Sub Wilayah
(Contoleur onder Afdelling) pejabat Pemerintah. Gedung ini dibangun dengan konsep
arsitektur tropis yang mana bentuk bangunan berupa penggabungan antara model
arsitektur klasik eropa dengan model arsitektur lokal bangunan Lobo.
Model arsitektur lokal bangunan lobo teraplikasikan pada bentuk atap bangunan
yang menjulang tinggi dan lebar dan menggunakan overstage yang dapat mengalirkan
air hujan dengan cepat dari atap. Bangunan ini juga memiliki banyak bukaan jendela
untuk mengatasi hawa panas di dalam bangunan dan mengatasi kelembapan tinggi pada
iklim tropis basah di Kota Palu.

4.2. Gedung Juang Sebagai Bangunan Dengan Konsep Reinventing Tradition


Paradigm
Gedung Juang berlokasi di Jalan Cempaka Kota Palu. Bangunan ini memiliki
keistimewaan yang terletak pada arsitekturnya yang khas dengan Konsep Reinventing
Tradition Paradigm dimana penggabungan antara budaya eropa yang dibawa oleh
bangsa Belanda dengan budaya lokal suku kaili yaitu bangunan lobo yang sesuai
dengan iklim tropis di daerah Kota Palu. Pada pembahasan ini akan di bahas mengenai
aspek-aspek yang bersangkutan dengan penggabungan dua budaya pada konsep
Reinventing Tradition Paradigm yang diterapkan pada bangunan Gedung Juang.

4
4.2.1. Ornamen Bangunan
Ornamen pada bangunan Gedung Juang terdiri dari ornament penyangga kanopi dan
ornament pada dinding teras di bagian atas.

Ornamen pada penyangga kanopi terbuat dari besi plat dengan hiasan berbentuk seperti
huruf S pada bagian tengahnya. Ornament ini merupakan ciri dari bangunan eropa yang
ada di bangunan Gedung juang untuk menambah estetika pada bangunan.

Ornamen pada dinding teras bagian atas yang berbentuk gelombang dengan pola
setengah lingkaran merupakan perwujudan sederhana dari ornament bangunan
Kolonial.

5
4.2.2. Tampak Bangunan
Pada tampak bangunan dari sebelah kanan terdapat ruangan yang sengaja dibuat
menonjol keluar yang digunakan sebagai ruang duduk di dalamnya yang berbentuk
setengah lingkaran dengan atap berbentuk seperti payung atau limas.

Model pada bagian ini menunjukkan ciri bangunan Eropa yang sudah termodifikasi
dengan kearifan lokal.

Pada tampak bangunan dari bagian kiri terlihat jelas pada bagian atap bangunan yang
tinggi menjulang dan lebar seperti bangunan adat lobo yang sesuai dengan iklim di
daerah Kota Palu.

6
Terdapat tambahan dormer atau bukaan pada atap di sisi kiri atap bangunan yang
identik dengan bangunan Eropa.

4.2.3. Pintu dan Jendela


Pintu dan jendela pada bangunan Gedung juang lebih identik dengan model dari
bangunan eropa dengan ciri bukaan yang lebar dan tinggi dengan banyak kisi-kisi pada
daun pintu dan daun jendela

Jendela pada bagian depan dengan bukaan yang tinggi dan lebar yang identic dengan
bangunan bergaya eropa. Dengan banyak kisi-kisi agar mempermudah penghawaan di
dalam ruangan yang sesuai dengan iklim tropis di Kota Palu.

7
4.2.4. lantai, plafond, dan tiang
Lantai pada bangunan Gedung Juang memiliki pola berbentuk hexagon atau segi enam
yang identik dengan bangunan Eropa.

Plafond yang terbuat dari kayu memiliki fungsi untuk mengurangi panas dari iklim di
kota Palu. Penggunaan material kayu ini sering digunakan pada bangunan lokal.

8
Tiang-tiang pada bangunan Gedung Juang terbuat dari material kayu yang merupakan
material lokal yang sering digunakan pada bangunan lokal.

4.2.5. Dormer (jendela pada atap)


Dormer atau jendela pada atap merupakan ciri yang identik dari bangunan bergaya
Eropa. Ditambah dengan ornament berbentuk serupa daun pada dinding atap. Dimana
bagian dalam dari atap digunakan sebagai lantai dua pada bangunan Gedung Juang.

9
BAB V
KESIMPULAN
Gedung Juang berlokasi di Jalan Cempaka Kota Palu. Bangunan ini memiliki
keistimewaan yang terletak pada arsitekturnya yang khas dengan Konsep Reinventing
Tradition Paradigm dimana penggabungan antara budaya eropa yang dibawa oleh
bangsa Belanda dengan budaya lokal suku kaili yaitu bangunan Lobo yang sesuai
dengan iklim tropis di daerah Kota Palu.

Hal ini dapat ditunjukkan dari penggunaan elemen bangunan yang membawa budaya
Eropa serta material bangunan yang menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar.
Berdasarkan Analisa diatas, Presentase penerapan paradigma reinventing tradition
pada bangunan Gedung Juang adalah sebesar 80%.Hal tersebut ditinjau dari
penggunaan bentuk dan penyesuaian dalam penggunaan material pada bangunan
tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://seminar.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2017/06/HERITAGE2017-A-321-326-
Gedung-Sate-Keindahan-Ornamen-Arsitektur-Indo-Eropa.pdf
https://adoc.tips_aplikasi-konsep-re-inventing-tradition-dalam-arsit.pdf

https://pesonawisata.sultengprov.go.id/index.php/en/recent/gedung-juang-saksi-bisu-
kemerdekaan-di-tanah-kaili-palu
https://www.academia.edu/28866742/ARSITEKTUR_TROPIS
http://eprints.undip.ac.id/4614/
https://dokumen.tips/documents/paradigma-desain-arsitektur-tropis.html

https://pesonawisata.sultengprov.go.id/index.php/en/recent/gedung-juang-saksi-bisu-
kemerdekaan-di-tanah-kaili-palu

11

Anda mungkin juga menyukai