Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dengue Hemoragic Fever(DHF) adalah penyakit

yangdisebabkan oleh Arbovirus (arthro podbom virus) dan ditularkan

melalui gigitan nyamuk AEDES (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti)

(Padila, 2013)

Menurut Nugroho (2011), virus yang masuk ke dalam tubuh

manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina memilika masa

inkubasi 13 – 15 hari dengan gejala klinis bervariasi berdasarkan

derajatnya.

Dengue Hemoragic Fever (DHF) pertama kali muncul pada

tahun 1970-an. Saat itu, penyakit ini muncul secara besar-besaran

dan serempak di wiayah Asia, Afrika, serta Amerika Utara. Kemudian,

sekitar tahun 1975-1995. DHF terdeteksi keberadaannya di 102

negara dari lima wilayah WHO, yakni 20 negara di Afrika, 42 negara di

Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Mediterania Timur

dan 29 negara di Pasifik Barat (Sentot, 2009). Kasus DHF dilaporkan

terjadi pada tahun 1953 di Filipina kemudian disusul negara Thailand

dan Vietnam. Pada dekade enam puluhan, penyakit ini mulai

menyebar ke negara – negara Asia Tenggara antara lain Singapura,

Malaysia, dan Indonesia. Pada dekade tujuh puluhan, penyakit ini

menyerang kawasan pasifik termasuk kepulauan Polinesia (Amanah,

dkk., 2010)

1
Menurut Wolrd Health Organization (WHO), pada tahun 2010

dan 2011 Indonesia mencatat jumlah Dengue Hemoragic Fever (DHF)

tertinggi di Asia Tenggara dengan 1132 kematian dari 106.425 kasus

pada tahun 2010 dan 1599 kematian dari188.115 kausu pada tahun

2011, penularan tertinggi di provinsi DKI Jakarta (2768 kasus dengan

CFR/ Case Fatality Rate 0,76%), diikuti oleh Jawa Barat (1863 kasus

dengan CFR Case Fatality Rate yang tertinggi yaitu 2,84%)

DHF banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis termasuk

di Indonesia, penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF) dilaporkan

pertama kali di Surabaya pada tahun 1968 dimana sebanyak 58 rang

terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Depkes RI,

2015). Di tahun 2015 pada bulan Oktober ada 3.219 kasus DHF

dengan kematian mencapai 32 jiwa, sementara November ada 2.921

kasus dengan 37 angka kematian, dan Desember 1.104 kasus

dengan 31 kematian. Dibandingkan dengan tahun 2014 pada Oktober

tercatat 8.149 kasus dengan 81 kematian, November 7.877 kasus

dengan 66 kematian, dan Desember 7.856 kasus dengan 50

kematian. (Kemenkes RI, 2016)

Berdasarkan dari data 2009 kota makassar jumlah penderita

mencapai 254 orang, 2010 mencapai 186 orang, dan 2012 mencapai

266 orang. Penderita demam berdarah dengue (DBD) di Makassar

selama 2015, sudah tercatat tiga rang meninggal dunia akibat

penyakit ini (Berita Kota Makassar, 2016)

2
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Rekam Medik RS

TK.II Pelamonia data diperoleh angka kejadian di RS TK.II Pelamonia

Makassar angka kejadian Demam berdarah dengue pada tahun 2015-

2016 di RS TK.II Pelamonia Makassar sebanyak 230 orang jumlah

pasien rawat inap. Pada tahun 2015 Demam Berdarah Dengue

menduduki urutan keempat dengan jumlah penderita sebanyak 72

orang atau 8,81% dan pada tahun 2016 demam berdarah dengue

menduduki urutan ketiga dengan jumlah penderita sebanyak 158

oarang atau 19,3%.

Setiap manusia memiliki kebutuhan yang mendasar yang harus

dipenuhi untuk mencapai kebutuhan tertinggi, dan kebutuhan-

kebutuhan ini seperti berupa hirarki yang pada setiap pemenuhannya

akan diikuti pemenuhan kebutuhan lainnya. Kebutuhan itu di

antaranya yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan

rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan

harga diri, serta aktualisasi diri (Maslow dalam Mubarok, 2007).

Hipetermi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

harus dipenuhi yaitu kebutuhan keselamatan dan keamanan.

Hipetermi adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diatur,

disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan

panas. Interleukin-I pada keadaan ini tidak terlibat, oleh karena itu

pusat pengatur suhu tubuh hipootalamus berada dalam keadaan

normal (IDAI, 2002)

3
B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami Dengue Hemoragic Fever (DHF) dalam Pemenuhan

Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Dengue

Hemoragic Fever (DHF) dengan gangguan kebutuhan

keseimbangan suhu tubuh.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran pengkajian pada pasien Dengue

Hemoragic Fever (DHF) dengan gangguan kebutuhan

keseimbangan suhu tubuh

b. Memberikan gambaran diagnosa keperawatan pada pasien

Dengue Hemoragic Fever (DHF) dengan gangguan kebutuhan

keseimbagan suhu tubuh

c. Memberikan gambaran perencenaan tindakan keperawatan

pada pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF) dengan

gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh

d. Memberikan gambaran tindakan dan evaluasi keperawatan

pada pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF) dengan

gangguan kebutuhankeseimbangan suhu tubuh

4
D. Manfaat Studi Kasus

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam proses

keperawatan pada pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF)

dengan gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh

2. Bagi Pengembangan Ilmu Dan Teknologi Keperawatan

Menigkatkan keliasan ilmu dan teknologi terapan bidan

keperawatan dalam proses keperawatan pada pasien Dengue

Hemoragic Fever (DHF) dengan gangguan kebutuhan

keseimbangan suhu tubuh

3. Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan

tindakan keperawatan pada psien Dengue Hemoragic Fever

(DHF) dengan gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Dalam kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses

perawatan. Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap

– tahap selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan

menentukan penetapan diagnosa keperawatan dengan tepat dan

benar, serta selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan

keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah didapatkannya data

yang komprehensif yang mencakup data biopsiko dan spritual

(Wartonah, 2015)

Menurut Padila (2013) pengkajian pada Pasien Dengue

Hemoragic Fever (DHF), antara lain :

1) Kaji riwayart keperawatan

2) Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan, mual

muntah, idak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan tanda-

tanda renjatan (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit

dingin dan lembab, terutama pada ekstemitas, sianosis,

gelisah, penurunan kesadaran)

2. Diagnosa

MenurutWilkinson (2016), diagnosa yang lazim muncul

dengan masalah keseimbangan suhu tubuh antara lain :

6
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

1) Definisi

Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal

2) Batasan Karakteristik

Objektif

a) Kulit merah

b) Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal

c) Frekuensi nafas meningkat

d) Kejang atau konvulsi

e) Kulit teraba hangat

f) Takikardia

g) Takipnea

3) Faktor yang Berhubungan

a) Obat atau anestesia

b) Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk

berkeringat

c) Dehidrasi

d) Peyakit atau trauma

e) Pakaian yang tidak tepat

f) Peningkatan lahu metabolisme

g) Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka

panjang)

h) Aktivitas yang berlebihan

7
b. Kekurangan Volume Cairan

1) Definisi

Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, atau

intrasel. Diagnosa ini merujuk pada dehidrasi yang

merupakan kehilangan volume cairan saja tanpa

perubahan kadar natrium.

2) Batasan Karakteristik

Subjektif

a) Haus

Objektif

a) Perubahan status Mental

b) Penurunan tekanan darah, penurunan volume dan

tekanan nadi

c) Penurunan turgor kulit dan lidah

d) Penurunan haluran urine

e) Penurunan pengisin vena

f) Kulit dan membran mukosa kering

g) Hematokrit meningkat

h) Suhu tubuh meningkat

i) Peningkatan frekuendi nadi

j) Konsentrasi urine meningkat

k) Penurunan berat badan yang tiba-tiba (kecuali pada

ruang ketiga)

8
l) Kelemahan

3) Faktor yang Berhubungan

a) Kehilangan volume cairan aktif

b) Komsumsi alkohol yang berlebihan secara terus

menerus

c) Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti pada

diabetes insipidus, hiperaldosteronisme)

d) Asupan cairan yang tidak adekuat sekunder akibat

diare

c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

1) Definisi

Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat

menggangu kesehatan

2) Batasan Karakteristik

a) Nadi tidak ada

b) Perubahan fungsi motorik

c) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas,

rambut, kelembapan, kuku, sensasi, suhu)

d) Indeks brankial pergelangan kaki <0,90

e) Perubahan tekanan darah di ekstremitas

f) Waktu pengisian kapiler >3 detik

g) Klaudikasi

h) Perubahan tidak kembali ketika tungkai diturunkan

9
i) Perlambatan penyebuhan luka perifer

j) Nadi berkurang

k) Edema

l) Nyeri ekstremitas

m) Bising femoral

n) Jarak total yang dicapai dalam uji jalan selama 6

menit lebih pendek

o) Jarak bebas nyeri dicapai dalam uji jalan selama 6

menit lebih pendek

p) Parestesia

q) Warna kulit pucat saat peninggian (ekstremitas)

3) Faktor yang Berhubungan

a) Kurang pengetahuan faktor yang mengangu (mis.,

merokok, gaya hidup kurang gerak, trauma, obesitas,

asupan garam, imobilitas)

b) Kurang pengetahuan proses penyakit (mis., diabetes,

hiperlipidemia)

c) Diabetes melitus

d) Hipertensi

e) Gaya hidup kurang gerak

f) Merokok

10
3. Perencanaan Keperawatan

Menurut Wilkinson (2016), intervensi pada Dengue

Hemoragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :

a. Hipertermia

1) Tujuan/Kriteria Evaluasi :

a) Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang

dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut

(sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat, sedang,

ringan, atau tidak ada gangguan):

(1) Peningkatan suhu kulit

(2) Hipertermia

(3) Dehidrasi

(4) Mengantuk.

b) Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang

dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai

berikut(sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat,

sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):

(1) Berkeringat saat panas

(2) Denyut nadi radialis

(3) Frekuensi pernapasan

c) Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau

meminimalkan peningkatan suhu tubuh

11
d) Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau

meminimalkan peningkatan suhu tubuh

2) Intervensi NIC (Nursing Interventions classification) :

a) Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai dengan

kebutuhan

b) Pantau aktivitas kejang

c) Pantau warna kulit dan suhu

d) Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi

pernapasan

e) Kaji ketetapan jenis pakaian yang digunakan, sesuai

dengan lingkungan suhu tubuh

f) Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk

mencegah dan mengenali secara dini hipertermia

(mis., sroke bahang dan keletihan akibat panas)

g) Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan

kedaruratan yang diperluka, jika perlu

h) Berikan obat antipiretik, jika perlu

b. Kekurangan Volume Cairan

1) Tujuan/Kriteria Hasil :

a) Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan

oleh Keseimbangan Cairan, Hidrasi yang adekuat,

dan Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan yang

adekuat.

12
b) Keseimbangan cairan akan dicapai dengan dibuktikan

oleh indikator gangguan berikut (sebutkan 1-5

gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak

ada gangguan) :

(1) Tekanan darah

(2) Denyut nadi radial

(3) Nadi perifer

(4) Elektrolit serum

(5) Berat badan stabil

c) Memiliki hemaglobin dan hematokrit dalam batasan

normal untuk pasien

2) Intervensi NIC (Nursing Interventions classification) :

a) Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan

b) Pantau perdarahan (mis., periksa semua sekret dari

adanya darah nyata atau darah samar)

c) Pantau status hidrasi (mis., kelembapan membran

mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan darah

prtostatik)

d) Berikan cairan, sesuai dengan kebutuhan

e) Anjurkan pasien untuk mengonfirmasikan perawat bila

haus

f) Atur ketersedian produk darah untuk tranfusi, bila

perlu

13
g) Berikan terapi I, sesuai program

c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

1) Tujuan/Kriteria Hasil :

a) Menunjukkan Integritas Jaringan: Kulit dan Membran

Mukosa, yang dibuktikan dengan oleh indikator berikut

(sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat,

sedang,ringan, atau tidak ada gangguan):

(1) Suhu, sensasi, elastisitas, hidrasi, keutuhan, dan

ketebalan kulit

(2) Perfusi jaringan

b) Menunjukkan Integritas Jaringan: Kulit dan Membran

Mukosa, yang dibuktikan dengan oleh indikator berikut

(sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat,

sedang,ringan, atau tidak ada gangguan):

(1) Pengisian ulang kapiler (jari tangan dan jari kaki)

(2) Warna kulit

(3) Sensasi

(4) Integritas kulit

c) Melaporkan kecukupan energi

d) Berjalan 6 menit dengan tidak merasakan nyeri

ekstremitas bawah

14
2) Intervensi NIC (Nursing Interventions classification) :

a) Kaji ulkus statis dan gejala selulatis (yaitu nyeri,

kemerahan, dan pembengkakan ektremitas)

b) Pantau tromboflebitis dan trombosis ena dalam

c) Lakukan penilain komprehensif sirkulasi perifer (mis.,

memeriksa nadi perifer, edema, pengisian kapiler,

warna, dan suhu [ektremitas])

d) Ajarkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit

setiap hati untuk perubahan integritas kulit

e) Ajarkan pasien atau keluarga untuk memantau posisi

bagian tubuh ketika mandi, duduk, berbaring, atau

mengubah posisi

f) Beri tahu dokter jika nyeri tidak mereda

4. Pelaksanaan atau Implementasi

Implementasi adalah ketika mengimplementasikan asuhan,

anda melakukan tindakan keperawatan yang mungkin bersifat

dependen interdependen atau mandiri (Rosdhal & Kowalski, 2014)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian,

diagnosa, perencanaan, dan implementasi. Pasien adalah fokus

evaluasi. Langkah - langkah dalam mengevaluasi asuhan

keperawatan adalah menganalisis respon Pasien, mengidentifikasi

faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan

15
dan perencanaan untuk asuhan di masa depan (Rosdhal &

Kowalski, 2014)

Tahap akhir dari prses keperawatan perawat mengevaluasi

kemampuan pasien kearah pencapaian hasil, dimana dalam

evaluasi menggunakan istilah SOAP (Nugroho, 2011)

S (Subjektif) : Data subjektif berisi dari pasien melalui

anamnesia (wawancara yang merupakan

ungkapan langsung

O (Objektif) : Data objektif, data yang hasil dari

observasi melalui pemeriksaan fisik

A (Assesment) : Analisa dan interpretasi berdasarkan

data yang terkumpul kemudia dibuat

kesimpulan yang meliputi diagnosa,

antisipasi diagnosa atau masalah

potensial, serta perlu tidaknya dilakukan

tindakan segera

P (Plaining) : perencanaan merupakan tindakan yang

akan diberikan termasuk asuhan mandiri,

kolaborasi, diagnosa atau laboratorium

serta koseling untuk tindakan lanjut

16
B. Keseimbangan Suhu Tubuh (Hipertermia) pada penyakit Dengue

Hemoragic Fever (DHF)

1. Konsep Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh (Hipertermi) Pada

Pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF)

a. Keseimbangan Suhu Tubuh

a) Definisi

Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu

subtansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah

panas yang diproduksi oleh tubuh dan jumlah panas yang

hilang kelingkungan luar. Suhu tubuh mencerminkan

keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas

dari tubuh, yang diukur dalam unit panas yang disebut

derajat.

Panas secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh

sebagai efek hasil metabolisme dan panas secara terus

menerus di buang di lingkungan sekitar.Pembentukan

panas akan sesuai dengan laju hilangnya panas pada

orang yang mempunyai keseimbangan panas.

b) Organ Pengatur Suhu Tubuh

Organ pengatur suhu tubuh yaitu Termoregulator

Hipothalamus yang dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Hipothalamus Anterior (mengatur pembuangan panas)

17
2. Hipothalamus Posterior (mengatur penyimpanan

panas)

Memperoleh dua sinyal :

1. Berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal

dari reseptor panas atau dingin

2. Berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian

hipothalamus itu sendiri

Thermostat hipothalamus memiliki semacam titik

kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu

tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai dibawah atau naik

sampai di titik ini, maka pusat akan memulai implus untuk

menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas.

c) Mekanisme Kehilangan Panas

1. Radiasi : Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas

tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah

2. Konduksi : Konduksi adalah perpindahan panas akibat

paparan langsung kulit dengan benda – benda yang

ada di sekitar tubuh

3. Evaporasi : Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat

menfasilitasi perpindahan panas tubuh. Pada kondisi

individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi

berlangsung 450-600ml/hari.

4. Konveksi : Perpindahan panas melalui aliran udara/air.

18
d) Gangguan Kesehatan Perubahan Suhu Tubuh

1. Kelelahan akibat panas : Kelelahan akibat panas

terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan

kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.

Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke

lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki

keseimbangan cairan dan elektrolit

2. Hipertermia : Peningkatan suhu tubuh sehubungan

dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan

pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas

adalah hipertermia

3. Demam : Demam terjadi karena mekanisme

pengeluaran panas tidak mampu untuk

mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan

produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan

suhhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak

berbahaya jika berada pada suhu di bawah 39˚C.

b. Dengue Hemoragic Fever (DHF)

a) Definisi

Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong

arbvirus dan masuk kedalam tubuh penderita memalaui

gigitan nyamu aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).

19
Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupaka suatu

penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh virus yang

dinamakan oleh Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus.

Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa

demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala,

nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan

spontan (WHO, 2010).

b) Etiologi

Dengue Hemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh

arbovirus (Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui

gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Virus nyamuk aedes

aegypty berbentuk batang, stabil pada suhu 37˚C. Adapun

ciri-ciri nyamuk penyebaran deman berdarah menurut

(Nursalam, 2008) adalah :

1) Badan kecil, warna hitam dengan binti-bintik putih

2) Hidup didalam dan sekitar rumah

3) Mengigit dan menghisap darah pada waktu siang hari

4) Senang hinggap pada pakaian yang bergantung

didalam kamar

5) Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam

dan sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan vas

bunga.

20
c) Manifestasi Klinis

Menurut Ridha (2014) tanda dan gejala DHF adalah :

1) Demam tinggi selama 5-7 hari

2) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit

3) Epitaksis, hematemesis, melena, hematuri

4) Mual, muntah, tidah nafsu makan

5) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, ulu hati

6) Sakit kepala

7) Pembengkakan sekitar mata

8) Pembengkakan hati, lima dan kelenjar getah bening

9) Tanda – tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan

dingin, gelisah, nadi cepat dan lemah)

d) Klasifikasi DHF

Dikutip dalam buku Padila (2013) klasifikasi DHF

menurut WHO dibagi menjadi empat, antara lain :

1) Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, terdapat

manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif)

2) Derajat II

Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan diikuti

dan perdarahan lain

21
3) Derajat III

Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menurun (20 mmHg, kulit dingin,

lembab, gelisah, hipotensi)

4) Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak dapat diukur

e) Penatalaksanaan DHF

Dalam buku Padila (2013) penatalaksanaan pada

Dengue Hemoragic Fever (DHF) antara lain :

1) Medik

a.) DHF tanpa Renjatan

(a) Beri minum banyak (1 ½ - 2 Liter/hari)

(b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas,

dapat juga dilakukan kompres

(c) Jika kejang maka dapat diberi luminal

(antinvulsan) untuk anak < 1tahun dosis 50

mg lm dan untuk anak > 1 tahun 75 mg lm.

Jika 15 menit kejang belum teratasi, beri lagi

luminal dengan dosis 3 mg/kg BB (anak <1

tahun dan pada anak >1tahun diberikan 5

mg/ kg BB

(d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit

meningkat

22
b.) DHF dengan Renjatan

(a) Pasang infus RL

(b) Jika dengan infus tidak respon maka berikan

plasma expander (20-30 ml kg BB)

(c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun

2) Keperawatan

a.) Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinue

tiap jam

(a) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 jam

(b) Observasi intik output

(c) Pada pasien DHF derajat I : pasien

diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam,

periksa Hb, Ht, Trombosit tiap 4 jam beri

minum 1 ½ liter-2 liter per hari, beri kompres.

(d) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan

tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt,

perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan

cepat, tekanan darah menurun, anuria dan

sakit perut, beri infus

(e) Pada pasien DHF derajat III : infus guyur,

posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda-

tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter,

23
obserasi productie urin tiap jam, pemeriksaan

Hb, Ht, dan Trombocyt.

b.) Risiko Pendarahan

(a) Observasi perdarahan: Pteckie, Epitaksis,

Hematomesis dan melena

(b) Catat banyak, warna dari perdarahan

(c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan

tractus Gastro Instestinal

c.) Peningkatan suhu tubuh

(a) Observasi/ ukur suhu tubuh secara periodik

(b) Beri minum banyak

(c) Berikan kompres

c. Hubungan Hipertermi pada Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Kebutuhan keamanan atau perlindungan merupakan

salah satunya, yaitu hipetermi atau demam (Potter & Perry,

2006). Suhu tubuh normal berkisar 36˚-37˚C, suhu tubuh

dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang

diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit

merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk

memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme

tertentu. Produksi dapat meningkat atau menurun dapat

dipengaruhileh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stres.

24
Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin

dapat memicu kematian (Hidayat, 2008)

Hipetermia adalah bentuk mekanisme pertahanan tubuh

terhadap serangan penyakit, apabila ada suatu kuman

penyakit yang masuk ke dalam tubuh, secara otomatis tubuh

akan melakukan perlawanan terhadap kuman penyakit itu

dengan mengeluarkan zat antibodi. Pengeluaran zat antibodi

yang lebih banyak daripada biasanya ini diikuti dengan

naiknya suhu badan. Semakin berat penyakit yang

menyerang, semakin banyak pula antibodi yang dikeluarkan,

dan akhirnya semakin tinggi suhu badan yang terjadi (Widjaja,

2003)

Demam terjadi karena pelepasan progen dari dalam

leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen

eksogen yang dapat berasal dari mikrooganisme atau

merupakan suatu hasil reaksi imunoligik yang berdasarkan

suatu infeksi (Noer, 2004)

25
Hipertermi pada demam berdarah dengue (DBD)

disebabkan leh arbovirus (melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty) beredar dalam alian darah yang menyebabkan

infeksi virus dengue (viremia) dan mengakibatkan sistem

komplemen membentuk serta melepaskan zat C3a, C5a dan

PGE2 hipothalamus sehingga mengakibatkan hipertermi

(kusuma, 2013)

26
BAB III
METEDOLOGI PENULISAN
A. Jenis/Desain/Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan

desain deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

terhadap sekumpulan obyek yang biasanya bertujuan untuk melihat

gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu

populasi tertentu (Suyanto, 2011).

Studi kasus ini adalah studi kasus untuk mengambarkan asuhan

keperawatan pada dua pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF)

dengan gangguan istirahat tidur.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan pada studi kasus ini adalah dua pasien

penyakit dengue hemoragi fever (DHF) yang mengalami gangguan

kebutuhan istirahat tidur yang terdiri dari kriteria :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2012)

2. KriteriaEksklusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian, seperti halnya adanya hambatan etis,

27
menolak menjadi responden atau suatu keadaan yang tidak

memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Notoatmogjo, 2012)

C. Fokus Studi

Fokus Studi kasus ini adalah pada Asuha Keperawatan pada

Klien Dengue Hemoragic Fever (DHF) dengan gangguan

keseimbanga suhu tubuh

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Kebutuhan keseimbangan suhu tubuh

adalahkeseimbanganantarapanas yang diproduksidenganpanas

yang hilangdalamdaritubuh. Suhu tubuh mencerminkan

keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh,

yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat.

Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh Arbovirus (arthro podbom virus) dan ditularkan

melalui gigitan nyamuk AEDES (Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti)

E. Instrumen Studi Kasus

Jenis instrumen yang biasa digunakan pada ilmu keperawatan

diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisilogi

manusia, baik invivo maupun invitro)

2. Obserasi (terstruktur dan tidak terstruktur)

Observasi dapat dilaksankan dengan menggunkan beberapa

model instrument antara lain:

28
a. Catatan Anecdotal: mencatat gejala – gejala secara berurutan

atau luar biasa menurut urutan kejadian.

b. Catatan berkala: mencatan gejala secara berurutan menurut

waktu namun tidak terus – menerus.

c. Daftar Cek List: menggunakan daftar yang memuat nama

observer disertai jenis yang diamati

3. Wawancara (terstruktur dan tidak terstruktur) (Nursalam,

2013).

F. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data pada

studi kasus ini meliputi wawancara, observasi dan

dokumentasi.Metode wawancara dilakukan untuk mengetahui keluhan

utama, riwayat keluhan utama, riwayat penyakit keluarga dan riwayat

kebiasaan sehari-hari. Hal tersebut dibuktikan dengan melakukan

pemeriksaan fisik dan dari pemeriksaan diagnostik yang

tersedia.Metode observasi dilakukan untuk mengetahui rencana

keperawatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan pelaksaan

dari rencana yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian metode

dokumentasi dilakukan dengan cara melakukan evaluasi setelah

dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan.

29
G. Lokasi & Waktu Studi Kasus

a) Lokasi

Studi kasus akan dilaksanakan di Ruang Perawatan RS TK.

II Pelamonia Makassar.

b) Waktu

Studi Kasus di laksanakan pada bulan Desember 2018.

H. Penyajian Data

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deksriptif

yang dipilih. Data disajikan secara tekstual atau narasi dan disertai

dengan cuplikan ungkapan verbal dan non-verbal dari subjek dan

disertai kasus yang merupakan data pendukung.

I. Etika Studi Kasus

Prinsip etik menurut ANA (American Nurses Assoosiation) dalam

buku Wasis (2011), yang berkaitan dengan peran perawat sebagai

seorang peneliti adalah sebagai berikut :

1. Otonomi

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam

menentukan nasibnya sendiri (independen). Hak untuk memilih

apakah ia disertakan atau tidak dalam suatu proyek penelitian

dengan memberi persetujuan atau tidak memberikan

persetujuannya dalam Informent Consent.

30
2. Informent Consent

Informent consent merupakan upaya peningkatan

perlindungan teradap salah satu hak asasi pasien (subjek

penelitian) dalam hubungan peneliti dan pasien, yaitu hak atas

informasi dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib sendiri

(otonomi pasien).

3. Perilaku baik (Beneficence)

Perawat agar selalu berupaya dalam segala tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien mengandung prinsip

kebaikan (promote good). Prinsip berbuat baik yang terbaik bagi

pasien ini tentu saja dalam batas – batas hubungan terapeutik

antara perawat-pasien.

4. Tidak membahayakan (Nonmaleficence)

Penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya tidak

mengandung unsur mengancam jiwa pasien, apalagi sampai

mengancam jiwa pasien, namun jika sampai mengorbankan

pasien atau mendatangkan bahaya bagi pasien sebaiknya

penelitian itu dihentikan.

5. Kerahasiaan (Confidentiality)

Etika yang diterapkan penulis adalah kerahasian. Oleh

karena itu, penulis hanya menuliskan inisial pada nama pasien.

Mengingat hal ini merupakan hal privasi oleh seseorang/pasien,

sehingga penulis merassa kurang cocok untuk meampilkan

31
identitas pasien pada karya tulis ilmiah karena karya tulis ilmiah

dapat dibaca oleh masyarakat luas.

6. Kejujuran (veracity)

Proyek penelitian yang dilakuna oleh perawat hendaknya

dijelaskan secara jujur tentang manfaatnya, efeknya dan apa yang

didapati jika pasien dilibatkan dalam proyek tersebut. Penjelasan

seperti ini harus disampaikan kepada pasien karena mereka

mempunyai hak untuk mengetahui segala informasi kesehatannya

secara periodik dari perawat.

7. Keadilan (Justice)

Dalam prinsip ini, peneliti berlaku jujur (faairness) dan adil

pada semua responden. Prinsip ini dilaksankan dalam bersikap

maupun mendistribusikan semua kebutuhan dalam penelitian

32
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. (2016).NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:


Definisi&Klasifikasi 2015-2017.Edisi 10. Jakarta: EGC
Meida, A.Y. (2015). Karya Tulis Ilmiah: Aplikasi Tindakan Pemberian
Terapi Bermain Lilin Anak Pra Sekolah Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Pada Asuhan Keperawatan
An.D Dengan DHF Diruang Melati 2 RSUD Dr.Moewardi
Surakarta. Dipublikasikan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada Surakarta. (Hal 1-2)
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika
Putri, A. M. (2018). Karya Tulis Ilmiah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Asma Bronkial Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi. Tidak
Dipublikasikan. Akademi Keperawatan Pelamonia Makassar. (Hal
36-39)
Riani, L. (2017). Karya Tulis Ilmiah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Demam Berdarah Dengue Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Dan Elektrolit Di Rumah Sakit TK. II Pelamonia Makassar. Tidak
Dipublikasikan. Akademi Keperawatan Pelamonia. (Hal 04 & 20)
Wijaya, A. S, & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medical Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
Wilkinson, J. M. (2014). Diagnosa Keperawatan: Diagnosa NANDA,
Intervensi NIC, Hasil NOC. EDISI 10. Jakarta: EGC
INFORMEND CONCENT
(Persetujuan Menjadi Partisipasi)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya

telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai

penelitian yang akan dilakukan oleh Faradilla. S

Dengan judul Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh (Hipertemi)

pada Pasien Dengue Hemorgic Fever (DHF)

Saya memutuskan setuju dengan ikut berpartisipasi pada penelitian

ini dengan suka rela dan tampa paksaan bila selama peneliti saya

menginginkan mengundurkan diri maka, saya dapat mengundurkan

sewaktu – waktu tanpa sanksi apapun.

Saksi Makassar, Desember 2018

Yang Memberikan

Persetujuan

………………….. …………………….

Makassar, Desember 2018

Peneliti

...................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

Nama : Faradilla. S

Tempat, Tanggal Lahir : Sengkang, 28 Mei 1999

Suku : Bugis

Bangsa : Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 19 Tahun

No. Telepon : 085245768641

2. Riwayat Pendidikan

1) Tamat TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sengkang (2005-2006)

2) Tamat SD Negeri 13 LAPONGKODA (2006-2012)

3) Tamat SMP Negeri 1 Sengkang (2012-2014)

4) Tamat SMA Negeri 1 WAJO (2014-2017)

5) Akademi Kwperawatan Pelamoni Kesdam XIV/Hsanuddin

Makassar (2107-Sekarang)

Anda mungkin juga menyukai