Anda di halaman 1dari 21

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN santri dengan gejala skabies dengan (ρ=0,000 <0,05), ada hubungan

GEJALA SKABIES DI PONDOK PESANTREN antara sikap santri dalam menjaga kebersihan diri dengan gejala
DARUSSALAM PINAGAR KABUPATEN PASAMAN skabies dengan (ρ=0,000 <0,05), ada hubungan antara motivasi
BARAT TAHUN 2018 santri dengan gejala skabies dengan (ρ=0,000 <0,05), dan ada
hubungan antara tindakan responden dalam menjaga kebersihan diri
dengan gejala skabies dengan (ρ=0,000 <0,05).
RIVA RAMADANI Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan, sikap, motivasi dan tindakan dalam menjaga
ABSTRAK kebersihan diri terhadap gejala skabies di Pondok Pesantren
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat. Perlu upaya
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh peningkatan pencegahan gejala skabies pada santri di Pondok
adanya infestasi Sarcoptes scabiei var.hominis pada kulit yang Pesantren Darussalam Pinagar bekerja sama dengan Puskesmas
ditandai dengan adanya gatal dan erupsi kulit.Prevalensi penyakit untuk memberikan penyuluhan tentang gejala skabies dan
Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan pengobatannya pada santri yang mengalami gejala skabies serta
cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja.Tahun 2016 di Pondok Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat untuk melakukan
Pesantren Darussalam Pinagar ditemukan santri yang menderita evaluasi kelayakan sekolah.
skabies sebanyak 39 santri dari 110 jumlah santri (35,5%) dan pada
tahun 2017 terjadi peningkatan jumlah santri yang menderita terkena
penyakit skabies yaitu sebanyak 46 santri dari 124 santri (37,1%). ABSTRACT
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan gejala skabies di Pondok Pesantren Scabies is an infectious disease caused by the infestation of
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat. Sarcoptes scabiei var. Skin hominis characterized by itching and
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik skin eruption. The prevalence of Scabies in Indonesia is around 6-
dengan desain Cross Sectional Study,yangdilaksanakan di Pondok 27% of the general population and tends to be higher in children
Pesantren Darussalam Pinagar Kab. Pasaman Barat pada bulan and adolescents. In 2016 at Pondok Pesantren Darussalam Pinagar
Maret sampai Juli 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh found 39 students who suffered from scabies from 110 students
santri yang tinggal di asrama Pondok Pesantren Darussalam Pinagar (35.5%) and in 2017 there was an increase in the number of santri
Kabupaten Pasaman Barat.Data dikumpulkan melalui wawancara who suffered from scabies, as many as 46 students from 124 santri
menggunakan kuesioner. Ujistatistik yang digunakan adalah Chi (37.1%). The purpose of this study was to determine the factors
Square dengan tingkat kepercayaan 95%. associated with scabies symptoms at Pondok Pesantren Darussalam
Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami Pinagar Kabupaten Pasaman Barat.
gejala skabies sebanyak 50 orang (70,4% ) dan yang tidak This research is a descriptive analytic study with the design
mengalami skabies sebesar 21 orang (29,6%). Hasil analisis bivariat of Cross Sectional Study, which was held at Pondok Pesantren
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan Darussalam Pinagar Schoolfrom March to July 2018. The sample in

1
this research were all students who lived in the boarding school of juga bergantung pada lokasi tubuh manusia tersebut (Djuanda,
Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat. 2010).
Data were collected through interviews using questionnaires. The Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini
statistical test used was Chi Square with a 95% confidence level. disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang
The results showed that respondents who experienced mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur.
scabies symptoms were 50 people (70.4% ) and those who did not Penyakit yang sering muncul karena kurangnya kebersihan diri
experience scabies were 21 people (29.6%). The results of the adalah berbagai penyakit kulit. Kulit merupakan pembungkus yang
bivariate analysis showed that there was a relationship between the elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, kulit
level of students knowledge with scabies symptoms with (ρ = 0,000 merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
<0,05), there was relationship between the attitude of students in dari lingkungan hidup manusia. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh
maintaining personal hygiene with scabies symptoms (ρ= 0,000 jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu
<0,05), there was relationship between students motivation with penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit adalah skabies (Ni’mah,
scabies symptoms with ( ρ= 0,000 <0,05), and there was a 2016).
relationship between respondent's actions in maintaining personal Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
hygiene with scabies symptoms with (ρ = 0,000 <0,05). adanya infestasi Sarcoptes scabiei var. hominis pada kulit yang
The results of the bivariate analysis showed that there was a ditandai dengan adanya gatal dan erupsi kulit. Biasanya gejala klinis
relationship between the level of knowledge, the attitude, motivation menandai terbentuknya respon imun terhadap skabies dan
and respondent's actions in maintaining personal hygiene with produknya yang berada di stratum korneum (Prendeville, 2011).
scabies symptoms with at Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Sarcoptes scabiei adalah parasit obligat pada manusia yang termasuk
Kabupaten Pasaman Barat. Need to improve prevention of scabies dalam filum arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,
symptoms in student at Pondok Pesantren Darussalam Pinagar in superfamili Sarcoptes. Bentuknya lonjong, bagian kepala depan
collaboration with health center to provide counseling about scabies kecil dan bagian belakang torakoabdominal dengan penonjolan
symptoms and their treatment for students who experience scabies seperti rambut yang keluar dari dasar kaki. Tungau skabies memiliki
symptoms and the Education Office Kabupaten Pasaman Barat to empat kaki dengan diameternya berukuran 0,3 mm. Oleh karena itu
evaluate school feasibility. tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Desmawati 2015).
Gejala klinis yang disebabkan oleh tungau ini yaitu Pruritas
nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
PENDAHULUAN aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas, penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya
Kulit adalah bagian tubuh yang letaknya paling luar manusia. dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena
Kulit merupakan organ esensial dan penting serta merupakan infeksi. Begitu pula dalam sebuah sebuah perkampungan yang padat
cerminan kesehatan dan sangat kompleks, elastis dan sensitif, penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
bervariasi pada keadaan cuaca, iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan diserang oleh tungau tersebut, kemudian tungau ini akan membuat
terowongan (kunikulus) pada tempat- tempat predileksi yang

2
berwarna putih atau keabu abuan, berbentuk garis lurus atau bahwa Indonesia belum terbebas dari penyakit skabies dan masih
berkelok, rata- rata panjang 1 cm, pada ujung terowogan itu menjadi salah satu masalah penyakit menular di Indonesia
ditemukan papul atau vesikel (Djuanda, 2010). (Riskesdas, 2013).
Skabies menyebabkan tanda kemerahan pada kulit,dan akan Di Provinsi Sumatera Barat penyakit kulit infeksi termasuk
ditemukan pada jari-jari, kaki,leher, bahu,bawah ketiak, bahkan 10 penyakit terbanyak di Sumbar, tercatat semenjak tahun 2012
daerah kelamin (daerah genital). Gambaran skabies terlihat seperti hingga tahun 2016 mengalami kenaikan yaitu sebanyak 54.422 atau
kemerahan disertai dengan benjolan yang kecil. Skabies juga sekitar 4,23%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Pasaman
menular dari kontak secara langsung kulit dengan kulit, begitu juga Barat tahun 2016 penyakit kulit infeksi termasuk penyakit terbanyak
dengan kontak seksual. Cara penularan yang lain juga dapat dari yaitu sebanyak 4.643 jiwa dari 418.785 jumlah penduduk dan pada
penggunaan bersama pakaian dan tempat tidur. tahun 2017 mengalami kenaikan yaitu 5.995 atau 5,20 %. Kejadian
Skabies menduduki urutan ke 3 dari 12 penyakit kulit skabies selama tahun 2016 termasuk kejadian yang cukup tinggi
tersering. Prevalensi skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 yaitu sebanyak 1.232 kejadian dan pada tahun 2017 juga mengalami
juta kasus pertahunnya. Menurut WHO, 2009 kejadian skabies kenaikan yaitu 1.361 kejadian (Lap. Tahunan Dinkes Pasaman
berkisar 7-35% dari populasi umum tertinggi anak usia 1-14 tahun Barat, 2017).
(51,51%). Di Santiago, Chili insiden tertinggi umur 10-19 tahun Penyakit kulit di wilayah kerja Puskesmas Sukamenanti,
(45%). Angka kejadian skabies tidak hanya terjadi pada negara pada tahun 2015 juga termasuk penyakit terbanyak yaitu 304
berkembang saja, namun juga terjadi pada negara maju, seperti di kejadian dan pada tahun 2016 mengalami kenaikan yaitu sebanyak
Jerman. Skabies terjadi secara sporadik atau dalam bentuk endemik 562 kejadian, sedangkan pada tahun 2017 tercatat sebanyak 563 atau
yang panjang (Ariza et al, 2013). 4,26 % dari 13.366 jumlah penduduk dan termasuk penyakit skabies
Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usia di didalamnya. Dari laporan Puskesmas Sukamenanti tahun 2017
dan jenis kelamin, akan tetapi lebih sering ditemukan pada anak – jumlah yang paling banyak dari kunjungan pasien penyakit kulit
anak usia sekolah dan dewasa muda/remaja (Murtiastutk, 2008). infeksi adalah disebabkan oleh penyakit skabies (Lap. Tahunan
Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Puskesmas Sukamenanti, 2017).
Indonesia (KSDAI) tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Berdasarkan data hasil penjaringan anak sekolah yang
Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita skabies dengan insiden dilaksanakan oleh Puskesmas Sukamenanti pada setiap Tahun ajaran
tertinggi pada kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6% baru sekolah termasuk Pesantren Darussalam pada tahun 2016
serta penderita berjenis kelamin laki – laki lebih banyak daripada ditemukan santri menderita skabies sebanyak 39 santri dari 110
perempuan yakni 63,4% (Ariza et al, 2013). jumlah santri (35,5%) dan pada tahun 2017 terjadi peningkatan
Menurut data Depkes RI prevalensi skabies di Indonesia jumlah santri yang menderita terkena penyakit skabies yaitu
sudah terjadi cukup penurunan dari tahun ke tahun terlihat dari data sebanyak 46 santri dari 124 santri (37,1%) (Lap. Tahunan
prevalensi tahun 2008 sebesar 5,60% - 12,96%, prevalensi tahun Puskesmas Sukamenanti, 2017).
2009 sebesar 4,9-12, 95 % dan data terakhir yang didapat tercatat Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di
prevalensi skabies di Indonesia tahun 2013 yakni 3,9 – 6 %. pesantren memang beresiko mudah tertular berbagai penyakit kulit,
Walaupun terjadi penuruan prevalensi namun dapat dikatakan khususnya penyakit skabies. Penularan terjadi bila kebersihan

3
pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Faktanya, memiliki perilaku personal hygiene baik ada sebanyak 46 (68,7%)
sebagian besar pesanten tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, responden menderita skabies.
tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan Pondok pesantren merupakan sekolah Islam berasrama
sanitasi yang buruk. Kebanyakan santri yang terkena penyakit dimana santri biasanya tinggal bersama dengan teman-teman dalam
skabies adalah santri baru yang belum dapat beradaptasi dengan satu kamar. Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di
lingkungan, sebagai santri baru yang belum tahu kehidupan di pesantren berisiko mudah tertular berbagai penyakit, khususnya
pesantren membuat mereka luput dari kesehatan, mandi secara skabies. Pondok pesantren masih menjadi tempat belajar mengajar
bersama- sama, saling tukar pakaian, handuk, dan sebagainya yang yang menjadi pilihan banyak masyarakat, salah satunya adalah
dapat menyebabkan tertularnya penyakit skabies (Kasrin, 2016). pondok Pesantren Darussalam Pinagar. Pondok pesantren ini
Perilaku personal hygiene santri yang tinggal di pondok merupakan pesantren tertua di Kabupaten Pasaman Barat.
pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian, ditambah Banyaknya santri yang tinggal di Pondok Pesantren Darussalam
lagi dengan pengetahuan yang cenderung kurang baik mengenai menyebabkan kepadatan hunian yang tinggi dan berpengaruh
kesehatan dan perilaku yang tidak sehat, seperti menggantung terhadap kesehatan para santri. Salah satu masalah kesehatan yang
pakaian di kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita terjadi yaitu adanya penyakit skabies.
dijemur di bawah terik matahari, dan saling bertukar pakaian, benda Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada santri Pondok
pribadi, seperti sisir dan handuk serta penggunaan alat mandi secara Pesantren Darussalam Pinagar pada bulan April Tahun 2018
bersama terutama sabun mandi (Depkes, 2007). terhadap 10 santri yang diperiksa oleh Dokter Puskesmas, diperoleh
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kasrin, 2016 hasil sebanyak 7 santri mengalami iritasi dan tonjolan, kulit
yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku personal berwarna putih keabu-abuan pada pergelangan tangan. Sedangkan
hygienis dengan kejadian skabies pada santri di ponpes Darul Ulum dari 7 santri tersebut ternyata 4 santri tidak mengetahui tentang
PIQ Kecamatan Duo Koto Kabupaten Pasaman Tahun 2015 dapat penyakit skabies yang dialaminya, 3 santri malas menjaga
disimpulkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat kebersihan diri, 5 santri bergantian pakaian dan suka memakai
pengetahuan dengan kejadian skabies dengan nilai p=0,044 dengan handuk bersama. Hasil tersebut akan beresiko terjadinya kejadian
hasil diperoleh bahwa dari 98 responden memiliki tingkat skabies di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten
pengetahuan yang rendah sebanyak 57 (58,2%) menderita skabies, Pasaman Barat.
dari 48 responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang Gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit skabies, salah
sebanyak 33 (68,8) responden menderita skabies dan dari 30 satu gejalanya adalah gatal pada malam hari, menyebabkan anak-
responden yang memiliki pengetahuan tinggi ada 12 (40%) anak mengalami penurunan kualitas hidup. Menurunnya kualitas
responden menderita skabies. Selain itu juga terdapat hubungan hidup seperti bangun pada malam hari, tidak efektifnya belajar di
yang bermakna antara personal hygiene dengan kejadian skabies malam hari,dan tidak fokusnya kegiatan belajar mengajar di sekolah
dengan p=0,036 dengan hasil diperoleh bahwa dari 109 responden yang diakibatkan tidur yang tidak nyaman (Prabowo, 2017).
memiliki perilaku personal hygiene yang tidak baik ada sebanyak 56 Skabies tidak berdampak pada angka kematian akan tetapi
(51,4%) responden menderita skabies, sedangkan dari 67 responden penyakit ini dapat mengganggu kenyamanan dan konsentrasi belajar
pada santri. Penyakit skabies ini dapat menular dengan cepat apabila

4
penderita kontak langsung dengan orang lain, seperti berganti – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
gantian baju, handuk dan alat mandi secara berganti – gantian A. Hasil Penelitian
dengan orang lain. Skabies dapat berkembang pada kebersihan
perseorangan yang jelek seperti jarang mandi, jarang membersihkan a. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gejala
diri serta lingkungan yang kurang bersih (Latifah, 2017). Skabies di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah melakukan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018
penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan gejala
skabies di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Hasil penelitian untuk melihat gejala skabies pada
Pasaman Barat Tahun 2018. santri dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

METODE PENELITIAN Tabel 4.1


Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gejala Skabies
dengan desain Cross Sectional Study, yaitu ingin mengetahui faktor di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten
– faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies pada santri. Pasaman Barat Tahun 2018
Pengukuran dilakukan terhadap variabel independen (pengetahuan,
sikap, motivasi dan tindakan menjaga kebersihan diri) dan variabel Gejala Skabies f %
dependen (gejala skabies) dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian ini telah dilakukan di Pondok Pesantren Tidak Skabies 21 29,6
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat pada bulan Maret
sampai Agustus 2018. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari pada Skabies 50 70,4
tanggal 6 Agustus sampai dengan 12 Agustus 2018. Total 71 100
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer adalah kuesioner dengan Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa
masing – masing variabel terdiri dari 10 pertanyaan untuk melihat sebagian besar responden mengalami gejala skabies yaitu
faktor – faktor yang berhubungan dengan gejala skabies, dan untuk sebanyak 50 (70,4%) responden di Pondok Pesantren
melihat gejala skabies menggunakan cara obervasi dan wawancara Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat.
pada santri. Data sekunder merupakan penunjang dan pelengkap
yang diambil dari Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kab. b. Ditribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat
Pasaman Barat. Data yang diambil berupa profil Pondok pesantren
Pengetahuan Santri Tentang Gejala Skabies di Pondok
dan data santri yang diperoleh dari Bagian Tata Usaha Pondok
Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat. Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman
Barat Tahun 2018

5
Hasil penelitian untuk mengukur tingkat pengetahuan Tabel 4.3
santri tentang gejala skabies dapat dilihat pada tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Santri
berikut : Tentang Menjaga Kebersihan Diri di Pondok Pesantren
Tabel 4.2 Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat 2018
Pengetahuan Santri Tentang Gejala Skabies di Pondok
Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Sikap f %
Barat Tahun 2018 Negatif 39 54,9
Positif 32 45,1
Tingkat pengetahuan f %
Total 71 100
Tinggi 28 39,4
Rendah 43 60,6 Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa
Total 71 100 sebagian besar responden memiliki sikap negatif dalam
menjaga kebersihan diri yaitu sebanyak 39 (54,9%) responden
di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman
Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa Barat.
sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah tentang gejala skabies yaitu sebanyak 43 (60,0%) d. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Motivasi
responden di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar
Untuk Menjaga Kebersihan Diri di Pondok Pesantren
Kabupaten Pasaman Barat.
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat
c. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Santri Tahun 2018
Tentang Menjaga Kebersihan Diri di Pondok
Hasil penelitian untuk mengukur motivasi untuk
Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman menjaga kebersihan diri skabies dapat dilihat pada tabel 4.4
Barat Tahun 2018 berikut :
Hasil penelitian untuk mengukur sikap santri tentang
menjaga kebersihan diri dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

6
Tabel 4.4 Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Motivasi Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan
Untuk Menjaga Kebersihan Diri di Pondok Pesantren Menjaga Kebersihan Diri di Pondok Pesantren
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun
2018 2018

Motivasi f % Tindakan f %
Tinggi 34 47,9 Baik 30 42,3
Rendah 37 52,1 Kurang 41 57,7
Total 71 100 Total 71 100

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden mempunyai motivasi yang rendah sebagian besar responden mempunyai tindakan yang kurang
untuk menjaga kebersihan diri sebesar 37 (52,1%) responden baik dalam menjaga kebersihan diri sebesar 41 (57,7%)
di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman responden di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar
Barat. Kabupaten Pasaman Barat.

e. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan 1. Analisis Bivariat


Menjaga Kebersihan Diri di Pondok Pesantren
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap
Tahun 2018 variabel independen dan vaiabel dependen yaitu faktor – faktor
yang berhubungan dengan gejala skabies. Hasil dari analisa
Hasil penelitian untuk mengukur tindakan menjaga bivariat ini akan menjelaskan apakah terdapat hubungan antara
kebersihan diri dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut : variabel independen dan variabel dependen dengan
menggunakan uji Chi Square secara komputerisasi.

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Santri Dengan Gejala


Skabies di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar
Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018

Hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan santri


dengan gejala skabies dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

7
Tabel 4.6 Tabel 4.7
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Santri Dengan Hubungan Antara Sikap Santri Tentang Menjaga
Gejala Skabies Di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kebersihan Diri Di Pondok Pesantren Darussalam
Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018

Gejala Skabies Gejala Skabies


Tingkat Total Total
Tidak Skabies Tidak Skabies
Pengetahua P value Sikap P value
Skabies Skabies
n Santri
f % f % f % f % f %
Tinggi 19 67,9 9 32,1 28 100 0,000 Negatif 9 48,7 30 51,3 39 100 0,000
Rendah 2 4,7 41 95,3 43 100 Positif 2 6,2 20 93,8 32 100
Total 21 29,6 50 70,4 71 100 Total 21 29,6 50 70,4 71 100
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa proporsi
responden yang mengalami gejala skabies mayoritas terdapat
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa proporsi pada responden yang mempunyai sikap negatif dalam menjaga
responden yang mengalami gejala skabies mayoritas terdapat pada kebersihan diri yaitu sebanyak 30 (93,8%) responden
responden yang mempunyai pengetahuan rendah, yaitu sebesar 41 dibandingkan dengan santri yang mempunyai sikap yang positif
(95,3%) responden dibanding yang mempunyai pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 20 (51,3%) responden di Pondok Pesantren
yaitu sebanyak 9 (32,1%) responden di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat.
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil p =
Berdasarkan hasil uji chi square dengan diperoleh hasil p = 0,000 karena nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak,
0,000 karena nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, artinya artinya ada hubungan antara sikap santri dalam menjaga
ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan gejala kebersihan diri dengan gejala skabies di Pondok Pesantren
skabies di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar. Darussalam Pinagar.

b. Hubungan Sikap Santri Tentang Menjaga Kebersihan Diri c. Hubungan Motivasi Santri Untuk Menjaga Kebersihan Diri
Dengan Gejala Skabies di Pondok Pesantren Darussalam Dengan Gejala Skabies di Pondok Pesantren Darussalam
Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018
Hasil penelitian untuk mengukur hubungan antara sikap
Hasil penelitian untuk mengukur hubungan motivasi
santri tentang menjaga kebersihan diri dengan Gejala Skabies dapat
santri untuk menjaga kebersihan diri dengan Gejala Skabies
dilihat pada tabel pada tabel 4.7 berikut : dapat dilihat pada tabel 4.8.

8
Tabel 4.8 Hasil penelitian untuk mengukur hubungan tindakan
Hubungan Motivasi Santri Untuk Menjaga Kebersihan santri menjaga kebersihan diri dengan Gejala Skabies dapat
Diri Dengan Gejala Skabies Di Pondok Pesantren dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun
2018 Tabel 4.9
Hubungan Tindakan Santri Menjaga Kebersihan Diri
Gejala Skabies Dengan Gejala Skabies Di Pondok Pesantren
Tidak Skabies Total Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat
Motivasi P value Tahun 2018
Skabies
f % f %
Tindakan Gejala Skabies
Tinggi 19 51,4 18 48,6 37 100,0 0,000
Menjaga Tidak Skabies Total
Rendah 2 5,9 32 94,1 34 100,0 P value
Kebersihan Skabies
Total 21 29,6 50 70,4 71 100
Diri f % f %
Baik 20 66,7 10 33,3 41 100 0,000
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat proporsi responden Kurang 1 2,4 40 97,6 30 100
yang mengalami gejala skabies mayoritas terdapat pada Total 21 29,6 50 70,4 71 100
responden mempunyai motivasi rendah dalam menjaga
kebersihan diri yaitu sebanyak 32 (94,1 %) responden
dibandingkan dengan santri yang mempunyai motivasi tinggi Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa proporsi
yaitu sebanyak 18 (48,6%) responden di Pondok Pesantren responden yang mengalami gejala skabies mayoritas terdapat
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat. pada responden yang mempunyai tindakan yang kurang
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil p = dalam menjaga kebersihan diri yaitu sebanyak 40 (97,6%)
0,000 karena nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, responden dibandingkan dengan responden yang mempunyai
artinya ada hubungan antara motivasi santri untuk menjaga tindakan baik yaitu sebanyak 10 (33,3%) responden di
kebersihan diri dengan gejala skabies di Pondok Pesantren Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman
Darussalam Pinagar. Barat.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil p =
d. Hubungan Tindakan Santri Menjaga Kebersihan Diri 0,000 karena nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak
artinya ada hubungan antara tindakan responden dalam
Dengan Gejala Skabies di Pondok Pesantren Darussalam
menjaga kebersihan diri dengan gejala skabies di Pondok
Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 Pesantren Darussalam Pinagar.

9
seksual yang tanpa aturan, kesalahan diagnosis, dan
B. Pembahasan perkembangan dermatografik atau etiologic (Djuanda, 2010).
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan
1. Gejala Skabies di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang
Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relatif
Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa sempit. Penularan skabies terjadi ketika orang- orang tidur
sebagian besar responden mengalami gejala skabies yaitu bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah
sebanyak 50 (70,4%) responden di Pondok Pesantren tangga, sekolah- sekolah yang menyediakan fasilitas asrama
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat. dan pemondokan, serta fasilitas- fasilitas kesehatan yang
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nuraini dipakai oleh masyarakat luas, dan fasilitas umum lain yang
tahun 2016 tentang faktor risiko kejadian scabies di Pondok dipakai secara bersama- sama di lingkungan padat penduduk
Pesantren Nurul Islam Jember, yang menyatakan sebagian (Benneth dalam Kartika, 2008).
besar santri menderita penyakit skabies yaitu sebesar 34 Menurut analisa peneliti banyaknya responden yang
orang (60,7%) sedangkan yang tidak menderita penyakit mengalami gejala skabies karena kurangnya kebersihan diri
skabies sebanyak 22 santri (39,3%). Hasil penelitian Kasrin santri dimana masih terdapat 11,3% responden yang tidak
dkk tahun 2015tentang Hubungan tingkat pengetahuan dan mengganti pakaiannya yang sudah kotor, 33,8% sikap
perilaku personal hygiene dengan kejadian skabies pada responden yang kurang terhadap kebersihan lingkungan,
santri di Pondok Pesantren Darul Ulum PIQ Kecamatan Duo fasilitas yang tidak memadai dimana dalam 1 kamar berisi 9
Koto Kab Pasaman juga menyatakan bahwa kejadian skabies – 13 santri yang tinggal. Hal ini memungkinkan terjadinya
lebih dialami santri yaitu sebesar 102 (58%) responden. penularan gejala skabies dengan cepat dan mudah.
Diagnosis skabies didapat melalui tanda dan gejala Sebagian responden menyatakan merasa gatal – gatal
berupa rasa gatal yang sangat dan terutama memburuk saat dan mereka heran karena seringkali gatal – gatal dirasakan
malam hari, timbulnya terowongan kecil dengan benjolan padamalam hari. Ada yang berpikiran hal itu karena alergi
kecil di ujung pada kulit,menyerang sela jari kaki, sela jari terhadap cuaca. Santri yang menyatakan pernah menderita
tangan, bokong, sekitar organ intim, punggung, jika digaruk gejala skabies sebelumnya sekarang sudah sembuh setelah
akan mengeluarkan cairan bening yang bisa menyebarkan mereka berobat ke Puskesmas. Santri yang sudah tahu atau
rasa gatal pada tempat lain serta biasa menyerang dan pernah mendengar tentang skabies tetap saja mengalami
menular dengan orang terdekat yang sering kontak kulit skabies karena mereka tidak mau menjaga kebersihan diri,
(Nuraini, 2016). kamar maupun lingkungan sekitarnya. Ketika ditanyai masih
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh ada 14,1% responden yang menjawab mereka tidak terlalu
infestasi dan sentisasi tungau Sarcoptes scabei varian sering mengganti pakaian supaya tidak banyak pakaian yang
hominis dan produknya pada tubuh. Banyak faktor yang kotor yang akan dicuci. Ukuran kamar yang tidak sesuai
menunjang perkembangan penyakit skabies, antara lain : dengan jumlah penghuninya dimana dalam1 kamar
sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan berpenghuni 9 – 13 santri, hal ini termasuk kategori padat

10
hunian. Pencahayaan di Pondok Pesantren tidak menjangkau informasi tentang gejala skabies melalui buku – buku
seluruh ruangan dikarenakan ada bangunan pemukiman yang pelajaran di pustaka dan ada beberapa dari mereka yang
menghalangi masuknya pencahayaan. merasa takut akan penyakit yang diderita temannya dan
merasa risih sehingga mereka bertanya kepada guru,
2. Tingkat Pengetahuan di Pondok Pesantren Darussalam sehingga mereka menjaga kebersihan diri dengan baik.
Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 Terdapat 47,9% jawaban responden bahwa pakaian atau
Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa handuk yang tidak dijemur sampai kering dapat dijadikan
sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tempat berkembangnya Kutu Sarcoptes scabiei dan 32,4%
yang rendah tentang gejala skabies yaitu sebanyak 43 jawaban responden bahwasanya kamar yang kurang
(60,0%) responden di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar pencahayaan sinar matahari dapat mempermudah penyebaran
Kabupaten Pasaman Barat. skabies karena sirkulasi udara tidak baik sehingga udara
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nuraini lembab.
tahun 2016 tentang faktor risiko kejadian scabies di Pondok
Pesantren Nurul Islam Jember yang menyatakan bahwa 3. Sikap Santri Tentang Menjaga Kebersihan Diri di
sebagian besar santri memiliki tingkat pengetahuan yang Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten
rendah yaitu sebesar 41 orang (73,2%). Pasaman Barat Tahun 2018
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek sebagian besar responden memiliki sikap positif dalam
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, menjaga kebersihan diri yaitu sebanyak 39 (54,9%)
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan responden di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar
raba (Notoatmodjo, 2010). Kabupaten Pasaman Barat.
Menurut asumsi peneliti, sebagian responden tidak Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian
tahu apa yang dimaksud dengan skabies, sebanyak 78,9% Hasna, dkk tahun 2016 tentang faktor-faktor yang
jawaban responden tidak mengetahui penyebab skabies dan berpengaruh terhadap kejadian penyakit skabies pada santri
64,8% jawaban responden tidak mengetahui gejala yang di Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok yang
ditimbulkan akibat skabies, yang mereka ketahui hanya menyatakan bahwa sebagian besar sikap santri tentang
mereka gatal –gatal dan menderita penyakit kulit. Sebanyak menjaga kebersihan dirinya tinggi yaitu sebesar 40,3% (104
77,5% jawaban responden tidak mengetahui penyebab gejala orang).
skabies. Ada juga santri yang bingung darimana asal Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
penyakit yang dialaminya, kebanyakan dari mereka hanya tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap
tau kalau yang mereka alamai adalah penyakit kulit sejenis itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
panu, kadas dan lain – lain. dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan
Responden yang memiliki pengetahuan tinggi suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan
dipengaruhi karena sebagian responden sudah mendapatkan predisposisi tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2014).

11
Menurut analisa peneliti responden sebagian besar motivasi santri kelas VI putra dalam pencegahan penularan
mempunyai sikap positif dalam menjaga kebersihan dirinya skabies di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan
karena dapat diketahui dari 70,4% jawaban responden yang Ponorogo yang menunjukkan hasil yaitu sebesar 48
tidak suka bergantian pakaian dan 59,2% jawaban responden responden (52,7%) bermotivasi tinggi dalam mencegah
yang tidak suka saling bertukar benda pribadi seperti penularan skabies.
peralatan mandi. Hal ini dikarenakan santri sudah diajari Motivasi tidak terlepas dari kebutuhan atau needs
oleh orang tua mereka sebelum masuk pondok pesantren atau want. Kebutuhan adalah suatua “potensi” dalam diri
agar tidak memakai barang – barang pribadi secara bersama manusia yang perlu ditanggapi atau direspons. Tanggapan
selain untuk menghindari penularan penyakit juga terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk
menghemat pengeluaran. tindakan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya
Menurut analisa peneliti responden yang memiliki adalah orang yang bersangkutan merasa atau menjadi puas
sikap negatif karena pengetahuan yang kurang sehingga (Notoatmodjo, 2014).
santri memiliki sikap yang negatif dalam menjaga kebersihan Motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi
dirinya. Dapat diketahui 36,6% jawaban responden yang akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang
menyatakan sikapnya bahwa suka menggantung pakaian ada pada diri manusia sehingga akan bergayut dengan
didalam kamar baik pakaian yang bersih maupun pakaian persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk
yang sudah dipakai dan akan dipakai lagi, hal ini disebabkan kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini
karena tidak ada lemari yang bisa menggantung pakaian didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan
sehingga mereka menggantung pakaian diluar rak pakaian. (Sudirman, 2006).
Sebanyak 38% jawaban responden menyatakan bahwa gejala Menurut analisa peneliti tingginya motivasi santri
skabies tidak ada kaitannya dengan kebersihan lingkungan, terhadap menjaga kebersihan diri disebabkan oleh masih
hal ini terbukti dengan keadaan lingkungan yang kurang banyaknya responden yang menjaga kebersihan diri yang
bersih. dapat disimpulkan bahwa 43,7% jawaban responden tidak
bertukar pakaian dengan teman, 42,3% jawaban responden
4. Motivasi Untuk Menjaga Kebersihan Diri di Pondok mencuci tangan setelah buang air besar atau buang air kecil,
Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman memakai pakaian dan alat kebersihan diri sendiri, 80,3%
Barat Tahun 2018 jawaban responden mengganti pakaian lebih dari 1 kali
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa sehari untuk menjaga kebersihan diri dan 39,4% jawabwan
sebagian besar responden mempunyai motivasi yang tinggi responden menjaga kebersihan lingkungan, hal ini diketahui
untuk menjaga kebersihan diri sebesar 37 (52,1%) responden dari santri yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten gejala skabies sehingga mereka ingin menjaga kebersihan
Pasaman Barat. dirinya agar tidak terkena gejala skabies.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Responden yang memiliki motivasi yang rendah
yang dilakukan oleh Nurochman tahun 2013 tentang dapat disebabkan karena masih ada 26,8% responden yang

12
bertukar pakaian dengan teman, 22,5% responden yang tidak Menurut analisa peneliti, masih ada 28,2% responden
mencuci tangan setelah buang air besar atau buang air kecil yang kadang - kadang memakai alat sholat bersama, 66,5%
dan 25,4% tidak memiliki motivasi untuk menjaga jawaban responden jarang mengganti pakaian dalam sehari,
kebersihan lingkungan, hal ini disebabkan karena 38% responden menggunakan pakaian secara bergantian
pengetahuan dan sikap yang kurang sehingga keinginan dengan alasan bajunya belum dicuci, 31% jawaban
untuk menjaga diri dan lingkungan belum maksimal. responden masih tidur bersama – sama, hal ini disebabkan
karena mereka sering belajar bersama dan bertukar pikiran
5. Tindakan Menjaga Kebersihan Diri di Pondok Pesantren sebelum tidur, mereka juga menyatakan ada beberapa kasur
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun yang sudah keras karena jarang dijemur sehingga tidak
2018 nyaman untuk tidur diatasnya.
Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa Masih ada juga santri yang rajin mengganti seprai dan
sebagian besar responden mempunyai tindakan yang kurang alas kasur, mereka memiliki handuk dan peralatan mandi
baik dalam menjaga kebersihan diri sebesar 41 (57,7%) sendiri, mereka mengatakan diajari oleh orang tua tentang
responden di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar pentingnya menjaga kebersihan diri termasuk lingkungan dan
Kabupaten Pasaman Barat. segala sesuatu yang dapat berpengaruh terhadap kebersihan
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian tersebut. Mereka tidak nyaman jika peralatan pribadi dan
Nuraini (2016) yang menyatakan bahwa dari 176 responden lingkungan sekitar mereka kurang bersih.
lebih dari sebagian responden yaitu 109 (61,9%) responden
memiliki tindakan personal hygiene tidak baik. Hasil A. Analisis Bivariat
penelitian juga sejalan dengan hasil penelitian Hasna, dkk
tahun 2016 tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap 1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Santri Dengan
kejadian penyakit skabies pada santri Di Pondok Pesantren Gejala Skabies di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar
Qotrun Nada Cipayung Depok yang menyatakan bahwa Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018
sebagian besar mempunyai perilaku yang kurang dalam Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa proporsi
menjaga kebersihan dirinya yaitu sebesar 114 (44,2%) responden yang mengalami gejala skabies mayoritas terdapat
responden. Perilaku kebersihan diri seseorang terhadap pada responden yang mempunyai pengetahuan rendah, yaitu
kejadian penyakit menjadi salah satu faktor yang berperan sebesar 41 (95,3%) responden dibanding yang mempunyai
dalam penularan penyakit skabies. pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 9 (32,1%) responden di
Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman
banyak memegang peranan dalam menentukan derajat Barat.
kesehatan masyarakat. Bahkan faktor perilaku memberikan Berdasarkan hasil uji chi square dengan diperoleh
kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan hasil p = 0,000 karena nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ho
individu maupaun masyarakat. ditolak, artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan

13
responden dengan gejala skabies di Pondok Pesantren 33,8% responden tidak mengetahui cara pencegahan gejala
Darussalam Pinagar. skabies dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nuraini Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tahun 2016 tentang faktor risiko kejadian scabies di Pondok gejala skabies dikarenakan santri banyak yang tidak
Pesantren Nurul Islam Jember, yang menyatakan ada mengetahui dengan jelas mengenai gejala skabies itu sendiri.
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan santri Mereka bahkan tidak tahu kalau rasa gatal yang mereka
dengan penyakit skabies dengan nilai p value = 0,000. alami itu adalah gejala skabies. Karena ketidaktahuan
Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap terjadinya skabies. mereka, mereka beranggapan gatal – gatal itu kemungkinan
Penelitian yang dilakukan Dwi setyowati pada tahun 2014 karena alergi, ada juga yang menyatakan ini dikarenakan air
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat yang berwarna. Rendahnya pengetahuan responden tentang
pengetahuan dengan kejadian skabies di pondok Pesantren gejala skabies misalnya terutama tentang penyebab dan
Gaster. pencegahannya membuat mereka tidak bisa bertindak agar
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang gejala skabies ini tidak dialami oleh dirinya dan teman
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt lainnya.
behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang Selain itu kebanyakan santri juga kurang mengetahui
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada bagaimana gambaran atau kriteria lingkungan yang baik dan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Tergambar dari
2010). santri tidak berinisiatif untuk membuat tempat pembuangan
Santriwati kurang aktif dan tidak banyak sampah sementara, terkadang santri membuang sampah di
mendapatkan informasi tentang penyakit skabies baik balik jendela kelas sehingga banyak sampah yang menumpuk
mengenai pengertian, penyebab, penularan, dan disekitar pondok pesantren.
pencegahannya. Informasi yang diperoleh bisa dari Responden yang berpengetahuan tinggi namun masih
penyuluhan para petugas kesehatan yang ada di Poskestren, terkena gejala skabies dikarenkan ada faktor – faktor lain
dari media cetak, media elektronik, maupun cyber net yang berperan sehingga perilaku santri tidak sesuai dengan
(internet), dll (Rochmawati, 2010). pengetahuan santri tersebut. Misalnya sarana dan prasarana
Menurut analisa peneliti banyaknya santri yang yang tidak memadai memenuhi syarat seperti penggunaan air
mengalami gejala skabies dengan tingkat pengetahuan yang bersih, para santriwan memilih mandi dan buang air besar di
rendah disebabkan karena masih ada santri yang tidak sungai karena penyediaan air bersih kurang mencukupi
mendapatkan pengetahuan tentang penyakit skabies dari apabila digunakan untuk seluruh santri yang ada.
petugas kesehatan, media sosial dan keluarga. Hal ini dapat Pengetahuan yang tinggi tidak selamanya akan diikuti
diketahui bahwa 78,9% jawaban responden tidak mengetahui dengan praktek atau perilaku mengenai sesuatu dengan baik.
penyebab gejala skabies, 38% responden tidak mengetahui Responden dengan pengetahuan rendah namun tidak
cara penularan skabies, 35,2% responden tidak mengetahui mengalami gejala skabies disebabkan oleh berada pada
gejala – gejala yang ditimbulkan oleh penyakit skabies, dan lingkungan kamar yang tidak mengalami skabies, disamping

14
itu santri juga takut dan kurang nyaman dengan gejala skabies pada santri di Pondok Pesantren Al- Muayyad
skabies sehingga mereka menjaga jarak dengan teman yang Surakarta, dengan p value = 0,000 (p < 0,05).
terkena gejala skabies. Pembentukan sikap pada seseorang merupakan proses
Responden yang berpengetahuan tinggi tidak yang dipengaruhi oleh aspek emosional, pengalaman di masa
mengalami gejala skabies karena mereka sudah mengetahui lalu, pengetahuan serta kondisi lingkungan di mana orang
penyebab dan cara penularannya sehingga mereka menjaga tersebut berada. Sesuai konsep perilaku kesehatan yang
kebersihan diri baik pakaian maupun badan mereka agar dikembangkan ilmu kesehatan masyarakat, bahwa sikap
bersih. Terdapat 66,2% jawaban responden tidak merupakan bentuk respon terhadap suatu stimulus yang dapat
menggunakan handuk dan peralatan mandi secara bersama – dikategorikan sebagai tindakan tersembunyi (belum nyata).
sama. Sikap yang terbentuk akan menunjukkan bagaimana tingkat
kemampuan seseorang dalam menanggapi atau merespon
2. Hubungan Antara Sikap Santri Tentang Menjaga stimulus yang terjadi.
Kebersihan Diri Dengan Gejala Skabies di Pondok Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap
Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman adalah pengaruh orang lain yang di anggap penting, orang
Barat Tahun 2018 lain yang berada disekitar kita merupakan salah satu di antara
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa proporsi komponen sosial yang dianggap penting bagi santriwati
responden yang mengalami gejala skabies mayoritas terdapat adalah teman dekat atau teman sebaya. Di lingkungan
pada responden yang mempunyai sikap negatif dalam Pondok Pesantren teman sebaya adalah orang yang sangat
menjaga kebersihan diri yaitu sebanyak 30 (93,8%) berpengaruh selain guru dan kyai yang berada di Pondok
responden dibandingkan dengan santri yang mempunyai Pesantren karena merupakan teman dilingkungan sekolah
sikap yang positif yaitu sebanyak 20 (51,3%) responden di dan lingkungan tempat tinggal, oleh karena itu jika seseorang
Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman teman memiliki sikap yang kurang dalam menjaga
Barat. kebersihan dirinya tidak menutup kemungkinan dapat
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil p = mempengaruhi teman yang lainnya (Nurliana, 2015).
0,000 karena nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, Menurut asumsi peneliti responden yang mengalami
artinya ada hubungan antara sikap santri dalam menjaga gejala skabies dengan sikap yang negatif dalam menjaga
kebersihan diri dengan gejala skabies di Pondok Pesantren kebersihan diri disebabkan oleh pengetahuan yang rendah
Darussalam Pinagar. dan kemauan yang kurang dalam menjaga kebersihan diri.
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Dapat diketahui 36,6% jawaban responden yang menyatakan
Nugraheni, 2015 tentang pengaruh sikap tentang kebersihan sikapnya bahwa suka menggantung pakaian didalam kamar
diri terhadap timbulnya skabies (gudik) pada santriwati di baik pakaian yang bersih maupun pakaian yang sudah
Pondok Pesantren Al- Muayyad Surakarta, yang dipakai dan akan dipakai lagi, hal ini disebabkan karena tidak
menunjukkan bahwa sikap mempengaruhi kejadian penyakit ada lemari yang bisa menggantung pakaian sehingga mereka
menggantung pakaian diluar rak pakaian. Sebanyak 38%

15
jawaban responden menyatakan bahwa gejala skabies tidak Responden yang bersikap positif dalam menjaga
ada kaitannya dengan kebersihan lingkungan, hal ini terbukti kebersihan dirinya tidak mengalami gejala skabies, diketahui
dengan keadaan lingkungan yang kurang bersih. 73,2% jawaban responden menjaga kebersihan pakaian dan
Menurut analisa peneliti santri yang memiliki sikap handuk mereka, 33,8% jawaban responden ada kaitannya
positif dalam menjaga kebersihan diri dan mengalami gejala antara skabies dengan kebersihan lingkungan, sehingga
skabies disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang mereka menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya
terjaga kebersihannya, keadaan yang lembab, kurang supaya terhindar dari gejala skabies.
menyediakan fasilitas penunjang baik berupa penyediaan
kamar mandi, tempat cuci, tempat menjemur pakaian serta 3. Hubungan Antara Motivasi Santri Untuk Menjaga
saluran pembuangan air dapat mempengaruhi status Kebersihan Diri Dengan Gejala Skabies di Pondok
kesehatan seseorang. Lingkungan sekitar pondok pesantren Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman
belum sepenuhnya menyediakan fasilitas kamar mandi yang Barat Tahun 2018
sesuai dengan jumlah santri yang artinya jumlah santri Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat proporsi
dengan jumlah kamar mandi yang tersedia tidak responden yang mengalami gejala skabies mayoritas terdapat
proporsional, 1 kamar mandi dapat di pakai oleh kurang pada responden mempunyai motivasi rendah dalam menjaga
lebih untuk 14 orang, sedangkan sebaiknya 1 kamar mandi kebersihan diri yaitu sebanyak 32 (94,1 %) responden
digunakan untuk 4 orang. Fasilitas kamar santri yang tidak dibandingkan dengan santri yang mempunyai motivasi tinggi
memenuhi syarat dapat juga menyebabkan terjadinya gejala yaitu sebanyak 18 (48,6%) responden di Pondok Pesantren
skabies karena kenyataannya dalam 1 kamar berjumlah 9-13 Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat.
santri. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil p =
Hasil yang dapat disimpulkan dari jawaban kuesioner 0,000 karena nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak,
adalah masih ada 29,6% responden yang suka menggantung artinya ada hubungan antara motivasi santri untuk menjaga
pakaian di dalam kamar, 29,6% jawaban responden bahwa kebersihan diri dengan gejala skabies di Pondok Pesantren
beranggapan boleh menjemur pakaian dibawah terik Darussalam Pinagar.
matahari dan 28,2% jawaban responden yang menganggap Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
penyakit skabies tidak ada kaitannya dengan kebersihan yang dilakukan oleh Nurochman tahun 2013 tentang motivasi
lingkungan. santri kelas VI putra dalam pencegahan penularan skabies di
Responden yang memiliki sikap negatif tetapi tidak Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo
mengalami gejala skabies karena responden mempunyai yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi
tindakan yang baik dalam menjaga kebersihan dirinya. santri dengan penyakit skabies di Pondok Pesantren Darul
Walaupun anggapannya negatif terhadap menjaga kebersihan Huda Mayak Tonatan Ponorogo tahun 2013 dengan nilai p
diri tetapi karena melihat teman – teman dekatnya memiliki value =0,000 (p< 0,05).
tindakan yang baik sedikitnya berpengaruh juga terhadap Motivasi dalam penelitian ini adalah suatu kondisi
tindakan yang dilakukannya. psikologis atau keadaan dalam diri seseorang yang akan

16
membangkitkan atau menggerakan dan membuat seseorang Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa proporsi
untuk tetap tertarik dalam melakukan kegiatan, baik itu dari responden yang mengalami gejala skabies mayoritas terdapat
internal maupun eksternal untuk mencapai suatu tujuan yang pada responden yang mempunyai tindakan yang kurang
diharapkan (Notoatmodjo, 2014). dalam menjaga kebersihan diri yaitu sebanyak 40 (97,6%)
Menurut analisa peneliti bahwa adanya hubungan responden dibandingkan dengan yang mempunyai tindakan
antara motivasi dengan gejala skabies hal ini menunjukkan yang baik yaitu sebanyak 10 (33,3%) responden di Pondok
bahwa adanya kecenderungan semakin rendah motivasi Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat.
dalam menjaga kebersihan dirinya maka akan semakin Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil p =
banyak pula santri terkena gejala skabies, sebaliknya 0,000 karena nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak
semakin tinggi motivasi santri dalm menjaga kebersihan artinya ada hubungan antara tindakan responden dalam
dirinya maka semakin besar kemungkinan tidak akan terkena menjaga kebersihan diri dengan gejala skabies di Pondok
gejala skabies. Pesantren Darussalam Pinagar.
Responden yang mempunyai motivasi yang tinggi Hal ini sejalan dengan penelitian Hasna, dkk tahun
dalam menjaga kebersihan dirinya tidak mengalami gejala 2016 tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
skabies, karena pengetahuan dan sikap mempengaruhi kejadian penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren
motivasi diri seseorang untuk berbuat. Responden dengan Qotrun Nada Cipayung Depok yang menyatakan bahwa
motivasi yang tinggi tetapi mengalami gejala skabies karena tindakan mempengaruhi kejadian penyakit skabies pada
dipengaruhi oleh faktor luar yaitu lingkungan yang tidak santri di Pondok Pesantren Qotrun Nada tahun ajaran 2016,
bersih, tempat sampah yang tidak memadai, penularan oleh dengan nilai p valu e= 0,000 (p< 0,05). Data penelitian
teman sekamar dan luas kamar yang tidak memadai sesuai menunjukkan bahwa santri dengan perilaku kurang lebih
jumlah penghuninya yaitu 9-13 orang dalam 1 kamar, karena banyak yang menderita skabies, yaitu dengan persentase
penularan gejala skabies sangat mudah melalui kontak sebesar 75,5%. Hal ini sesuai dengan teori Wahid yang
langsung dengan si penderita gejala skabies. menyatakan bahwa penularan penyakit skabies dapat terjadi
Menurut asumsi peneliti responden yang mempunyai melalui kontak langsung, misalnya berjabat tangan, tidur
motivasi yang rendah dan mengalami gejala skabies bersama dalam satu tempat tidur, dan hubungan seksual.
disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang rendah, sikap Tindakan pencegahan penyakit skabies dapat
yang kurang dalam menjaga kebersihan sehingga tidak dilakukan dengan cara perbaikan sanitasi, menjaga
menimbulkan motivasi yang kuat dalam menjaga kebersihan kebersihan tubuh sangat penting untuk mencegah infestasi
dirinya. parasit, sebaiknya: mandi 2-3 kali sehari dengan
menggunakan sabun, menjemur handuk setelah digunakan
4. Hubungan Antara Tindakan Santri Menjaga Kebersihan untuk mandi, menjemur perlengkapan tidur 1x dalam
Diri Dengan Gejala Skabies di Pondok Pesantren seminggu (4x dalam sebulan), tidak saling bertukar pakaian
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun dan handuk dengan orang lain, tidak meminjamkan bantal,
2018 guling dan selimut kepada orang lain, menjaga kebersihan

17
rumah dan berventilasi yang cukup, hindari kontak langsung bersama dan 60,6% jawaban responden menggunakan
dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang terinfeksi pakaian alat sholat bersama.
tungau skabies (Rohmawati, 2010). Beberapa santri mengatakan kalau mengganti pakaian
Hal ini sependapat dengan Notoatmodjo (2010), setiap hari tidak bisa dilakukan terkadang baju yang mereka
bahwa perilaku kesehatan pada dasarnya merupakan suatu cuci tidak selalu bisa kering dalam satu hari, mereka memang
respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sengaja tidak sering menukar pakaian karena selain
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan menghemat air agar tidak terlalu sering mencuci, mereka
serta lingkungan. Respon atau manusia baik bersifat pasif juga mengaku malas untuk sering – sering mencuci pakaian
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif mereka. Pakaian yang kotor dan juga lembab tentu saja
(tindakan yang nyata). meningkatkan resiko gejala skabies. Ada juga santri yang
Menurut analisa peneliti bahwa responden dengan memakai alat shalat bersama dan handuk bergantian tentu
tindakan baik yang mengalami gejala skabies karena beresiko penularan skabies makin tinggi.
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar. Lingkungan Responden yang mempunyai tindakan yang kurang
asrama yang kurang bersih, kamar yang sempit dengan baik namun tidak mengalami gejala skabies karena mereka
penghuni yang >10 orang 1 kamar membuat ruangan yang tidak ada kontak langsung dengan teman yang mengalami
tidak bersih dan banyak barang santri yang tidak tersimpan gejala skabies.
di tempatnya. Meskipun tingkat pengetahuan yang tinggi, Semakin tinggi tingkat pengetahuan, sikap yang
sikap yang positif dan motivasi yang tinggi dalam menjaga positif dan motivasi yang tinggi semakin menurun pula
kebersihan diri tetapi tidak didukung oleh sarana dan angka gejala skabies begitu juga sebaliknya semakin rendah
prasarana maka akan memberi peluang untuk terkena gejala tingkat pengetahuan, sikap yang negatif dan motivasi yang
skabies dan penyakit lainnya. rendah dalam menjaga kebersihan diri semakin tinggi pula
Responden dengan tindakan yang baik dan tidak angka gejala skabies.
mengalami gejala skabies disebabkan oleh tingkat
pengetahuan yang baik, sikap yang positif, motivasi yang KESIMPULAN
tinggi sehingga melakukan tindakan yang baik pula dalam 1 Lebih dari separuh santri yang mengalami gejala skabies
menjaga kebersihan dirinya. sebanyak 50 (70,4%) responden di Pondok Pesantren
Begitu pula dengan responden yang mempunyai Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018
tindakan yang kurang baik akan mengalami gejala skabies. 2 Lebih dari separuh tingkat pengetahuan santri rendah tentang
Diketahui 31% jawaban responden masih tidur bersama – gejala skabies yaitu sebanyak 43 (60,0%) responden di
sama dengan lainnya, hal ini memungkinkan terjadi Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman
penularan dari teman yang terkena gejala skabies. Selain itu Barat Tahun 2018
66,5% jawaban responden jarang mengganti pakaian dalam 3 Lebih dari separuh sikap santri tentang menjaga kebersihan
sehari dikarenakan malas mencuci pakaian. 46,5% jawaban diri yang positif sebanyak 39 (54,9%) responden di Pondok
responden masih menggunakan tempat pakaian kotor

18
Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat 2. Bagi institusi Pendidikan
Tahun 2018 Diharapkan dapat menjadi bahan refrensi dan bacaan
4 Lebih dari separuh motivasi santri tinggi dalam menjaga bagi mahasiswa STIKes SYEDZA ZAINTIKA PADANG
kebersihan diri yaitu sebesar 37 (52,1%) responden di serta pihak perpustakaan untuk menambah buku – buku
Pondok Pesantren Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman referensi khususnya tentang penyakit skabies
Barat Tahun 2018 3. Bagi penelitian selanjutnya
5 Lebih dari separuh tindakan santri yang kurang dalam Diharapkan dapat mengembangkan konsep penelitian
menjaga kebersihan diri adalah sebesar 41 (57,7%) dengan meneliti faktor – faktor lain yang berhubungan
responden di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar dengan gejala skabies seperti personal hygiene dan sanitasi
Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 lingkungan.
6 Ada hubungan antara tingkat pengetahuan santri dengan
gejala skabies di Pondok Pesantren Darussalam Pinagar
Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 DAFTAR PUSTAKA
7 Ada hubungan antara sikap santri dalam menjaga kebersihan
diri dengan gejala skabies di Pondok Pesantren Darussalam Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
8 Ada hubungan antara motivasi santri untuk menjaga Ariza L, dkk. 2013. Investigation of a scabies outbreak in a
kebersihan diri dengan gejala skabies di Pondok Pesantren kindergarten in Constance, Germany Investigation of a scabies
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 outbreak in a kindergarten. Eur J Clin Microbiol Infect Di, 32, 373–
9 Ada hubungan antara tindakan santri dalam menjaga 380.
kebersihan diri dengan gejala skabies di Pondok Pesantren Azwar., S. 2010. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta
Darussalam Pinagar Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018 : Pustaka Belajar
Nurochman, Budi. 2013. Motivasi Santri Kelas Vi Putra
Dalam Pencegahan Penularan Scabies Di Pondok Pesantren Darul
SARAN Huda Mayak Tonatan Ponorogo
1. Bagi pondok pesantren Desmawati, dkk. 2015. Hubungan personal hygiene dan
Diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren
faktor – faktor yang berhubungan dengan gejala skabies Al Kautsar Pekanbaru.JOM Vol 2 No 1. Februari 2015
yaitu tingkat pengetahuan, sikap, motivasi dan tindakan Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Jakarta
dalam menjaga kebersihan diri melalui pihak pondok : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
pesantren kepada tenaga kesehatan agar dapat ditindaklanjuti Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta:
dan pengobatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Dinas Kesehatan Kab. Pasaman Barat. 2017. Laporan
Tahunan Dinkes Pasaman Barat tahun 2017

19
Griana TP. 2013. Scabies: Penyebab, Penanganan, Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Pencegahannya. Jurnal El-Hayah. 4(1): 37–46. Jakarta : Rineka Cipta
Handoko R. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
(Kelima). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Hasna, Ibadurrahmi, dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Skabies Pada Santri Di Rineka Cipta
Pondok Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok Februari Tahun Nugraheni, Dwi Nurliana, dkk. 2015. Pengaruh sikap
2016 tentang kebersihan diri terhadap timbulnya skabies (gudik) pada
Irianto K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia santriwati Di Pondok Pesantren Al- Muayyad Surakarta
Mikroorganisme (Jilid 1). Bandung: Yrama Widya. Nuraini dkk, 2016. Faktor Risiko kejadian scabies pada
Latifah, Lutfi. 2017. Perbedaan Pengetahuan Dan Perilaku santri di pondok pesantren Nurul Islam Jember.
Personal Hygiene Santriwati Sebelum Dan Setelah Diberikan Pondok Pesantren Darussalam Pinagar. 2017. Profil Pondok
Pendidikan Kesehatan Scabies Di Pondok Pesantren Salafi Al- Pesantren Darussalam Pinagar Tahun 2017.
Falah Jatilawang. Bachelor thesis, Universitas Muhammadiyah Potter P A,dkk. 2010. Fundamental Keperawatan Konsep,
Purwokerto Proses, dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika.
Lubis PMS. 2015. Gambaran Perilaku Anak Panti Asuhan Puskesmas Sukamenanti. 2017. Laporan Tahunan
Terhadap Pencegahan Scabies di Yayasan Panti Asuhan Putera Al- Puskesmas Sukamenanti 2017
Jam’iyatul Prabowo, M. 2017. Hubungan Kebersihan Diri Dan
Kasrin, R, dkk, 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pengetahuan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Di Salah Satu
Perilaku Personal Hygiene Dengan kejadian Scabies Pada Santri di Panti Asuhan Di Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.
Pondok Pesantren Darul Ulum PIQ Kecamatan Duo Koto Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Kabupaten Pasaman 2015. Jurnal Kesehatan STIKes Prima Rianti, E, dkk. 2010. Analisis tentang Higiene dan Sanitasi
Nusantara Bukittinggi, Vol.7 No.2 Juli 2016. Lingkungan dengan Penyebab Terjadinya Penyakit Kulit di
Munusamy T. 2007. Gambaran Perilaku Penghuni Panti Kecamatan Asemrowo Surabaya, 1(1), 1–10.
Asuhan Bait Allah Medan Terhadap Pencegahan Skabies. Riskesdas, 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Universitas Sumatera Utara. Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Jakarta.
Ni’mah, N. 2016. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Rohmawati, Riris Nur. 2010. Hubungan Antara Faktor
Dengan Kejadian Scabies Pada Santri Putra Dan Putri Di Pondok Pengetahuan Dan Perilaku Dengan Kejadian Skabies Di Pondok
Pesantren An-Nur Ngrukem Sewon Bantul Yogyakarta. Progam Pesantren Al-Muayyad Surakarta.
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Saad, 2008. “Pengaruh Faktor Higiene Perorangan
‘Aisyiyah Yogyakarta. Terhadap Angka Kejadian Skabies di Pondok Pesantren An-Najach
Notoatmojo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Magelang”. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Seni. Jakarta: Rineka Media. Diponegoro.

20
Setyowati, 2014. Hubungan Pengetahuan Santriwati
Tentang Penyakit Skabies Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit
Skabies Di Pondok Pesantren Gaster. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta. Vol. 11 No. 2 Februari
2014
Siregar R S. 2015. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit
(Edisi 3). Jakarta : EGC.
Sudirman, T. 2006. Skabies. Masalah Diagnosis dan
Pengobatan Vol 5 (3), hal. 177-190.
Sutanto I, dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran
(Edisi Keempat). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Tosepu, 2016. Epidemiologi Lingkungan Teori Dan Aplikasi.
Jakarta : Bumi Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai