Anda di halaman 1dari 7

DIET TINGGI PROTEIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEJADIAN

INFEKSI PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA DI RS X

Vivian Yessica
Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang
E-mail: vYessica67@gmail.com

Abstrak:
Diet tinggi protein adalah diet yang mengandung protein diatas kebutuhan normal. Diet
diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti
susu, telur, dan daging. Infeksi luka operasi merupakan salah satu contoh infeksi nosokomial yang
terjadi dalam kurun waktu 30 hari pasca operasi, dan infeksi tersebut sangat berhubungan dengan
operasi, dan melibatkan suatu bagian anatomis tertentu pada tempat insisi saat operasi (Septiari,
2012). Tujuan penelitian mengetahui pengaruh diet tinggi protein terhadap kejadian infeksi pada
pasien post operasi Sectio Caesarea di RS X. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik
quasi experiment dengan metode yang digunakan adalah metode observasi. Ada pengaruh
konsumsi diet tinggi protein terhadap kejadian infeksi pada pasien post operasi sectio caesarea di
RS X dibuktikan dengan p = 0,000 karena p value < 0,05 yang diuji statistik menggunakan uji chi
square dengan bantuan SPSS. Diharapkan bagi responden agar penelitian ini dapat digunakan
sebagai tambahan ilmu agar dapat mencegah terjadinya infeksi luka operasi post sectio caesarea
dengan mengkonsumsi diet tinggi energi tinggi protein.
Kata Kunci : Diet tinggi protein, infeksi, sectio caesarea

Abstract:
A high protein diet is a diet that contains protein above normal requirements. Diets are
given in the form of ordinary food plus high-protein food ingredients such as milk, eggs, and meat.
Surgical wound infection is one example of nosocomial infection that occurs within 30 days
postoperatively, and the infection is closely related to surgery, and involves a certain anatomical
part of the incision site during surgery (Septiari, 2012). The aim of the study was to determine the
effect of a high protein diet on the incidence of infection in postoperative Sectio Caesarea patients
in RS X. The research design used was analytic quasi experiment with the method used was the
observation method. There is an effect of consumption of a high-protein diet on the incidence of
infection in postoperative patients with caesarean section in RS X as evidenced by p = 0,000
because p value <0.05 was statistically tested using the chi square test with SPSS assistance. It is
expected for respondents that this study can be used as an additional knowledge in order to prevent
the occurrence of postoperative caesarean infection by infection with a high-energy high-protein
diet.
Keywords: High protein diet, infection, sectio caesarea
PENDAHULUAN (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Elisa, 2014).
Persalinan caesar di dunia terus Hal ini sependapat dengan teori yang
mengalami peningkatan prevalensi. menyatakan bahwa protein mempunyai fungsi
Organisasi kesehatan dunia (WHO) khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
menerbitkan literatur yang mencatat angka lain yaitu membangun serta memelihara
rata-rata persalinan bedah caesar di dunia tubuh. Kesembuhan luka operasi sangat
mencapai 20%, angka ini juga tidak berbeda dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi ke
jauh pada beberapa negara lain (Chapman dalam jaringan (Kartinah, 2006 dalam Sulastri,
dkk., 2009). Sectio ceasarea adalah Suatu 2011). Oksigen yang berikatan dengan
tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat molekul protein hemoglobin diedarkan ke
di atas 500g, melalui sayatan pada dinding jaringan dan sel-sel tubuh melalui sistem
uterus yang masih utuh. (Saifuddin, 2006). peredaran darah
Ada beberapa indikasi untuk dilakukan
tindakan section caesarea adalah Gawat janin, METODE PENELITIAN
Diproporsi Sepalopelvik, Persalinan tidak Desain penelitian yang digunakan
maju, Plasenta Previa, Prolapsus tali pusat, adalah analitik quasi experiment yaitu jenis
Mal presentase janin/ Letak Lintang (Norwitz eksperimen yang tidak memiliki pembatasan
E & Schorge J, 2007), Panggul Sempit dan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat
Preeklamsia (Jitowiyono S & Kristiyanasari yang sama dapat mengontrol ancaman
W, 2010). validitas (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini
Angka resiko kematian pada bedah peneliti melakukan penelitian kepada dua
caesar sangat tinggi akibat infeksi. Komplikasi kelompok yaitu kelompok perlakuan yang
infeksi akibat bedah caesar meliputi demam, diberi diit tinggi protein dan kelompok kontrol
wound infection (infeksi pada luka bekas yang tidak diberi diit tinggi protein.
operasi), endometritis, bakterimia, dan infeksi Populasi dalam penelitian merupakan
saluran kemih (Chapman dkk., 2009). subjek (misalnya manusia: klien) yang
Tujan dari penelitian ini adalah untuk memnuhi kriteria yang telah ditetapkan
mengetahui pengaruh diet tinggi protein (Nursalam, 2017: 169). Populasi dalam
terhadap kejadian infeksi pada pasien post penelitian ini adalah klien post operasi Sectio
operasi Sectio Caesarea di RS X. Sedangkan Caesarea di RS X yang berjumlah sebanyak
untuk tujuan khususnya yaitu mengidentifikasi 100 pasien. Menurut Setiadi (2013:178), jika
asupan diet tinggi protein yang dikonsusmi besar populasi ≤ 1000 maka sampel bisa
klien post operasi Sectio Caesarea hari ke 1 diambil 20-30%. Sampel yang diambil peneliti
sampai dengan hari ke 7, mengidentifikasi adalah klien post operasi Sectio Caesarea di
adanya infeksi luka operasi pada klien post Ruang C RS X sebanyak 36 responden yang
operasi Sectio Caesarea hari ke 3 dan hari ke terdiri dari 18 responden pada kelompok
7, dan menganalisis pengaruh pemenuhan perlakuan dan 18 responden pada kelompok
kebutuhan protein terhadap kejadian infeksi kontrol.
pada klien hari ke 3 dan ke 7 Teknik pengambilan sampling yang
Banyak faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mempengaruhi penyembuhan luka, infeksi nonprobability sampling jenis purposive
luka sectio caesarea merupakan infeksi sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel
nosokomial yang dapat disebabkan oleh dengan cara memilih sampel diantara populasi
beberapa faktor antara lain mengabaikan sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
konsumsi protein yang kurang karena (tujuan/masalah penelitian), sehingga sampel
ketidaktahuan atau mingkin kepercayaan tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
dimasyarakat tentang konsumsi protein akan yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,
menghambat proses penyembuhan luka. Jika 2017:173).
infeksi terjadi maka secara otomatis akan Variabel bebas dalam penelitian ini
memperlambat proses penyembuhan luka adalah diet tinggi protein. Variabel terikat
dalam penelitiian ini adalah penyembuhan (Dewasa Awal)
luka. 34 – 40 tahun 14 orang
Dalam penelitian ini metode yang (Dewasa Akhir)
digunakan adalah metode observasi.
Pengamatan yang dilakukan pada subjek Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
penelitian untuk variabel diet tinggi protein berdasarkan tingkat pendidikan
dilakukan pada hari pertama sampai hari Pendidikan Frekuensi
ketujuh dan untuk variabel terjadinya infeksi SD 11 orang
dilakukan pada hari ketiga sampai hari SMP 12 orang
ketujuh. Pada penelitian ini, peneliti SMA 10 orang
menggunakan lembar observasi diet tinggi Lain-lain 2 oraang
protein (formulir recall 24 jam) dan lembar
observasi tanda-tanda infeksi dimana cara Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
pengumpulan data dengan observasi atau berdasarkan pekerjaan
pengamatan langsung pada responden. Pekerjaan Frekuensi
Analisis univariat dalam penelitian ini IRT 28 orang
adalah data umum yang enyajikan distribusi Guru 2 orang
frekuensi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan,
Petani 3 orang
riwayat kehamilan, riwayat Sectio Caesarea,
Pedagang 1 orang
dan Indeks Masa Tubuh (IMT). Selain itu,
PNS 1 orang
analisis univariat juga digunakan untuk
menganilisis diet tinggi protein dan skor
Tabel 4 Distribusi frekuenssi responden
penyembuhan luka yang disajikan dalam
berdasarkan riwayat kehamilan pada
bentuk analisis statistik deskriptif (mean,
responden
median, modus, standar deviasi, maksimum,
Riwayat Frekuensi
minimum)
kehamilan
Dalam penelitian ini, analisis bivariat
Kehamilan 7 orang
digunakan untuk mengetahui normalitas
pertama
distribusi frekuensi menggunakan uji
Kehamilan kedua 17 orang
Kolmogorov Smirnow, sedangkan untuk
mengetahui adanya pengaruh diet tinggi Kehamilan ketiga 11 orang
protein terhadap kejadian infeksi
menggunakan bantuan program komputer Tabel 5 Distribusi berdasarkan riwayat
SPSS 16 yang menggunakan uji Chi Square sectio caesarea
dengan nilai signifikan 0.05. Adapun uji Riwayat SC Frekuensi
hipotesis yang akan dilakukan dengan metode Pertama 7 orang
tersebut yakni jika signifikan α < 0.05 maka Kedua 22 orang
hipotesis penelitian diteria, sedangkan jika α > Ketiga 6 orang
0.05 maka hipotesis penelitian ditolak
(Sugiyono, 2011: 244). 2. Analisa Univariat
Hasil observasi yang dilakukan
HASIL PENELITIAN adalah diet tinggi energi tinggi protein
1. Data Umum (TETP) hari ke 1 sampai dengan hari ke 7,
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden serta adanya tanda-tanda infeksi pada hari
berdasarkan usia ke 3 (sebelum pasien pulang ke rumah)
Usia Frekuensi dan ke 7 (Saat kontrol ke Poli).
20 – 26 tahun 10 orang
(Remaja Akhir)
27 – 33 tahun 11 orang
Tabel 6 distribusi frekuensi responden Tabel 7 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan konsumsi diet TETP berdasarkan adnaya tanda-tanda infeksi
Frekuensi Tanda-tanda Frekuensi
Klasifikasi
Hari ke 3 Hari ke 7 infeksi Hari ke 3 Hari ke 7
>120% - - Tidak ada 27 orang 29 orang
(Diatas cukup) infeksi
90 – 119% 29 orang 29 orang Infeksi ringan 8 orang 6 orang
(Normal) Infeksi - -
80 -89% 4 orang 3 orang sedang
(Defisit tingkat Infeksi berat - -
ringan)
70 -79% 2 orang 3 orang 3. Analisa Bivariat
(Defisit tingkat Analisis bivariat dalam penelitian ini
sedang) menunjukan pengaruh konsumsi diet
<70% - - tinggi energi tinggi protein (TETP)
(Defisit tingkat terhadap kejadian infeksi luka hari ke 3
berat) dan ke 7 di RS X

Tabel 8 Pengaruh diet tinggi energi tinggi protein (TETP) hari ke 1 sampai ke 3 terhadap kejadian
infeksi hari ke 3

Tanda-Tanda Infeksi Pada


Hari Ke 3
Rata-Rata Konsumsi Diet Total
No Infeksi P Value
TETP Hari Ke 1-3 Tidak ada
Ringan
N % N % N %
1 Normal (90 – 119%
27 77,15 2 5,71 29 82,86
AKG)
2 Defisit Tingkat Ringan
0 0 3 8,57 3 8,57
(80 – 89% AKG) 0,000
3 Defisit Tingkat Sedang
0 0 3 8,57 3 8,57
(70 – 79% AKG)
Jumlah 27 77,15 8 22,85 35 100

Tabel 9 Pengaruh diet tinggi energi tinggi protein (TETP) hari ke 4 sampai ke 7 terhadap kejadian
infeksi hari ke 7
Tanda-Tanda Infeksi Pada
Hari Ke 7
Rata-Rata Konsumsi Diet Total
No Infeksi P Value
TETP Hari Ke 4-7 Tidak ada
Ringan
N % N % N %
1 Normal (90 – 119%
29 82,86 0 0 29 82,86
AKG)
2 Defisit Tingkat Ringan
0 0 3 8,57 3 8,57
(80 – 89% AKG) 0,000
3 Defisit Tingkat Sedang
0 0 3 8,57 3 8,57
(70 – 79% AKG)
Jumlah 29 82,86 6 17,14 35 100
PEMBAHASAN terasa nyeri saat penggantian balutan, serta ada
1. Diet Tinggi Protein bau tetapi tidak menusuk.
Hasil observasi dari konsumsi diet Menurut observasi yang dilakukan
tinnggi energi tinggi protein pada pasiaen post peneliti, hal tersebut terjadi karena responden
operasi sectio caesarea mulai hari 1 sampai kurang mematuhi diet yang dianjurkan dari
dengan 7 adalah hampir seluruh responden rumah sakit, responden hanya makan ½ dari
mengkonsumsi diet tinggi energi tinggi protein porsi diet yang diberikan di ruah sakit. Selain
normal (82,86%). Makanan tinggi protein itu responden juga memiliki personal hygiene
yang paling sering dikonsumsi adalah putih yang kurang bersih, dan kebiasaan menggaruk
telur dan produk kedelai. Rata-rata responden daerah luka.
mengkonsumsi putih telur 3-4 butir perhari
yang didampingi dengan nasi, tahu, tempe, 3. Pengaruh diet tinggi protein terhadap
sayuran, dan buah-buahan. kejadian infeksi pada passien post
Hasil penelitian ini saat di Rumah Sakit operassi sectio caesarea
(hari ke 1-3) ditemukan 6 responden dengan Berdasaran uji chi square diperoleh
konsumsi diet TETP masuk kedalam katagori niali p = 0,000, sehingga nilai p < 0,05. Hal ini
defisit tingkat ringan 4 responden (11,42%) berarti ada pengaruh antara diet tinggi protein
dan katagori defisit tingkat sedang 2 terhadap kejadian infeksi pada pasien post
responden (5,71%), serta saat di rumah (hari operasi sectio caesarea di RS X. Dari hasil
ke 4-7) ditemukan 6 responden dengan tersebut menunjukan fakta bahwa pasien
konsumsi diet TETP masuk kedalam katagori dnegan konsumsi diet tinggi protein normal
defisit tingkat ringan 3 responden (8,57%) dan tidak terjadi infeksi pada luka operasi sectio
katagori defisit tingkat sedang 3 responden caesarea daripada pasien yang konsumsi diet
(8,57%). tinggi proteinnya di bawah normal.
Protein berfungsi sebagai pengusung
2. Infeksi bagi hemin dan asa lemak dala sirkulasi darah,
Hasil dari observasi tanda-tanda dan albumin sebagai pengusung plasma
infeksi luka operasi post sectio caesarea pada dengan secara tdiak langsung mengikat
hari ke 3 di Ruang C yang dilakukan pada beberapa hormon steroid hydrophobic. Hal ini
waktu setelah pebukaan penutup luka berguna untuk meluruhkan beberaapa
didapatkan hasil 27 responden (77,15%) substansi dari sirkulasi darah melalui jaringan
dengan tidak ada tanda-tanda infeksi dan 8 hati salah satunya Cytochrome C. Cytochrome
responden (22,85%) terdapat tanda-tanda C adalah hemoprotein yang mengandung
infeksi ringan. Pada hari ke 7 di Poli Obgyn gugus heme dan berfungsi sebagai pengusung
yang dilakukan pada waktu setelah elektron yang akan membantu dalam proses
pembukaan penutup luka didapatkan hasil pembekuan darah dan imun saat terjadi luka
29responden (82,86%) dengan tidak ada (Gum & Swanson, 2004).
infeksi dan 6 responden (17,14%) terdapat
tanda-tanda infeksi ringan. PENUTUP
Dalam penelitian ini juga ditemukan 1. Kesimpulan
pada hari ke 3 ada 8 responden (22,85%) dan - Rata-rata konsumsi diet TETP pada
hari ke 7 ada 6 responden (17,14%) pasien post pasien post operassi sectio caesarea di
operasi sectio caesarea dengan skor tanda- RS X pada hari ke 1-3 (di Rumah
tanda infeksi ringan. Infeksi ringan memliki Sakit) adalah 99,0% dan hari ke 4-7
ciri-ciri ada edema tetapi tidak terlalu tampak, (di rumah) adalah 96,40% yang dapat
ada eksudat tetapi tidak purulen dan diinterpretasikan normal.
jumlahnya tidak lebih dari seperempat kassa - Rata-rata skor terjadinya infeksi luka
balutan, ada eritemi tetapi tidak terlalu operasi sectio caesarea di RS X pada
tampak, ada nyeri hanya pada daerah luka dan hari ke 3 adalah 20,60 yang dapat
diinterpretasikan sebagai infeksi
ringan dan pada hari ke 7 adalah 22,16 Gum, E.T., Swanson, R.A., alano, C, Liu, J.,
yang dapat diinterpretasikan sebagai Hong. S., Weinstein, P.R., et al. 2004.
tidak ada infeksi Human Serum Albumin And Its N-
- Ada pengaruh konsumsi diet tinggi Terminal Tetrapeptide (DAHK) Block
protein terhadap kejadian infeksi pada Oxidant-Induced Neuronal Death
pasien post operasi sectio caesarea di Stroke. 35: 590-595
RS X dibuktikan dengan p = 0,000 Hardiyanto, I.T. 2006. Pengaruh Anestesi
karena p value < 0,05 yang diuji Spinal Terhadaphemodinamik Pada
statistik menggunakan uji chi square Penderita Dengan Sectio Caesarea.
dengan bantuan SPSS Journal.
2. Saran Hartono. (2006). Obsetetri Williams. Jakarta:
1. Diharapkan bagi responden agar Buku Kedokteran EGC
penelitian ini dapat digunakan sebagai Hidajat, Nucki N. 2012. Pencegahan Infeksi
tambahan ilmu agar dapat mencegah Luka Operasi. FK
terjadinya infeksi luka operasi post UNPAD/Bag.Ortopedi &Traumatologi
sectio caesarea dengan RS Hasan Sadikin Bandung. Diakses 23
mengkonsumsi diet tinggi energi Januari 2019 dari
tinggi protein. http://pustaka.unpad.ac.id/archives/107
2. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya 98/
mampu melakukan penelitian yang Jeyamohan, Dharshini. 2010. Angka
lebih mendalam dengan Prevalensi Infeksi Nosokomial Pada
menghubungkan variabel lainnya, Pasien Luka Operasi Pasca Bedah Di
contohnya mengenai faktor-faktor Bagian Bedah Di Rumah Sakit Umum
internal atau eksternal yang Pusat Haji Adam Malik, Medan Dari
mempengaruhi konsumsi diettinggi Bulan April Sampai September 2010.
protein, pengaruh pendidikan Universitas Sumatera Utara
kesehata terhadap penurunan resiko Jitowiyono, S & Kristiyanasari, W. 2010.
ibu kurang gizi pre dan post operasi. Asuhan Keperawatan Post Operasi
dengan Pendekatan, NIC, NOC. Nuha
DAFTAR RUJUKAN Medica Yogyakarta.
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Kementerian Kesehatan. Laporan Nasional
Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Riset Kesehatan Dasar 2013 [Internet].
Utama (Hlm. 53-56) Jakarta: Badan Litbang Kesehatan;
Andriani, D. 2012. Faktor-Faktor Yang 2013. Available from:
Mempengaruhi Tindakan Seksio http://www.litbang.depkes.go.id/sites/d
Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah ownload/rkd2013/LaporanRiskesdas20
Kabupaten Dompu Tahun 2010. 13. PDF
Universitas Indonesia. Skripsi. Morison, Moya J. 2003. Manajemen Luka.
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Jakarta : EGC
Problematika dan Pengendaliannya. National Nosocomial Infection Survailance
Jakarta; SM. NNIS America. 2010
Dorlan, Newman. (2012). Kamus Saku http://www.ajicjournal.org/article/S019
Kedokteran (Edisi 28). Indonesia: EGC 6-6553(04)00542-5/abstract
Ekaputra, Erfandi. (2013). Manajemen Luka. Norwitz, E & Schorge, J . (2007). At Glance
Jakarta; Trans Info Media. Obstetri & Ginekologi. Ed.2 EMS
Elisa, 2014.Hubungan Antara Status Gizi Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental
Terhadap Proses Penyembuhan Luka Keperawatan edisi 7. Jakarta: SM.
Post Section Caesarea.Diperoleh dari PP Hipkabi. 2010. Buku Kumpulan Materi
http://ppnijateng.org/Diakses pada Pelatihan Manajemen Kamar Bedah.
tanggal 23 Januari 2097. Jakarta : Hipkabi Press Jakarta
Puspitasari, H.A., Al Umah, H.B., Sumarsih, 8 Nomor 2 : Agustus 2011 Halaman
T. 2011. Faktor-Faktor Yang 772-782
Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post Tietjen, Bossemeyer & Noel. (2011). Panduan
Operasi Sectio Caesarea (SC). Jurnal Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas
Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 7(1). Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber.
Rivai, F., tjahjono, K., & Adi Utarini. 2013. Jakarta: Salemba Raya
Determinan Infeksi Luka Operasi Utama. 2013. Menyusun Diet Berbagai
Pascabedah Sesar. Kesmas, Jurnal Penyakit Berdasarkan Daftar Bahan
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, Penukar Edisi Keempat. Jakarta : FKUI
No. 5, Desember 2013 (hlm. 168-170)
Saifuddin. (2006). Buku Acuhan Nasional Wiliiams. 2006. Obtetri William Vol.1.
Pelayan Kesehatan Matrnal Dan Jakarta: EGC
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Wirjatmadi. B dan Elok. W. 2013. Hubungan
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Tingkat Konsumsi Gizi dengan Proses
Sarwono, P. 2005. Buku Panduan Praktis Penyembuhan Luka Pasca Operasi
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Sectio Caesarea. Media gizi Indonesia.
Neonatal, Edisi 1. Jakarta: Bima Pustaka Volume 9 Nomor 1 : Juni 2013 :
(hlm. 98. 100) Halaman 1-5
Septiari, B.B. 2012. Infeksi Nosokomial. Wuryaningsih, B & Widyawati A. 2007.
Yogyakarta: Nuha Medika. Hubungan Status Gizi Dan Kadar
Sulastri. 2011. Hubungan Kadar Hemoglobin Hemoglobin Dengan Kejadian Infeksi
dengan Penyembuhan Luka Post Sectio Luka Operasi Post Sectio Caesarea. JIK
Caesareadu Ruang Mawar RSUD Vol. 02 No. 03
Moewardi Surakarta. GASTER. Volume

Anda mungkin juga menyukai