Anda di halaman 1dari 8

Perbedaan Pemulihan Fungsi Miksi Bladder Training Kegel Exercise dan Schedule Bathroom Trips

Pada Pasien Post Operasi Orthopedi di RS X Kabupaten Y

Oleh : Emilia Dyah Novitasari

Abstrak

Bedah orthopedi adalah tindkaan bedah untuk memulihkan kondisi disfungsi musculoskeletal.
Pembedahan orthopedic pada tulang-tulang tertentu menyebabkan pasien mengalami hambatan mobilitas
fisik, sehingga sulit untuk berjalan ke kamar mandi, oleh sebab itu dilakukan pemasangan kateter untuk
mempermudah miksi. Efek samping dari pemasangan kateter adalah terjadinya inkontinensia urin dan
retensi urin. Efek ini dapat diminimalisir atau diatasi dengan latihan kandung kemih yang disebut dengan
bladder training. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemulihan fungsi miksi antara
bladder training metode kegel exercise dan metode schedule batrhroom trips pada pasien post bedah
orthopedi di RS X Kabupaten Y. Metode penelitian yang digunakan adalah Kausal Komparatif Design.
Subjek penelitian adalah pasien post bedah orthopedi yang dipilih dengan teknik purposive sampling
sebanyak 24 responden. Hasil penelitian menunjukkan pemulihan fungsi miksi setelah diberikan kegel
exercise berada pada kategori baik (15,42) begitu juga setelah diberikan schedule bathroom trips pada
kategori baik pula (13,42), namun nilai pada kelompok kegel exercise lebih besar dari kelompok schedule
bathroom trips. Hasil uji statistik Mann Whitney menunjukkan ada perbedaan antara metode kegel
exercise dan metode schedule bathroom trips dengan p value=0,041 (p<α). Saran bagi peneliti lain adalah
untuk meneliti perbedaan pemulihan fungsi miksi dengan menggunakan metode yang berbeda dan lebih
ditentukan pada pemulihan fungsi miksi.

Kata kunci: Post Orthopedi, Kegel exercise, Schedule Bathroom Trips, Pemulihan Fungsi Miksi.

Abstract
Orthopedic surgery in an action to restore the musculoskeletal dysfunction. Orthopedic surgery, in certain
bones, causes the patient to experience physical mobility impairment, making it difficult to walk to the
bathroom, therefore the patient’s micurition is facialitated by the catheter. The side effects of catheter
insertion are urinary incontinence and retension. These side effects can be minimized or overcome with a
treatment to train the bladder to function normally like it’s used to, called bladder training. The aim of this
research is to know the difference of functional recovery betweenbladder training of kegel exercise method
and shcedule bathroom trips method in postoperative patient of Orthopedic in RS X. The search method
used is Causal Comparative Design. The subjects of the study were orthopedic post-surgical patient selected
by purposive sampling technique of 24 respondents. The result showed that the recovery of micturition
function after giving the kegel exercise was in a good category (15,42) nas well as after being giving the
schedule bathroom trips on the categoryin good category (13,75), but the value in kegel exercise group was
greater than schedule bathroom trips group. Mann Whitney statistical test result show there is a difference
between kegel exercise method and schedule bathroom trips method with p value = 0,041 (p<α). Advice
for other researh is to examine the difference in recovery of the micturition function using different methods
and more emphasis on the recovery time of the micturition function.
Key words: Orthopedi, Kegel exercise, Schedule Bathroom Trips, Micturition Function.
LATAR BELAKANG kondisi kateter dan kantong urin agar tetap
tersambung dengan baik, membuang urin di dalam
Di Indonesia angka kejadian patah tulang atau
kantong urin, memantau warna dan konsistensi
insiden fraktur cukup tinggi, berdasarkan data dari
urin (Smeltzer & Bare, 2004). Setelah kateter
Departemen Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan
dilepas, terdapat beberapa kemungkinan yang akan
sekitar delapan juta orang mengalami kejadian
dialami oleh pasien berhubungan dengan proses
fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan
dan reflek berkemihnya (Angelia, N. 2016). Efek
penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim
samping dari pemasangan kateter adalah
Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang
terjadinya inkontinensia urin dan retensi urine
mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik,
(Perry & Potter, 2010). Pemasangan kateter yang
15% mengalami stress spikilogis seperti cemas
terlalu lama dapat menyebabkan retensi urin,
atau bahkan depresi, dan 10% mengalami
terutama pada pasien post operasi orthopedi pada
kesembuhan dengan baik (Depkes RI 2013).
tulang-tulang panjang yang menyebabkan
Sedangkan menurut World Hearth Oraganization
hambatan mobilisasi pasien (Bayhakki, 2008).
(WHO) tahun 2013 menyebutkan bahwa
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti
kecelakaan lalu lintasmencapai 120.2226 kali atau
di Ruang Perawatan Rumah Sakit Umum Daerah
72% dalam setahun.
Jawa Timur jumlah kasus sejak bulan Januari
Menurut Depkes RI tahun 2013, dari sekian sampai Desember 2012 sebanyak 52 kasus retensi
banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur urine dari total 630 pasien atau sekitar (8,25%)
ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki (Hinora, F. 2014).
prevalensi yang [aling tinggi diantara fraktur
Selama kateter urin terpasang, otot detrusor
lainnya yaitu sekitar 426,2%. Dari 45.987 orang
kandung kemih tidak secara aktif
dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat
mengkontraksikan dinding kandung kemih pada
kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada
proses pengosongan urin. Hal ini disebabkan urin
femur, 14.027 orang mengalami fraktur crusis,
mengalir keluar kandung kemih melalui kateter
3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang
urin secara terus menerus sehingga detrusor tidak
mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di
dapat segera merespon untuk mengosongkan
kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.
kandung kemih ketika kateter dilepas. Kondisi ini
Bedah orthopedic adalah suatu tindakan disebut instabilitas detrusor pasca kateterisasi
bedah untuk memulihkan kondisi disfungsi (Black & Hawks, 2005). Instabilitas destrusor ini
musculoskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil, dapat diminimalisir atau diatasi dengan latihan
deformitas, dislokasi sendi, jaringan nekrosis dan kandung kemi yang disebut dengan bladder
terinfeksi, sindrom kompartemen, serta sistem training (Angelia, N, 2016).
muskuloskeletal (Barbara.C. 2006). Pembeahan
Suharyanto (2008) menyatakan bahwa ada 3
orthopedic pada tulang-tulang tertentu
macam metode bladder training yakni kegel
menyebabkan pasien mengalami hambatan
exercise (latihan pengencangan atau penguatan
mobilitas fisik, sehingga sulit untuk berjalan ke
otot-otot dasar panggul), delay urination (menunda
kamar mandi, oleh sebab itu dilakukan
berkemih), dan schedule bathroom trips (jadwal
pemasangan kateter untuk mempermudah miksi
berkemih). Selain itu latihan kandung kemih/
(Bayhakki, 2008).
bladder training mempunyai pengaruh antara lain
Periode waktu selama kateter urin terpasang, memperpanjang waktu untuk mengeluarkan urine,
dapat berada pada tahap praoperasi, intraoperasi meningkatkan jumlah urine yang ditahan oleh
atau pascaoperasi. Selama kateter urin terpasang, kandung kemih, meningkatkan kontrol pada
perawat perlu memperhatikan dan menjaga agar dorongan/ rangsangan berkemih menurut jadwal
urin tetap mengalir dengan lancar, menghindari dan mengurangi/ menghilangkan inkontinensia
adanya tekukan kateter, memantau posisi serta urine (Suharyanto, 2009, hlm.103).
Kemudian pada penelitian yang dilakukan Whitney menunjukkan ada perbedaan antara
oleh Bayhakki dengan judul “Bladder Training metode delay urination pada metode kegel exercise
Modifikasi Cara Kozier Pada Pasien Pasca Bedah dengan p value = 0,041 (p<α).
Orthopedi Yang Terpasang Kateter Urin”, dengan
Berdasarkan uraian masalah yang telah
uji Independent T Test untuk mengetahui
disebutkan diatas, peneliti tertarik untuk
perbedaan lama waktu pada kelompok intervensi
melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan
dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan tidak
pemulihan fungsi miksi antara bladder training
ada perbedaan pola berkemih (p = 1,00) dan
metode kegel exercise dan metode schedule
keluhan berkemih (p =1,00) antara kelompok
bathroom trips pada pasien post operasi orthopedi
intervensi dan kelompok kontrol. Namun, ada
di RS X Kabupaten Y”.
perbedaan signifikan antara lama waktu untuk
berkemih kembali normal pada kelompok
METODOLOGI
intervensi dan kelompok kontrol (p = 0,05)
Penelitian ini menggunakan desain
dengan α = 0,05. Institusi pelayanan perlu
penelitian kausal Komparatif, dengan rancangan
membuat prosedur tetap untuk tindakan bladder
penelitian post test only design. Menurut Wasis
training dan perawat perlu melakukan bladder
(2008), penelitian kausal komparatif adalah
training dengan modifikasi cara Kozier sebelum penelitian yang berusaha menentukan penyebab
kateter urin pasien dilepaskan. dari perbedaan yang ada pada tingkah laku
Penelitian lainnya oleh Ninuk Angelia tahun kelompok. Terdiri dari dua kelompok, pada
2016, yang berjudul “Perbedaan efektifitas kegel kelompok perlakuan I diberikan bladder training
exercise dan delay urination terhadap metode kegel exercise dan kelompok II diberikan
inkontinensia urine di ruang rawat inap penyakit bladder training metode shcedule bathroom trips.
dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Populasi adalah wilayah generalisasi yang
Purwokerto”. Dengan hasil metode yang paling terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
efektif untuk mencegah terjadinya inkontinensia
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
urin yaitu delay urination, dan berdasarkan hasil
kesimpulannya (Sugiono, 2012). Dalam penelitian
analisis dengan p value = 0.0001 yang berarti
ini yang menjadi populasi adalah semua pasien post
terdapat perbedaan signifikan. Pada pembahasan
operasi orthopedi dengan general anestesi di RS X
dijelaskan bahwa delay urination lebih efektif Kabupaten Y. Jumlah populasi dalam penelitian ini
dalam mengurangi inkontinensia karena dapat adalah semua pasien post operasi orthopedi dengan
memberikan waktu lebih lama bagi otot destrusor general anestesi di RS X Kabupaten Y yang
untuk reaktivasi, waktu rangsangan lebih lama berjumlah 25 orang pasien dalam 1 bulan terakhir
daripada kegel exercise. Namu belum ada pada tanggal 1 Maret – 31 Maret tahun 2019.
penelitian tentang kegel exercise dan delay Sampel penelitian adalah sebagian dari
urination terhadap retensi urin pada pasien post keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
operasi. mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Jumlah
pasien post operaso orthopedi dengan general
Sedangkan dalam penelitian Fajrin Dwi A
anestesi di RS X Kabupaten Y pada bulan 1 bulan
tahun 2018, yang berjudul “perbedaan pemulihan
terakhir berjumlah 25 orang. Dari hasil studi
fungsi miksi bladder training kegel exercise dan
pendahuluan tersebut jumlah populasi kurang dari
delay urination pada pasien post operasi orthopedi
100. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana
di RSUD dr. Haryoto Kabupaten Lumajang”. dengan jumlah populasi kurang dari 100, yang
Dengan hasil penelitian menunjukkan pemlihan menggunakan kelompok eksperimen dan
fungsi miksi setelah diberikan delay urination kelompok kontrol, mka jumlah anggota sampel
berada pada kategori baik (13,75), namun nilai masing-masing 10 s/d 20 (Sugiyanto, 2012). Dalam
pada kelompok kegel exercise lebih besar dari penelitian ini besar sampel 12 sampel untuk
kelompok delay urination. Hasil uji statistik Mann kelompok Kegel exercise dan 12 sampel untuk
kelompok schedule bathroom trips. Sampel perlu Aster, dan Asparaga RS X Kabupaten Y
memenuhi kriteria hasil penelitian. pada 16 April – 12 Juni 2019
Pada penelitian ini dilakukan Analisis
univariat terhadap tiap variable dari penelitian dan Kelompok N Mean±sd Median Modus Min. Max.
pada umumnya dalam analisis ini hanya Kegel 12 15,42±0,793 16 16 14 16
Exercise
menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap
Schedule
variable (Sugiyono, 2010), dengan, menghitung Bathroom 12 13,75±2,094 13,5 16 10 16
mean median modus daru pemulihan fungsi miksi Trips
setelah diberikan bladder training pada 2
kelompok pelaku. Analisa univariat pada Pada table 1. Menunjukkan pada pemulihan
penelitian ini adalah kemampuan responden fungsi miksi antara kegel exercise dan schedule
melakukan miksi pada pasien pasca orperasi bathroom trips memiliki selisih mean sebesar 1,67.
orthopedi dengan general anastesi, dengan Pada kelompok kegel exercise memiliki skor
variabel: bladder training metode kegel exercise minimum 14 dan skor maksimum 16, sedangkan
dan schedule bathroom trips. pada kelompok schedule bathroom trips memiliki
Analisis bivariat adalah analisa yang skor minimum 10 dan skor maksimum 16.
dilakukan terhadap dua variable yang diduga ada
hubungan atau karelasi (Sugiyono, 2010). Analisa Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas variable dengan
bivariat ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh one-sample test Kolmogrov-smirnov
Bladder Training metode kegel exercise dan Kelompok N Mean±Std P value Interpretasi Kesimpulan
metode schedule bathroom trips terhadap Kegel 12 15,42±0,793 0,000 > α , data < α (0,05) =
pemulihan fungsi miksi pasien pasca operasi Exercise tidak data tidak
homogen homogen
ortopedi dengan general anastesi.
Schedule 12 13,75±2,094 0,200 > α , data < α (0,05) =
Sebelum dilakukan uji stastik, dilakukan uji Bathroom homogen data tidak
homogenitas varian terlebih dahulu menggunakan Trips homogen
uji Uji kolmograv Smirov (K-S) dan didapatkan
data hasil uji K-S adalah tidak homogent, sehingga Tabel 2. Menunjukkan bahwa nilai
uji statistic yang digunakan adalah Non- signifikan dari test One-sample Kolmogorov-
Parametric test Mann Whitney untuk mengetahui Smimov yakni 0,001 yang berarti lebih kecil dari α
ada tidaknya perbedaan antara dua kelompok (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data tidak
sampel yaitu kelompok yang dilakukan bladder homogen atau data berdistribusi tidak normal.
training metode kegel exercise dengan kelompok Sehingga uji selanjutnya akan dilakukan uji Mann-
yang dilakukan schedule bathroom trips.. Whitney untuk uji beda pada data kegel exercise
Untuk taraf signifikasi menggunakan 0,05 dan schedule bathroom trips.
dengan pengambilan keputusan jika signifikasi >
0,05 Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh Tabel 3. Hasil Tabulasi silang dan uji statistic
bladder training metode kegel exercise dan metode responden pemulihan fungsi miksi pada
schedule bathroom trips terhadap pemuliah fungsi kelompok kegel exercise dan kelompok
miksi pada pasien post operasi orthopedi dengan schedule bathroom trips di Ruang
general anastesia dan apabila nilai signifikasi ≤ Kenanga, Alamanda, dan Asparaga RS X
0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada pengaruh Kabupaten Y pada 16 Mei – 12 Juni
pengaruh bladder training metode kegel exercise 2018.
dan metode schedule bathroom trips pada pasien
post operasi ortopedi dengan general anastesia Pemulihan Fungsi Miksi (P)
(Sugiono, 2012). Value
Kelompok Total
HASIL PENELITIAN Baik % Cukup % Uji
Mann
Tabel 1. Hasil Analisis Skor Pemulihan Fungsi Whitney
Miksi di Ruang Kenanga, Alamanda,
Kegel 12 100% 0 0% 12 kandung kemih, sehingga fungsi miksi dapat pulih
Exercise secara optimal. Kemungkinan lain yang
Schedule
menyebabkan kelompok ini keseluruhannya dalam
pemulihan fungsi miksi baik adalah karena jumlah
Bathroom 9 25% 3 75% 12 0,041 responden laki-laki lebih banyak dari pada
Trips perempuan pada kelompok kegel exercise, tenaga
Total 21 3 24 untuk mengkontraksikan otot dasar panggulnya
lebih kuat dari tenaga perempuan.
Indicator pemulihan fungsi miksi pada
Tabel 3. Didapatkan pemulihan fungsi miksi kelompok kegel exercise, yang mendapat nilai
dengan menggunakan uji Mann-Whitney dengan maksimal adalah indikator kemudahan memulai
bantuan SPSS didapatkan hasil uji signifikan berkemih. Keseluruhan responden mengalami
sebesar 0,041 dengan tingkat signifikan 0,05 kemudahan berkemih setelah diberi perlakuan
karena p value <0,05, maka Ho ditolak atau ada kegel exercise. Kemudahan berkemih yang
perbedaan bladder training kegel exercise dan dimaksud disini adalah reponden tidak
schedule bathroom trips terhadap pemulihan membutuhkan tenaga bantuan dari responden
fungsi miksi pada pasien post operasi orthopedi di sendiri atau mengejan. Menurut peneliti, hal ini
RS X Kabupaten Y. disebabkan oleh latihan kontraksi dan relaksasi otot
destrusor yang sudah dilakukan, sehingga otot-otot
PEMBAHASAN destrusor dan sfingter berfungsi kembali dengan
Pada pembahasan, peneliti akan normal.
memaparkan hasil pengujian pemulihan fungsi Kegel exercise adalah serangkaian latihan
miksi setelah dilakukan bladder training pada 2 otot panggul yang dilakukan untuk memperkuat
kelompok, yakni kelompok kegel exercise dan otot-otot dasar panggul. Kegel exercise adalah
kelompok schedule bathroom trips. Serta hasil latihan-latihan pada otot-otot prlvis dengan cara
analisis perbedaan bladder training metode kegel mengerutkan (kontraksi) dan mengendurkan
exercise dan schedule bathroom trips terhadap (relaksasi) yang dilakukan secara kontinyu atau
pemulihan fungsi miksi pada pasien post operasi berulang ulang (Roger, 2008, dalam Angelia,
orthopedi di RS X Kabupaten Y. 2016). Dilakukan latihan ini memungkinkan pasien
Berdasarkan hasil observasi ini dapat menahan dan mengeluarkan urin secara
menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel yang adekuat.
diberikan bladder training kegel exercise, Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
pemulihan fungsi miksi pada pasien post operasi penelitian yang dilakukan oleh Bayhakki, dkk
orthopedic mencapai 100% selisih skor minimum (2008), dengan judul bladder training modifikasi
dan maksimum pada kelompok kegel exercise ini
cara kozier pada kegel exercise memberikan waktu
adalah 2 skor. yang lebih cepat untuk berkemih kembali normal
Menurut analisis peneliti, penyebab daipada bladder training dengan metode delay
pencapaian baik ini adalah oleh latihan kegel urination. Hasil uji kelompok intervensi dan lama
exercise yang dianjurkan oleh peneliti. Dimana
waktu kelompok kontrol (p = 0,005). Hal ini dapat
peneliti mengajarkan dan membimbing cara terjadi karena bladder training metode kegel
latihan mengejan dan menahan kencing dengan exercise memberikan kesempatan latihan kandung
tehnik yang tepat, yaitu mengejan dan menahan kemih yang lebih banyak dari pada bladder training
otot-otot perkemihan dan salurannya, bukan pada delay urination, dimana metode kegel exercise
otot dubur. Faktor penyebab lainnya adalah lebih sering merangsang kandung kemih untuk
responden-responden yang kooperatif dalam berkontraksi, sedangkan metode delay urination
pelaksanaan latihan, latihan yang dilakukan tepat hanya dua kali memberikan rangsangan ke
waktu dan tepat metodenya, dan factor paling kandung kemih (Bayhakki dkk, 2008). Kegel
mendasar adalah pelatihan kegel exercise itu exercise terbukti secara signifikan meningkatkan
langsung menggerakkan otot-otot destrusor kekuatan otot dasar panggul dan mengurangi resiko
inkontinensia. ke seluruh otot destrusor, dari satu sel ke sel otot
Berdasarkan hasil observasi penelitian ini berikutnya sehingga terjadi kontraksi seluruh
menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel kandung kemih dengan segera (Guyton & Hall,
pada kelompok schedule bathroo trips yang 1997 dalam Angelia, 2016).
dilakukan pemulihan fungsi miksi terbanyak Perbedaan pemulihan fungsi miksi antara
adalah kategori baik, dan sebagian kecilnya adalah bladder training metode kegel exercise dan
masuk dalam kategori pemulihan fungsi miksi. schedule bathroom trips pada pasien post operasi
Menurut analisis peneliti, penyebab dari orthopedi didapatkan hasil analisis data
didapatkannya hasil pemulihan fungsi miksi baik menunjukkan bahwa nilai signifikan (p value) dari
adalah karena pada kelompok schedule bathroom uji Mann Whitney sebesar 0,041 < α, karena nilai p
trips ini diberikan tindakan yang diberikan oleh < 0,05, maka dapat diartikan bahwa terdapat
peneliti sesuai dengan SOP, sedangkan penyebab perbedaan yang signifikan antara bladder training
yang mengakibatkan masih adanya kategori metode kegel exercise dan schedule bathroom trips
penilaian pemulihan fungsi miksi cukup adalah terhadap pemulihan fungsi miksi. Hasil rata-rata
tidak adanya pergerakan yang melatih otot-otot tertinggi skor pemulihan fungsi miksi yaitu pada
detrusor kandung kemih secara langsung dari kelompok kegel exercise dengan skor 1,67 lebih
responden. Pergerakan atau kontraksi pada otot banyak dari kelompok schedule bathroom trips.
detrusor pada schedule bathroom trips ini Median pada kelompok schedule bathroom trips
merupakan kontraksi yang tidak disadari oleh yaitu 13,5 dan kelompok kegel exercise yaitu 16,
responden. Keluhan yang masih dialami keduanya berbeda pada kelas pemulihan fungsi
responden kelompok schedule bathroom trips miksi baik. Ditinjau perhitungan skor,
sebagian besar adalah pada aspek sensasi si menunjukkan bahwa secara umum kedua metode
akhir/sisa. Responden masih meraskaan ketidak bladder training kegel exercise bermanfaat untuk
puasan setelah miksi, dan masih ada urin yang mengembalikan kemampuan fungsi miksi setelah
menetes di akhir, sehingga mempengaruhi kateter dilepas.
indicator lain yakni indicator memulai berkemih, Pendapat peneliti mengenai hasil penelitian
dimana membutuhkan bantuan tenaga dari ini adalah pada bladder training metode kegel
responden sendiri untuk mengeluarkan urin sisa exercise, pasien dapat dengan secara langsung
tersebut dengan cara mengejan. menggerakkan (mengkontraksikan dan
Dengan diberikan bladder training schedule merelaksasikan) otot-otot perkemihan, latihan ini
bathroom trips ini memungkinkann kandung juga dilakukan secara rutin 2 kali sehari selama 2
kemih untuk mengosongkan isinya. Latihan hari sebelum pelepasan kateter dan didampingi
berkemih dengan jadwal berkemih ini dapat oleh peneliti. Hal itu menyebabkan pemulihan
merangsang otot kandung kemih dan sfingter fungsi miksi dapat kembali pulih secara normal
kandung kemih saat berkemih agar berfungsi yang dinilai berdasarkan 4 indikator kemampuan
optimal dan memungkinkan pasien tidak berkemih. Dibuktikan oleh hasil penelitian yang
mengalami inkontinensia urin post kateterisasi. memperoleh 100% kelompok kegel exercise
Pada kandung kemih terdapat otot polos disebut mendapatkan pemulihan fungsi miksi secara baik.
otot destrusor. Serat-serat ototnya meluas ke Didapatkan selisih rata-rata skor 1m67 lebih kecil
segala arah dan bila berkontraksi dapat daripada kegel exercise. Menuru peneliti, hal ini
meningkatkan tekanan dalam kandung kemih. disebabkan pada metode ini pasien hanya di target
Dengan demikian, kontraksi otot destrusor adalah untuk merasakan sensasi miksi daja, setelah terasa
langkah terpenting untuk mengosongkan kandung ingin miksi, ikatan pada kateter dilepas dan tidak
kemih. Urin yang dikumpulkan untuk memenuhi ada pelatihan kontraksi secara langsung yang
kandung kemih menyebabkan sel-sel otot polos dirasakan pasien. Hal yang mendukung lainnya
dari otot destrusor terangkai satu sama lain adalah kemungkinan karena sampel penelitian ini
sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah adalah pasien post oeprasi orthopedi, bukan pada
dari satu sel otot ke sel oto lain. Oleh karena itu system perkemihan terkait pemulihan fungsi miksi
potensial aksi dari korteks serebri dapat menyebar post pelepasan kateter yang dipasang selama 5 hari.
Penyebab lain adalah karena jumlah responden Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
laki-laki lebih banyak dari pada perempuan pada (Journal). Purwokerto: Universitas
kelompok kegel exercise daripada kelompok Muhammadiyah Purwokerto.
schedule bathroom trips, sehingga tenaga untuk Bayhakki, Krisna Yetti, Mustikasari. 2008.
mengkontraksikan otot dasar panggulnya lebih Bladder Training Modifikasi Cara Kozier
kuat dari tenaga perempuan. Pemilihan hari Pada Pasien Pascabedah Orthopedi Yang
oerlakuan yang diberikan peneliti juga Terpasang Kateter Urin (Journal). Jurnal
mendukung keberhasilan pada kelompok kegel Keperawatan Indonesia, Volume 12, N0. 1.
exercise, yaknik pada hari 4 dan 5 post operasi Black, J.M. & Hawks, J.H. (2005). Medical
orthopedi, dimana hari tersebut respon nyeri pada Surgical Nursing Clinical Management For
area operaso dimungkinkan sudah berkurang Positive Outcomes (7th ed). St. Louis:
sehingga responden dapat latihan dengan baik Elsevier.
tanpa terganggu oleh nyeri area operasi. Depkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar –
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
KESIMPULAN Diakses dari:
Berdasarkan hasil penelitian tentang http://www.depkes.go.id/resource/download
perbedaan pemuliahn fungsi miksi antara bladder /general/hasil%20riskesdes%202013.Pdf.
training metode kegel exercise dan metode Diakses pada 28 januari 2018.
schedule bathroom trips pada pasien post operasi Hinora, F. 2014. Pengaruh Bladder Training
orthopedi dengan generak anestesi di RS X Terhadap Kemampuan Berkemih Pada
Kabupaten Y, dapat diambil kesimpulan bahwa Pasien Pria Dengan Retensi Urine (Journal)
kelompok schedule bathroom tripsdapat dikatakan Buletin Saputra, Vol.1 (1).
pemulihan fungsi miksi terbanyak adalah kategori Perry & Potter, (2010) Fundamental
baik, yaitu sebanyak 9 responden (75%) dan Keperawatan, Buku 3, Edisi 7. Jakarta:
responden yang pemulihan miksinya cukup 3 Salemba Medika.
responden (25%) dengan askpek yang belum Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset
terpenuhi yakni sensasi di akhir atau sisa urine. Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta: Graha
Sedeangkan pada kelompok kegel exercise Ilmu.
dari 12 responden keseluruhan mencapai kategori Smeltzer, S.C., & Bare, B.B. (2013). Buku Ajar
pemulihan fungsi miksi baik (100%). Faktor Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
pendukung adalah responden-responden yang Sudarth. Volume 1. Jakarta: EGC.
kooperatif dalam pelaksanaan latihan, latihan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
yang dilakukan tepoat waktu dan tepatnya Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV
metodenya, dan faktor yang paling mendasar Alfabeta.
adalah pelatihan kegel exercise itu langsung Suharyanto, Abdul Madjid. 2008. Asuhan
menggerakkan otot-otot destrusor kandung kemih, Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
sehingga fungsi miksi dapat pulih secara optimal. Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Indo
Ada perbedaan bladder tarining metode Medika.
kegel exercise dan schedule bathroom trips
terhadap pemulihan fungsi miksi pada uji Non-
parameric test mann-Whitney menggunakan SPSS
dengan p value sebesar 0,041 dan α = 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

Angelia, N. 2016. Jurnal: Perbedaan Efektifitas


Kegel Exercise Dan Delay Urination
Terhadap Inkontinensia Urine Di Ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Prof.

Anda mungkin juga menyukai