PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas sistem
penyesuaian dalam merespon ancaman. Renspon itu bersifat jangka pendek
yang disebut mekanisme penyesuaian (coping mechanism) atau yang lebih
jangka panjang yang dikenal sebagai mekanisme adaptasi (adaptatif
mechanism). Mekanisme dalam menghadapi perubahan dalam jangka pendek
terutama bertujuan untuk mengakses kebutuhan hidup dasar: keamanan,
sandang, pangan, sedangkan jangka panjang bertujuan untuk memperkuat
sumber-sumber kehidupannya.
Masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin mencuat ke
permukaan,baik yang disebabkan oleh proses alam itu sendiri maupun yang
disebabkan karena ulah manusia di dalam membangun sarana dan memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kasus-kasus mengenai perubahan tata guna lahan di
daerah tangkapan air hujan di hulu menjadi padat penduduk karena berubah
menjadi pemukiman. Hal tersebut berdampak pada banjir yang sering terjadi di
daerah bawahnya atau daerah hilir. Konversi lahan ini sedikit banyak telah
berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan.
Oleh karena itu di dalam proses pembangunan tidak dengan sendirinya
mengurangi risiko terhadap bahaya alam. Sebaliknya tanpa disadari
pembangunan dapat menciptakan bentuk-bentuk kerentanan baru atau
memperburuk kerentanan yang telah ada. Persoalan-persolaan yang muncul
sebagai akibat dari proses pembangunan ini perlu diarahkan pada suatu
paradigma pembangunan yang ramah lingkungan, yaitu “pembangunan yang
berkelanjutan” maka pembangunan tersebut harus didasarkan atas pengetahuan
yang lebih baik tentang karakteristik alam dan manusia (masyarakat).
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan
kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya
bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua
bukan masalah yang mudah. Dalam arti mudah difahami dan mudah diterima
1
2
oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja harta yang dikumpulkan sedikit
demi sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.
Rumusan Masalah
1. Apa pengantar analisis resiko bencana ?
2. Apa pengertian resiko bencana, bahaya dan kerentanan?
3. Apa saja jenis-jenis bencana ?
4. Apa saja faktor penentu resiko bencana?
5. Bagaimana tujuan analisis resiko bencana?
6. Bagaimana langkah-langkah analisis resiko?
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum untuk mengetahui konsep tentang pengelolaan/
penanganan bencana di berbagai fase (Pre, saat, dan pasca) bencana.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengantar analisis resiko bencana.
b) Untuk mengetahui pengertian resiko bencana, bahaya dan kerentanan.
c) Untuk mengetahui jenis-jenis bencana.
d) Untuk mengetahui faktor penentu resiko bencana.
e) Untuk mengetahui tujuan analisis resiko bencana.
f) Untuk mengetahui langkah-langkah analisis resiko.
Manfaat Makalah
Diharapkan manfaat dari pembahasan ini adalah dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang pengelolaan dan penanganan bencana diberbagai
fase (Pre, saat, pasca) bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ancaman Kerentanan
Bencana
Kapasitas
3
4
2007). Bencana dapat dibedakan menjadi dua yaitu bencana oleh faktor alam
(natural disaster) seperti letusan gunungapi, banjir, gempa, tsunami, badai,
longsor, dan bencana oleh faktor non alam ataupun faktor manusia (man-made
disaster) seperti konflik sosial dan kegagalan teknologi.
Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif attas sistem
penyesuaian dalam merespon ancaman (Paripurno, 2002). Renspon itu bersifat
jangka pendek yang disebut mekanisme penyesuaian (coping mechanism) atau
yang lebih jangka panjang yang dikenal sebagai mekanisme adaptasi (adaptatif
mechanism). Mekanisme dalam menghadapi perubahan dalam jangka pendek
terutama bertujuan untuk mengakses kebutuhan hidup dasar: keamanan,
sandang, pangan, sedangkan jangka panjang bertujuan untuk memperkuat
sumber-sumber kehidupannya (Paripurno, 2002).
Bahaya (hazard) adalah suatu fenomena fisik, fenomena, atau aktivitas
manusia yang berpotensi merusak, yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa
atau cidera, kerusakan harta-benda, gangguan sosial dan ekonomi atau
kerusakan lingkungan (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007) atau peristiwa kejadian
potensial yang merupakan ancaman terhadap kesehatan, keamanan, atau
kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat atau kesatuan
organisasi pemerintah yang selalu luas (Lundgreen, 1986).
Kerentanan (vulnerability) adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh
faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
meningkatkan kecenderungan (susceptibility) sebuah komunitas terhadap
dampak bahaya (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007). Kerentanan lebih
menekankan aspek manusia di tingkat komunitas yang langsung berhadapan
dengan ancaman (bahaya) sehingga kerentanan menjadi faktor utama dalam
suatu tatanan sosial yang memiliki risiko bencana lebih tinggi apabila tidak di
dukung oleh kemampuan (capacity) seperti kurangnya pendidikan dan
pengetahuan, kemiskinan, kondisi sosial, dan kelompok rentan yang meliputi
lansia, balita, ibu hamil dan cacat fisik atau mental. Kapasitas (capacity) adalah
suatu kombinasi semua kekuatan dan sumberdaya yang tersedia di dalam
6
Gambar 2.2 Bencana Gunung Merapi, Jawa Tengah yang meletus pada tahun 2010
8
2. Bencana non-Alam :
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit. Bencana non-alam termasuk terorisme
biologi dan biokimia, tumpahan bahan kimia, radiasi nuklir, kebakaran,
ledakan, kecelakaan transportasi, konflik bersenjata, dan tindakan perang.
Sebagai contoh gambar 3 adalah gambaran bencana karena kegagalan
teknologi di Jepang, yaitu ledakan reaktor nuklir.
a) Pencegahan
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari
ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan.
Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman
dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan menyebarkan energy
atau material ke wilayah yang lebih luas atau melalui waktu yang lebih
panjang (Smith, 1992). Cuny (1983) menyatakan bahwa pencegahan
bencana pada masa lalu cenderung didorong oleh kepercayaan diri yang
berlebihan pada ilmu dan teknologi pada tahun enam puluhan; dan oleh
karenanya cenderung menuntut ketersediaan modal dan teknologi.
Pendekatan ini semakin berkurang peminatnya dan kalaupun masih
dilakukan, maka kegiatan pencegahan ini diserap pada kegiatan
pembangunan pada arus utama.
b) Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada
pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian
mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-
langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian dan
pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan
untuk menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan,
mengatur dan menyebarkan energy atau material ke wilayah yang lebih
luas atau melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992).
Kejadian bencana terhadap kehidupan dengan cara-cara alternatif
yang lebih dapat diterima secara ekologi (Carter, 1991). Kegiatan-
kegiatan mitigasi termasuk tindakan-tindakan non-rekayasa seperti
upaya-upaya peraturan dan pengaturan, pemberian sangsi dan
penghargaan untuk mendorong perilaku yang lebih tepat, dan upaya-
upaya penyuluhan dan penyediaan informasi untuk memungkinkan orang
mengambil keputusan yang berkesadaran. Upaya-upaya rekayasa
11
Vulnerability / Kerentanan
Kerentanan didefinisikan sebagai sekumpulan kondisi dan atau suatu
akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang
berpengaruh buruk terhadap upaya - upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana. Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan atau sifat/perilaku manusia
atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau
ancaman (BNPB, 2008). Kerentanan ini dapat berupa:
1. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya
tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan struktur bangunan
rumah, jalan,jembatan bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa,
adanya tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran
sungai dan sebagainya.
2. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan
tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya.
3. Kerentanan Sosial
Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan
terhadap ancaman bahaya, kondisi demografi (jenis kelamin, usia,
kesehatan, gizi, perilaku masyarakat, pendidikan) kekurangan pengetahuan
tentang risiko bahaya dan bencana akan mempertinggi tingkat kerentanan,
demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga
mengakibatkan rentan terhadap ancaman bencana.
4. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan.
Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu
terancam bahaya kekeringan, Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau
pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan
sebagainya. Kerentanan masyarakat berkaitan dengan seberapa besar
kemampuan (capacity) kekuatan tingkat persiapan masyarakat terhadap
kejadian yang menjadi penyebab bencana.
14
Capanility/ Kemampuan
Kemampuan adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan,
keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah,
mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu
kedaruratan dan bencana.
Kemampuan adalah kondisi masyarakat yang memiliki kekuatan dan
kemampuan dalam mengkaji dan menilai ancaman serta bagaimana masyarakat
dapat mengelola lingkungan dan sumberdaya yang ada, dimana dalam kondisi
ini masyarakat sebagai penerima manfaat dan penerima risiko bencana menjadi
bagian penting dan sebagai actor kunci dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengurangi risiko bencana dan ini menjadi suatu kajian dalam melakukan
manajemen bencana berbasis masyarakat (Comunity Base Disaster Risk
Management).
Risiko (risk)
Risiko (risk) adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau
kerugian yang sudah diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya orang-orang,
terganggunya harta benda, penghidupan dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya
lingkungan) yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara bahaya yang
ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta kondisi yang rentan (ISDR,
2004). Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban
manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yg disebabkan oleh bahaya tertentu
di suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Resiko biasanya dihitung secara
matematis, merupakan probabilitas dari dampak atau konsekwensi suatu
bahaya (Affeltrnger, 2006). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa risiko
adalah kemungkinan kerugian yang dapat diperkirakan akibat kerusakan alam,
kesalahan manusia serta kondisi rentan.
Faktor Penentu Risiko Bencana
Tingkat penentu resiko bencana disuatu wilayah dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu ancaman, kerentanan dan kapasitas. Dalam upaya pengurangan resiko
bencana (PRB) atau disaster risk reduction (DRR), ketiga faktor tersebut yang
15
Sosial:
a) Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku
masyarakat) terhadap ancaman bencana
Ekonomi:
a) Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di
wilayahnya
Lingkungan:
a) Tingkat ketersediaan / kelangkaan sumberdaya (lahan, air, udara) serta
kerusakan lingkungan yan terjadi.
3. Kapasitas (Capacity) = C
Kapasitas adalah ke kuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu
dan lingkungan yang mam pu mencegah, melakukan mitigasi, siap
menghadapi dan pulih dari akibat bencana d engan cepat.
4. Risiko bencana (Risk) = R
Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya
yang ada. Ancaman bahaya ala m bersifat tetap karena bagian dari dina
mika proses alami, sedangkan tingkat kerentanan dapat dikurangi s ehingga
k emampuan dalam menghadapi ancaman bencana semakin meningkat.
Prinsip atau konsep y ang digunakan dalamp enilaian risiko bencana adalah:
R=H×V
C
R=Risiko Bencana
H = Hazard (bahaya)
V = Vulnerability (kerentanan)
C = Capacity (kemampuan)
Tujuan Analisa Resiko Bencana
Pengurangan Risko Bencana dimaknai sebagai sebuah proses
pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi
bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian,
perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat, serta pelibatan
dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana
17
sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Tujuannya agar komunitas mampu
mengelola risiko, mengurangi, maupun memulihkan diri dari dampak bencana
tanpa ketergantungan dari pihak luar. Dalam tulisan siklus penanganan bencana
kegiatan ini ada dalam fase pra bencana .
Fokus kegiatan Pengurangan Risiko Bencana secara Partisipatif dari
komunitas dimulai dengan koordinasi awal dalam rangka membangun
pemahaman bersama tentang rencana kegiatan kajian kebencanaan, yang
didalamnya dibahas rencana pelaksanaan kajian dari sisi peserta, waktu dan
tempat serta keterlibatan tokoh masyarakat setempat akan sangat mendukung
kajian analisa kebencanaan ini. Selain itu juga di sampaikan akan Pentingnya
Pengurangan Risko Bencana mengingat wilayah kita yang rawan akan
bencana.
Kegiatan PDRA di suatu wilayah diawali dengan memberikan
pemahaman tentang Pengurangan Risiko Bencana berbasis masyarakat yaitu
upaya yang dilakukan sendiri oleh masyarakat untuk menemukenali ancaman
yang mungkin terjadi di wilayahnya dan menemukenali kerentanan yang ada di
wilayahnya serta menemukenali potensi/kapasitas yang dimiliki untuk
meredam/mengurangi dampak dari bencana tersebut. Setelah menemukan
kenali ancaman, kerentanan, dan Kapasitas yang ada di masyarakat maka perlu
dianalisis untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat mampu mengurangi
risiko bencana itu dengan menggunakan rumus Ancaman x Kerentanan dibagi
dengan Kapasitas.
Pengenalan kerentanan
b) Analisa kerentenan
1) Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat/mahasiswa
berupa daya tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan
diri nya dalam menghadapi kabut asap yang ditimbulkan dari
kebakaran
2) Kerentanan Ekonomi
Poltkkes pasti banyak akan merasa rugi akibat banyak dokumen yang
terbakar dan alat kesehatan yang terbakar
3) Kerentanan Sosial
21
Kesimpulan
Bencana (disaster) merupakan fenomena sosial akibat kolektif atas sistem
penyesuaian dalam merespon ancaman. Respon itu bersifat jangka pendek yang
disebut mekanisme penyesuaian (coping mechanism) atau yang lebih jangka
panjang yang dikenal sebagai mekanisme adaptasi (adaptatif mechanism).
Tingkat penentu resiko bencana disuatu wilayah dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu ancaman, kerentanan dan kapasitas. Dalam upaya pengurangan resiko
bencana (PRB) atau disaster risk reduction (DRR), ketiga faktor tersebut yang
menjadi dasar acuan untuk dikaji guna menentukan langkah-langkah dalam
pengelolaan bencana.
Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan harus tanggap terhadap resiko terjadinya
bencana dan mampu untuk melakukan hal-hal yang dapat mengatasi resiko
bencana. Dan sebagai pembaca bisa menerapkan cara-cara menangulangi
resiko bencana.
22
DAFTAR PUSTAKA