SKRIPSI
Oleh
Suhasti Nursaputri
NIM. 6411411185
2015
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
April 2015
ABSTRAK
Suhasti Nursaputri
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR pada
Wanita Hipertiroid Kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2014
ii
Public Health Department
Sport Science Faculty
Semarang State University
April 2015
ABSTRACT
Suhasti Nursaputri
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar
sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil penelitian manapun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya
dijelaskan di dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Penyusun
iv
PERSETUJUAN
Menyetujui ,
Pembimbing
Mengetahui ,
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, dan bahwa
Hanya mereka yang berani mengambil resiko untuk melangkah lebih jaulah yang
Ibu dari semua keahlian adalah repetisi (pengulangan) dan ayahnya adalah
Impian tidak akan menggerakkan seseorang untuk maju, alasan kuat dibalik
PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada Wanita Hipertiroid Di
terlepas dari bantuan berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih
kepada:
Negeri Semarang, Drs. Tri Rustiadi, M.Kes, atas ijin penelitian yang diberikan.
penelitian.
viii
4. Pembimbing skripsi, drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M.Sc. atas
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu
6. Staf Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Keolahragaan dan staf TU Jurusan Ilmu
7. Kepala Kesatuan bangsa Politik Kabupaten Magelang atas ijin penelitian yang
diberikan.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang atas ijin penelitian yang diberikan.
diberikan.
10. Ayah (Bapak Supadiyatno), Ibu (Ibu Siti Khopsoh), serta Adik ( Dwi Irna
Budiarti) tersayang atas bimbingan, kasih sayang, dukungan dan motivasi serta
11. Seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, atas
ix
12. Teman-temanku Luluk, Nuzi, Tri, Dina, Nia, Ryan , Mb. Jenny, Charisna, Bunga,
Linda dan seluruh teman-teman Kos Arista atas motivasi, dukungan dan doa
13. Keluarga Bapak Karjani, Bapak Rudi Dinkes, Ibu Puji , ibu Rumi, ibu bidan
Asih dan keluarga bapak-ibu responden penelitian atas segala bantuan dan dukungan
selama penelitian.
14. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
PERSETUJUAN ............................................................................................. v
PENGESAHAN .............................................................................................. . vi
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 13
2.1.1.2 Klasifikasi...................................................................................... 13
2.1.2.2 Klasifikasi..................................................................................... 25
xi
3.2.1 Variabel Bebas .............................................................................. 48
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Kadar Normal Pemeriksaan FT4, FT3, TSHs dan Masa
Kehamilan……………………………………………. 29
xiii
Tabel 4.13 : Distribusi Status Anemia……………………………… 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB
gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan angka sebesar 34 per 1000 kelahiran
hidup dan menurun pada tahun 2012 yaitu sebesar 32 kematian per 1000
kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Hal ini
(SDKI, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2009 terdapat 5 juta
kematian bayi setiap tahun dengan angka kematian bayi (kematian dalam 28 hari
pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan 98% kematian
1
2
Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa
dunia tampak hampir sama. AKB di Indonesia bila dibandingkan dengan AKB di
tinggi yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina
dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (Depkes RI, 2008).
AKB di Provinsi Jawa Tengah sampai triwulan 3 tahun 2014 menurut hasil
10,62 per 1000 kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2011 yaitu sebesar 10,34
(SKD) di tahun 2012, AKB kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,75
per 1000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2013
yaitu sebesar 10,41 per 1000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi Jawa Tengah
memiliki angka yang sama dari angka standar nasional yaitu sebesar 32 per 1000
kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKB di Provinsi Jawa Tengah
Organization (WHO) yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 antara
lain asfiksia, BBLR, infeksi, sepsis, dan kelainan kongenital. Sebesar 27% AKB
disebabkan oleh bayi dengan berat badan lahir rendah (State Of The World’s
Mother, 2007).
3
angka kematian bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup dimana
penyebab kematian bayi adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia,
kehamilan ataupun lahir prematur. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah
organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi
(Proverawati, 2010).
BBLR di Indonesia masih terdapat 10,2% dan pada tahun 2010 yaitu sebesar
11,1%. Hal ini menunjukkan bahwa presentase bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) ini menurun landai akan tetapi masih menjadi kebijakan
Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada laporan
triwulan III tahun 2014 sebanyak 2.165 kasus, tahun 2013 sebanyak 20,912
(3,75%) memiliki nilai yang sama dengan tahun 2012. Jumlah BBLR tahun 2012
sebanyak 21,573 (3,75%), tahun 2011 yang sebanyak 21,184 (3,73%) dan
tahun 2010 sebanyak 15,631 (2,69%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
4
jumlah BBLR di Provinsi Jawa Tengah ( Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2014).
Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan
dan puskesmas se Kabupaten Magelang sampai triwulan III tahun 2014 sebesar
815 (4.54%). Jumlah BBLR pada tahun 2013 sebesar 911 (4,8%), tahun 2012
sebesar 862 (4,3%) dan tahun 2011 sebesar 932 (4,6 %) bayi. Hal ini
Jumlah BBLR di Provinsi Jawa Tengah tampak lebih tinggi yaitu sebesar 4,55% (
Menurut Dimitry Garry (2013), bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
merupakan salah satu komplikasi kehamilan dari wanita hamil yang mengalami
yaitu sebesar 0,1-0,4% dan 85% dalam bentuk penyakit Graves/gondok. Penyakit
gondok muncul akibat kerja kelenjar tiroid yang bekerja keras untuk mencukupi
kekurangan unsur iodium yang terdapat di dalam tanah maupun air yang terkikis
saat banjir, banjir lahar dingin maupun letak geografis suatu daerah yaitu didaerah
sebesar 9,68% dan di tahun 2003 yaitu sebesar 13,35% dengan indikator Total
5
Goiter Rate (TGR). Tingkat endemisitas di Kabupaten Magelang pada tahun 2004
sebesar 9,5% dan di tahun 2003 sebesar 19,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
lebih tinggi di tahun 2003 masih dalam kategori endemis berat dan menurun
landai pada tahun 2004 menjadi endemis sedang. Berdasarkan data UPT
kapsul iodium pada kelompok rawan di daerah endemik GAKI yaitu wanita usia
subur (WUS) dan ibu hamil yang dilakukan setiap tahunnya mulai tahun 2004
maka pada tahun 2010 mengalami penurunan angka endemisitas menjadi 20%
Dampak jangka panjang dari pemberian kapsul iodium secara massif dan terus
tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari
fungsi produksi hormon tiroid yang berlebihan. Apabila seorang wanita usia
subur (WUS) dan ibu hamil mempunyai riwayat hipertiroid maka akan
berdampak pada perkembangan janin didalam rahim. Saat wanita usia subur
(WUS) dan ibu hamil mengalami hipertiroid maka akan terjadi peningkatan
6
dan FT4 >2 nano gram/dl. Penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan
darah dan telah diukur sebelumnya melalui skala penegakan diagnosis hipertiroid
pada ibu hamil pada tahun 2012 sebesar 80 orang (16%) , tahun 2013 sebanyak
49 orang (11,47%) dan tahun 2014 sebesar 25 orang (5,5%) positif hipertiroid
nilai yang lebih tinggi dari rentang nasional (0,04-1,4%) dan masih menjadi
serum ibu hamil sebagai indikator penegakan kejadian hipertiroid masih menjadi
Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Pada Wanita
1.2.Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah: “Faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan
kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) pada wanita hipertiroid kehamilan di
sebagai berikut :
7 Adakah hubungan antara status anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR?
1.3.Tujuan Penelitian
dengan kejadian kelahiran Berat Bayi Lahir Rendah ( BBLR ) pada wanita hipertiroid
BBLR.
7. Mengetahui hubungan antara status anemia ibu hamil dengan kejadian BBLR.
9
1.4.Manfaat Penelitian
berpartisipasi dalam melakukan deteksi dini tanda dan gejala hipertiroid serta
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi Dinas
masyarakat khususnya pada ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) yang
penelitian selanjutnya.
10
sekunder hasil pemeriksaan TSH serum ibu, karakteristik ibu hamil (usia,
paritas, jarak kelahiran, LILA, kenaikan BB, dan status anemia) berdasarkan
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari s.d April
2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir
dengan berat kurang dari 2.500 gram. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
yaitu neonatus atau kelahiran bayi dengan berat saat kelahiran kurang dari 2.500
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir. Bayi prematur (preterm) termasuk
dalam klasifikasi bayi BBLR yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu yang disebut berat badan rendah prematur dan bayi yang lahir
dengan usia kehamilan 37 minggu yang disebut pertumbuhan janin terhambat atau
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram
13
14
c. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), berat lahir kurang dari
1.000 gram
kehamilannya.
b. Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
kehamilanya.
Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Manuaba, 2007) :
c. Bayi dengan berat badan rendah, kurang dari dari 2.500 gram / 1.500-
2.500 gram
d. Bayi dengan berat badan sangat rendah, kurang dari 1.500 gram
e. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah, kurang dari 1.000 gram
Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi, dihitung dari hari pertama haid terakhir
a. Bayi kurang bulan (preterm), adalah bayi dengan masa kehamilan kurang
b. Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 –
c. Bayi lebih bulan (post-term), adalah bayi dengan masa kehamilan lebih 42
Gambar 2.1. Klasifikasi Neonatus Dengan Berat Lahir Dan Usia Kehamilan
Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120
juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
bayi baru lahir (usia dibawah 1 bulan) dan setiap 6 menit terdapat 1 bayi baru
adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%) dan lain-lain 44% (JNPK-
KR, 2008).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008 –2012)
bahwa semua angka kematian bayi dan balita hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI
2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000
kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran
hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus. Pada tahun 2012
Papua Barat dengan jumlah kematian 67 jiwa dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa
(SDKI, 2012).
Persentase berat badan bayi baru lahir anak balita menurut karakteristik
tinggi daripada laki-laki (9,2%). Presentase BBLR tahun 2013 sebesar (10,2%).
tertinggi pada anak balita dengan kepala rumah tangga yang tidak bekerja
Menurut Rustam Mochtar (1998) frekuensi bayi dengan berat badan lahir
berkisar antara 10-43%. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah
1:4. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding bayi
(BBLR)
kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang dapat
Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) secara
1. Faktor Ibu
a. Umur Kehamilan
adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam rahim. Ditinjau dari
umur atau usia kehamilan dibagi dalam 3 bagian yaitu sebagai berikut:
Artinya jika organ vital pada trimester pertama terbentuk tidak sempurna
atau mengalami kekurangan nutrisi maka akan melahirkan bayi yang tidak
yang akan berakibat pada gangguan air ketuban maupun fungsi lain akibat
Yusi D, 2010).
dipintu rahim dan kepala bayi akan turun ke pelvik dimana harus
kehamilan ganda, kelainan air ketuban dll yang ditakutkan akan menjadi
20
2010: 55-57).
Usia reproduksi yang optimal bagi ibu adalah usia 20-35 tahun, usia
dimana rahim ibu sudah siap menerima kehamilan, mental matang dan
mampu merawat bayi dan dirinya sendiri (Draper, 2001). Usia di bawah 20
tahun rahim serta panggul ibu belum siap untuk menerima kehamilan
c. Paritas
sebelumnya dan baru mulai membuka jalan lahir. Akan tetapi bila sering
f. Komplikasi kehamilan
h. Sebab lain
Kebiasaan atau life style ibu , misal kebiasaan perilaku merokok baik aktif
oksigen dan gangguan pembuluh darah yang berakibat aliran nutrisi dari
2005).
Status gizi ibu hamil yang paling mempengaruhi keadaan atau kondisi
kehamilan yaitu LILA dan kenaikan berat badan (BB) selama kehamilan.
akan menyebabkan gangguan pada distribusi nutrisi pada ibu ke janin yang
kenaikan BB ibu selama kehamilan, berat badan (BB) ibu selama hamil
akan menentukan berat lahir bayi yang akan dilahirkan. Menurut Irma D
pada ibu hamil memiliki risiko 2,7 kali lebih besar melahirkan bayi dengan
BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan status gizi baik (Puspita S,
2013).
Status anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan kesehatan ibu hamil
yang erat hubungannya dengan kadar Hb dalam darah dimana kurang dari
standar normal ibu hamil yaitu 11 distribusi gr%. Prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 63,5%. Seorang ibu hamil yang
suplai darah pada tubuh sehingga distribusi nutrisi ibu ke janin menjadi
2. Faktor Janin
a. Trisomi 18 atau sering disebut sindrom Edward terjadi pada 1 dari 8000
ventrikel atau atrium, kelainan ginjal, aplasia radial dll. Disamping hal itu
gram.
3. Faktor Plasenta
Ukuran plasenta yaitu besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta
4. Faktor Lingkungan
Semakin tinggi tempat tinggal ibu hamil seperti dataran tinggi atau
(Sistiarini, 2008).
2.1.2.1.Definisi Hipertiroid
dari penyakit kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu
berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid
dibanding pria.
25
diditegakkan karena memiliki gejala yang sama dengan gejala kehamilan normal
kehamilan adalah dengan pemeriksaan TSH serum, pemeriksaan T3, T4, FT4.
Dikatakan seseorang ibu hamil mengalami hipertiroid apabila kadar TSH serum
<0,3µIU/ml dan FT4 >2 nano gram/dl. Penegakan diagnosis dilakukan melalui
pemeriksaan darah dan telah diukur melalui Indeks Wayne. Jika kadar FT4
normal perlu pemeriksaan FT3 dan FT3I serum, jika tinggi dikenal dengan “T3-
urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes dan jumlahnya kini terus
meningkat. Posisi ini serupa dengan kasus yang terjadi di dunia ( Dini
Sulistyani, 2010).
2.1.2.2.Klasifikasi
menerus. Grave’s disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria,
gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun.
kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu
sendiri.
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan
tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi
c. Subakut Tiroiditis
serta mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
d. Postpartum Tiroiditis
Timbul pada 5 –10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan
dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan.
27
Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh
istmus. Kelenjar tiroid terbentuk saat kehamilan minggu ke tiga. Kelenjar ini
terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya diperkirakan 15-20 gram. Lobus
kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular dibandingkan lobus kiri. Kelenjar
ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada
Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam
tubuh dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu
triiodothyronin (T3) dan tetraiodohyronin (T4) atau tirosin. Iodin (I2) memilki
berat atom sebesar 127 dan berat molekulnya 254. T4 memilki berat molekul
pertumbuhan tulang, dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C
pelepasan T4 dan T3. Di dalam darah, tubuh kita hanya memiliki sejumlah kecil
sangat tinggi. T4 total sekitar 10-7 mol/L setara dengan 77,7 μg/L serum darah,
karena 777 gram T4 sama dengan 1 mol dari total. Kurang lebih 70% dari T4 dan
yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Selama kehamilan normal kadar tiroid
binding globulin (TBG) dalam sirkulasi meningkat dan juga akhirnya T3 dan T4
ikut meningkat.
29
Tabel 2.1. Kadar Normal Pemeriksaan FT4, FT3, TSH Dan Masa Kehamilan
Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan otak bayi dan sistem
saraf. Selama trimester pertama kehamilan, fetus bergantung pada ibu untuk
menghasilkan hormon tiroid sendiri sampai trimester kedua. Pada minggu ke-10-
12, kelenjar tiroid fetus mulai berfungsi namun fetus tetap membutuhkan iodin
dari ibu untuk menghasilkan hormon tiroid. Selama kehamilan, fungsi kelenjar
tiroid.
trimester pertama dan menurun secara perlahan pada trimester dua dan
sebagai stimulant kelenjar tiroid. Pada kondisi ibu hamil yang normal efek
Hormon tiroid dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu Thyroxine
afinitas yang lebih tinggi terhadap tiroksin. Pada pasien tidak hamil,
31
sekitar 2/3 dari hormon tiroksin diikat oleh TBG. Pada kehamilan normal,
terjadi peningkatan dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal
semua wanita hamil, namun kadar tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin
keadaan berikut :
1. Penyakit Graves
3. Mola hidatidosa
4. Multinoduler goiter
5. Adenoma toksik
6. Tiroiditis subakut
7. Hyperthroidism iatrogenik
9. Struma ovari
a. Penyakit Graves
32
hipertiroid hampir 95% adalah penyakit Graves, suatu penyakit autoimun yang
tersering adalah penyakit Graves, yang 5-10 kali lebih sering dialami wanita
0,1-0,4%, 85% dalam bentuk penyakit Graves. Sama halnya seperti penyakit
disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif hormon tiroid
memberikan gambaran kadar hormon tiroid dan TSH yang tinggi. TRF akan
rendah karena umpan balik negatif dari hormon tiroid dan TSH. Hipertiroidisme
tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan (Dini Sulistyani (2013:7).
Terdapat 2-3% GTT pada seluruh kehamilan. Keadaan GTT yang selalu
rumah sakit. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 2,27 kg, ketonuria dan
gangguan elektrolit terutama hipoglikemi. Kadar FT4 meningkat 2-3 kali diatas
normal dengan penurunan kadar TSH. FT3 juga ikut meningkat akan tetapi tidak
33
terlalu bermakna dibanding FT4. Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan tremor
2.1.2.5.Patofisiologi Hipertiroid
cardiac output, stroke volume dan aliran darah perifer sebagai usaha tubuh
nitrogen balance negatif, penurunan lipid dan defisiensi nutrisi. Pada sistem
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan
terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid
2.1.2.6.Diagnosa Hipertiroid
d. Kulit: pruritus, rambut tipis, kulit teraba hangat, lunak dan basah,
kemerahan (flushing).
Tanda dan gejala hipertiroid pada kehamilan sulit dikenali karena sering
tertutupi dengan tanda dan gejala kehamilan sehingga sulit dilakukan deteksi dini.
Menurut Dimitry Garry (2013: 502), menyarankan ada beberapa manifestasi klinis
yang perlu diperhatikan pada ibu hamil dengan hipertiroid yaitu kenaikan berat
35
badan yang rendah selama hamil dengan nafsu makan baik, adanya tremor, dan
Grave (tatapan melotot, kelopak tertinggal saat menutup mata, eksoftalmus) dan
bebas dan TSH dalam darah untuk menegakkan diagnosis hipertiroid. Pada pasien
pemeriksaan kadar T3, antibodi tiroid (terutama TRAbs) dan tes ambilan yodium
tirotropin rendah). Jika kadar fT4 meningkat tanpa tanda dan gejala penyakit
mola hidatodosa.
36
Tabel 2.2. Test Fungsi Kelenjar Tiroid Hipertiroid dan Perubahan Hormon
Stimulating berubah
Hormon
(TSH)
Thyroxine 23-25
Binding meningkat
Globulin
37
L- 205-233
triiodotironi meningkat
n (T3) Total
L- 250-330
n (T3) Bebas
Antibodi TSH reseptor atau TSI ini termasuk kelas IgG yang dapat melewati
janin. Kadar TSI yang lebih 500% ( normal < 8%) merupakan prediktor adanya
2.1.2.7 Faktor Risiko Ibu atau Wanita Usia Subur Mengalami Hipertiroid
Kehamilan
Menurut American Thyroid Association, ibu atau wanita usia subur yang
1. Ibu atau wanita dengan sejarah penyakit tiroid / gondok atau pernah
8. Ibu/wanita yang pernah melakukan terapi kepala atau radiasi pada leher.
2.1.2.8 Kelahiran Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Akibat
Hipertiroid
kelahiran prematur, IUGR, berat badan lahir rendah, preeklamsia, gagal jantung
Sebelum usia kehamilan 10-12 minggu (awal trimester I), janin sangat
bergantung pada hormon tiroid ibu karena belum memproduksi hormon tiroid
Hassarief Putra (2012), manyarankan asupan iodium untuk ibu hamil lebih tinggi
banyak dari ibunya untuk mengaktifkan hormon tiroidnya sendiri. Efek jangka
panjang dari konsumsi iodium yang tinggi mengakibatkan penyakit graves pada
ibu hamil.
hipertiroid hampir 95% adalah penyakit Graves, suatu penyakit autoimun yang
nitrogen balance negatif, penurunan lipid dan defisiensi nutrisi. Apabila seorang
janin yang dia kandung sehingga berdampak pada kelahiran bayi dengan berat
a. Pregnancy-Induced Hypertension(PIH)
menjadi lima kali lebih berat dibanding pasien yang terkontrol. Komplikasi lain
dapat berupa abruptio plasenta, kelahiran preterm dan keguguran. Gagal jantung
dapat terjadi pada pasien yang tidak diobati terutama bila terdapat PIH. Pada
pasien dengan gejala gagal jantung disfungsi ventrikel kiri dengan derajat
kelainan ini reversibel, namun gejalanya dapat menetap dalam beberapa minggu
setelah status eutiroid tercapai, namun penurunan resistensi vaskular dan cardiac
output yang tinggi dapat tetap terjadi pada keadaan tiroksin normal. Hal ini
penting karna dekompensasi ventrikel kiri pada wanita hamil yang hipertiroid
dengan komplikasi lain misalnya anemia atau infeksi. Kejadian tiroid krisis pada
oleh Kriplani dkk dengan sampel 32 kelahiran pada ibu hamil yang mengalami
b. Infertilitas
c. Keguguran berulang
dua cara yaitu hipertiroid maternal yang tidak terkontrol (tanpa kadar TSI yang
menjadi 55% pada ibu yang tidak diobati, resikostillbirth meningkat dari 5%
menjadi 24%. Pada suatu penelitian pada 230 kehamilan, 15 neonatus (6,5%)
mengalami IUGR. Komplikasi pada janin meningkat secara signifikan pada ibu
yang tetap hipertiroid pada paruh kedua kehamilan. Faktor resiko IUGR pada
pasien ini meliputi tirotoksikosis maternal selama lebih dari 30 minggu dalam
kehamilan, riwayat penyakit Graves selama lebih dari 10 tahun, dan onset
2.1.2.10 Penatalaksanaan
ringan maupun berat yang terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan
akibat kehamilan.
Seorang ibu hamil yang mengalami DM mengakibatkan insulin ibu tidak dapat
mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
neonatal, hipoglikemia dll. Deteksi dini sangat diperlukan terutama pada ibu
43
pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, melahirkan bayi dengan cacat
bawaan, melahirkan bayi > 4000 gr dan polyhidramnion (Marmi, dkk, 2011:
116-117).
demam reumatik atau memang seorang ibu sudah memiliki riwayat jantung.
jantung yang meningkat akibat kebutuhan darah pada janin untuk suplai nutrisi
dari ibu ke janin meningkat. Komplikasi yang ditimbulkan pada janin yaitu
premature, BBLR, hipoksia, pertumbuhan janin terhambat dan pada ibu akan
terjadi abortus, kematian ibu, gagal jantung kognitif dan edema paru (Marmi,
2.1.3.3 Hipertensi
berikut:
44
1. Hipertensi esensial
(TD) seorang ibu hamil dimana tidak ada sebab yang nyata akan tetapi sering
dihubungkan dengan penyakit ginjal dan muncul pada awal kehamilan dengan
risiko pada ibu hamil yang terpapar vili korialis untuk pertama kalinya,
terpapar vili korialis dalam jumlah yang banyak seperti pada kehamilan kembar
dan mola hidatosa, ada riwayat penyakit vaskuler dan mempunyai riwayat
keturunan hipertensi.
3. Preeklamsia
proteinuria (protein dalam urin melebihi 0,3 g/lt dalam 24 jam) yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul pada triwulan tiga kehamilan
tetapi bisa jug timbul sebelum trimester tiga misalnya pada ibu hamil denga
jarak waktu 6 jam dari pemeriksaan pertama dan dalam keadaan istirahat.
kehamilan kembar.
45
4. Eklamsia
Eklamsia adalah serangan konvulsi pada kehamilan tetapi, tetapi tidak selalu
setelah persalinan. Terjadi setelah 48-72 jam setelah persalinan. Dampak dari
eklamsiabagi ibu dapat terjadi gagal hati, cerebral haemorage, gagal ginjal dan
muncul akibat kerja kelenjar tiroid yang bekerja keras untuk mencukupi
tiroid tersebut akan membesar. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
merupakan salah satu komplikasi kehamilan dari wanita hamil yang mengalami
Status
Status Anemia
Anemia
-- Kadar
Kadar Hb
Hb Ibu
Ibu
Status Gizi
METODOLOGI PENELITIAN
konsep satu terhadap lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
Hipertiroid Kehamilan
Status Gizi
- LILA Ibu Hamil
- Kenaikan BB Ibu
Hamil
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
47
48
perubahan pada variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status
hipertiroid pada kehamilan, usia, paritas, jarak kelahiran, LILA, kenaikan BB, dan
status anemia.
akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat penelitian ini adalah
2011).
hamil, paritas, jarak kelahiran, status gizi ibu hamil (LILA dan kenaikan BB), dan
status anemia ibu hamil dengan riwayat BBLR di Kabupaten Magelang tahun
2014
(DEPKES RI,
2001)
dengan metode indepth interview. Metode Kasus Kontrol (case control study) yaitu
status paparan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.
rancangan studi case control lebih kuat daripada rancangan studi cross sectional.
Studi kasus kontrol lebih mudah, dan jumlah sampel lebih sedikit jika
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Kabupaten Magelang yang lahir pada tahun 2014 yang berjumlah 815 bayi.
3.6.1.2.Populasi Kontrol
Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir normal
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah bayi BBLR yang dilahirkan pada
1. Bayi BBLR yang lahir pada tahun 2014 dan mengalami cacat bawaan
Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah ibu hamil dan memenuhi
tahun 2013.
1. Bayi yang lahir normal pada tahun 2014 dan mengalami cacat
unsur populasi yang bersifat heterogenitas dan memiliki tingkatan/ strata secara
kontrol diambil dari bayi yang lahir BBLR (< 2.500gr) dan bayi normal (≥
2014.
n= xN
Keterangan:
kontrol yang akan diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
perhitungan dari nilai OR (Ratio Odds) dari penelitian terdahulu yaitu Yusi, D
(Z √ √
(P1 P2)
P1(1-P2)
Catatan: Q1= (1-P1), Q2= (1-P2), P= ½ (P1+P2), Q= 1-P, P2(1-P1)
Keterangan :
Zβ = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)
OR x P2
1 P2 OR x P2
2 x 1.67
1 1.67 2 x 1.67
2.67
1.67
0.67
2.17
(Z √ √
(P1 P2)
(1,96√ √
(2.67 1.67)
58
Perbandingan kasus dan kontrol 1:1, sehingga jumlah sampel yang didapat adalah
karena 9 puskesmas yang lain tidak memenuhi kriteria inklusi sampel penelitian.
Tabel 3.2: Distribusi Sampel Penelitian Ibu Hamil Yang Melahirkan Bayi
1
10. Mertoyudan II 10
2
11. Tempuran 31
2
12. Kajoran I 36
2
13. Kaliangkrik 31
3 4
14. Bandongan 50
1
15. Candimulyo 17
1
16. Pakis 27
3 5
17. Grabag I 63
1
18. Grabag II 17
2
19. Tegalrejo 34
1
20. Windusari 20
Total Sampel 41
data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara langsung
sosiodemografi, Berat Badan (BB) bayi saat dilahirkan, karakteristik ibu hamil,
yang pernah dikuti oleh responden dan riwayat konsumsi kapsul iodium. Data
hasil pemeriksaan TSH serum ibu hamil tahun 2013 dari laboratorium GAKI.
Magelang tentang data jumlah kasus BBLR pada tahun 2014 dan data
laporan kohort ibu hamil, beserta data tentang palpasi (TGR) ibu hamil.
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
Instrumen penelitian atau alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
status anemia (Hb) ibu hamil, status gizi ibu hamil (LILA dan kenaikan BB
tujuan penelitian ini ingin mengetahui hubungan status hipertiroid pada kehamilan
yang pernah dikuti oleh responden, riwayat konsumsi makanan goitrogenik dan
peneliti dengan informan atau responden berlangsung. Pada penelitian ini peneliti
Instrumen ini memiliki keuntungan dapat diamati dan didengar secara berulang-
dasar yang kuat dan mudah untuk dilakukan pengecekan ulang. Namun, terdapat
kelemahan pada alat ini yaitu memakan waktu, biaya, dan situasi latar
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui instrumen yang valid dan sahih,
instrumen dikatakan valid apabila korelasi tiap butir memiliki nilai positif dan
dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner diujikan pada selain responden,
62
yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden yang akan diteliti
r=
√{ }
N = jumlah responden
pengujian setiap item lebih bedar dari r tabel (r hasil > r tabel). Pengujian validitas
Dasar pengambilan keputusan dari uji validitas tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut
valid.
2. Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel
Penentuan reliabilitas instrumen, hasil uji coba ditabulasi dalam tabel dan analisis
data dicari varian tiap item kemudian dijumlahkan menjadi varian total.
Dinyatakan reliabel jika r alpha positif > r tabel (Notoatmodjo S, 2010:168). Uji
reliabilitas instrumen untuk pertanyaan yang valid diuji dengna rumus alpha
digunakan adalah :
∑
R11= ( )( )
Keterangan:
= Varians total
Item pertanyaan dikatakan reliabel apabila r 11 yang diperoleh dari hasil pengujian
setiap item soal lebih besar dari r tabel ( r11 > r tabel).
3.8.4.1 Wawancara
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jenis wawancara dalam
(Notoatmodjo S, 2010).
5. Mengurus perizinan.
2014
Akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan pada saat setelah selesai
penelitian adalah:
3. Penyusunan skripsi
66
membuat editing, koding, skoring dan tabulasi. Langkah pengolahan data adalah
sebagai berikut :
3.10.1.1 Editing
apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden,
3.10.1.2 Coding
selanjutnya diolah.
3.10.1.4 Tabulasi
Langkah selanjutnya yakni analisis data. Teknik analisis data pada penelitian
setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat bermanfaat untuk
melihat apakah data telah layak untuk dianalisis, melihat gambaran data yang
dikumpulkan dan apakah data telah optimal untuk dianalisis lebih lanjut selain itu
disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi (Notoatmodjo S, 2010: 182).
68
dan variabel terikat dengan uji statistik yang disesuaikan dengan skala data yang
ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Taraf signifikan yang
digunakan adalah 95% dengan menggunakan nilai kemaknaan atau p sebesar 5%.
berkorelasi.
Disabilitas
Ya (kasus) Tidak (kontrol) Jumlah
Faktor risiko Ya A B A+B
Tidak C D C+D
Jumlah A+C B+D A+B+C+D
Keterangan :
Sel A : kasus mengalami pajanan
= (Proporsi kasus dengan faktor risiko) / (proporsi kasus tanpa faktor risiko)
= a/(a + c) : c/(a + c)
b/(b + d) : d/(b + d)
= a/c
b/d
= ad
bc
terjadinya BBLR.
diteliti belum tentu merupakan faktor protektif yang dapat mengurangi risiko
mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel
dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara sebuah paparan dan penyakit
(yang diukur biner) dan untuk mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu
untuk untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data
dikotomik / biner dengan variabel bebas yang berupa data numerik (skala interval)
dan atau kategorik (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Dalam penelitian ini
karakteristik ibu hamil (paritas, usia ibu saat hamil, jarak kelahiran, status anemia
ibu hamil dan status gizi ibu hamil) dianalisis dan dapat dapat diketahui bahwa
Analisis ini menggunakan SPSS dengan tingkat kemaknaan 95%. Seluruh variabel
bebas dimasukan bersama-sama dengan uji Binary Logistic untuk melakukan seleksi
kandidat. Variabel bebas yang lolos seleksi yang memiliki nilai p<0,25.
71
variabel bebas yang memenuhi syarat seleksi. Hasil yang dipilih menjadi variabel
bebas yang paling memiliki hubungan yang tinggi terhadap variabel terikat adalah
dirangkum, di ikhtisarkan atau diseleksi dan bisa dimasukkan pada tema atau
secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Displai data
penuturan tentang apa yang dihasilkan, dapat dimengerti berkenaan dengan suatu
masalah yang diteliti. Dalam hal ini akan sangat bergantung pada
6.1 SIMPULAN
95%CI=0,063-0,532
berisiko (<6kg atau >12 kg) dan memiliki status anemia (Hb<11gr%) akan
badan rendah..
6.2 SARAN
116
117
fungsi kelenjar tiroid (TSHs, FT4, T3, T4 dan TSH BS) bagi ibu hamil
188.45/365/KEP/21/2013.
1. Melakukan rekap data secara lengkap setiap ada program gizi terutama
TSH BS neonatal dan lain-lain serta menyimpan file atau berkas tersebut
penenganan medis.
4 Memberikan edukasi dan informasi bagi ibu hamil tentang tata cara
meminum tablet besi (Fe) pada malam hari menjelang tidur untuk
118
mengurangi efek mual dan eneg diperut serta sebaiknya diminum dengan
air putih atau air jeruk untuk membantu proses penyerapan zat besi.
Bonnie, E, et al, First-Week Protein And Energy Intake Are Associated With 18-
Month Developmental Outcomes in Extremely Low Birth Weight Infants,
Pediatric, Vol 123, No.5, May 2009.
Buku Saku Kesehatan Jawa Tengah Tribulan 3, 2014, Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah 2015.
Depkes RI, 2010, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional
Tahun 2010, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Depkes RI, 2003, Gizi Dalam Angka Sampai Dengan 2000/2001, Depkes RI,
Jakarta.
Depkes RI, 2005, Buku Pedoman Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk
Dokter, Bidan, Perawat, Maternal Dan Neonatal Health, Depkes RI,
Jakarta.
Garry, Dimitry, 2013, Penyakit Tiroid Pada Kehamilan, CDK-206, Vol 2, No.7,
2013.
Handayani, S dan Umi Roziqoh, 2008, Paritas Dengan Kejadian BBLR Di RUSP
dr.Soeradji Klaten, Jurnal Maternitas, Skripsi, Stikes Klaten.
Kania, Nia, dkk, 2013, Hubungan Kadar TSH Dengan Maturitas Dan Umur
Pascanatal Pada Masa Neonatal Dini, Tesis, Universitas Padjajaran.
Kartika Sari, Noni, dkk, 2013, Hubungan Riwayat Pajanan Pestisida Pada Ibu
Hamil Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Wanasari
Kabupaten Brebes, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 April, 2013.
Kliegman, et, all, 2007, Maternity and Pediatric Nursing, Library Of Congress
Cataloging In Publication Data: China.
121
Kusrini, Ina dan Prihatin Broto, 2010, Karakteristik Klinis Penderita Hipertiroid
Di Daerah Endemik Dan Non Endemik GAKI, Vol 2, No.1, Juni 2010.
Labir, I Ketut, dkk, 2013, Anemia Ibu Hamil Trimester I dan II Meningkatkan
Risiko BBLR Di RSUD Wangaya Denpasar, Jurnal of Public Health and
Preventive Medicine Archieve, Vol 2, No.1, Juli 2013.
Linda, 2014, Hubungan Kenaikan BB Dan LILA Dengan BBLR Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Karang, Volume 8, No. 1, Februari 2014.
Manuaba, Ida Bagus, (1998) ,Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mutianingsih, Rosa, 2012, Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah Dengan
Kejadian Ikterus, Hipoglikemi Dan Infeksi Neonatorum Di RSUP NTB
Tahun 2012, Tesis, Universitas Brawijaya Malang.
Ogilvy-Stuart, et al, 2002, Neonatal Thyroid Disorders, Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed, No.8, May 2002: 165-171, (http:// www.archdischild.com).
Parravicini, Elvira, et al, 2014, Iodine, Thyroid Function, and Very Low Birth
Weight Infants, American Journal of Pediatric, Vol 98, No. 730, Oktober
2014, (http://pediatris.appublications.org/content/98/4/730.full.html).
122
Pesce L and Peter Kopp, 2014, Iodide Transport: Implications For Health And
Disease, International Journal of Pediatric Endocrinology, Vol 1, No.8,
2014, (http://www.jjpeonline.com/content/2014/1/8).
Rasyid, Puspita S, dkk, 2012, Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo
Tahun 2012, Tesis, Universitas Hassanudin.
Sitorus, RH, 1996, Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu Dan Janin Selama
Kehamilan, CV. Pionir Jaya, Bandung.
Sulistyani, Retno, 2013, Gambaran Konsumsi Garam Iodium, Kadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon) Dan Kadar UIE (Urine Iodium Excretion) Pada Ibu
Hamil, Skripsi, Universitas Diponegoro.
Widodo, US, dkk, 2013, Status GAKI Ibu Hamil Kaitannya Dengan Pola
Konsumsi Pangan Dan Aktifitas Fisik Di Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang, Vol 2, No.1, Januari-Juni 2011 : 15-27.
Lampiran 1
125
Lampiran 2
126
127
128
Lampiran 3
129
130
131
132
133
Lampiran 4
134
135
Lampiran 5
136
Lampiran 6
KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
RIWAYAT KELAHIRAN BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA
WANITA HIPERTIROID KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2014
responden.
jujurnya.
5. Membuat tanda silang (X) atau centang (√) pada jawaban yang dipilih.
A. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Hari/Tanggal :
B. Sosiodemografi
137
SD
SMP
SMA
PT
Pendapatan :
Pekerjaan Suami :
a. Buruh/Karyawan
Swasta
Petani
Pedagang/Wiraswata
PNS
138
Jumlah paritas atau anak yang dilahirkan hidup: <4 anak ≥4anak
Jarak ibu melahirkan seorang bayi : <2 tahun ≥2tahun
Kenaikan Berat Badan (BB) ibu selama hamil : < 7kg ≥ 7kg
peneliti) :
YA
TIDAK
TIDAK
139
1. Apakah selama ibu hamil, ibu pernah diambil darahnya oleh petugas
kesehatan setempat dan diperiksa di GAKI Borobudur ?
(jika YA/ Pernah, saat kehamilan berapa bulan ….! )
2. Apakah selama hamil, ibu mengetahui bahwa ibu mengetahui hasil dari
pemeriksaan darah di GAKI tersebut ?
( jika mengetahui, dari mana ibu mengetahui sumber informasi tersebut.
Sebutkan…!)
3. Apakah ibu merasakan keluhan saat hamil seperti : berat badan turun terus
tapi nafsu makan normal, bengkak tungkai bawah, tremor, banyak
mengeluarkan keringat, nafas terengah-engah dan denyut nadi serta detak
jantung cepat, cepat lelah saat beraktivitas, pusing, kepala berat dan sering
keluar keringat dingin di malam hari ?
6. Apakah jenis makanan yang sering ibu konsumsi selama hamil ? (Tolong
sebutkan dengan jelas…!), bagaimana dengan konsumsi protein seperti telur,
ikan, bandeng, daging dll ? (Jika mengkonsumsi, berapa kali dalam
seminggu…!)
Lampiran 7
KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN
BAYI BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID
KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
A. KELOMPOK KASUS
Umur Riwayat
Umur Hipertiroid
No. Responden Hamil Alamat Kelahiran Bayi
(TH)
(BLN) µIU/ml Kategori Gram Kategori
Responden 1 28 5 bln Borobudur 0.07 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 2 30 7 bln Borobudur 0.03 Hipertiroid 2350 BBLR
Responden 3 32 5.5 bln Borobudur 0.24 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 4 31 5 bln Sawangan 5.48 Normal 2450 BBLR
Responden 5 23 4 bln Sawangan 0.38 Normal 2450 BBLR
Responden 6 19 3 bln Sawangan 0.1 Hipertiroid 2200 BBLR
Responden 7 23 5 bln Kajoran 0.26 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 8 20 5.5 bln Kajoran 2.59 Normal 1200 BBLR
Responden 9 23 4 bln Kajoran 0.79 Normal 1100 BBLR
Responden 10 20 3 bln Salaman 0.01 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 11 27 5 bln Salaman 0.13 Hipertiroid 2450 BBLR
Responden 12 27 5 bln Grabag 0.06 Hipertiroid 2000 BBLR
Responden 13 24 8 bln Grabag 0.04 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 14 23 4.5 bln Grabag 1.63 Normal 2200 BBLR
Responden 15 17 4 bln Grabag 0.4 Normal 1200 BBLR
Responden 16 24 3 bln Grabag 1.41 Normal 1400 BBLR
Responden 17 34 4 bln Mungkid 0.27 Hipertiroid 2100 BBLR
Responden 18 43 6.5 bln Mungkid 1.27 Normal 2450 BBLR
Responden 19 30 2.5 bln Kaliangkrik 0.06 Hipertiroid 2400 BBLR
Responden 20 22 7 bln Kaliangkrik 0.01 Hipertiroid 2450 BBLR
Responden 21 24 2.5 bln Kaliangkrik 1.22 Normal 1150 BBLR
Responden 22 25 3 bln Windusari 0.07 Hipertiroid 2100 BBLR
Responden 23 24 6 bln Bandongan 0.07 Hipertiroid 2300 BBLR
Responden 24 23 6 bln Bandongan 3.13 Normal 1800 BBLR
141
B. KELOMPOK KONTROL
Riwayat
Umur Umur Hipertiroid
No. Responden Alamat Kelahiran
(TH) Hamil
µIU/ml Kategori Gram Kategori
2.5
Responden 1 28 bln Kaliangkrik 0.05 Hipertiroid 3100 BBLN
Responden 2 24 4 bln Kaliangkrik 1.73 Normal 3300 BBLN
5.5
Responden 3 22 bln Kaliangkrik 0.01 Hipertiroid 3250 BBLN
Responden 4 25 5 bln Sawangan 0.83 Normal 3000 BBLN
2.5
Responden 5 22 bln Windusari 0.67 Normal 3300 BBLN
Responden 6 30 4 bln Bandongan 3.77 Normal 3000 BBLN
Responden 7 38 7 bln Mungkid 0.05 Hipertiroid 3700 BBLN
7.5
Responden 8 26 bln Mungkid 2.6 Normal 2500 BBLN
Responden 9 19 3 bln Borobudur 0.97 Normal 3000 BBLN
Responden 10 22 3 bln Borobudur 1.34 Normal 3400 BBLN
Responden 11 25 3 bln Borobudur 0.05 Hipertiroid 2700 BBLN
Responden 12 27 3 bln Bandongan 2.3 Normal 3800 BBLN
142
4.5
Responden 13 20 bln Bandongan 2.46 Normal 3000 BBLN
Responden 14 23 5 bln Bandongan 0.26 Hipertiroid 4000 BBLN
Responden 15 26 4 bln Salaman 0.03 Hipertiroid 3000 BBLN
Responden 16 25 6 bln Salaman 0.03 Hipertiroid 3300 BBLN
5.5
Responden 17 23 bln Grabag 0.16 Hipertiroid 3300 BBLN
2.5
Responden 18 20 bln Grabag 2.47 Normal 3800 BBLN
Responden 19 22 6 bln Grabag 2.86 Normal 2600 BBLN
Responden 20 30 3 bln Grabag 0.81 Normal 2750 BBLN
Responden 21 26 3 bln Grabag 0.79 Normal 2550 BBLN
4.5
Responden 22 25 bln Sawangan 1.11 Normal 3000 BBLN
Responden 23 20 6 bln Sawangan 2.81 Normal 3200 BBLN
Responden 24 22 5bln Kajoran 3.73 Normal 2900 BBLN
2.5
Responden 25 18 bln Kajoran 1.86 Normal 2600 BBLN
Responden 26 30 5 bln Kajoran 0.14 Hipertiroid 3100 BBLN
Responden 27 25 2 bln Candimulyo 1.68 Normal 2700 BBLN
Responden 28 30 6 bln Candimulyo 0.09 Hipertiroid 2900 BBLN
Responden 29 34 3 bln Candimulyo 1.75 Normal 3500 BBLN
Responden 30 19 3 bln Tempuran 0.03 Hipertiroid 2700 BBLN
Responden 31 24 2 bln Tempuran 0.04 Hipertiroid 3100 BBLN
3.5
Responden 32 28 bln Tempuran 3.65 Normal 2550 BBLN
Responden 33 24 4 bln Secang 1.27 Normal 2800 BBLN
Responden 34 25 2 bln Secang 4.88 Normal 2900 BBLN
Responden 35 36 3 bln Tegalrejo 0.26 Hipertiroid 3800 BBLN
Responden 36 32 4 bln Tegalrejo 0.05 Hipertiroid 3200 BBLN
7.5
Responden 37 36 bln Mertoyudan 0.03 Hipertiroid 3500 BBLN
Responden 38 35 7 bln Muntilan 1.19 Normal 2750 BBLN
Responden 39 24 4 bln Muntilan 0.19 Hipertiroid 3000 BBLN
5.5
Responden 40 30 bln Muntilan 0.25 Hipertiroid 2600 BBLN
Responden 41 32 5 bln Dukun 0.03 Hipertiroid 3100 BBLN
143
Lampiran 8
REKAPITULASI HASIL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN BAYI
BERAT BADAN RENDAH (BBLR) PADA WANITA HIPERTIROID
KEHAMILAN DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014
A. Hasil Bivariat
Nama Status Usia Paritas Jarak LILA Kenaikan Status Status
Responden Hipertiroid Kelahiran BB anemia BBLR
Responden 1 1 1 1 1 2 2 1
1
Responden 1 1 1 1 1 2 2 1
2
Responden 1 1 1 1 1 1 1 1
3
Responden 2 1 2 2 1 2 1 1
4
Responden 2 1 2 2 1 2 1 1
5
Responden 2 1 2 1 11 1 1 1
6
Responden 1 1 2 1 1 1 1 1
7
Responden 2 1 2 2 1 2 1 1
8
Responden 2 1 1 2 1 2 1 1
9
Responden 1 1 1 1 1 2 1 1
10
Responden 1 1 1 1 1 2 1 1
11
Responden 1 1 1 1 1 2 1 1
12
Responden 1 1 2 1 1 1 1 1
13
Responden 2 2 2 2 2 2 2 1
14
Responden 2 2 2 2 2 2 1 1
15
Responden 2 2 2 2 2 2 2 1
16
144
Responden 1 2 2 2 1 2 1 1
17
Responden 2 2 2 2 1 2 1 1
18
Responden 1 2 2 1 1 1 1 1
19
Responden 1 2 2 1 1 1 1 1
20
Responden 2 2 2 1 1 1 1 1
21
Responden 2 2 2 2 2 2 1 1
22
Responden 2 2 2 1 2 2 1 1
23
Responden 2 2 2 1 1 2 1 1
24
Responden 2 2 2 1 1 2 2 1
25
Responden 2 2 2 1 1 2 2 1
26
Responden 2 2 2 1 1 2 1 1
27
Responden 2 2 2 2 1 2 1 1
28
Responden 2 2 2 2 1 2 1 1
29
Responden 1 2 2 2 1 2 1 1
30
Responden 1 2 2 1 2 2 1 1
31
Responden 2 2 2 2 1 1 1 1
32
Responden 2 2 2 2 1 2 1 1
33
Responden 2 2 2 2 2 2 1 1
34
Responden 2 2 2 2 1 2 1 1
35
Responden 2 2 2 2 1 2 1 1
36
Responden 1 2 2 2 1 1 1 1
37
Responden 2 2 2 2 2 2 2 1
145
38
Resp1onden 1 2 2 2 2 2 2 1
39
Responden 1 2 2 2 1 2 1 1
40
Responden 1 2 2 2 1 1 1 1
41
Responden 1 2 2 1 1 1 1 0
42
Responden 2 2 2 1 1 2 1 0
43
Responde n 2 2 2 2 2 2 2 0
44
Responden 2 2 2 2 2 2 2 0
45
Responden 2 2 2 2 1 2 1 0
46
Responden 2 2 2 2 2 2 2 0
47
Responden 1 2 2 2 2 2 2 0
48
Responden 2 2 2 2 1 2 1 0
49
Responden 2 2 2 1 1 2 1 0
50
Responden 2 2 2 2 1 2 2 0
51
Responden 1 2 2 2 1 2 2 0
52
Responden 1 2 2 2 1 2 2 0
53
Responden 2 2 2 2 1 2 2 0
54
Responden 1 2 2 2 1 2 1 0
55
Responden 1 2 2 2 2 2 2 0
56
Responden 1 2 2 2 2 2 2 0
57
Responden 1 2 2 2 1 2 2 0
58
Responden 2 2 2 2 1 2 1 0
59
146
Resp. 60 1 2 2 1 2 2 2 0
Resp. 61 1 2 1 1 2 2 2 0
Resp. 62 1 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 63 1 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 64 2 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 65 1 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 66 2 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 67 1 2 1 1 1 2 1 0
Resp. 68 2 2 1 1 1 2 1 0
Resp. 69 1 2 2 1 1 2 1 0
Resp. 70 2 2 2 1 2 2 2 0
Resp. 71 1 2 2 2 1 2 1 0
Resp. 72 1 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 73 2 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 74 1 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 75 1 2 2 2 1 2 1 0
Resp. 76 1 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 77 1 2 2 1 1 2 1 0
Resp. 78 1 2 2 2 1 2 1 0
Resp. 79 2 2 2 2 1 2 2 0
Resp. 80 1 2 2 2 1 2 2 0
Resp.81 1 2 2 2 2 2 2 0
Resp. 82 1 2 2 2 2 2 2 0
Lampiran 9
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for StsHiper
1.635 .683 3.915
(hipertiroid / normal)
For cohort stsBBLR =
1.277 .827 1.972
BBLR
For cohort stsBBLR =
.781 .500 1.219
BBLN
N of Valid Cases 82
sts_bblr
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.34.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Crosstab
sts_bblr
"normal" Count 36 38 74
Total Count 41 41 82
Crosstab
sts_bblr
"normal" Count 23 31 54
Total Count 41 41 82
Chi-Square Tests
Crosstab
Sts_BBLR
BBLN BBLR Total
Naik_BB Berisiko Count 40 31 71
Expected Count 35.5 35.5 71.0
% of Total 48.8% 37.8% 86.6%
Tidak Berisiko Count 1 10 11
152
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Naik_BB
.078 .009 .638
(Berisiko / Tidak Berisiko)
For cohort Sts_BBLR =
.161 .025 1.057
BBLN
For cohort Sts_BBLR =
2.082 1.506 2.878
BBLR
N of Valid Cases 82
Crosstab
Sts_BBLR
BBLN BBLR Total
Lila Berisiko Count 28 31 59
Expected Count 29.5 29.5 59.0
% of Total 34.1% 37.8% 72.0%
Tidak Berisiko Count 13 10 23
Expected Count 11.5 11.5 23.0
% of Total 15.9% 12.2% 28.0%
Total Count 41 41 82
153
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Lila
.695 .263 1.833
(Berisiko / Tidak Berisiko)
For cohort Sts_BBLR =
.840 .537 1.314
BBLN
For cohort Sts_BBLR =
1.208 .715 2.043
BBLR
N of Valid Cases 82
Crosstab
Sts_BBLR
BBLN BBLR Total
Sts_Anemia Berisiko Count 14 33 47
Expected Count 23.5 23.5 47.0
% of Total 17.1% 40.2% 57.3%
Tidak Berisiko Count 27 8 35
Expected Count 17.5 17.5 35.0
% of Total 32.9% 9.8% 42.7%
Total Count 41 41 82
Expected Count 41.0 41.0 82.0
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
154
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 17.995a 1 .000
Continuity Correctionb 16.151 1 .000
Likelihood Ratio 18.797 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
17.776 1 .000
Association
N of Valid Casesb 82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sts_Anemia
.126 .046 .344
(Berisiko / Tidak Berisiko)
For cohort Sts_BBLR =
.386 .240 .621
BBLN
For cohort Sts_BBLR =
3.072 1.625 5.805
BBLR
N of Valid Cases 82
155
Lampiran 10.
UJI REGRESI LOGISTIK
1 2.287 8 .971
2 2.306 8 .970
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
2 7 7.960 2 1.040 9
3 8 7.722 1 1.278 9
156
4 6 6.508 2 1.492 8
5 5 4.675 3 3.325 8
6 4 3.012 4 4.988 8
7 3 2.724 5 5.276 8
8 1 1.406 8 7.594 9
9 0 .118 8 7.882 8
10 0 .000 8 8.000 8
Step 2 1 7 6.873 0 .127 7
2 7 7.961 2 1.039 9
3 10 9.419 1 1.581 11
4 7 7.169 2 1.831 9
5 3 2.747 3 3.253 6
6 6 4.998 8 9.002 14
7 1 1.540 6 5.460 7
8 0 .294 8 7.706 8
9 0 .000 7 7.000 7
95.0% C.I.for
EXP(B)
Sts_Anem
-37.019 12.074 1 .001
ia
Variabel <0,25 diuji kembali menggunakan uji statistik regresi logistik ganda
Variables in the Equation
Sts_Ane
-2.102 .645 10.620 1 .001 .122 .035 .433
mia
Sts_Ane
-1.701 .546 9.705 1 .002 .182 .063 .532
mia
Correlation Matrix
Lampiran 11.
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan
penjelasan saya dapat menanyakan kepadaSuhasti Nursaputri.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian
ini.
Tandatangan saksi
Lampiran 12
DOKUMENTASI