BAB 1 Pendahuluan
BAB 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
Pengolahan coke oven light oil ini dapat meningkatkan nilai ekonomi hasil
samping industri karbonisasi batubara. Selain itu, Industri benzene ini juga
perlu didirikan agar dapat menyerap tenaga kerja Indonesia dimana dapat
mengurangi laju akumulasi pengangguran di Indonesia.
1. Bahan baku dan Produk
Light oil dipilih sebagai bahan baku utama dalam pembuatan benzena
karena bahan baku tersebut merupakan hasil samping dari produksi
batubara, sehingga dapat di manfaatkan kembali sebagai bahan baku
pembuatan produk benzene. Bahan baku light oil diambil dari PT. Kaltim
Prima Coal, sedangkan untuk gas hidrogen diambil dari PT. Samator,
Gresik – Jawa Timur, sehingga bisa mengefisienkan pengadaan bahan
baku.
2. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu masalah pokok dalam
menunjang keberhasilan suatu pabrik, terutama bagi aspek-aspek
ekonominya. Setelah mempelajari dan menimbang beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik maka ditetapkan lokasi pabrik
benzena akan didirikan di daerah Bontang, Kalimantan Timur. Lokasi ini
dipilih karena mudah dalam mendapatkan bahan baku, sumber air,
transportasi, tenaga kerja dan pemasaran.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja di Indonesia cukup banyak, sehingga penyediaan tenaga
kerja tidak begitu sulit diperoleh. Tenaga kerja yang berpendidikan
menengah atau kejuruan dapat diambil dari daerah sekitar pabrik.
Sedangkan untuk tenaga kerja ahli didatangkan dari lulusan perguruan
tinggi.
yang luas, antara lain sebagai bahan baku pembuatan fenol, stiren,
sikloheksan dan produk-produk lain yang digunakan dalam industri obat-
obatan, zat warna, insektisida dan plastik. Setelah Perang Dunia ke-2
permintaan benzen dunia terus meningkat seiring dengan berkembangnya
industri kimia hingga melebihi total produksi benzen yang dapat dihasilkan
oleh industri karbonisasi batubara. Hal ini memicu peningkatan produksi
benzen dari industri minyak bumi yang hingga saat ini menjadi pemasok
utama kebutuhan benzen dunia. (Kirk & Othmer, 1978)
B. Hidrogen
Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki
simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen
berwujud gas tidak berwarna, bersifat logam bervalensi tunggal,
merupakan gas diatomic yang sangat mudah terbakar.
Henry Cavendish adalah orang pertama yang menjelaskan sifat
kimia hidrogen pada tahun 1776. Hampir semua gas hidrogen dari
atmosfer bumi lolos ke angkasa luar selama pembentukan bumi.
Hidrogen adalah unsur yang paling melimpah di alam semesta.
Hampir semua hidrogen di bumi berbentuk senyawa. Hidrogen adalah
komponen dari semua asam mineral, amonia, gas alam dan
hidrokarbon, dan sejumlah besar senyawa organik dari alkohol dan
aldehida sederhana hingga protein kompleks, karbohidrat, dan klorofil.
(Patnaik,2003)
Saat ini sejumlah besar hidrogen diperlukan dalam industri
petrokimia dan kimia. Penggunaan terbesar hidrogen adalah untuk
memproses bahan bakar fosil. Konsumen utama dari hidrogen di
kilang petrokimia meliputi hidrodealkilasi, hidrodesulfurisasi, dan
hydrocracking.
Tabel 1.2 Sifat Fisik Hidrogen
Sifat Fisik Nilai
Wujud Gas
Warna Tidak Berwarna
Bau Tidak Berbau
Titik Didih (Pada 1 atm), [oC] -252.60
Densitas gas pada 0 oC, 1 atm (g/L) 0.0899
Viskositas gas 25 oC, 1 atm (cP) 0.0087
Temperatur kritis; (oC) -240.18
Tekanan kritis (atm) 12.76
Cp, 25 0C, 1 atm (kJ/kg0C) 14.1030
Sumber : Handbook of Inorganik Chemical. Mcgraw-Hill. Version 2003
5
1.2.3 Katalis
Katalis yang digunakan dalam pembuatan benzene yakni katalis
NikelMolibdenum. Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat
mempercepat reaksi (mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa
terkonsumsi oleh reaksi, sehingga katalis tidak muncul di dalam
persamaan stoikiometri reaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan
reaksi, tanpa mengalami perubahan secara kimiawi pada akhir reaksi.
Proses yang dilakukan oleh katalis ini disebut katalisis.
Katalis dapat dibedakan menjadi dua golongan utama berdasarkan
fasenya di dalam sistem reaksi, yakni katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis homogen merupakan katalis yang ada dalam fase yang
sama dengan fase reaktan (fase katalis sama dengan fase reaksi). Yang
paling umum berupa fase cair, dengan katalis dan reaktan berada dalam
larutan. Sedangkan katalis heterogen merupakan katalis yang fasenya
tidak sama dengan fase reaktan (fase katalis tidak sama dengan fase
reaksi). Umumnya fase katalis berupa padatan dan fase reaksi berupa gas.
Katalis yang digunakan dalam reaktor Litol adalah katalis
golongan heterogen, yakni Nikel-Molibdenum (Ni-Mo)). Molibdenum
bertindak sebagai zat aktif dan menstabilkan aluminium oksida
sedangkan nikel bertindak sebagai promotor untuk meningkatkan
aktivitas molibdenum. Pemilihan tipe katalis bergantung pada aplikasi
dan aktivitas/selektivitas yang diinginkan. Katalis NiMo cocok untuk
9
B. Pyrolisis Gasoline
Pyrolisis gasoline atau dripolene atau drip oil merupakan hasil
samping dari produksi etilen. Pyrolisis gasoline mengandung senyawa
aromatik sekitar 65% dengan kandungan benzene di dalamnya sebesar
50%. Sekitar 30-35% benzene yang diproduksi di dunia berasal dari
proses pyrolisis gasoline (Kirk-Othmar, 1992). Benzene dan senyawa
aromatis lainnya hanya dapat diperoleh setelah melewati proses
hidrogenasi dan desulfurisasi. Proses tersebut dilakukan untuk
menghilangkan senyawa tidak stabil seperti olefin dan senyawa sulfur
yang merusak senyawa aromatik (Mc.Keta, 1977).
Bahan baku dari proses ini yaitu pyrolisis naphtha yang dihasilkan
dari pembuatan ethylene. Pyrolisis gasoline mentah dialirkan kedalam
tahap pertama yakni mentah dialirkan kedalam tahap pertama yakni
hydrotreating. Untuk menghasilkan benzene, toluene, xylene, aliran C6+
ini dialirkan menuju fractionation untuk mendapatkan C6-C8, yang
nantinya akan mengalami hydrotreated untuk menjenuhkan mono-olefins
di tahap kedua dari hydrotreating.
a. Menghasilkan yield yang lebih besar dibanding yang lain, yakni lebih besar
dari 99%.
b. Memiliki kemurnian lebih besar dari yang lain (99,9%).
14
y = 61446,5590 ton/tahun x 65 %
= 39.940,2633 ton/tahun
Dari hasil perkiraan di atas, dengan pertimbangan ekonomi dan
produksi maka, ditetapkan kapasitas produksi pabrik benzena pada tahun
2023 yaitu 40.000 ton/tahun. Dari kapasitas yang telah ditentukan,
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benzena di Indonesia serta
kebutuhan ekspor keluar mancanegara.