Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu bahan bakar fosil yang banyak


digunakan di Indonesia. Indonesia memiliki cadangan batubara yang besar
melebihi cadangan minyak bumi. Kegiatan penambangan batubara di
Indonesia juga semakin meningkat dari tahun ke tahun dimana batubara
diharapkan sebagai sumber alternatif, selain untuk ekspor juga untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi energi dalam negeri. Didukung dengan
sumber daya batubara yang melimpah, produksi batubara di Indonesia pada
masa mendatang diperkirakan akan meningkat.
Salah satu bahan bakar turunan batubara adalah kokas (coke). Kokas
merupakan batubara yang diolah melalui proses karbonisasi. Hasil samping
dari proses karbonisasi atau pembuatan kokas adalah coke oven gas, ammonia,
sulfur, tar, dan coke oven light oil. Dari 1,76 Million Ton batubara yang
diolah menjadi kokas, produk samping berupa coke ovenlight oil yang
dihasilkan sebesar 17.000 ton (Wurth, 2013). Coke oven light oil memiliki
kandungan benzene yang besar, oleh karena itu pembuatan benzene dari coke
oven light oil mulai berkembang dengan pesat.
Light oil adalah minyak yang diperoleh sebagai hasil samping proses
karbonisasi batubara. Light oil memiliki kandungan senyawa aromatis sekitar
95 %, terutama berupa benzen, toluen dan ksilen. (Logwinuk et al, 1964).
Pengkarbonisasian batubara, selain menghasilkan kokas juga diperoleh
produk samping berupa tar, amoniak, gas methana, gas hidrogen dan gas
lainnya. Gas-gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Sedangkan
produk cair berupa tar, amoniak dan lain-lain dapat diproses lebih lanjut untuk
menghasilkan bahan-bahan kimia, umumnya berupa senyawa aromatik.
Oleh karena itu pendirian pabrik pengolahan coke oven light oil
menjadi benzene akan memberikan keuntungan secara ekonomi, memenuhi
kebutuhan dalam negeri serta dapat meningkatkan ekspor benzena.
2

Pengolahan coke oven light oil ini dapat meningkatkan nilai ekonomi hasil
samping industri karbonisasi batubara. Selain itu, Industri benzene ini juga
perlu didirikan agar dapat menyerap tenaga kerja Indonesia dimana dapat
mengurangi laju akumulasi pengangguran di Indonesia.
1. Bahan baku dan Produk
Light oil dipilih sebagai bahan baku utama dalam pembuatan benzena
karena bahan baku tersebut merupakan hasil samping dari produksi
batubara, sehingga dapat di manfaatkan kembali sebagai bahan baku
pembuatan produk benzene. Bahan baku light oil diambil dari PT. Kaltim
Prima Coal, sedangkan untuk gas hidrogen diambil dari PT. Samator,
Gresik – Jawa Timur, sehingga bisa mengefisienkan pengadaan bahan
baku.
2. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu masalah pokok dalam
menunjang keberhasilan suatu pabrik, terutama bagi aspek-aspek
ekonominya. Setelah mempelajari dan menimbang beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik maka ditetapkan lokasi pabrik
benzena akan didirikan di daerah Bontang, Kalimantan Timur. Lokasi ini
dipilih karena mudah dalam mendapatkan bahan baku, sumber air,
transportasi, tenaga kerja dan pemasaran.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja di Indonesia cukup banyak, sehingga penyediaan tenaga
kerja tidak begitu sulit diperoleh. Tenaga kerja yang berpendidikan
menengah atau kejuruan dapat diambil dari daerah sekitar pabrik.
Sedangkan untuk tenaga kerja ahli didatangkan dari lulusan perguruan
tinggi.

1.2 Tinjauan Pustaka

Sejak diketahui adanya kandungan benzen di dalam light oil pada


tahun 1876, usaha pengambilan benzen dari light oil secara komersial
dimulai. Benzen sendiri merupakan bahan kimia yang memiliki kegunaan
3

yang luas, antara lain sebagai bahan baku pembuatan fenol, stiren,
sikloheksan dan produk-produk lain yang digunakan dalam industri obat-
obatan, zat warna, insektisida dan plastik. Setelah Perang Dunia ke-2
permintaan benzen dunia terus meningkat seiring dengan berkembangnya
industri kimia hingga melebihi total produksi benzen yang dapat dihasilkan
oleh industri karbonisasi batubara. Hal ini memicu peningkatan produksi
benzen dari industri minyak bumi yang hingga saat ini menjadi pemasok
utama kebutuhan benzen dunia. (Kirk & Othmer, 1978)

1.2.1 Spesifikasi Bahan Baku


A. Coke oven light oil

Coke oven light oil adalah minyak yang diperoleh sebagai


hasil samping proses karbonisasi batubara yang mempunyai sifat
sangat mudah terbakar. Light oil memiliki kandungan senyawa
aromatis sekitar 95 %, terutama berupa benzen, toluen dan xylen.
(Logwinuk et al, 1964). Coke oven light oil juga mengandung
kandungan sulfur seperti tiophene (0,3-0,6% berat), nitrogen seperti
pyridine (0,25% berat) dan olefinic aromatik seperti styrene (1,5-
2,5% berat)
Tabel 1.1 Sifat Fisika Light Oil

Sifat Fisik Nilai


Wujud Cairan Berwarna Kuning
Bau Harum
Titik didih 175.3 OF / 79.6 OC
Titik Nyala 59.9 oF / 15.5 oC
Tekanan Uap 75 mmHg
Densitas Uap 2.7
Densitas Relatif 0.87
Kelarutan Larut dalam air

Sumber : Material Safety Data Sheet


4

B. Hidrogen
Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki
simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen
berwujud gas tidak berwarna, bersifat logam bervalensi tunggal,
merupakan gas diatomic yang sangat mudah terbakar.
Henry Cavendish adalah orang pertama yang menjelaskan sifat
kimia hidrogen pada tahun 1776. Hampir semua gas hidrogen dari
atmosfer bumi lolos ke angkasa luar selama pembentukan bumi.
Hidrogen adalah unsur yang paling melimpah di alam semesta.
Hampir semua hidrogen di bumi berbentuk senyawa. Hidrogen adalah
komponen dari semua asam mineral, amonia, gas alam dan
hidrokarbon, dan sejumlah besar senyawa organik dari alkohol dan
aldehida sederhana hingga protein kompleks, karbohidrat, dan klorofil.
(Patnaik,2003)
Saat ini sejumlah besar hidrogen diperlukan dalam industri
petrokimia dan kimia. Penggunaan terbesar hidrogen adalah untuk
memproses bahan bakar fosil. Konsumen utama dari hidrogen di
kilang petrokimia meliputi hidrodealkilasi, hidrodesulfurisasi, dan
hydrocracking.
Tabel 1.2 Sifat Fisik Hidrogen
Sifat Fisik Nilai
Wujud Gas
Warna Tidak Berwarna
Bau Tidak Berbau
Titik Didih (Pada 1 atm), [oC] -252.60
Densitas gas pada 0 oC, 1 atm (g/L) 0.0899
Viskositas gas 25 oC, 1 atm (cP) 0.0087
Temperatur kritis; (oC) -240.18
Tekanan kritis (atm) 12.76
Cp, 25 0C, 1 atm (kJ/kg0C) 14.1030
Sumber : Handbook of Inorganik Chemical. Mcgraw-Hill. Version 2003
5

1.2.2 Spesifikasi Produk


A. Benzena
Benzene, C6H6, adalah hidrokarbon aromatik cair yang
mudah menguap, tidak berwarna, dan mudah terbakar yang
memiliki bau khas dan khas. Benzena digunakan sebagai bahan
kimia antara untuk produksi beberapa senyawa industri penting,
seperti stirena (polistirena dan karet sintetis), fenol (resin fenolik),
sikloheksana (nilon), anilin (pewarna), alkilbenzen (deterjen), dan
klorobenzen.

Di masa lalu benzena telah digunakan di industri sepatu dan


garmen sebagai pelarut untuk karet alam. benzena masih digunakan
secara luas di banyak negara untuk produksi bensin komersial,
Benzene tidak lagi digunakan dalam jumlah yang cukup besar
sebagai pelarut karena bahaya kesehatan yang terkait.
Benzene pertama kali diisolasi oleh Michael Faraday pada
tahun 1825 dari cairan yang dikompres dengan mengompres gas
minyak, Dia mengusulkan nama bicarburet hidrogen untuk
senyawa baru tersebut. Pada tahun 1833, Eilhard Mitscherlich
mensintesis bicarburet hidrogen dengan menyaring asam benzoat,
diperoleh dari permen karet benzoin, dengan kapur dan
menyarankan nama benzin untuk senyawa tersebut, Pada tahun
1845, AW, Hoffman dan C Mansfield menemukan benzena dengan
minyak ringan yang berasal dari tar batubara, Proses industri
praktis untuk pemulihan benzena dari tar batubara dilaporkan oleh
Mansfield pada tahun 1849, tar batubara segera menjadi sumber
benzena terbesar, Segera setelah itu, benzena ditemukan di gas
batubara dan ini memulai pemulihan minyak ringan batubara
sebagai sumber benzena,
Sampai tahun 1940-an minyak ringan yang diperoleh dari
destilasi destruktif batubara adalah sumber utama benzena, Kecuali
6

untuk periode Perang Dunia II, jumlah benzena yang dihasilkan


oleh industri karbonisasi batubara cukup memadai untuk
memenuhi permintaan meskipun sebagian besar benzena
digunakan untuk pencampuran bensin, Setelah tahun 1950, bensin
dalam bahan bakar motor sebagian besar digantikan oleh
tetraethyllead namun karena permintaan untuk benzena dalam
industri kimia bertahan dan segera melampaui total produksi oleh
industri karbonisasi batubara. Untuk memenuhi permintaan ini,
metode untuk memproduksi benzena Langsung dari sumber
minyak bumi dikembangkan.

Benzena adalah anggota hidrokarbon aromatik yang paling


sederhana dan paling penting, fraksi minyak mendidih rendah yang
terdiri terutama dari hidrokarbon alifatik, Istilah benzol, yang
menunjukkan produk komersial yang sebagian besar bersifat
benzena, tidak umum di Amerika Serikat, namun masih digunakan
di Eropa,

a. Sifat Fisik Benzena


Tabel 1.3 Sifat Fisika Benzena
Sifat Nilai
Berat Molekul (g/mol) 78
Wujud Cairan tak berwarna
Titik beku, o C di udara pada 101,3 kPa 5.530
Titik didih, ° C pada 101,3 kPa 80.094
Density, (g/cm3)
20°C 0.8789
25°C 0.8736
Viskositas, absolut, 25°C (cP) 0.6010
Temperatur kritis, o C 289.01
Tekanan kritis, Kpa 4,898 x 103
Sumber : (Kirk – Othmer, Volume 4)
7

b. Sifat Kimia Benzena


1. Halogenasi : Produk substitusi atau adisi diperoleh dengan
halogenasi benzene. Benzene dapat direaksikan dengan Br2 dan
Cl2 (katalis halida logam) akan diperoleh chlorobenzene dan
bromobenzene. Reaksi ditunjukkan sebagai berikut :

2. Nitrasi : Benzena dapat dinitrasi menjadi nitrobenzene. Proses nitrasi


menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat pada suhu
50-55°C menghasilkan nitrobenzene yang lebih banyak sekitar 95%.
Reaksi sebagai berikut :

3. Sulfonasi : Benzena dapat terkonversi menjadi benzene sulfonic acid


dengan oleum atau chlorosulfonic acid.
4. Alkilasi : Hasil alkilasi benzene seperti ethylbenzene dan cumene
diproduksi dengan mereaksikannya antara etilen dan propilen.
5. Oksidasi : Agen pengoksidasi kuat seperti permanganate atau dikromat
dapat mengoksidasi benzene menjadi air dan karbondioksida.
8

6. Reduksi : Benzena dapat tereduksi menjadi cyclobenzene (dengan


hidrogen dan katalis nikel atau kobalt). Hidrogenasi katalitik benzene
fase uap berlangsung pada suhu 200°C.
c. Kegunaan Produk
Dalam dunia industri, benzene digunakan sebagai pelarut, juga
bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan,
dan pewarna. Karena bersifat karsinogenik, maka pemakaiannya selain
bidang non-industri menjadi sangat terbatas.

1.2.3 Katalis
Katalis yang digunakan dalam pembuatan benzene yakni katalis
NikelMolibdenum. Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat
mempercepat reaksi (mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa
terkonsumsi oleh reaksi, sehingga katalis tidak muncul di dalam
persamaan stoikiometri reaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan
reaksi, tanpa mengalami perubahan secara kimiawi pada akhir reaksi.
Proses yang dilakukan oleh katalis ini disebut katalisis.
Katalis dapat dibedakan menjadi dua golongan utama berdasarkan
fasenya di dalam sistem reaksi, yakni katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis homogen merupakan katalis yang ada dalam fase yang
sama dengan fase reaktan (fase katalis sama dengan fase reaksi). Yang
paling umum berupa fase cair, dengan katalis dan reaktan berada dalam
larutan. Sedangkan katalis heterogen merupakan katalis yang fasenya
tidak sama dengan fase reaktan (fase katalis tidak sama dengan fase
reaksi). Umumnya fase katalis berupa padatan dan fase reaksi berupa gas.
Katalis yang digunakan dalam reaktor Litol adalah katalis
golongan heterogen, yakni Nikel-Molibdenum (Ni-Mo)). Molibdenum
bertindak sebagai zat aktif dan menstabilkan aluminium oksida
sedangkan nikel bertindak sebagai promotor untuk meningkatkan
aktivitas molibdenum. Pemilihan tipe katalis bergantung pada aplikasi
dan aktivitas/selektivitas yang diinginkan. Katalis NiMo cocok untuk
9

proses pre-treatment yaitu hidrogenasi senyawa tak jenuh (diolefin,


stirena) dan proses pengambilan senyawa aromatik yang berasal dari hasil
samping proses karbonisasi (coke oven). Spesifikasi katalis Ni-Mo dapat
dilihat pada Tabel 1.4

Tabel 1.4 Spesifikasi Katalis Nickel Molibdenum


Spesifikasi Nilai
Wujud Ekstrusi
Warna Hijau Muda
Diameter 3 mm
Komposisi, NiO 1-5 %
MoO3 10-20 %
Bulk Density 0,750 g/ml
Umur Pakai 1 Tahun

1.2 Proses Pembuatan Benzena


Beberapa proses utama pembuatan benzene secara komersial antara lain:
A. Catalytic Reforming/Separation
Sekitar 30% dari produksi benzene di dunia dilakukan melalui proses
catalytic reforming. Catalytic reforming merupakan proses yang
dilakukan untuk mengubah naphta dan parafin yang terdapat dalam
gasoline dengan angka oktan rendah menjadi angkza oktan yang tinggi
dan mengandung senyawa aromatis. Reforming katalis yang sering
digunakan adalah platinum-alumina. Reaksi yang terjadi meliputi:
a. Isomerisasi paraffin
b. Hydrocracking
c. Dehidrogenasi cyclohexane
d. Isomerasasi /Dehidrogenasi cyclopentane
e. Dehidrosiklisasi parafin
10

Proses Catalytic reforming biasanya memiliki tiga reaktor yang


masing masing mengandung katalis. Katalis dalam reaktor tersebut akan
diregenerasi secara rutin dan ketika salah satu katalis diregenerasi maka
reaktor yang lain akan tetap beroperasi.
Umpan cair (di pojok kiri bawah) dipompa dan dinaikkan
tekanannya (5 - 45 atm) lalu bergabung di jalur aliran recycle gas kaya
hidrogen. Hasil campuran cair-gas dipanaskan melalui Heat Exchanger.
Sebelum memasuki reaktor pertama, campuran cair-gas tersebut
dipanaskan di heater sampai suhu 495-520 oC. Gas hasil heater dialirkan
menuju reaktor yang berisi katalis. Reaksi yang terjadi adalah
dehydrogenation dari naphtenes menjadi aromatik. Reaksi bersifat
endotermik, sehingga terjadi penurunan suhu dari inlet ke outlet.
Keluaran reaktor satu perlu dipanaskan kembali sebelum masuk ke
reaktor kedua, begitu juga untuk reaktor ketiga. Produk keluaran reaktor
tiga dialirkan menuju heat exchanger yang bersimpangan dengan
campuran cairan umpan dan gas hidrogen. Setelah itu dialirkan menuju
pressure controller dan gas separator. Gas kaya hidrogen akan
dikembalikan menuju gas compressor dan bergabung dengan cairan
umpan menuju heat exchanger. Cairan dari gas separator dialirkan ke
fractioning column. Gas keluaran atas mengandung metane, butane,
propane dan etane yang dihasilkan reaksi hydrocracking, ada
kemungkinan juga mengandung kandungan sedikit hidrogen. Produk
bawah dari fractioning column mengandung cairan kandungan tinggi
oktan reformate yang akan menjadi komponen gasoline. Reformate akan
dipisahkan di dua jalur menjadi light dan heavy reformate. Light
reformate mempunyai nilai oktan rendah dan bisa digunakan untuk
isomerasi. Heavy reformate mengandung nilai oktan tinggi dan
kandungan sedikit benzene, yang sempurna menjadi campuran gasoline.
Kondisi operasi reformer dan jenis bahan mentah yang akan diolah
menetukan jumlah benzene yang dihasilkan. Produk benzene dari proses
catalytic reforming umumnya direcovery dengan teknik ektraksi cair-cair.
11

Beberapa proses catalytic reforming yang saat ini digunakan adalah


Platforming (UOP, Inc), Powerforming (Exxon), Ultraforming (Standard
Oil Co), Rheniforming (Chevron), dan Catalytic Reforming (Kirk-
Othmer, 1992).

B. Pyrolisis Gasoline
Pyrolisis gasoline atau dripolene atau drip oil merupakan hasil
samping dari produksi etilen. Pyrolisis gasoline mengandung senyawa
aromatik sekitar 65% dengan kandungan benzene di dalamnya sebesar
50%. Sekitar 30-35% benzene yang diproduksi di dunia berasal dari
proses pyrolisis gasoline (Kirk-Othmar, 1992). Benzene dan senyawa
aromatis lainnya hanya dapat diperoleh setelah melewati proses
hidrogenasi dan desulfurisasi. Proses tersebut dilakukan untuk
menghilangkan senyawa tidak stabil seperti olefin dan senyawa sulfur
yang merusak senyawa aromatik (Mc.Keta, 1977).
Bahan baku dari proses ini yaitu pyrolisis naphtha yang dihasilkan
dari pembuatan ethylene. Pyrolisis gasoline mentah dialirkan kedalam
tahap pertama yakni mentah dialirkan kedalam tahap pertama yakni
hydrotreating. Untuk menghasilkan benzene, toluene, xylene, aliran C6+
ini dialirkan menuju fractionation untuk mendapatkan C6-C8, yang
nantinya akan mengalami hydrotreated untuk menjenuhkan mono-olefins
di tahap kedua dari hydrotreating.

C. Coke Oven Light Oil Distillation


Sebagian besar benzene diperoleh dari turunan minyak bumi,
beberapa benzene dapat diperoleh dari distilasi coke oven light oil. Light
oil merupakan minyak jernih berwarna kuning kecoklatan yang
mengandung komponen gas coke dengan titik didih antara 0 – 200 oC.
Light oil mengandung 60 - 85% benzene. Agar dapat bersaing dengan
benzene hasil turunan dari minyak bumi, benzene hasil pengolahan light
oil harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut (EPA, 1998).
12

Kemurnian : > 99,9 %


Titik beku : > 5,4 oC
Adapun proses yang digunakan dalam proses destilasi coke oven
light oil ini, yaitu proses litol :
Saat ini telah dikembangkan suatu proses baru untuk mengambil
benzene dari coke oven light oil yang dikenal dengan proses Litol. Proses
Litol merupakan paten milik Houndry dan Hydeal (UOP). Proses houndry
litol dikembangkan untuk memurnikan fraksi aromatic ringan yang
dihasilkan dari pembakaran batu bara. Minyak ini dihasilkan oleh
scrubbing coke oven gas. Light oil ini dihasilkan setelah menghilangkan
material yang lebih ringan dari benzene dan lebih berat dari C8 aromatik,
aromatic yang dihasilkan biasanya mengandung konsentrasi sekitar 90-
95%. Metode tradisional untuk memurnikan light oil yaitu dengan
mencuci light oil dengan asam sulfat, dilanjutkan dengan proses distilasi
untuk memisahkan benzene, toluene, xylene dan larutan naphta.
Kandungan tiophene benzene dihasilkan dari pencucian asam dengan
kadar 100- 400 ppm. Pada proses ini umpan light oil yang telah diuapkan
dilewatkan tumpukan katalisator bersama-sama dengan arus hidrogen.
Tekanan operasi yang digunakan sekitar 3-6 MPa, dengan suhu reaksi
berkisar 565 – 621 oC.

Reaksi yang terjadi di dalam reaktor litol yaitu : Hidrodealkilasi


alkylbenzene

1.2.1 Pemilihan Proses


Pembuatan benzene dapat dilakukan dengan tiga cara yakni
Catalytic Reforming/Separation, pyrolisis gasoline dan coke oven light
distillation. Berikut table perbandingan dari ketiga proses tersebut :
13

Tabel 1.5 Perbandingan Proses


Catalytic
Proses Pyrolisis Coke Oven Light
Reforming/
Gasoline Distillation
Parameter Separation
Bahan Baku Naphta atau Pyrolisis Coke oven light oil
Straight gasoline Gasoline
Bahan Platinum Alumina Nikel- Nikel-Molibdenum
Tambahan Molibdenum
Kondisi Operasi Temperatur 850- Temperatur Temperatur 500 oF
950 oC dan tekanan 371 – 454 oC dan tekanan 6 - 60
13 - 48 atm dan tekanan atm
10 – 35 atm
Konversi 70 - 85 % per pass - 95%
Yield 95 - 98% 95% > 99%
Kemurnian - - > 99.95%
Produk
Alat Utama Reaktor Bejana - Fixed Bed
Multitube Reactor
(PBR) jenis Shell
and Tube
Exchanger.
Dari Tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembuatan
benzene yang di pilih yaitu dengan menggunakan bahan baku Coke Oven Light
Oil karena :

a. Menghasilkan yield yang lebih besar dibanding yang lain, yakni lebih besar
dari 99%.
b. Memiliki kemurnian lebih besar dari yang lain (99,9%).
14

1.3 Kapasitas Perancangan


Dalam perencanaan pendirian suatu pabrik dibutuhkan suatu
predeksi kapasitas agar produksi yang akan dihasilkan dapat memenuhi
kebutuhan, terutama kebutuhan dalam negeri. Perkiraan kapasitas pabrik
dapat ditentukan menurut nilai konsumsi setiap tahun dengan melihat
perkembangan industri dalam kurun waktu berikutnya.
Berdasarkan data ekspor benzena di Indonesia maka rata-rata
kenaikan ekspor dapat dihitung sebagai berikut :
Tabel 1.6 Penentuan Kapasitas

Tahun Jumlah (ton/tahun) % Pertumbuhan


2014 6700 0.0000
2015 5098.95 -0.2390
2016 17008.732 2.3357
2017 8296.929 -0.5122

Rata-Rata pertumbuhan 0.3961

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2017

Perhitungan kapasitas pabrik menggunakan persamaan :


S = P (1+ i) n (Timmerhaus 4th edisi)
Dimana :
S = Kapasitas pabrik tahun 2023
P = Kapasitas pada tahun terakhir 2017
i = Indeks pertumbuhan kebutuhan rata-rata

Sehingga, kapasitas pabrik pada tahun 2023 adalah :


S = 8296,929 ton x (1 + ( 0,3961 ))2023-2017
= 61446,5590 ton/tahun
Karena produksi benzena cukup besar, maka untuk kebutuhan
pabrik ini diambil 65 % dari produksi benzena dan selebihnya diproduksi
oleh pabrik benzena lainnya. Sehingga :
15

y = 61446,5590 ton/tahun x 65 %
= 39.940,2633 ton/tahun
Dari hasil perkiraan di atas, dengan pertimbangan ekonomi dan
produksi maka, ditetapkan kapasitas produksi pabrik benzena pada tahun
2023 yaitu 40.000 ton/tahun. Dari kapasitas yang telah ditentukan,
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benzena di Indonesia serta
kebutuhan ekspor keluar mancanegara.

Anda mungkin juga menyukai