PENDAHULUAN
Makanan adalah hasil dari alam yang sebenarnya tidak hanya untuk
manusia saja. Semua makhluk hidup baik yang terkecil maupun yang terbesar
juga memburunya. Oleh karena itu sangat wajar bahwa makanan yang kita makan
juga disukai oleh mikroorganisme, baik ketika masih mentah maupun sudah
matang.
1.2 Tujuan
1
BAB II
ISI
1. Faktor ekstrinsik
2. Faktor intrinsik
yaitu sifat kimia maupun struktur molekul yang dimiliki oleh bahan
pangan, seperti pH, kandung protein dan senyawa mikroba.
3. Faktor implisit
adalah karakter dari mikroba yang berada di dalam bahan pangan tersebut.
4. Faktor pengolahan
yaitu perubahan mikroba awal yang merupakan akibat dari adanya
pengolahan bahan pangan seperti pemanasan, pendinginan, radiasi dan
penambahan bahan pengawet.
Jika faktor tersebut cocok dengan bakteri saproba atau patogen tertentu
yang dapat menghasilkan racun, maka pencemaran itu dapat terjadi. Toksin
sebagai hasil dari populasi bakteri adalah indikator utama pencemaran makanan.
2
dan protein menjadi penyusun monomer, dan kemudian diserap ke dalam sel
fungi.
3
2) Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa
berbelah-belah seperti tasbih
3) Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta
berdinding tebal; bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut
klamidiospora
4) Jika bagian miselium-miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada
aslinya, maka bagian-bagian itu disebut artrospora.
Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan atas
tipe selnya yaitu,fungi bersifat uniselluler yang biasa disebut khamir dan fungi
bersifat multiselluler yang biasa disebut kapang.
Kapang (Mould)
Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari
filamen yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak = hyphae).
Kumpulan dari hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak = mycelia).
Tubuh atau talus kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian yaitu miselium dan
spora (sel resisten, istirahat atau dorman).Miselium merupakan kumpulan
beberapa filamen yang dinamakan hifa.Setiap hifa lebarnya 5-10 μm,
dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm.Disepanjang
setiap hifa terdapat sitoplasma bersama.
Menurut fungsinya ada dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa
vegetatif.Hifa fertil dapat membentuk sel-sel reproduktif atau badan buah
(spora).Biasanya arah pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara.Hifa vegetatif
berfungsi mencari makanan ke dalam substrat. Sedangkan menurut morfologinya,
ada 3 macam hifa:
4
1. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum
2. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
atau sel-sel berisi nucleus tunggal, pada setiap septum terdapat pori
ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma
dari satu ruang keruang yang lain, setiap ruang suatu hifa yang bersekat
tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang
khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel
3. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang.
Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora.Spora
kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual.Spora
aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
spora seksual.Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan
ringan, sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran
udara. Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan
mengakibatkan gangguan kesehatan.
5
mengandung buah. Spora kapang-kapang ini ternyata mampu bertahan pada
pemanasan yang digunakan untuk mengawetkan produk tersebut. Spora kapang
ini tahan terhadap pemanasan selama 1 menit pada 920C dalam kondisi asam atau
pada makanan yang diasamkan.
Akan tetapi untuk mencapai konsistensi yang seperti ini, kapang tersebut
memerlukan waktu untuk membentuk spora, sehingga sanitasi sehari-hari
terhadap peralatan sangat penting untuk mencegah pertumbuhan kapang ini dan
pembentukan sporanya. Pada umumnya kapang yang tumbuh pada makanan yang
diolah dengan panas tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
Khamir (Yeast)
6
Khamir pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat
fisiologinya dan tidak atas perbedaan morfologinya seperti pada kapang.
Yeast dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu
bersifat fermentatif dan oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi
alkohol yaitu memecah gula (glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya pada
produk roti. Sedangkan oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan CO 2 dan
H2O. Keduanya bagi yeast adalah dipergunakan untuk energi walaupun energi
yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang melalui fermentasi.
Kelompok Khamir
Kelompok yeast yang liar tidak mempunyai spora. Yeast liar ini
pertumbuhannya terkadang diharapkan ada yang tidak diharapkan dalam suatu
fermentasi. Termasuk dalam kelompok yeast ini adalah Candida, Torulopsis,
Brettanomyces, Rhodotorula, Trichosporon dan Kloeckera.
7
Kerusakan oleh khamir
8
BAB III
PROSEDUR
Tabel 1. Nama-nama alat yang digunakan untuk Uji Angka Lempeng Total
NO
NAMA ALAT JUMLAH UKURAN
.
1 Cawan petri 6 buah 90 – 100 mm
2 Pipet ukur 3 buah 1,5 dan 10 ml
3 Penangas air 1 Buah 45±10C
4 Lemari pengeram 1 Buah 36±10C
5 Colony counter 1 Buah -
9
5 Autoclave - 1 Buah
6 Panci - 1 Buah
7 Kompor - 1 Buah
8 Pipet Volume 2 mL, 1mL 5 Buah
9 Cawan Petridis 18 x180 mm 20 Buah
10 Beaker Glass 1000 mL 1 Buah
11 Pembakaran Bunsen - 3 Buah
12 Kapas - Secukupnya
13 Spidol - 1Buah
14 Inkubator - 1 Buah
15 Waterbath/Mammert - 1 Buah
16 Rak Tabung Reaksi - 1 Buah
17 Kertas Pembungkus - 1 Buah
PROSEDUR KERJA
10
Uji Kapang dan Khamir
1. Melakukan persiapan, pengenceran dan homogenisasi. Kemudian,
mensterilisasikan kedalam Autoclave pada suhu 1210 c selama 15
menit. Setelah mensterilisasikan lalu mendinginkan tabung reaksi, BPW
tabung dan BPW untuk pengenceran 10−1 . Sedangkan untuk Media
PDA dimasukan kedalam Waterbath/Mammert agar media tidak membeku
sebelum digunakan.
2. Menyiapkan Neraca Analitik dan Pembakaran Bunsen secara aseptik agar
tidak terkontaminasi.
3. Menimbang setiap sampel (Tepung Tapioka 25gr, Biskuit 25gr, dan
Minuman Beralkohol Gol. B 25mL) kedalam BPW Pengenceran 10−1
dan melarutkan sampel dan BPW tersebut sampai larut keseluruhannya.
Dan untuk BPW tabung dengan menuangkan sebanyak 9 mL kesetiap
tabung dan melakukan pengenceran. Kemudian memipet sebanyak 1 mL
kesetiap cawan petri.
4. Selanjutnya, menuangkan PDA kecawan petri sebanyak 20 mL dyang
berisi sampel dan menghomogenkan dengan Platform Shaker sehingga
tercampur rata.
5. Kemudian, membungkus cawan petri setiap jenis sampel dengan kertas
pembungkus dan meletakan kedalam inkubasi pada suhu 250 c selama
5 hari pengamatan untuk Kapang dan Khamir sesuai SNI 01-3751-2006.
6. Menghitung koloni Kapang dan Khamir setelah 5 hari dengan rentang
waktu hari ke-3 dan ke-5 kemudian, melaporkan hasil sebagai jumlah
Kapang dan Khamir per gram/mL contoh.
Keterangan :
11
Serangga dalam semua bentuk
stadia dan potongan- - Tidak ada
potongannya yang tampak
Kehalusan, lolos ayakan 212
% Min 95
μm (Mesh 70)(b/b)
Kadar Air (b/b) % Maks 14.5
Kadar Abu (b/b) % Maks 0.70
Kadar Protein (b/b) % Min 7.0
Keasaman Mg KOH/
Maks 50
100g
Falling Number (atas dasar
Detik Min 300
kadar air 14%)
Besi (Fe) mg/kg Min 50
Seng (Zn) mg/kg Min 30
Vitamin B1 (tiamin) mg/kg Min 2.5
Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Min 4
Asam Folat mg/kg Min 2
Cemaran Logam :
Maks 1.0
a. Timbal (Pb) mg/kg
Maks 0.05
b. Raksa (Hg) mg/kg
Maks 0.1
c. Kadmium (Cd) mg/kg
Cemaran Arsen mg/kg Maks 0.50
Cemaran Mikroba :
Maks 1x 105
a. Angka Lempeng Total Koloni/g
Maks 10
b. E. coli APM/g
Maks 1x 104
c. Kapang Koloni/g
Maks 1x 104
d. Bacillus cereus Koloni/g
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
NO. Pengenceran Jumlah Bakteri / cawan
1 10-1 3
2 10-2 -
3 10-3 -
4 10-4 -
5 10-5 -
6 Blanko -
N Jumlah Koloni
Pengenceran
o Kapang Khamir
1 10−1 14 -
2 10
−2
10 -
3 10−3 2 -
4 10
−4
1 -
5 10−5 - -
6 Blanko - -
13
Tabel 16. Data Hasil Pengamatan Pada Biskuit
14
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengamatan mengenai angka lempeng total pada Roti selai, yang bisa
di temukan di warung – warung pinggiran jalan jika di lihat dari angka
lempeng total dan kelayakan konsumsinya roti selai masih layak
dikonsumsi. Kelayakan konsumsi pada pengamatan sampel dimana
dilakukan 5 kali pengenceran hanya ada pada pengenceran 10 -1-10-3
,sedangkan pengamatan pada pemeriksaan angka lempeng total pada
Roti selai hanya ada pada pengenceran sampel pengenceran 10-1.
15
2. Untuk data hasil pengamatan uji kapang yang tumbuh dan yang paling
dominan pada pengenceran 10−1 dengan jumlah koloni 14 koloni/gr
dan menurut SNI 19-2897-1992 dan Syarat Mutu Tepung Sebagai
Bahan Makanan bahwasanya sampel yang diuji masih layak
dikonsumsi di kalangan masyarakat karena cemaran mikroba
khususnya pada kapang masih sangat ditoleransi.
16