Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan adalah hasil dari alam yang sebenarnya tidak hanya untuk
manusia saja. Semua makhluk hidup baik yang terkecil maupun yang terbesar
juga memburunya. Oleh karena itu sangat wajar bahwa makanan yang kita makan
juga disukai oleh mikroorganisme, baik ketika masih mentah maupun sudah
matang.

Makanan yang dihuni oleh mikroorganisme, maka disitu akan terjadi


penguraian. Penguraian terkadang dapat meningkatkan nilai gizi, seperti
fermentasi pada tempe. Namun kasus seperti pada tempe tidaklah banyak, hanya
beberapa saja, sedangkan yang terbanyak adalah justru zat yang dihasilkan dari
penguraian tersebut dapat meracuni manusia jika dikonsumsi. Ini disebut sebagai
pencemaran makanan secara biologis.

Makanan yang mengalami penguaraian dapat menjadi racun bagi tubuh


manusia sehingga dapat mengakibatkan sakit hingga mengancam nyawa. Mikroba
yang berkembang pada suatu bahan makanan biasanya tergantung dari jenis bahan
pangan tersebut, kondisi lingkungannya dan bagaimana cara menyimpannya.
Berapa lama sebuah bahan makana disimpan juga dapat menjadi faktor seberapa
besar sebuah bahan makanan telah mengalami penguaraian.

1.2 Tujuan

Menghitung koloni mikroba pada sampel makanan yaitu:Tepung


tapioka,Minuman beralkohol,Biskuat, dan Roti Slai.

1
BAB II

ISI

2.1 Faktor Penyebab Pertumbuhan Mikroba

1. Faktor ekstrinsik

yaitu kondisi lingkungan tempat bahan makanan itu disimpan, seperti


suhu, kelembaban dan susunan gas yang ada di sekitar bahan makanan
tersebut.

2. Faktor intrinsik
yaitu sifat kimia maupun struktur molekul yang dimiliki oleh bahan
pangan, seperti pH, kandung protein dan senyawa mikroba.

3. Faktor implisit
adalah karakter dari mikroba yang berada di dalam bahan pangan tersebut.

4. Faktor pengolahan
yaitu perubahan mikroba awal yang merupakan akibat dari adanya
pengolahan bahan pangan seperti pemanasan, pendinginan, radiasi dan
penambahan bahan pengawet.

Jika faktor tersebut cocok dengan bakteri saproba atau patogen tertentu
yang dapat menghasilkan racun, maka pencemaran itu dapat terjadi. Toksin
sebagai hasil dari populasi bakteri adalah indikator utama pencemaran makanan.

2.2 Kapang dan Khamir

Fungi (jamur) merupakan organisme eukariot yang memiliki dinding sel


yang tersusun dari kitin dan memiliki nukleat yang banyak. Fungi bersifat
kemoorganotrof, karena mendapatkan nutrisi dengan cara mensekresikan enzim
ekstraselular yang dapat mencerna senyawa organik kompleks seperti polisakarida

2
dan protein menjadi penyusun monomer, dan kemudian diserap ke dalam sel
fungi.

Fungi berbeda dengan tanaman, diantara perbedaannya adalah:


a) Tidak berklorofil
b) Komposisi dinding sel berbeda,

c) Reproduksi dengan spora,

d) Tidak ada batang, cabang, akar atau daun;

e) Tidak mempunyai system vaskular seperti tanaman;

f) Multiseluler namun tidak mempunyai pembagian fungsi seperti tanaman.

Fungi berperan di ekosistem sebagai decomposer, hidup dengan mencerna


materi organic dari sisa-sisa makhluk hidup seperti sampah daun, kayu tumbang
serta jasad organisme yang sudah mati. Fungi juga bisa berperan sebagai parasit,
hidup dengan menyerap nutrient dari sel hidup dari organism inang yang mereka
serang.

Fungi memiliki habitat yang beragam. Beberapa fungi akuatik, sebagian


besar hidup di perairan tawar, ada juga yang hidup di perairan laut. Sebagian besar
dari fungi bersifat terrestrial.Mereka hidup di tanah atau tumbuhan yang sudah
mati dan memainkan peran yang sangat penting dalam mengurai materi organik.
Sebagian besar fungi ada juga yang menjadi parasit bagi tumbuhan, sebagian kecil
menjadi agen penyakit bagi hewan. Fungi bukan hanya menjadi parasit bagi
tanaman, ada juga yang bersimbiosis dengan akar tanaman, membantunya dalam
proses penyerapan mineral dari tanah.

Fungi berkembangbiak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai


macam spora. Macam spora yang terjadi secara vegetatif ialah:
1) Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu
berkelompok kecil-kecil, masing-masing mempunyai membran inti
sendiri;

3
2) Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa
berbelah-belah seperti tasbih
3) Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta
berdinding tebal; bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut
klamidiospora
4) Jika bagian miselium-miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada
aslinya, maka bagian-bagian itu disebut artrospora.

Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan atas
tipe selnya yaitu,fungi bersifat uniselluler yang biasa disebut khamir dan fungi
bersifat multiselluler yang biasa disebut kapang.

 Kapang (Mould)

Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan


pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi
jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis
kapang.

Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari
filamen yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak = hyphae).
Kumpulan dari hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak = mycelia).
Tubuh atau talus kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian yaitu miselium dan
spora (sel resisten, istirahat atau dorman).Miselium merupakan kumpulan
beberapa filamen yang dinamakan hifa.Setiap hifa lebarnya 5-10 μm,
dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm.Disepanjang
setiap hifa terdapat sitoplasma bersama.

Menurut fungsinya ada dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa
vegetatif.Hifa fertil dapat membentuk sel-sel reproduktif atau badan buah
(spora).Biasanya arah pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara.Hifa vegetatif
berfungsi mencari makanan ke dalam substrat. Sedangkan menurut morfologinya,
ada 3 macam hifa:

4
1. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum
2. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang
atau sel-sel berisi nucleus tunggal, pada setiap septum terdapat pori
ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma
dari satu ruang keruang yang lain, setiap ruang suatu hifa yang bersekat
tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang
khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel
3. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang.
Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora.Spora
kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual.Spora
aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
spora seksual.Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan
ringan, sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran
udara. Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan
mengakibatkan gangguan kesehatan.

 Kerusakan oleh kapang

Kapang mempunyai kisaran pH pertumbuhan yang luas, yaitu 1.5-11.


Kebusukan makanan kaleng yang disebabkan oleh kapang sangat jarang terjadi,
tetapi mungkin saja terjadi. Kebanyakan kapang tidak tahan panas sehingga
adanya kapang pada makanan kaleng disebabkan oleh kurangnya pemanasan
(under process) atau karena terjadi kontaminasi setelah proses. Kapang
memerlukan oksigen untuk tumbuh sehingga pertumbuhan pada kaleng hanya
mungkin terjadi apabila kaleng bocor.

Kapang lebih tahan asam, sehingga kapang sering membusukkan makanan


asam, seperti buah-buahan asam dan minuman asam.Kapang seperti Bysochamys
fulva, Talaromyces flavus, Neosartorya fischeri dan lain-lain telah diketahui
sebagai penyebab kebusukan minuman sari buah kaleng dan produk-produk yang

5
mengandung buah. Spora kapang-kapang ini ternyata mampu bertahan pada
pemanasan yang digunakan untuk mengawetkan produk tersebut. Spora kapang
ini tahan terhadap pemanasan selama 1 menit pada 920C dalam kondisi asam atau
pada makanan yang diasamkan.

Akan tetapi untuk mencapai konsistensi yang seperti ini, kapang tersebut
memerlukan waktu untuk membentuk spora, sehingga sanitasi sehari-hari
terhadap peralatan sangat penting untuk mencegah pertumbuhan kapang ini dan
pembentukan sporanya. Pada umumnya kapang yang tumbuh pada makanan yang
diolah dengan panas tidak menyebabkan penyakit pada manusia.

Gangguan kesehatan yang diakibatkan spora kapang terutama akan


menyerang saluran pernapasan. Asma, alergi rinitis, dan sinusitis merupakan
gangguan kesehatan yang paling umum dijumpai sebagai hasil kerja sistem imun
tubuh yang menyerang spora yang terhirup. Penyakit lain adalah infeksi kapang
pada saluran pernapasan atau disebut mikosis. Salah satu penyakit mikosis yang
umum adalah Aspergillosis, yaitu tumbuhnya kapang dari genus Aspergillus pada
saluran pernapasan. Selain genus Aspergillus, beberapa spesies dari
genus Curvularia dan Penicillium juga dapat menginfeksi saluran pernapasan dan
menunjukkan gejala mirip seperti Aspergillosi.

 Khamir (Yeast)

Khamir (yeast) adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa


generasi ada yang membentuk miselium dengan percabangan. Khamir hidupnya
sebagian ada yang saprofit dan ada beberapa yang parasitik. Sel khamir
mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 μm sampai 20-50
μm, dan lebar 1-10 μm.

Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya


yang bersifat uniseluler. Reproduksi khamir terutama dengan cara pertunasan.
Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat jika
dibandingkan dengan kapang karena mempunyai perbandingan luas permukaan
dengan volume yang lebih besar.

6
Khamir pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat
fisiologinya dan tidak atas perbedaan morfologinya seperti pada kapang.
Yeast dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu
bersifat fermentatif dan oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi
alkohol yaitu memecah gula (glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya pada
produk roti. Sedangkan oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan CO 2 dan
H2O. Keduanya bagi yeast adalah dipergunakan untuk energi walaupun energi
yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang melalui fermentasi.

Dibandingkan dengan bakteri, yeast dapat tumbuh dalam larutan yang


pekat misalnya larutan gula atau garam lebih juga menyukai suasana asam dan
lebih bersifat menyukai adanya oksigen. Yeast juga tidak mati oleh adanya
antibiotik dan beberapa yeast mempunyai sifat antimikroba sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan mould. Adanya sifat-sifat yang tahan pada
lingkungan yang stress (garam, asam dan gula) maka dalam persaingannya dengan
mikroba lain yeast lebih bisa hidup normal.

 Kelompok Khamir

Kelompok yeast sejati pada dasarnya termasuk kedalam kelas


Ascomycetes, dengan ciri memiliki spora. Termasuk kedalam kelompok ini adalah
berbagai spesies Saccharomyces, Schizosaccharomyces, Zygosaccharomyces,
Pichia, Hansenula, Debaryomyces dan Hanseniaspora. Pada kelompok
jenis yeast sejati ini spesies yang umum digunakan dalam industri
adalah Saccharomyces cerevisiae yaitu untuk pembuatan roti, minuman
beralkohol, glyserol dan enzim invertase.

Kelompok yeast yang liar tidak mempunyai spora. Yeast liar ini
pertumbuhannya terkadang diharapkan ada yang tidak diharapkan dalam suatu
fermentasi. Termasuk dalam kelompok yeast ini adalah Candida, Torulopsis,
Brettanomyces, Rhodotorula, Trichosporon dan Kloeckera.

7
 Kerusakan oleh khamir

Khamir mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-8.5.Namun kebanyakan


khamir lebih cocok tumbuh pada kondisi asam, yaitu pada pH 4-4.5, sehingga
kerusakan oleh khamir lebih mungkin terjadi pada produk-produk asam.Suhu
lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan khamir adalah 25-30 oC dan suhu
maksimum 35-47oC. Beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0oC atau lebih
rendah. Khamir tumbuh baik pada kondisi aerobik, tetapi khamir fermentatif dapat
tumbuh secara anaerobik meskipun lambat.

Khamir hanya sedikit resisten terhadap pemanasan, dimana kebanyakan


khamir dapat terbunuh pada suhu 60oC. Jika makanan kaleng busuk karena
pertumbuhan khamir, maka dapat diduga pemanasan makanan tersebut tidak
cukup atau kaleng telah bocor. Pada umumnya kebusukan karena khamir disertai
dengan pembentukan alkohol dan gas CO2 yang menyebabkan kaleng menjadi
kembung.Khamir dapat membusukkan buah kaleng, jam dan jelly serta dapat
menggembungkan kaleng karena produksi CO2.Seperti halnya kapang, khamir
yang tumbuh pada makanan yang diolah dengan pemanasan tidak menyebabkan
penyakit pada manusia.

8
BAB III

PROSEDUR

3.1 Uji Angka Lempeng Total

Tabel 1. Nama-nama alat yang digunakan untuk Uji Angka Lempeng Total

NO
NAMA ALAT JUMLAH UKURAN
.
1 Cawan petri 6 buah 90 – 100 mm
2 Pipet ukur 3 buah 1,5 dan 10 ml
3 Penangas air 1 Buah 45±10C
4 Lemari pengeram 1 Buah 36±10C
5 Colony counter 1 Buah -

Tabel 2. Nama-nama Bahan yang digunakan untuk Uji Angka Lempeng


Total

N NAMA BAHAN JUMLAH


O
1 BPW 20 /l aquades
2 PCA 17,5//L aquades
3 Roti Bohong 25 gr
4 Aquades 225 ml

3.2 Uji Kapang dan Khamir

Pertumbuhan Kapang dan Khamir dalam media yang cocok setelah


diinkubasi pada suhu 250 C selama ± 5 hari sesuai dengan SNI 19-2897-
1992

Tabel 3. Alat yang digunakan dalam Uji Kapang dan Khamir.

No Nama Alat Ukuran Jumlah


1 Cawan Petridis 18 x180 mm 10 Buah
2 Botol Sampel 250 Ml 2 Buah
3 Neraca Analitik - 1 Buah
4 Tabung reaksi - 4 Buah

9
5 Autoclave - 1 Buah
6 Panci - 1 Buah
7 Kompor - 1 Buah
8 Pipet Volume 2 mL, 1mL 5 Buah
9 Cawan Petridis 18 x180 mm 20 Buah
10 Beaker Glass 1000 mL 1 Buah
11 Pembakaran Bunsen - 3 Buah
12 Kapas - Secukupnya
13 Spidol - 1Buah
14 Inkubator - 1 Buah
15 Waterbath/Mammert - 1 Buah
16 Rak Tabung Reaksi - 1 Buah
17 Kertas Pembungkus - 1 Buah

Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam Uji Kapang dan Khamir

No Nama Bahan Ukuran Jumlah


1 Potato Dextrose Agar (PDA) 39 gr/L 23,4 gr
2 Buffered Peptone Water (BPW) 20 gr/L 12 gr
3 Aquadest - 465 Ml
4 Alkohol 96 % Secukupnya
5 Chlorampenicol/Antibiotic 250 g//l 2,4 mL
6 Tepung Tapioka 1 Kg 25 gr
7 Biskuit - 25 gr
8 Minuman Beralkohol Gol. B - 25 mL

PROSEDUR KERJA

Uji Angka Lempeng Total (ALT)


1. Melakukan persiapan dan homogenisasi conoh.
2. Pipet 1 ml dari masing – masing pengenceran kedalam cawan petri secara
simplo dan duplo.
3. Kedalam setiap cawan petri tuangkan sebanyak 15-20 ml media PCA yang
telah dicairkan yang bersuhu 45±0 C dalam waktu 15 menit dari
pengenceran pertama
4. Goyanngkan cawan petri dengan hati – hati (putar dan goyanngkan ke
depan ) dan kebelakang serta ke kanang dan kekiri hingga contoh
bercampur rata dengan pembenihan.
5. Kerjakan pemeriksaan blangko dengan mencampurkan air pengencer
dengan pembenihan untuk setiap contoh yang diperiksa.
6. Biarkan hingga campuran dalam cawan membeku.

10
Uji Kapang dan Khamir
1. Melakukan persiapan, pengenceran dan homogenisasi. Kemudian,
mensterilisasikan kedalam Autoclave pada suhu 1210 c selama 15
menit. Setelah mensterilisasikan lalu mendinginkan tabung reaksi, BPW
tabung dan BPW untuk pengenceran 10−1 . Sedangkan untuk Media
PDA dimasukan kedalam Waterbath/Mammert agar media tidak membeku
sebelum digunakan.
2. Menyiapkan Neraca Analitik dan Pembakaran Bunsen secara aseptik agar
tidak terkontaminasi.
3. Menimbang setiap sampel (Tepung Tapioka 25gr, Biskuit 25gr, dan
Minuman Beralkohol Gol. B 25mL) kedalam BPW Pengenceran 10−1
dan melarutkan sampel dan BPW tersebut sampai larut keseluruhannya.
Dan untuk BPW tabung dengan menuangkan sebanyak 9 mL kesetiap
tabung dan melakukan pengenceran. Kemudian memipet sebanyak 1 mL
kesetiap cawan petri.
4. Selanjutnya, menuangkan PDA kecawan petri sebanyak 20 mL dyang
berisi sampel dan menghomogenkan dengan Platform Shaker sehingga
tercampur rata.
5. Kemudian, membungkus cawan petri setiap jenis sampel dengan kertas
pembungkus dan meletakan kedalam inkubasi pada suhu 250 c selama
5 hari pengamatan untuk Kapang dan Khamir sesuai SNI 01-3751-2006.
6. Menghitung koloni Kapang dan Khamir setelah 5 hari dengan rentang
waktu hari ke-3 dan ke-5 kemudian, melaporkan hasil sebagai jumlah
Kapang dan Khamir per gram/mL contoh.

Keterangan :

 Koloni Kapang biasanya buram dan berbulu.


 Koloni Khamir berwarna putih dan licin (berbau asam).
 Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan
 Tabel 13. Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan.

Jenis Uji Satuan Persyaratan


Keadaan :
a. Bentuk - Serbuk
b. Bau - Normal (bebas dari bau asin,
c. Warna - putih, khas terigu)
Benda Asing - Tidak ada

11
Serangga dalam semua bentuk
stadia dan potongan- - Tidak ada
potongannya yang tampak
Kehalusan, lolos ayakan 212
% Min 95
μm (Mesh 70)(b/b)
Kadar Air (b/b) % Maks 14.5
Kadar Abu (b/b) % Maks 0.70
Kadar Protein (b/b) % Min 7.0
Keasaman Mg KOH/
Maks 50
100g
Falling Number (atas dasar
Detik Min 300
kadar air 14%)
Besi (Fe) mg/kg Min 50
Seng (Zn) mg/kg Min 30
Vitamin B1 (tiamin) mg/kg Min 2.5
Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Min 4
Asam Folat mg/kg Min 2
Cemaran Logam :
Maks 1.0
a. Timbal (Pb) mg/kg
Maks 0.05
b. Raksa (Hg) mg/kg
Maks 0.1
c. Kadmium (Cd) mg/kg
Cemaran Arsen mg/kg Maks 0.50
Cemaran Mikroba :
Maks 1x 105
a. Angka Lempeng Total Koloni/g
Maks 10
b. E. coli APM/g
Maks 1x 104
c. Kapang Koloni/g
Maks 1x 104
d. Bacillus cereus Koloni/g

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Angka Lempeng Total (ALT)

Hasil pengamatan dengan Uji angka lempeng total


Tabel 15 Pengamatan pada Roti slai dengan menggunakan Media PCA

12
NO. Pengenceran Jumlah Bakteri / cawan
1 10-1 3
2 10-2 -
3 10-3 -
4 10-4 -
5 10-5 -
6 Blanko -

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi di


BARISTAN Industri Medan, pengamatan mengenai angka lempeng total pada
Roti slai, yanng bisa di temukan di warung – warung pinggiran jalan jika di
lihat dari angka lempeng total dan kelayakan konsumsinya roti slai masih
layak dikonsumsi.karena kelayakan konsumsi pada pengamatan sampel
dimana dilakukan 5 kali pengenceran hanya ada pada pengenceran 10 -1-10-3
,sedangkan pengamatan pada pemeriksaan angka lempeng total pada roti slai
hanya ada pada pengenceran sampel pengenceran 10-1.

4.2. Uji Kapang dan Khamir


 Hasil Pengamatan Kapang dan Khamir
Tabel 15. Data Hasil Pengamatan Pada Tepung Tapioka dengan
menggunakan Media PDA

N Jumlah Koloni
Pengenceran
o Kapang Khamir
1 10−1 14 -
2 10
−2
10 -
3 10−3 2 -
4 10
−4
1 -
5 10−5 - -
6 Blanko - -

13
Tabel 16. Data Hasil Pengamatan Pada Biskuit

Pengencera Jumlah Koloni


No
n Kapang Khamir
1 10−1 6 -
2 10
−2
1 -
3 10−3 - -
4 10
−4
- -
5 10−5 - -
6 Blanko - -

Tabel 17. Data Hasil Pengamatan Pada Minuman Beralkohol Gol. B

Pengencera Jumlah Koloni


No
n Kapang Khamir
1 10−1 - -
2 10
−2
- -
3 10−3 - -
4 10
−4
- -
5 10−5 - -
6 Blanko - -

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa untuk Minuman Beralkohol


Golongan B tidak tercemar oleh kapang dan khamir sehingga minuman ini sangat
layak untuk dikonsumsi masyarakat umum dan dapat disebarluaskan di
masyarakat. Demikian halnya dengan data hasil pengamatan dari Biskuit yang
tidak terlalu besar jumlah koloni kapang yang tumbuh sehingga biskuit ini pun
masih layak konsumsi dan disebarluaskan di masyarakat khususnya masyarakat di
Kota Medan. Untuk data hasil pengamatan pada Tepung Tapioka, banyak sekali
kapang yang tumbuh dan yang paling dominan pada pengenceran 10−1 dengan
jumlah koloni 14 koloni/gr dan menurut SNI 01-3751-2006 dan Syarat Mutu
Tepung Sebagai Bahan Makanan bahwasanya tepung yang diuji masih layak
dikonsumsi di kalangan masyarakat karena cemaran mikroba khususnya pada
kapang masih sangat ditoleransi. Jadi, dari semua sampel yang diuji ternyata
masih layak dikonsumsi.

14
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengamatan mengenai angka lempeng total pada Roti selai, yang bisa
di temukan di warung – warung pinggiran jalan jika di lihat dari angka
lempeng total dan kelayakan konsumsinya roti selai masih layak
dikonsumsi. Kelayakan konsumsi pada pengamatan sampel dimana
dilakukan 5 kali pengenceran hanya ada pada pengenceran 10 -1-10-3
,sedangkan pengamatan pada pemeriksaan angka lempeng total pada
Roti selai hanya ada pada pengenceran sampel pengenceran 10-1.

15
2. Untuk data hasil pengamatan uji kapang yang tumbuh dan yang paling
dominan pada pengenceran 10−1 dengan jumlah koloni 14 koloni/gr
dan menurut SNI 19-2897-1992 dan Syarat Mutu Tepung Sebagai
Bahan Makanan bahwasanya sampel yang diuji masih layak
dikonsumsi di kalangan masyarakat karena cemaran mikroba
khususnya pada kapang masih sangat ditoleransi.

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    Dokumen11 halaman
    Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    niluh
    Belum ada peringkat
  • OPTIMALKAN UNTUK PENGKAJIAN KEBIDANAN
    OPTIMALKAN  UNTUK PENGKAJIAN KEBIDANAN
    Dokumen5 halaman
    OPTIMALKAN UNTUK PENGKAJIAN KEBIDANAN
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Ass. Neonatus
    Ass. Neonatus
    Dokumen5 halaman
    Ass. Neonatus
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Ass. Neonatus
    Ass. Neonatus
    Dokumen5 halaman
    Ass. Neonatus
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan
    Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan
    Dokumen11 halaman
    Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan
    DinianaNiko
    100% (1)
  • Pedoman Pengorganisasian Rekam Medis
    Pedoman Pengorganisasian Rekam Medis
    Dokumen18 halaman
    Pedoman Pengorganisasian Rekam Medis
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • BAB 5-6 Vendra 5-1
    BAB 5-6 Vendra 5-1
    Dokumen20 halaman
    BAB 5-6 Vendra 5-1
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    Lu'lu Fiya
    Belum ada peringkat
  • Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    Dokumen11 halaman
    Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    niluh
    Belum ada peringkat
  • S U R A T P e R N y A T A A N
    S U R A T P e R N y A T A A N
    Dokumen1 halaman
    S U R A T P e R N y A T A A N
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • KMPK
    KMPK
    Dokumen17 halaman
    KMPK
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Biaya Modal Umsu
    Biaya Modal Umsu
    Dokumen4 halaman
    Biaya Modal Umsu
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Rev Terakir Apriani
    Bab 2 Rev Terakir Apriani
    Dokumen32 halaman
    Bab 2 Rev Terakir Apriani
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Biaya Modal Umsu
    Biaya Modal Umsu
    Dokumen4 halaman
    Biaya Modal Umsu
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Patient Safety
    Patient Safety
    Dokumen15 halaman
    Patient Safety
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Patient Safety
    Patient Safety
    Dokumen15 halaman
    Patient Safety
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Seminar Hasil Sari
    Seminar Hasil Sari
    Dokumen20 halaman
    Seminar Hasil Sari
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Mengelola Sampah Secara Baik
    Mengelola Sampah Secara Baik
    Dokumen13 halaman
    Mengelola Sampah Secara Baik
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Motivasi Kerja dan Kinerja Perawat
    Motivasi Kerja dan Kinerja Perawat
    Dokumen14 halaman
    Motivasi Kerja dan Kinerja Perawat
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Air Limbah
    Air Limbah
    Dokumen5 halaman
    Air Limbah
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    Dokumen11 halaman
    Analisis Swot Pada Rumah Sakit 1
    niluh
    Belum ada peringkat
  • Agustus
    Agustus
    Dokumen1 halaman
    Agustus
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Filosofi Kebidanan
    Filosofi Kebidanan
    Dokumen3 halaman
    Filosofi Kebidanan
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Patient Safety
    Patient Safety
    Dokumen9 halaman
    Patient Safety
    Adinda Virginda Lobo
    Belum ada peringkat
  • BAB II Lingkungan CPY
    BAB II Lingkungan CPY
    Dokumen26 halaman
    BAB II Lingkungan CPY
    Rizki Ard
    Belum ada peringkat
  • Falsafah dan Paradigma Kebidanan
    Falsafah dan Paradigma Kebidanan
    Dokumen6 halaman
    Falsafah dan Paradigma Kebidanan
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Melakukan Pengujian
    Melakukan Pengujian
    Dokumen6 halaman
    Melakukan Pengujian
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Melakukan Pengujian
    Melakukan Pengujian
    Dokumen6 halaman
    Melakukan Pengujian
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat
  • Mengolah Data
    Mengolah Data
    Dokumen6 halaman
    Mengolah Data
    Agustina Susanti Manaloe Roemahijoek
    Belum ada peringkat