Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN Tn. A. M.

DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN (TUBERKULOSIS PARU)

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A. M
b. Umur : 19 tahun
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Pendidikan : SLTA
e. Pekerjaan : Tidak bekerja
f. Agama : Islam
g. Suku / bangsa : Banjar / Indonesia
h. Alamat : Jln. Tembus Mantuil, Gang Ganda Pura
RT. 27
i. Ruangan dirawat : Jamrud kamar A1
j. Tanggal masuk RS : 02 Oktober 2017
k. No. register : 35.99.76
l. Diagnose medis : TB Paru
m. Dokter yang merawat : dr. p

2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama: Sesak napas dan batuk berdahak.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan “± 2 bulan setengah mengikuti pengobatan paru
di puskesmas pekauman, namun pada tanggal 30 September 2017
mulai mengalami sesak napas, dan batuk berdahak terus menerus,
dibawakan oleh keluarga ke puskesmas untuk pengobatan namun
tidak ada perubahan. Setelah itu di rujuk ke rumah sakit Ansari Saleh.
Klien masuk RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pada
tanggal 2 Oktober 2017 melalui poliklinik dengan keluhan sesak
napas dan batuk berdahak terus menerus, tanda-tanda vital:
temperatur: 36,5 0C, puls: 94 x/menit, respirasi: 34x/menit, tekanan

1
darah 120/80 mmHg, SPO2: 94%, terpasang oksigen nasal kanul 2
liter, dan terpasang infus Nacl 12 tetes per menit.
Saat pengkajian klien mengatakan batuk sudah berkurang, namun
masih sesak napas, I: klien tampak kesulitan benapas, bentuk dada
barrel chest, pernapasan cuping hidung, pergerakan dada asimetris kiri
dan kanan, ada benjolan pada mediasternum, P: fremitus vocal : paru
sinistra getaran teraba lebih jauh, P: redup diparu sinistra, A: ronchi
0
diparu sinistra, tanda-tanda vital: temperatur: 36,7 C, puls: 82
x/menit, respirasi: 24 x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, SPO2:
96%, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, terpasang infus Nacl 12
tetes per menit, klien di diagnosa tuberkulosis paru + susp masa
mediastinum.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan “± 2 bulan terakhir mengikuti pengobatan
tubekulosis paru di puskesmas Pekauman Banjarmasin, klien memiliki
riwayat tuberkulosis paru sejak 2 bulan stengah yang lalu dan tidak
memiliki riwayat penyakit lain, namun sekitar 1 minggu terakhir,
memiliki keluhan sesak napas sehingga di rujuk ke rumah sakit Ansari
Saleh.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ”kakak klien memiliki riwayat penyakit
tuberkulosis paru satu tahun yang lalu, sudah tuntas pengobatan dan
sembuh sedangkan keluarga lain tidak memiliki riwayat penyakit
seperti TB paru, hipertensi, asma, jantung, stroke dan lainnya”

2
Genogram keluarga :

TB
Paru

TB
Paru

3
Keterangan :
laki-laki :

Perempuan :

Meninggal dunia :

Pasien :

Tinggal satu rumah :

e. Riwayat social
Pasien mengatakan “sebelum sakit pasien mampu bersosialisasi
dan beriinteraksi dengan sesama, namun setelah sakit pasien kurang
mampu berintaraksi dan bersosialisasi dengan sesame dan mengurangi
untuk berkomunikasi bicara agar tidak terlalu sesak”

3. Pemeriksaan fisik
No Pengkajian Hasil
1. Kepala - Inspeksi :
 Bentuk kepala simetris
 Rambut rata hitam dan tipis
 Kulit kepala tampak bersih
 Tidak ada ketombe
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Massa (-)
 Krepitasi (-)
2. Mata - Inspeksi :
 Bentuk mata simetris
 Konjungtiva anemis (+)
 Sclera ikterik (-)
 Edema palpebral (-)
 Tanda perdarahan (-)
 Popil isokor sinistra-dextra
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
3. Hidung
- Inspeksi :
 Bentuk hidung simetris

4
 Perdarahan (-)
 Polip (-)
 Secret (-)
 Cuping idung (-)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Krepitasi (-)
4. Mulut
- Inspeksi :
 Warna bibir coklat kehitaman
 Mukosa bibir lembab
 Mukosa mulut merah muda
 Gusi normal/perdarahan (-)
 Lidah merah muda
 Pembengkakan tonsil (-)
 Gangguan bicara (-)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Massa (-)
5. Telinga - Inspeksi :
 Bentuk telinga simetris
 Sejajar dengan sudut mata
 Pendarahan (-)
 Kemerahan (-)
 Serumen (+) berwarna kuning dan
tidak berbau
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
6. Leher - Inspeksi :
 Bentuk leher simetris
 Kaku kudauk (-)
 Deviasi trakea (-)
 Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Pembesaran kelenjar limfa (-)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Pembesaran/pembengkakan (-)

7. Thorak/dada  Paru-paru anterior:


Inspeksi :
 Bentuk dada barrel chest
 Kelainan bentuk dada (+)
 Ekspansi dinding dada asimetris
 Bantuan otot bantu nafas (+)
retraksi intercostal

5
 Perdarahan (-)
 Batuk (+)
 Sputum kental dan berwarna
kekuningan
Palpasi :
 Massa (-)
 Krepitasi (-)
 Nyeri tekan (-)
 Fremitus vocal : paru dextra
getaran teraba lebih jauh
Perkusi :
 Redup di paru sinistra
Auskultasi :
 Suara nafas tambahan (+) ronchi
ditemukan di paru sinistra.

 Paru-paru posterior, lateral


Inspeksi:
 Bentuk tulang belakang kifosis
 Tidak ada massa, tidak ada lesi
ataupun bekas luka
 Bentuk dada barrel chest
 Ekspansi dinding dada asimetri
Palpasi :
 Massa (-)
 Krepitasi (-)
 Nyeri tekan (-)
 paru dextra getaran teraba lebih
jauh
Perkusi :
 Redup di paru sinistra
Auskultasi :
 Suara nafas tambahan (+) ronchi
ditemukan di paru sinistra.

- Jantung
Inspeksi :
 Bentuk dada simetris
 Pembesaran/benjolan (+)
 Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Krepitasi (-)
Perkusi :
 Pekak
Auskultasi :

6
 Bunyi jantung S1 S2 LUP DUP
tunggal teratur
 Aorta : LUP
 Pulmo : LUP
 Tricuspit : DUP
 Mitral : DUP
8. Payudara - Inspeksi :
 Ukuran dan bentuk payudara
simetris
 Putting susu menonjol
 Kondisi kulit lembab
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Massa (-)
 Edema (-)
9. Abdomen
- Inspeksi :
 Bentuk abdomen normal
 Asites (-)
 Kondisi kulit lembab
- Auskultasi :
 Bising usus (+) 20x/menit
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Distensi abdomen (-)
- Perkusi :
 Timpani

10. Genetalia - Tidak terkaji

11. Rectum - Tidak terkaji

12. Ekstremitas - Inspeksi :


 Kontraktur (-)
 Eformitas (-)
 Edema
- -
- -
 Kekuatan otot
5 5
5 5
 Skala aktivitas 0 (mandiri)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)

7
 Akral teraba dingin
 Nyeri sendi
- -
- -

13. Kulit/kuku - Inspeksi :


 Warna kulit normal
 Mukosa kulit kering
 Warna kuku sianosis
 CRT > 3 detik
 Bentuk kuku clubbing finger
 Jari tabung (-)
- Palpasi
 Teraba dingin

4. Pengkajian 11 pola Gordon


a. Persepsi terhadap kesehatan manajemen kesehatan
Bagi pasien kesehatan sangat penting, dan sejak sakit paru pasien
berhenti merokok.
b. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien mampu melakukan aktivitas dengan mandiri
seperti mandi, makan, berpakaian, dan lain-lain, namun semenjak 2
bulan setengah terakhir pasien selalu merasa sesak terutama jika
melakukan aktivitas. Pasien kategori II, di bantu orang lain.
c. Pola istirahat dan tidur
Sebelum masuk rumah sakit pola tidur pasien teratur ± 8 jam per hari,
namun saat masuk rumah sakit pasien kesulitan untuk tidur terutama
di malam hari karena sesak nafas, sehingga biasa tidur hanya ± 6 jam
per hari.

d. Pola nutrisi
Sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3 kali sehari tanpa
pantangan dan mampu menghabiskan satu porsi lebih. Saat ini pasien
merasa penurunan nafsu makanan namun dapat paksain dan dapat
menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan rumah sakit

8
e. Pola eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit dan saat di rumah sakit frekuensi BAB 1
kali sehari, lambek dan berwarna kuning dan BAK normal (sering)
berwarna kekuningan dan berbau pesing serta tidak ada kesulitan.
f. Pola kognitif dan perseptual
Pasien baru mengetahui memiliki penyakit TB paru kurang lebih tiga
bulan yang lalu dan sedang dalam pengobatan di puskesmas
Pekauman, namun sekitar satu minggu lalu pasien mulai merasa sesak
napas dan dirujuk ke rumah sakit
g. Pola konsep diri
Pasien tampak merasa bersalah karena sudah merepotkan keluarga.
h. Pola koping
Dalam pengambilan keputusan tergantung dari keluarga terlebihnya
orang tua
i. Pola seksualitas – reproduksi
Tidak terkaji
j. Pola peran hubungan
Pasien tinggal dengan orangtua dan satu saudara, pasien sebagai anak
ke empat (anak terakhir) sering melakukan kenakalan seperti merokok
dan minum minuman keras, pasien kadang ditegur oleh keluarga
namun tidak pernah menghiraukan.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama muslim dan jarang sekali sholat karena sering pergi
ke luar rumah bersama teman-temannya.

9
B. Pemeriksaan Diagnostik

Jenis Hasil Nilai Normal Analisa


Pemeriksaan
Tanggal 04 Oktober 2017
Blood Urea 17,8 mg/dl 10-50 mg/dl Normal
Creatinine 1,1 mg/dl L : 0,7-1,2 mg/dl Normal
P : 0,6-1,0 mg/dl
Tanggal 05 Oktober 2017
Albumin 3,9 g/dl Dewasa : 3,8-5,1 g/dl Normal
Bayi : 3,8-4,2 g/dl

C. Analisa Data

Data Etiologi Problem


Data Subyek : Obstruksi jalan Ketidakefektifan
Pasien mengatakan “nafas sesak dan napas; mukus bersihan jalan
batuk berdahak”. dalam jumlah napas
Data Obyek : berlebih
 Pasien tampak sesak dan batuk
produktif, sputum kental dan
berwarna kekuningan.
 Pernafasan cuping hidung
 Bentuk dada barrel chest
 Ekspansi dinding dada asimetris
 Batuk (+)
 Perkusi redup diparu sinistra
 Auskultasi ronchi diparu sinistra
 Fremitus vocal : paru sinistra getaran
teraba lebih jauh
 Tanda-tanda vital: temperatur: 36,7
0
C, puls: 82 x/menit, respirasi: 24
x/menit, tekanan darah 110/70
mmHg, SPO2: 96%
 Terpasang oksigen nasal kanul 2

10
liter
 Terpasang infus Nacl 12 tetes per
menit,

Data Subyek : Ketidakseimbangan Intoleransi


Pasien mengatakan “tidak dapat antara suplei aktivitas
beraktivitas secara mandiri karena selalu oksigen dan
merasa sesak saat beraktivitas” kebutuhan.
Data Obyek :
 Pasien tampak lemah dan kesulitan
bernapas
 bedrest
 ADL dibantu oleh keluarga
 Pasien kategori II (di bantu orang lain)

11
D. Diagnosa Keperawatan
NANDA 2015-2017
1. Domain 11 : Keselamatan/ Perlindungan, Kelas 2. Cedera fisik (00031).
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan Obstruksi
jalan napas; mukus dalam jumlah berlebih ditandai dengan pasien
mengatakan “nafas sesak dan batuk berdahak”, pasien tampak sesak dan
batuk produktif, sputum kental dan berwarna kekuningan, pernafasan
cuping hidung, bentuk dada barrel chest, ekspansi dinding dada asimetris,
batuk (+), perkusi redup diparu sinistra, auskultasi ronchi diparu sinistra,
fremitus vocal : paru sinistra getaran teraba lebih jauh, tanda-tanda vital:
temperatur: 36,7 0C, puls: 82 x/menit, respirasi: 24 x/menit, tekanan
darah 110/70 mmHg, SPO2: 96%, terpasang oksigen nasal kanul 2 liter,
terpasang infus Nacl 12 tetes per menit.

2. Domain 4 : Aktivtas dan Istirahat, Kelas 4. Respon Kardiovaskular /


Pulmonal (00092).
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplei oksigen dan kebutuhan ditandai pasien mengatakan “tidak dapat
beraktivitas secara mandiri karena selalu merasa sesak saat beraktivitas”,
pasien tampak lemah dan kesulitan bernapas, bedrest, ADL dibantu oleh
keluarga dan pasien kategori II (di bantu orang lain).

12
E. Nursing Care Plan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan Obstruksi jalan napas; mukus dalam jumlah berlebih ditandai
dengan pasien mengatakan “nafas sesak dan batuk berdahak”, pasien tampak sesak dan batuk produktif, sputum kental dan
berwarna kekuningan, pernafasan cuping hidung, bentuk dada barrel chest, ekspansi dinding dada asimetris, batuk (+), perkusi
redup diparu sinistra, auskultasi ronchi diparu sinistra, fremitus vocal : paru sinistra getaran teraba lebih jauh, tanda-tanda vital:
temperatur: 36,7 0C, puls: 82 x/menit, respirasi: 24 x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, SPO2: 96%, terpasang oksigen nasal
kanul 2 liter, terpasang infus Nacl 12 tetes per menit.
Patient Outcome Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Setelah dilakuakan 1. Kaji tanda-tanda 1. Hasil tanda-tanda vital 1. Melakukan S: Pasien mengatakan
tindakan keperawatan ± vital. menentukan tindakan pengkajian tanda- napas masih sesak dan
1 x 24 jam masalah selanjutnya. tanda vital seperti kadang batuk disertai
ketidakefektifan suhu tubuh, frekuensi dahak.
bersihan jalan napas nadi, frekuensi napas O:
teratasi dengan kriteria dan tekanan darah  Pasien tampak sesak
hasil; menggunakan dan batuk produktif,
 Secara verbal pasien termometer, jam sputum kental dan
mengatakan sesak tangan, tensi, berwarna kekuningan.
berkurang stetoskop (21.00  Pernafasan cuping
 Menunjukkan jalan wita) hidung
napas yang paten 2. Auskultasi bunyi 2. Beberapa derajat 2. Mengauskultasi  Batuk berkurang
(irama nafas, nafas catat adanya spasme bronkus bunyi napas  Klien mampu batuk
frekuensi pernafasan bunyi nafas terjadi dengan menggunakan efektif
dalam rentang normal, abnormal. obstruksi jalan nafas stetoskop  TTV: T: 36,7 0C, P:
tidak ada suara nafas & dimanifestasikan (didapatkan bunyi 80 x/menit, R: 22
tambahan. dengan adanya bunyi ronchi di paru

13
 Mendemonstrasikan nafas abnormal. sinistra pukul 21.10 x/menit, TD: 120/70
batuk eefektif dan wita) mmHg
suara napas yang 3. Lakukan postural 3. Menggunakan gaya 3. Melakukan postural A:Masalah teratasi
bersih, tidak ada drainase dengan gravitasi untuk drainase dengan cara sebagian
sianosis dipsnue. cara clapping dan membantu clapping dan vibrasi P: Lanjutkan Intervensi
 Tanda-tanda vital vibrasi. membangkitkan dengan memberi
dalam batas normal: sekresi sehingga lebih tepukan dan getaran
o o mudah dibatukkan pada punggung klien
T:36 C-37 C
P:80-100x/menit (pukul 05.20 wita)
R:16-24x/menit 4. Ajarkan pasien 4. Membantu 4. Mengajarkan pasien
Bp:120/80mmHg teknik batuk efektif memperbaiki ventilasi teknik batuk efektif
dan nafas dalam. dan untuk dan nafas dalam
menghasilkan sekresi dengan meminta
tanpa menyebabkan klien mengikuti
sesak nafas dan instruksi perawat,
keletihan. menarik napas dalam
melalui hidung dan
hembuskan melalui
mulut serta napas
ketiga ditahan da
batukan (pukul 05.30
wita)
5. Kolaborasi dalam 5. Menurunkan 5. Memberikan
pemberian kekentalan secret Nebulisasi combivent
nebuliser & inheler sehingga mudah untuk sesuai indikasi
sesuai indikasi. evakuasi sekresi. kolaborasi dokter
(pukul 06.00 wita)

14
6. Kolaborasi 6. Untuk mencegah 6. Memberikan obat
pemberian terjadinya infeksi antibiotik ceftriaxone
antibiotik sesuai 1 ampul sesuai
indikasi kolaborasi dokter
(pukul 21.30 wita)

7. Kolaborasi dalam 7. Sesuai dengan indikasi 7. Memberikan obat


pemberian obat pengobatan codein 1 tablet sesuai
golongan opium simtomatik dengan dengan indikasi
alam atau merangsang reseptor kolaborasi dokter
methylmorphine. dalam SSP sehingga
menekan refleks batuk

15
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplei oksigen dan kebutuhan ditandai pasien mengatakan
“tidak dapat beraktivitas secara mandiri karena selalu merasa sesak saat beraktivitas”, pasien tampak lemah dan kesulitan
bernapas, bedrest, ADL dibantu oleh keluarga dan pasien kategori II (di bantu orang lain).
Patient Outcome Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Setelah dilakuakan 1. Kaji skala 1. Sebagai dasar untuk 1. Mengkaji skala S: Pasien mengatakan
tindakan keperawatan ± kemampuan pasien memberikan latihan kemampuan pasien dalam melakukan
1 x 24 jam, masalah dalam melakukan gerak yang sesuai dalam melakukan aktivitas masih merasa
intoleransi aktivitas aktivitas. dengan kemampuan aktivitas dengan sesak napas
dapat teratasi dengan pasien. menanyakan O:
kriteria hasil: aktivitas yang dapat  Pasien tampak
 Klien mampu dilakukan secara dibantu oleh
melakukan aktivitas mandiri atau keluarga dalam
secara perlahan. membutuhkan melakukan
 Mendemonstarsikan bantuan (pukul aktivitasnya
kemampuan 21.30 wita)  Pasien tampak
beraktivitas. 2. Bantu pasien 2. Meminimalkan 2. Membantu pasien menggunakan
 ADL terpenuhi melakukan kelelahan dan melakukan aktivitas oksigen/nasal
aktivitas sesuai membantu sesuai dengan canul
dengan keseimbangan suplei kemampuannya  Pasien kategori II
kemampuannya. & oksigen. seperti membantu (dibantu orang
klien ke kamar WC lain)
(pukul 21.45 wita). A: Masalah teratasi
3. Libatkan keluarga 3. Memberikan 3. Melibatkan sebagaian
dalam memenuhi motivasi kepada keluarga dalam P: Lanjutkan
kebutuhan aktivitas pasien. memenuhi Intervensi
pasien. kebutuhan aktivitas
pasien seperti

16
makan, minum, atau
ADL lainnya (pukul
21.45 wita).
4. Anjurkan keluarga 4. Dampingan keluarga 4. Menganjurkan
untuk selalu dapat membantu keluarga pasien
mendapingi klien. ADL yang selalu mendampingi
dibutuhkan klien pasien untuk
membantu hal yang
dibutuhkan pasien

17
F. Drug Studi
Nama obat Indikasi Kontraindikasi Mekanisme Kerja Efek Samping Peran Perawat

Ceftriaxone  Membantu  Memiliki Ceftriaxone merupakan  Tempat bekas suntikan  Melakukan


3x 1 gram mengobati hipersensitif obat antibiotik membengkak. skin tes
meningitis. atau alergi cephalosporin yang  Mual, muntah, dan sakit perut. untuk alergi
 Mengatasi terhadap mampu mengikat lebih  Pusing dan sakit kepala. obat oleh
pneumonia. Ceftriaxone dari satu penicillin-  Lidah bengkak. klien
 Membantu dan obat binding proteins (PBP)  Berkeringat.  Memberikan
mengatasi antibiotik sehingga menghambat  Vagina terasa gatal atau obat sesuai
keracunan darah. cephalospori transpeptidasi tahap mengeluarkan cairan prosedur 12
 Mengobati gonore n lainnya, akhir dari sintesis benar
(kencing nanah). seperti peptidoglikan pada
 Infeksi kulit dan cefadroxil dinding sel bakteri.
jaringan lunak. dan Dengan penghambatan
 Infeksi pada pasien cefalexin. tersebut, maka
neutropenia  Memiliki mencegah biosintesis
(kelainan darah). hipersensitif dan pembentukan
atau alergi dinding sel sehingga
 Mengatasi sepsis.
terhadap mengakibatkan matinya
Peradangan pelvis.
Penicilin dan sel bakteri.
 Infeksi saluran
kemih. obat
antibakteri
 Infeksi saluran
beta laktam
pernafasan bawah.
lainnya.
 Infeksi intra-
 Neonatus
abdomen.
(bayi baru
 Mengatasi flu dan

18
pilek. lahir sampai
 Otitis media usia 28 hari)
bakterial akut yang
(infeksi telinga mengalami
bagian tengah). hiperbilirubi
nemia.
Combivent Bronkospasme yang Kardiomiopati  Membuka saluran Sakit kepala, pusing, gelisah,  Melakukan
berhubungan dengan obstruktif udara ke paru-paru. takikardi, tremor halus pada otot pemberian
PPOK pada pasien- hipertrofi,  Bekerja di saluran rangka, palpitasi, hipokalemia obat sesuai
pasien yang diterapi takiaritmia. udara dengan serius. mual, muntah, prosedur 12
dengan ipratropium Hipersensitif membuka saluran berkeringat, otot lemah, benar
Br & salbutamol. terhadap pernapasan dan mialgia/kram otot. Mulut pemberian
derivat atropin relaksasi otot-otot. kering, disfonia, komplikasi obat
pada mata, reaksi tipe alergi.
Ranitidin 2x1 Mengobati ulkus Lansia Ibu Muntah-muntah, Sakit kepala, Pemberian obat
lambung dan hamil Ibu Sakit perut, Sulit menelan, Urin sesuai 12 benar
duodenum menyusui yang keruh dan Kaji pola
kerongkongan, conto Kanker eliminasi dan
hnya pada GERD lambung mual muntah
Mencegah tukak Penyakit ginjal pasien.
lambung agar tidak Mengonsumsi
berdarah digunakan obat non-
sebelum operasi steroid anti-
bedah, supaya asam inflamasi Sakit
datang tidak tinggi paru paru
selama pasien tidak Diabetes
sadar. Mengobati Masalah
Sindrom Zollinger- dengan sistem

19
Ellison (Tingginya kekebalan
kadar hormon tubuh Porfiria
gastrin yang akut
menyebabkan (gangguan
lambung memprodu metabolisme
ksi terlalu banyak langka)
asam). Mengobati
sakit maag beserta
gejala-gejala yang
ditimbulkannya

4-FDC Penanganan Hipersensitifita Berdasarkan Rifampisin : Berikan obat


tuberkulosa dan s, riwayat perintangan spesifik cairan tubuh menjadi berwarna sesuai aspek 12
infeksi mikobakterial hepatitis yang dari suatu enzim bakteri kemerah-merahan, asimtomatik benar
opportunis tertentu. diinduksi oleh RNA-polymerase, meningkat pada enzim hati, pemberian obat
obat, penyakit sehingga sintesa RNA peningkatan nitrogen urea darah dan observasi
hati akut, terganggu. (BUN) dan asam urat, hemolisa, efek samping
neuritis hematuria, nefritis intestinal, yang mungkin
periferal atau insufisiensi ginjal, rasa tidak terjadi
optikal, nyaman pada lambung-usus,
disfungsi efek pada susunan saraf pusat,
ginjal, epilepsi, perubahan hematologikal, ruam
alkoholisme kulit, efek endokrin.
kronis.

20
Dengan menghambat Isoniazid :
biosintesis asam gangguan fungsi hati, hepatitis,
mikolat (micolic acid) gangguan lambung-usus,
yang merupakan unsur neuropati periferal, pusing, sakit
penting dingding sel kepala bila kena cahaya,
mikrobakterium. perubahan hematologikal, reaksi
alergi.

Berdasarkan Pirazinamida :
pengubahannya peningkatan sementara
menjadi asam pirazinat transaminase serum,
oleh enzim hepatotoksisitas, hepatomegali,
pyrazinamidase yang sakit kuning, hiperurisemia,
berasal dari basil TBC. nefritis intestinal, disuria,
Begitu pH dalam gangguan lambung-usus,
makrofag di turunkan, perubahan hematologikal, reaksi
maka kuman yang alergi.
berada di “sarang”
infeksi yang menjadi
asam akan mati.

Etambutol bekerjanya Etambutol:


menghambat sintesis kebingungan/kekacauan,
metabolit sel sehingga disorientasi, sakit kepala,
metabolisme sel gangguan penglihatan, sakit
terhambat dan sel mati. kuning, disfungsi hati yang
bersifat sementara, gangguan
lambung-usus, perubahan

21
hematologikal, efek alergi, gout
akut (jarang).
Codein Meredakan rasa Asma bronkial,Codeine adalah obat  Pusing, limbung. Berikan obat
nyeri ringan hingga emfisema golongan analgesik  Mulut kering. sesuai aspek 12
berat, meringankan paru-paru, opioid yang digunakan  Mual dan muntah. benar
gejala batuk dan trauma kepala,untuk meredakan rasa  Kehilangan nafsu makan. pemberian obat
mengobati kondisi tekanan nyeri ringan hingga  Mudah merasa lelah. dan observasi
diare akut intrakranial berat. Obat ini bekerja  Konstipasi. efek samping
yang secara langsung pada  Merasa nyeri pada perut. yang mungkin
meninggi, sistem saraf pusat untuk  Muncul ruam ringan pada terjadi
alkoholisme mengurangi rasa sakit kulit.
akut, setelah yang dialami. Dalam
operasi saluran
kasus tertentu, codeine
empedu. juga dapat digunakan
untuk meringankan
gejala batuk dan
mengobati kondisi diare
akut.
Ondansetron Penanggulangan Penderita yang Ondansetron suatu Sakit kepala, konstipasi, rasa Pemberian obat
HCl mual dan muntah hipersensitif antagonis reseptor panas pada epigastrium, sedasi sesuai 12 benar
akibat kemoterapi terhadap serotonin tipe 5-HT3, dan diare. dan observasi
dan radioterapi serta ondansetron yang bekerja secara efek samping
operasi. selektif dan kompetitif yang mungkin
dalam mencegah terjadi seperti:
maupun mengatasi sakit kepala,
mual dan muntah akibat konstipasi, rasa
pengobatan sitostatika panas pada
dan radioterapi. epigastrium,

22
sedasi dan
diare.
Infus NaCl Hiponatremia atau Hipernatremia, Mengembalikan Demam, abses, nekrosis Observasi,
0,9% sindrom rendah retensi cairan. keseimbangan cairan jaringan atau infeksi pada mengganti dan
garam. Terapi untuk tubuh dan NaCl, tempat suntikan, trombosis vena mengatur
alkalosis metabolik, pengganti cairan atau hipervolemia. tetesan sesuai
pelarut untuk obat ekstraseluler, indikasi.
yang diberikan Observasi
secara iv drip adanya tanda-
tanda edema
atau efek
samping yang
mungkin
terjadi.

23
G. Catatan Perkembangan
Hari/ Jam Diagnosa Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan
Rabu, 04 05.30 Ketidakefektifan S: Pasien mengatakan “napas
Oktober (Wita) bersihan jalan masih sesak dan batuk
2017 napas berkurang”
berhubungan
dengan O:
05.40 Obstruksi jalan  Pasien tampak sesak dan batuk
(Wita) napas; mukus kadang-kadang
dalam jumlah  Pernafasan cuping hidung
berlebih  Klien mampu batuk efektif
 TTV: T: 36,5 0C, P: 84
x/menit, R: 23 x/menit, TD:
120/70 mmHg, SPO2: 96 %
 Terpasang oksigen nasal kanul
2 liter
 Infus Nacl 12 tetes per menit

A:Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital.
2. Lakukan postural drainase
dengan cara clapping dan
vibrasi.
3. Anjurkan pasien
menerapkan teknik batuk
efektif dan nafas dalam.
4. Kolaborasi dalam
pemberian nebuliser &
inheler sesuai indikasi.
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi
05.45 I:
(Wita) 1. Melakukan pengkajian
tanda-tanda vital.
2. Melakukan postural
drainase dengan cara
clapping dan vibrasi.
3. Menganjurkan pasien
menerapkan teknik batuk
efektif dan nafas dalam.
4. Melakukan nebulisasi
kombivent
5. Memberikan obat
antibiotik ceftriaxone 1

24
gram (1 ampul) sesuai
dengan indikasi kolaborasi
6. Memberikan obat golongan
opium Codein 1 tablet
sesuai dengan indikasi
kolaborasi

07.45 E : Klien masih tampak kesulitan


(Wita) bernapas dan batuk kadang-
kadang, respirasi 24 x/menit,
SPO2: 95%, terpasang oksigen
nasal kanul 2 liter dan infus
Nacl 12 tetes permenit

Rabu, 04 06.00 Intoleransi S: Pasien mengatakan dalam


Oktober (Wita) aktivitas melakukan aktivitas masih merasa
2017 berhubungan sesak napas
dengan O:
06.10 ketidakseimbang  Pasien dibantu oleh keluarga
(Wita) an antara suplei dalam melakukan
oksigen dan aktivitasnya
kebutuhan  Terapi oksigen/nasal canul 2
liter
 Pasien kategori II (dibantu
orang lain)

A: Masalah teratasi sebagaian

P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji skala kemampuan
pasien dalam melakukan
aktivitas.
2. Bantu pasien melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
3. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
aktivitas pasien.
4. Anjurkan keluarga untuk
selalu mendapingi klien

06.45 I:
(Wita)
1. Melakukan pengkajian
skala kemampuan pasien
dalam melakukan aktivitas

25
dengan menanyakan
aktivitas yang dapat
dilakukan secara mandiri
dan yang membutuhkan
bantuan
2. Membantu klien melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuannya seperti
berjalan ke kamar
mandi/wc.
3. Meminta bantuan keluarga
07.30 dalam membantu klien
(Wita) dalam melakukan aktivitas
ADL
4. Meanjurkan keluarga untuk
selalu mendapingi klien
dalam

E : Pasien dibantu oleh keluarga


dan perawat dalam melakukan
aktivitasnya, pasien tampak
menggunakan oksigen/nasal
canul, pasien kategori II (dibantu
orang lain)

26
Hari/ Jam Diagnosa Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan
Kamis, 09.00 Ketidakefektifan S: Pasien mengatakan “Sudah
05 (Wita) bersihan jalan dapat di lepas oksigen mulai
Oktober napas tadi malam dan batuk
2017 berhubungan berkurang ”
dengan
09.10 Obstruksi jalan O:
(Wita) napas; mukus  Pasien tampak tenang dan
dalam jumlah batuk kadang-kadang
berlebih  Pernapasan normal
 Klien mampu batuk efektif
 TTV: T: 36,7 0C, P: 85
x/menit, R: 21 x/menit, TD:
120/70 mmHg, SPO2: 97 %
 Infus Nacl 12 tetes per
menit

A:Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital.
2. Anjurkan pasien
menerapkan teknik batuk
efektif dan nafas dalam.
3. Kolaborasi dalam
pemberian nebuliser &
inheler sesuai indikasi.
4. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi
5. Kolaborasi pemberian obat
golongan opium Codein 1
tablet sesuai dengan
indikasi kolaborasi
09.45 I:
(Wita) 1. Melakukan pengkajian
tanda-tanda vital.
2. Menganjurkan pasien
menerapkan teknik batuk
efektif dan nafas dalam.
3. Melakukan nebulisasi
kombivent
4. Memberikan obat
antibiotik ceftriaxone 1
gram (1 ampul) sesuai
dengan indikasi kolaborasi
5. Memberikan obat golongan

27
opium Codein 1 tablet
sesuai dengan indikasi
kolaborasi

13.45 E : Klien masih tampak tenang,


(Wita) batuk kadang-kadang, respirasi
22 x/menit, SPO2: 97%, dan
infus Nacl 12 tetes permenit

Kamis, 09.00 Intoleransi S: Pasien mengatakan dapat


05 (Wita) aktivitas melakukan aktivitas namun masih
Oktober berhubungan merasa sesak napas
2017 dengan O:
09.20 ketidakseimbang  Pasien dibantu oleh keluarga
(Wita) an antara suplei dalam melakukan
oksigen dan aktivitasnya
kebutuhan  Pasien kategori II (dibantu
orang lain)

A: Masalah teratasi sebagaian

P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji skala kemampuan
pasien dalam melakukan
aktivitas.
2. Bantu pasien melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
3. Anjurkan keluarga untuk
selalu mendapingi klien

09.45 I:
(Wita)
1. Melakukan pengkajian
skala kemampuan pasien
dalam melakukan aktivitas
dengan menanyakan
aktivitas yang dapat
dilakukan secara mandiri
dan yang membutuhkan
bantuan
2. Membantu klien melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuannya seperti
berjalan ke kamar
mandi/wc.

28
3. Meanjurkan keluarga untuk
selalu mendapingi klien
dalam

13.30 E : Pasien dibantu oleh keluarga


(Wita) dan perawat dalam melakukan
aktivitasnya, dan pasien kategori
II (dibantu orang lain)

29
Hari/ Jam Diagnosa Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawatan
Jumad, 14.45 Ketidakefektifan S: Pasien mengatakan “Sesak
06 (Wita) bersihan jalan sudah bekurang dan batuk
Oktober napas kadang-kadang ”
2017 berhubungan
dengan O:
15.00 Obstruksi jalan  Pasien tampak tenang dan
(Wita) napas; mukus batuk kadang-kadang
dalam jumlah  Pernapasan normal
berlebih  Klien mampu batuk efektif
 TTV: T: 36,8 0C, P: 89
x/menit, R: 22 x/menit, TD:
120/70 mmHg, SPO2: 97 %
 Infus Nacl 12 tetes per
menit

A:Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tanda-tanda vital.
2. Anjurkan pasien
menerapkan teknik batuk
efektif dan nafas dalam.
3. Kolaborasi dalam
pemberian nebuliser &
inheler sesuai indikasi.
4. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi
5. Kolaborasi pemberian obat
golongan opium Codein 1
tablet sesuai dengan
indikasi kolaborasi
16.00 I:
(Wita) 1. Melakukan pengkajian
tanda-tanda vital.
2. Menganjurkan pasien
menerapkan teknik batuk
efektif dan nafas dalam.
3. Melakukan nebulisasi
kombivent
4. Memberikan obat
antibiotik ceftriaxone 1
gram (1 ampul) sesuai
dengan indikasi kolaborasi
5. Memberikan obat golongan
opium Codein 1 tablet

30
sesuai dengan indikasi
kolaborasi

20.45 E : Klien masih tampak tenang,


(Wita) batuk kadang-kadang, respirasi
22 x/menit, SPO2: 97%, dan
infus Nacl 12 tetes permenit

Jumad 14.45 Intoleransi S: Pasien mengatakan dapat


06 (Wita) aktivitas melakukan aktivitas sendiri
Oktober berhubungan namun kadang-kadang merasa
2017 dengan sesak
15.10 ketidakseimbang O:
(Wita) an antara suplei  Pasien tampak tenang dan
oksigen dan dapat melakukan aktivitas
kebutuhan secara mandiri
 Pasien kategori 0 (mandiri)

A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji skala kemampuan
pasien dalam melakukan
aktivitas.
2. Anjurkan keluarga untuk
selalu mendapingi klien

15.30 I:
(Wita) 1. Melakukan pengkajian
skala kemampuan pasien
dalam melakukan aktivitas
dengan menanyakan
aktivitas yang dapat
dilakukan secara mandiri
dan yang membutuhkan
bantuan
2. Meanjurkan keluarga untuk
selalu mendapingi klien
dalam melakukan aktivitas
yang membutuhkan bantuan
baik di rumah sakit maupun
dirumah
20.10 E : Pasien tampak tenang dan
(Wita) dapat melakukan aktivitas
secara mandiri dan pasien
kategori 0 (mandiri)

31
32

Anda mungkin juga menyukai