Anda di halaman 1dari 4

Hasil:

Distribusi Umum

Pada studi ini diadapatkan gambaran umum subyek penelitian yang tidak jauh berbeda antara
subyek peneliyian pada kelompok A (mendapat terapi adjuvan zinc) dan kelompok B (mendapat
placebo). Dari 75 anak pada kelompok A, sebanyak 26 orang anak diantaranya (34.7%) berada pada
rentang usia 1-2 tahun, 17 anak (22.7%) berada pada rentang usia 2-3 tahun, 19 anak (25.3%)
berada pada rentang usia 3-4 tahun, dan sisanya yakni 13 anak (17.3%) berada pada rentang usia 4-
5 tahun. Rata-rata (mean) usia anak pada kelompok A yakni 3.01. Tidak jauh berbeda, pada kelompok
B, dari 75 anak, 26 anak diantaranya (34.7%) berada pada rentang usia 6 bulan hingga 2 tahun, 17
anak (22.7%) berada pada rentang usia 2-3 tahun, 19 anak (25.3%) berada pada rentang usia 3-4
tahun, dan 13 anak lainnya (17.3%) berada pada rentang usia 4-5 tahun. Mean atau rata-rata usia
anak pada kelompok B yakni 2,85 tahun. Hasil distribusi usia subyek penelitian sebagaimana dapat
dilihat pada tabel 1 berikut.

Dari sebaran jenis kelamin, pada kelompok A, dari 75 anak, 48 dantaranya (64.0%) berjenis kelmani
laki-laki, dan 27 anak (36.0%) berjenis kelamin perempuan. Pada kelompk B, dari 75 anak, sebaanyak
48 orang anak diantaranya (64.0%) berjenis kelamin laki-laki, dan 27 anak lainnya (36.0%) berjenis
kelamin perempuan. Hal ini sebagaimana digambarkan pada grafik 1 berikut:
Sebaran Lama Rawat Inap (Hospital Stay)

Pada kelompok A, rata-rata lama waktu rawat inap (hospital stay) anak yakni minimun 3 ± 1 hari,
dan maksimal berkirsar anatara 3 dan 5 hari. Sementara pada kelompok B, rata-rata lama rawat
inap anak minimum berkisar pada 7 ± 3 hari, dan maksimal berada pada kisaran 3 hingga 10 hari.
Perbedaan ini didapatkan signifikan secara statistika (P<0.05). Sebagaimana dapat dilihat pada tabel
2 di atas.

Dari lama waktu rawat inap secara individual pada masing-masing kelompok, pada kelompok A
durasi waktu rawat inap pada 70 (93.3%) anak berkisar pada kurang dari 1 minggu, dan pada 5 anak
lainnya (6.7%) durasi rawat inap memcapai lebih dari 1 minggu. Pada kelompok B, sebanyak 72
(96.0%) anak memiliki durasi rawat inap kurang dari 1 minggu, dan 3 lainnya (4.0%) mencapai pebih
dari 1 minggu Perbedaan durasi rawat inap antara kelompok A dan B disapatkan dtidak signifikan
secara statistika (P>0.05). Perbandingan antara durasi rawat inap antara kelompaok A dan B
sebagaimana dapat dilihat pada grafik 2 berikut:

Diskusi:

Pemberian zinc telah diketahui memiliki manfaat dalam meningkatkan ketahanan tubuh host
melawan infeksi. Pemberian zinc pada anak juga diketahui bermanfaat dalam menurunkan risiko
kejadian infeksi saluran pernapasan akut dan pneumonia. Telah terdapat pula studi yang
menunjukkan bahwa suplementasi zinc dapat menurunkan lama waktu rawat inap pada pasien anak.
Berangkat dari hal tersebut, pada peneliti tertarik untuk melakukan studi mengenai pengaruh atau
efek penambahan zinc sebagai adjuvan pada terapi konvensional pneumonia, dan
membandingkannya dengan terapi konvensional tanpa penambahan zinc. Studi dilakukan dengan
metode double blind, randomized controlled trial, pada 150 anak dengan pneumonia.

Pada hasil penelitian ini, lama atau kurung waktu perawatan rawat inap kurang dari 1 minggu,
didapatkan lebih tinggi pada kelompok anak yang diberi placebo sebagai tambahan pada terapi
pneumonianya (72 dari 75 anak atau 96%), dibandingkan pada kelompok anak yang diberikan zinc
sebagai adjuvan pada terapi pneumoniamya (70 dari 75 anak atau 93,3%). Meski demikian adanya
perbedaan lama waktu perawatan anak di rumah sakit ini, tidak bersifat signifikan secara statistika
(p>0.05).
Hasil studi ini berbeda dengan hasil studi dari Brook et al, yang melakukan studinya di Bangladesh,
dimana pada penelitiannya, Brook et al mendapatkan hasil bahwa suplementasi zinc pada anak
dengan pneumonia yang diberi antibiotika empiris, mampu secara signifikan memperpendek masa
rawat inap (hospital stay) pada anak tersebut. Hasil yang serupa dengan Brook et al, juga didapatkan
pada penelitian oleh Qasemzadeh et al di Iran, yang melaporkan hasil dimana didapatkan penurunan
yang signifikan terkait lama rawat inap pada anak dengan pneumonia yang diberi suplementasi zinc.
Hasil penelitian berbeda mengenai lama masa rawat inap, didapatkan pada 2 penelitian lainnya di
Nepal yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara lama waktu rawat inap pada
anak dengan pneumonia, usia 2-35 bulan, baik yang diberi maupun tidak diberi suplementasi zinc
selama terapinya. Pada penelitian lain oleh Mahalanabis et al, di Kķolkata India, didapatkan hasil
dimana masa pemulihan pada anak dengan pneumonia yang mendapat suplementasi zinc lebih
pendek, dibandingkan dengan anak dengan pneumonia yang tidak mendapat suplementasi zinc
(kelompok placebo). Adanya keragaman atau perbedaan hasil penelitian anatara penelitian ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya dapat dijelaskan apabila dilakukan pengukuran terhadap kadar zinc
sebelum (pre) dan setelah (post) perlakuan (pemberian terapi pneumonia dan suplememtasi zinc).
Keterbatasa atau limitasi dari studi ini, yakni belum dilakukan pengukuran kadar zinc dalam darah
pada subyek penelitian, sebelum dan sesudah perlakuan.

Meskipun pada studi ini tidak didapatkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai lama
perawatan rawat inap pasien anak dengan pneumonia, antara kelompok yang mendapat zinc sebagai
adjuvan dalam terapi pneumonianya, dan pada anak yang dalam terapi tidak mendapat zinc
(kelompok placebo), pada studi ini diperoleh hasil perbedaan yang signifikan dari segi mortalitas anak
dengan pneumonia, yang teramati selama kurun waktu studi yakni 3 bulan. Pada studi ini didapatkan
tingkat mortalitas anak dengan pneumonia yang lebih tinggi pada kelompok anak yang mendapat
terapi konvensional tanpa pemberian zinc (kelompok placebo), dimana jumlah anak yang masih hidup
pada 3 bulan pengamatan, pada kelompok ini didapatkan sejumlah 55 orang (73,3%). Sedangkan pada
kelompok yang mendapat tambahan zinc dalam terapinya , jumlah anak yang masih bertahan (hidup)
pada 3 bulan pengamatan, didapatkan sejumlah 73 (97,3%). Hasil ini tergolong signifikan secara
statistika dimana didapatkan P<0.05. Hasil berbeda didapatkan pada studi oleh Wadhwa et al, yang
mendapatkan laju mortalitas yang sebanding (1,5%) pada anak yang mendapatkan zinc maupun anak
yang tidak mendapat zinc dalam terapi pneumonianya.

Kesimpulan:

Dari hasil studi ini didapatkan hasil bahwa penambahan zinc sebagai adjuvan pada terapi
konvensional anak dengan pneumonia, lebih efektif, bila dibandingkan dengan terapi konvensional
tanpa penambahan zinc. Meski demikian studi ini masih di lakukan di 1 center (1 lokasi penelitian),
diperlukan studi lebih lanjut yang bersifat multicenter (melibat lebih dari 1 klokasi penelitian), untuk
dapat memperoleh hasil yang dapat digeneralisasikan, mengenai pemberian zinc sebagai adjuvan
pada terapi pneumonia anak.

Anda mungkin juga menyukai