Anda di halaman 1dari 3

Hukum perwakafan

Soal 1

Lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf menjadi jawaban bagi masa depan perwakafan di
Indonesia agar dapat diberdayakan secara lebih produktif dan mandiri. Keterbatasan mengenai fungsi
dan manfaat wakaf yang terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 serta Peraturan Dasar
Agraria yang terangkum dalam UU No.5 Tahun 1960 yang hanya mengatur benda tidak bergerak dan
peruntukannya lebih banyak untuk kepentingan ibadah mahdhah, seperti masjid, musholla, pesantren dll
setidaknya untuk saat ini mulai dapat diakomodasi kekurangannya dengan lahirnya UU No. 41 Tahun
2004.

Pemberdayaan wakaf setidaknya semakin menjadi lebih baik lagi ketika dari sisi impelementasinya,
pemerintah juga mengeluarkan peraturan perundangan No. 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan wakaf
itu sendiri. Kedua peraturan itu menjadi urgensi yang sangat penting, karena selain untuk kepentingan
ibadah yang sifatnya mahdhah, aspek penekanan terhadap pemberdayaan wakaf secara lebih produktif
untuk kepentingan sosial dan kesejahteraan umat juga dikedepankan sehingga akan berjalan selaras.

Pengelolaan wakaf secara profesional ini sangat penting karena data yang dikeluarkan oleh Departemen
Agama tahun 2003 yang juga diperkuat oleh data CSRC (Centre for the Study of Religion and Research)
sedikit banyak memberikan gambaran bahwa asset wakaf di seluruh Indonesia adalah 362.471 lokasi
dengan total nilai sekitar 590 trilyun. Sayangnya hampir semua asset wakaf tersebut masih cost centre
sehingga masih memerlukan investor untuk memproduktifkannya. Salah satu sumber dana investasi
yang dapat dioptimalkan adalah dana cash waqf seperti yang dilakukan oleh Prof. M.A Mannan dengan
SIBL nya di negara Bangladesh.

Lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 juga membawa konsekuensi bagi sistem pengelolaan wakaf di Indonesia
agar lebih professional dan independen. Untuk itu diperlukan suatau lembaga baru yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas dalam memberdayakan asset wakaf di Indonesia agar lebih produktif.
Pentingnya pembentukan sebuah lembaga wakaf nasional yang bersifat independen diperlukan dalam
rangka untuk membina Nazhir (pengurus harta wakaf) dalam mengelola dan mengembangkan harta
benda wakaf baik secara nasional maupun internasional.

Badan Wakaf Indonesia (BWI) pun lahir sebagai jawaban bagi pengembangan pengelolaan perwakafan
Indonesia dengan lebih profesional dan modern sehingga menghasilkan manfaat wakaf yang dapat
mensejahterakan umat. Sehingga kelak Badan Wakaf Indonesia akan menduduki peran kunci, selain
berfungsi sebagai Nazhir, BWI juga akan sebagai Pembina Nazhir sehingga harta benda wakaf dapat
dikelola dan dikembangkan secara produktif.

Djunaidi, Achmad dan ThobiebAl-Asyhar, Menuju Wakaf Produktif, Depok: Mumtaz Publihing, 2008

Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf produktif Strategis di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan
Wakaf ,Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2008

Soal 2
wakaf Tunai sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf, diperluas lagi berkaitandengan Harta Benda Wakaf (obyek wakaf) yang diatur dalam Pasal
16 ayat(1) yang menyatakan Harta Benda Wakaf meliputi : (a) Benda tidak bergerak,dan (b) Benda
bergerak.

Selanjutnya yang dimaksud wakaf benda bergerak, salah satunyaadalahuang. (Pasal 16 ayat (3)
huruf a Undang-Undang Nomor 41 Tahun

2004 tentang Wakaf). Dengan demikian yang dimaksud wakaf tunai adalahwakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badanhukum dalam bentuk uang. Juga termasuk
kedalam pengertian uang adalahsurat-surat berharga, seperti saham, cek dan lainnya (Tim Dirjen Bimas
Islamdan Penyelengaraan Haji Depag-RI, 2005: 1).

Sebagai contoh apabila wakaf tunai dapat diimplementasikan makaada dana potensial yang sangat
besar yang bisa dimanfaatkan untuk pem-berdayaan dan kesejahteraan ummat. Jika saja terdapat 1 juta
saja masyarakatMuslim yang mewakafkan dananya sebesar Rp 150.000, maka akan
diperolehpengumpulan dana wakaf sebesar Rp 150 milyar setiap bulan (Rp 1,6 trilyun/tahun). Jika
diinvestasikan dengan tingkat return 10 persen per tahun makaakan diperoleh penambahan dana
wakaf sebesar Rp 15 milyar setiap bulan(Rp 160 milyar /tahun).

Wakaf Tunai merupakan salah satu usaha yang tengah berkembangdalam rangka meningkatkan
peran wakaf dalam bidang ekonomi. KarenaWakaf Tunai memiliki kekuatan yang bersifat umum
dimana setuap orangbias menyumbangkan harta tanpa batas-batas tertentu. Demikian
jugafleksibelitas wujud dan pemanfaatannya yang dapat menjangkau seluruhpotensi ekonomi
untuk dikembangkan.

Beberapa contoh atau model di bawah ini dapat dijadikan pokokpilar guna mobilisasi wakaf tunai
menurut Drs. H. Farid Wadjdy, M. Pd danMursyid, M. SI, 2007:92 adalah:

a. Model Mustafa Edwin Nasution

Model mobilisasi wakaf tunai yang ditawarkan adalah dengan menariksecara langsung ataupun tidak
setiap gaji para pegawai bank yang bekerjapada pemerintah, bidang swasta, ataupun bidang ekonomi
lainnyamengingat berdasar hasil penelitian PIRAC bahwa sector pendidikan,

keagamaan dan pelayanan social adalah bidang yang paling disukaiperusahaan di Indonesia dalam
menyumbang.

Dengan cara pendekatan lewat pengurus organisasi “Kerohanian Islam”.Akan tetapi persoalan atau
kendala yang terjadi sekarang adalah bagai-mana nadzir wakaf dapat meyakinkan pihak
perusahaan, instansi peme-rintah dan lain-lain tentang pentingnya melakukan tanggung jawab
socialdengan berwakaf.

b. Model Social Investment Bank Limited (SIBL)


Model SIBL sebenarnya merupakan gagasan wakaf tunai yang dipopuler-kan oleh M. A. Mannan,
seorang ekonom kebangsaan Bangladhes.Gagasan SIBL adalah dengan mengemas mekanisme
instrument CashWaqf Certificate dan merupakan kombinasi alternative solusi mengatasikrisis
kesejahteraan yang di tawarkan oleh M. Umar Chapra denganharapan SIBL menjadi alternative
peningkatan pendapatan bagi jutawanwarga Negara miskin.

Operasionalkerja dari Cash Waqf Certificate adalah dengan menerbitkansertifikat dengan nilai
nominal yang berbeda-beda. Aspek inilah yangsebernarnya yang menjadi keunggulan wakaf tunai
dibandingkan hartatetap lainnya, karena besarnya dapat menyesuaikan kemampuan kantongcalon
wakif.

c. Model-model Mobilisasi Lain

Pertama, dengan menggalang animo masyarakat melalui partisipasi aktifuntuk berbagi kebahagiaan
dengan saudaranya dalam menikmatipendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang layak. Melalui
mediamassa baik elektronik maupun cetak seperti yang telah dilakukan olehDompet Dhuafa
Republika, Dompet Amal Pikiran Rakyat, SCTV denganPundi Amalnya, TPI peduli dan lain-lain.

Kedua, dengan menyelenggarakan sebuah kegiatan khusus seperti konserusik, pameran, dan lain-
lain yang dijadikan ajang promosi. Untukkegiantan seperti ini sangat baik jika menghadirkan Da’I-
da’I kondangbaik local maupun nasional atau artis-artis naik daun lainnya.

Ketiga, dengan menggunakan pendekatan tangan pemerintah terutamauntuk melakukan pajak (Tax
Deduction) kepada wakif perorangan maupun perusahaan.Pengurangan pajak ini penting mengingat
hasilpenelitian PIRAC menyebutkan bahwa 37% perusahaandari 226perusahaanyang diteliti
menyatakan bahwa mereka akan menaikkanjumlah sumbangan. Jika ada kebijakan pengurangan
pajak.

Model pengelolaan wakaf tunai menurut Monzer Kahf

Gagasan untuk menginvestasikan dana wakaf mislanya untuk meng-konstruksi harta yang bergerak
dapat diwakafkan atau untuk meninggalkanmodal harta tetap wakaf tidak dibahas dalam fikh klasik.
Kahf membedakanmodel investasi wakaf dalam dua model, model pembiayaan harta
wakaftradisional dan model pembiayaan secara institusional Monzer Kahf,

2008:251).

Soal 3

Anda mungkin juga menyukai